• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurn

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN

INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

PADA REMAJA

Nia Devi Anggreini, Erik Saut H Hutahaean, Diah Himawati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Abstrak

Fenomena perilaku seksual pranikah remaja yang terjadi di masyarakat menjadi dasar penelitian. Intensitas perilaku seksual pranikah adalah tingkatan kuatnya aktifitas hubungan seksual yang dilakukan sepasang manusia yang belum terikat tali pernikahan yang bentuknya bisa bermacam-macam antara lain perasaan tertarik, bersentuhan, bercumbu dan

bersenggama dengan seseorang dalam kurun waktu tertentu.Kontrol diri adalah suatu kecakapan individu untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner kontrol diri dan intensitas perilaku seksual pranikah yang disusun oleh peneliti. Hasil (-0,667 ) menunjukkan hubungan negatif antara kontrol diri dengan intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja.

Kata kunci: kontrol diri, intensi perilaku seksual pranikah, remaja

Latar Belakang

Penelitian dari Australia National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan

Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2010/2011 di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi dengan

jumlah sample 3006 responden usia 17-24 menunjukkan 20,9% remaja mengalami kehamilan

dan kelahiran sebelum menikah dan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah

dan kelahiran setelah menikah (www.suaramerdeka.com). Pada usia remaja, dorongan

seksual terjadi sangat kuat. Perkembangan organ seksual pun mampu mempengaruhi minat

remaja terhadap lawan jenisnya. Perkembangan organ seksual mampu menimbulkan konflik

dalam diri remaja yang labil, seperti terjadi pertentangan antara dorongan seksual dan norma

masyarakat yang berlaku. Dorongan atau hasrat seksual muncul jauh lebih awal daripada

kesempatan untuk melakukannya secara bebas (Sarwono, 2010 dalam Puspitadesi dkk, 2013).

Adapun yang dimaksud dengan perilaku seksual adalah tingkah laku yang didorong

oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk

tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku

berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang

dalam khayalan atau diri sendiri. Adanya dorongan hasrat seksual yang membutuhkan

penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu. Adapun faktor lain yang dicurigai sebagai

(2)

Jurn

Seperti yang dikemukakan oleh William Kay (dalam Jahja, 2011) bahwa salah satu

tugas perkembangan remaja yaitu memperkuat self control (kemampuan mengendalikan diri)

atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup. Kontrol diri ini penting untuk

dikembangkan karena individu tidak hidup sendiri melainkan bagian dari masyarakat.

Messina & Messina (dalam Gunarsa, 2004) menyatakan bahwa pengendalian diri adalah

seperangakat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan mengubah diri pribadi,

keberhasilan menangkal pengrusakan diri (self destructive), perasaan mampu pada diri

sendiri, perasaan mandiri (autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain, kebebasan

menentukan tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasaan dan pikiran rasional, serta

seperangkat tingkah laku yang berfokus pada tanggung jawab atas diri pribadi.

Individu yang kontrol dirinya rendah tidak mampu mengatur dan mengarahkan

perilakunya, sehingga diasumsikan seorang remaja dengan kontrol diri yang rendah akan

berperilaku dan bertindak lebih kepada hal-hal yang menyenangkan dirinya termasuk dengan

cara menyalurkan hasrat seksualnya baik dalam bentuk berpacaran ataupun pelacuran.

Dengan kontrol diri yang rendah, remaja tidak mampu memandu, mengarahkan, dan

mengatur perilakunya (Suwarti & Pinandita, 2014). Hasil penelitian Dewi (2014)

menunjukkan fakta bahwa semakin rendah kontrol diri, maka akan semakin tinggi perilaku

seksual pranikah. Hal serupa juga diungkapkan oleh Khairunnisa (2013) menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku seksual

pranikah

Berdasarkan pada fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

kontrol diri yang kaitannya dengan kecenderungan intensitas perilaku seksual pranikah pada

remaja.

