PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SD NEGERI SRIKAYANGAN SENTOLO KULON PROGO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Zazan Ahmad Fauzi NIM. 06108248373
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
MOTTO
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
vii
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SD NEGERI SRIKAYANGAN SENTOLO KULON PROGO
Oleh
Zazan Ahmad Fauzi 06108248373
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian yang dikenai tindakan adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Srikayangan yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian ini adalah prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan, Sentolo, Kulon Progo. Pelaksanaan tindakan terdiri atas dua siklus dan setiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Pada setiap siklus terdapat kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan metode observasi dan tes. Teknik analisis data dengan teknik deskriptif kualitatif maupun deskriptif kuantitatif. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah >75% dari jumlah siswa memperoleh nilai > 65.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Srikayangan, Sentolo, Kulon Progo. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata siswa sebelum dikenai tindakan adalah 55,7 dengan jumlah siswa yang mampu melampaui nilai 65,00 sebanyak 13 siswa (41,9%). Pada saat dikenai tindakan pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 68,3 dengan jumlah siswa yang mampu melampaui nilai 65,00 sebanyak 17 siswa (54,8%) dan kenaikan persentase siswa yang memperoleh nilai diatas 65,00 sebesar 12,9% . Kemudian setelah dikenai tindakan pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 76,5 dengan jumlah siswa yang mampu melampaui nilai 65,00 sebanyak 25 siswa (80,6%) dan kenaikan persentase siswa yang memperoleh nilai diatas 65,00 sebesar 25,8% dari siklus I.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir Skripsi ini dengan baik dan lancar.
Dalam proses pengumpulan data ataupun penyusunan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Srikayangan Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo” ini banyak kalangan yang membantu, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan segala fasilitas dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah merelakan waktunya dalam membantu penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, terima kasih atas waktu dan sarannya yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Kepala Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
ix
6. pula untuk perhatian dan kesabaran yang diberikan penuh selama membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
7. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, semangat, dan do’a yang tulus sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Ibu Rahayu Condro Murti, M.Si. selaku penasehat akademik yang telah memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan kepada penulis.
9. Kepala SD Negeri Srikayangan, yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan penelitian.
10. Ibu Tumini, S.Pd.SD.dan seluruh siswa kelas V SD Negeri Srikayangan, terima kasih atas kerja samanya dalam melakukan penelitian.
11. Teman-teman dan semua pihak yang turut berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Harapan penulis semoga Tugas Akhir Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya nanti.
Yogyakarta, November 2010
Penulis,
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
Halaman Persetujuan... ii
Halaman Pernyataan... iii
Halaman Pengesahan... iv
Halaman Motto... v
Halaman Persembahan... vi
Abstrak... vii
Kata Pengantar... viii
Daftar Isi... x
Daftar Tabel... xii
Daftar Gambar... xiii
Daftar Lampiran... xiv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1
B.Identifikasi Masalah... 5
C.Pembatasan Masalah... 6
D.Rumusan Masalah... 6
E.Tujuan Penelitian... 6
F. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kerangka Teori 1. Hakikat Belajar dan Pembelajar... 8
2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial... 11
3. Pembelajaran Kooperatif... 13
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 15
5. Pengertian Prestasi Belajar... 20
6. Karakteristik Siswa SD... 21
B.Kerangka Berpikir... ... 22
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Desain Penelitian... 24
B.Definisi Operasional Variabel... 28
C.Setting Penelitian... 28
D.Subjek dan Objek Penelitian... 29
E.Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data... 29
F. Teknik Analisis Data... 30
G.Indikator Keberhasilan... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Awal Penelitian... 32
B.Hasil Penelitian... 34
1. Siklus I... 34
2. Siklus II... 40
C.Pembahasan Hasil Penelitian... 47
1. Siklus I... 47
2. Siklus II... 48
D.Keterbatasan Penelitian... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 51
B.Saran... 51
DAFTAR PUSTAKA... 53
xii
Daftar Tabel
Tabel 1. Tabel Hasil Ujian Tengah Semester Tahun Ajaran 2010/2011... 33
Tabel 2. Tabel Hasil Evaluasi Siklus I... 38
Tabel 3. Tabel Hasil Evaluasi Siklus II... 45
xiii
Daftar Gambar
xiv
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Instrumen Pengamatan... 53
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 61
Lampiran 3. Kisi-kisi Soal Evaluasi... 76
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian... 81
Lampiran 5. Materi Pembelajaran... 88
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang mendasar bagi pembangunan bangsa. Dalam penyelengaraan pendidikan di sekolah, yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Perencanaan kegiatan pembelajaran dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada kurikulum yang ada. Kurikulum secara bertahap dan berkelanjutan disempurnakan guna meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada Sistem Pendidikan Nasional (Sugeng Widadi, 2009: 1).
Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu ditunjang oleh kinerja pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan akan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial. Mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional ( Undang-undang No.20 Tahun 2003), dinyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
1
2
serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Konsep undang-undang di atas menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat di masa mendatang. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas: 2004).
3
toleransi dan persaudaraan antar manusia baik di lingkungan masyarakat sekitar maupun antara bangsa-bangsa dan negara.
Namun realita yang ada saat ini banyak masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan diantaranya adalah lemahnya proses pembelajaran. Masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional. Metode konvensional tentu akan menjadikan peserta didik dalam keadaan pasif. Keadaan pasif akan mematikan kreativitas untuk berfikir dan bertindak sehingga materi yang disampaikan sebatas sebuah infus yang mengalir tanpa tahu yang diinfuskan, bahkan dapat menjadikan peserta didik salah konsep karena peserta didik tidak ikut berperan dalam menemukan konsep itu (Sugeng Widadi, 2009: 4).