Kontrol Diri

Calhoun dan Acocella (1976) mendefinisikan kontrol diri sebagai pengaturan

proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses-proses yang

membentuk dirinya sendiri. Sedangkan Goldfried dan Merbaum (dalam Ghufron, 2014)

mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing,

mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah

konsekuensi positif.

Aspek-aspek kontrol diri menurut Averill (dalam Ghufron, 2014), yaitu:kontrol

perilaku (behavior control) yang diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur

(3)

Jurn

modifability),kontrol kognitif (cognitive control) yang terdiri atas memperoleh informasi

(information gain) dan melakukan penilaian (appraisal), serta kontrol keputusan (decesional

control).

Intensitas perilaku seksual pranikah

Menurut Chaplin (2011) intensitas adalah kuatnya tingkah laku, pengalaman,

kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau suatu sikap. Dapat disimpulkan bahwa

intensitas adalah tingkatan kuatnya tingkah laku yang mendukung suatu sikap. Menurut

Soetjiningsih (2008) mengungkapkan bahwa perilaku seksual pranikah pada remaja adalah

segala tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya yang

dilakukan remaja sebelum menikah. Gunarsa (2000) mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk

perilaku seksual pada remaja adalah masturbasi, pacaran, dan senggama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa intensitas perilaku seksual pranikah

adalah tingkatan kuatnya aktifitas hubungan seksual yang diukur melalui perolehan skor dari

skala intensitas perilaku seksual berdasarkan bentuk-bentuk perilaku seksual, yaitu

masturbasi, pacaran dan bersenggama.

Metode Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

purposive sampling ini dengan kriteria subjek yaitu remaja usia 15 -18 tahun jenjang

pendidikan SMA maupun SMK, pernah atau sedang menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Subjek dalam penelitian ini, sampel yang digunakan oleh peneliti adalah remaja berusia

15-18 tahun berjumlah 122 orang.Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan melalui

penyebaran skala kontrol diri dan skala intensitas perilaku seksual pranikah.

Hasil

Skala kontrol diri terdiri dari 29 item dengan koefisien reliabilitas 0,881menunjukkan

bahwa skala kontrol diri yang digunakan pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang bagus.

Dengan nilai corrected item total correlation berkisar 0,291- 0,671.

Skala intensitas perilaku seksual terdiri dari 45 item dengan koefisien reliabilitas

0,960 menunjukkan bahwa skala intensitas perilaku seksual pranikah yang digunakan pada

penelitian ini memiliki reliabilitas yang sangat bagus berdasarkan tabel skor reliabilitas.

(4)

Jurn

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik statistik one sample

kolmogorov smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika sig. > 0,05 maka sebaran data

berdistribusi normal, sedangkan jika sig. < 0,05 maka sebaran data berdistribusi tidak normal.

Analisis menunjukan bahwa nilai kolmogorov smirnov Z variabel kontrol diri 0,542 dengan

sig. = 0,931, sedangkan untuk variabel intensitas perilaku seksual pranikah nilai kolmogorov

smirnov Z = 0,669 dengan sig. = 0,762. Berdasarkan hasil analisis ini bahwa sebaran data

kedua variabel tersebut adalah berdistribusi normal.

Uji homogenitas menunjukkan nilai signifikasinya (Sig.) 0.850. Jika nilai Sig. > 0.05

maka dapat dipastikan bahwa data tersebut homogen. Karena 0.850> 0.05 maka hal ini

menunjukkan bahwa data diatas bersifat homogen.

Uji linearitas menunjukkan sig. pada baris deviation from linearity adalah 0,881 >

0,05 dan nilai pada kolom sig. baris linearity 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa antara

variabel kontrol diri dengan variabel intensitas perilaku seksual pranikah terdapat hubungan

yang linear.

Uji korelasi bivariate correlation antara kontrol diri dengan intensitas perilaku

seksual pranikah pada remajamenunjukkan koefisien korelasi sebesar -0,667 dengan

signifikansi sebesar 0,000. Signifikansi p=0,000 < 0,05 angka tersebut berarti hipotesis nol

(Ho) ditolak dan hipotesis penelitian ini (Ha) diterima. Hipotesis alternatif berbunyi terdapat

hubungan negatif antara kontrol diri dengan intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja

diterima. Oleh karena itu, semakin tinggi kontrol diri seseorang maka semakin rendah

intensitas perilaku seksual pranikah, dan semakin rendah kontrol diri seseorang maka

semakin tinggi pula intensitas perilaku seksual pranikahnya.

Kategorisasi

Berdasarkan pada tabel kategorisasi kontrol diri di atas, dapat dilihat bahwa subjek

yang memiliki kontrol diri tinggi yaitu sebanyak 28 orang (23%), subjek yang memiliki

kontrol diri sedang yaitu sebanyak 64 orang (52%) dan subjek yang memiliki kontrol diri

rendah yaitu sebanyak 30 orang (25%). Dari hasil kategorisasi ini terlihat bahwa jumlah

subjek rata-rata memiliki kontrol diri sedang.

Berdasarkan pada tabel kategorisasi intensitas perilaku seksual pranikah di atas, dapat

dilihat bahwa subjek yang memiliki intensitas perilaku seksual pranikah tinggi yaitu

sebanyak 19 orang (16%), subjek yang memiliki intensitas perilaku seksual pranikah sedang

(5)

Jurn

rendah yaitu sebanyak 26 orang (21%). Dari hasil kategorisasi ini terlihat bahwa jumlah

subjek rata-rata memiliki intensitas perilaku seksual pranikah yang tergolong sedang.

Diskusi

Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang

diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara kontrol diri

dengan intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja. Hal tersebut ditunjukkan dengan

nilai koefisien korelasi antara kontrol diri dengan intensitas perilaku seksual pranikah sebesar

rxy = -0,667 dan p = 0,000 (p < 0,05). Tanda negatif (-) menunjukkan arah hubungan yang

berbanding terbalik antara kedua variabel. Artinya, semakin tinggi kontrol diri, maka semakin

rendah intensitas perilaku seksual pranikah. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kontrol

diri, maka semakin tinggi intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja.

Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2014) yang menunjukkan ada korelasi negatif

antara kontrol diri dengan perilaku seksual pada mahasiswa dengan koefisien r = -0,417 dan

signifikansi atau p = 0,000. Penelitian lain yang dilakukan Khairunnisa (2013) mengenai

hubungan religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah remaja diketahui

nilai beta = 0,221, t = 2,042 dan p = 0,044 hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah. Penelitian lain dari

Puspitadesi, dkk (2013) menyebutkan besarnya sumbangan efektif antara figur kelekatan

orangtua dan kontrol diri secara bersama-sama terhadap perilaku seksual remaja sebesar

15,5% dan 84,5% masih terdapat faktor lain yang menentukan.

Keadaan kontrol diri pada subjek dalam penelitian ini berada pada kategori sedang

yaitu sebanyak 64 orang (52%) sedangkan intensitas perilaku seksual pranikah juga berada

pada kategori sedang yaitu sebanyak 77 orang (63%). Berdasarkan teori Piaget, remaja telah

mencapai tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Oleh karenanya remaja

mampu mempertimbangkan suatukemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan

mempertanggungjawabkannya (Ghufron, 2014). Remaja dapat mengalihkan timbulnya

dorongan seksual pada kegiatan yang bermanfaat seperti olahraga atau terlibat dalam dalam

kegiatan sosial. Banyaknya aktivitas atau kegiatan yang dilakukan remaja merupakan salah

satu faktor yang dapat meminimalkan terjadinya perilaku seksual dalam bentuk apapun

(Safitri, 2007).

Dengan kemampuan kontrol diri yang dimiliki individu dapat mengelola kognitif,

afektif dan konatifnya untuk mengarahkan perilaku individu ke arah yang positif. Dengan

(6)

Jurn

dan pengarahan perilaku dengan positif sehingga intensitas perilaku seksual pranikahnya

rendah.

Bagi peneliti lain yang berminat mengembangkan penelitian ini, dapat menggunakan

metode lain seperti metode kualitatif dan diharapkan untuk lebih memperhatikan aspek lain

yang dapat mempengaruhi perilaku seksual seperti pengaruh lingkungan, latar belakang

pendidikan orangtua, peran teman sebaya, pola asuh, konsep diri, religiusitas dan harga diri.

Selain itu penelitian dapat diperluas subjeknya tidak hanya remaja pertengahan berusia 15-18

tahun serta tidak terfokus hanya pada intensitas perilaku seksual pranikah saja.

Bagi orangtua maupun pendidik dapat membantu remaja untuk meningkatkan kontrol

diri melalui pemberian informasi mengenai seks serta bahaya perilaku seksual pranikah,

selain itu pihak sekolah juga dapat mengadakan seminar dan menambahkan materi

pembelajaran mengenai seksualitas dalam kegiatan konseling. Bagi remaja perlu diberikan

sarana yang positif dan kreatif dalam menyalurkan dorongan biologis melalui ekspresi

psikologis dan penyaluran fisik yang sehat seperti olahraga, kegiatan untuk mencintai alam,

kegiatan kreativitas dan pengembangan potensi dan bakat.

DAFTAR PUSTAKA

Andika, Primasiwi .(2013). BKKBN Diminta Atasi Seks Bebas Dikalangan Remaja.

www.suaramerdeka.com

Calhoun, J.F dan Acocella, J.R. (1976). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan

Kemanusiaan (terjemahan R.Satmoko). Semarang: IKIP Semarang Press

Chaplin, J. P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: Dr. Kartini Kartono. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada

Dewi, Aprilia Kristina. (2014). Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Pranikah

Pada Mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Jurnal Psikologi. Semarang:

Universitas Negeri Semarang

Ghufron M. N & Risnawati R. (2014). Teori-teori psikologi. Yogyakarta: Ar Ruzz Media

Gunarsa, S.D., dan Gunarsa, S.D. (2004). Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai

Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

Gunarsa, S.D., dan Gunarsa, S.D. (2000). Psikologi Perkembangan Anak, Remaja Dan

Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

(7)

Jurn

al P

si

k

olo

g

i

U

b

ha

ra

7

Khairunnisa, Ayu. (2013). Hubungan Religiusitas Dan Kontrol Diri Dengan Perilaku

Seksual Pranikah RemajadiMAN 1 Samarinda. Jurnal. Vol.1/No.2/220-229

Samarinda: Universitas Mulawarman

Puspitadesi, D. I., Yuliadi, I & Nugroho, A.A. (2013). Hubungan Antara Figur Kelekatan

Orangtua Dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Remaja SMA Negeri 11

Yogyakarta. Jurnal. Vol.1/No.4. Yogyakarta: Universitas Sebelas Maret

Soetjiningsih, Christiana Hari. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Pranikah Pada Remaja. Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas

Gadjah Mada

Suwarti, dan Pinandita, T. (2014). Deskripsi Perilaku Seks Remaja di Purwokerto. Jurnal

Sainteks. Vol.XI/No.2/Oktober. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah

Referensi

Dokumen terkait

Capaian IPM Kabu- paten Sumedang tahun 2012 sebesar 72,95, shortfall sebesar 1,02 dan masuk kategori menengah atas.. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah daerah

• Argumentasi secara syar’i terhadap perintah ibadah yang berkaitan dengan posisi matahari pada saat awal waktu salat dan posisi hilal di atas ufuk pada saat matahari

Preferensi nasabah menabung atau berinvestasi pada suatu bank adalah keinginan atau kecenderungan mereka untuk memilih transaksi seharusnya melakukan keuangan. Preferensi

Saya sebagai penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material , laporan ini tidak mungkin dapat terselesaikan, untuk itu penulis

[r]

Penanggulangan bencana banjir pada Kota Semarang pada umumnya serta pembangunan sistem drainase kawasan Bandar Udara Achmad Yani pada khususnya harus melihat lebih bijak

[r]

Penelitian tahun pertama, yang telah dicapai, bertujuan untuk melakukan identifikasi kebutuhan ( need assesment) masyarakat tutur bahasa Indonesia terhadap