Metode konvensional dalam praksisnya adalah sebuah metode yang memposisikan guru sebagai center atau pusat dari kegiatan pembelajaran. Guru mendominasi semua kegiatan yang ada dan menjadikan peserta didik tidak dapat memerankan posisinya sebagai peserta didik yang seutuhnya dan hanya sebagai objek yang selalu diberi injeksi.
Selain itu metode konvensional yang dilakukan secara monoton menjadikan peserta didik kurang berminat dalam mengikuti pelajaran karena peserta didik merasa bosan hanya diam menerima pelajaran. Kebosanan akan berdampak pada kurangnya penyerapan materi yang disampaikan sehingga akan berakibat pada rendahnya hasil belajar.
4
baik itu dengan teman, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran sebisa mungkin siswa aktif dan berinteraksi. Proses interaksi akan membuat siswa terbiasa untuk berperilaku sosial. Dengan keseimbangan antara pengetahuan dan sikap perilaku sosial, maka akan terbentuk pribadi yang cerdas dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas V SD Negeri Srikayangan, Pembelajaran yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan pembelajaran yang ada di SD yang lainnya yaitu masih berpusat pada guru dan belum memanfaatkan alat peraga secara optimal. Peserta didik masih pasif dalam mengikuti proses pembelajaran bahkan ada yang asyik bermain sendiri. Guru juga belum pernah menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran.
Ditinjau dari prestasi belajarnya, prestasi belajar IPS di kelas V SD Negeri Srikayangan masih rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Tengah Semester (UTS) karena rata-ratanya dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditentukan oleh sekolah yaitu 65.
5
pelaksanaannya, siswa akan saling bekerja sama dalam penguasaan materi dan itu adalah wujud interaksi. Dapat dikatakan metode ini mencakup aspek pengetahuan dan interaksi sosial. Dengan terpenuhinya kedua aspek yang terkandung dalam IPS yaitu pengetahuan dan interaksi sosial, maka akan menjadikan prestasi belajar IPS Siswa kelas V SD Negeri Srikayangan meningkat.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan di atas dapat diidentifikasikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Srikayangan adalah:
1. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher centered) 2. Peserta didik dalam proses pembelajaran masih pasif sebagai penerima
informasi dan belum mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang mereka pelajari.
3. Peserta didik lebih senang bermain sendiri daripada mengikuti pelajaran. 4. Prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan masih di bawah
KKM.
5. Penggunaan alat peraga oleh guru belum optimal.
6
C. Pembatasan masalah
Karena keterbatasan waktu dan biaya dari peneliti maka penelitian ini dibatasi pada masalah peningkatan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan yang masih di bawah KKM dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Srikayangan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi Peserta Didik
7
2. Bagi Guru
a. Memberikan tambahan pengetahuan kepada guru SD Negeri Srikayangan tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
b. Membangkitkan kreativitas guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan masukan pada pihak sekolah dalam upaya peningkataan profesionalisme pembelajaran.
b. Memberikan masukan pada pihak sekolah dalam mengembangkan kebijakan serta pengembangan hasil belajar secara umum.
4. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan peneliti tentang pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
8
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A.Kerangka Teori
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar
Menurut Cronbach (Yatim Riyanto, 2009: 5) belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu dengan menggunakan panca indera. Dengan demikian, belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimidasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti petunjuk belajar.
9 Belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi. Artinya bahwa dalam proses belajar, seseorang akan menghubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dengan pengetahuan yang baru (Yatim Riyanto, 2009: 6)
Menurut Soejanto (Sardiman, 1992: 23) belajar adalah segenap rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan yang menyangkut banyak aspek, baik karena kematangan maupun karena latihan, sehingga perubahan tersebut dapat diamati dan berlaku dalam waktu yang relatif lama. Dengan demikian dalam memperoleh perubahan tersebut, seseorang akan menggunakan berbagai usaha dalam berbagai kegiatan hingga terjadi perubahan yang relatif lama atau tetap.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas atau pengalaman baik fisik maupun mental seseorang yang secara sadar dialami dan terlibat langsung di dalamnya, sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, perilaku, keterampilan, dan kepribadian yang bersifat permanen.
b. Pembelajaran
10 memungkinkan terjadinya belajar. Pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2006: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran subset khusus dari pendidikan. Dari pengelolaan lingkungan tersebut kemudian akan tercipta suatu kegiatan yang terprogram, sehingga Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Menurut Aunurrahman (2009: 34) pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat inernal. Dalam pelaksanaannya, menurut Aunurrahman (2009: 34) pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan, dan siswa yang belum memiliki sikap dan tingkah laku sebagai pribadi
11 yang baik, menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan, dan tingkah laku yang baik.
Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi edukatif antara siswa dan guru atau dengan sumber belajar lain dimana siswa sebagai subyek didik secara aktif melakukan kegiatan belajar dalam kondisi yang terprogram, sehingga menghasilkan respon berupa perubahan sikap, kebiasaan, dan tingkah laku yang baik atau positif.
2. Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD a. Pengertian IPS
IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial, sosiologi, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Tujuan IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental yang positif, terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi segala masalah yang terjadi sehari-hari baik yang terjadi pada dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
12 berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Uraian tersebut menjelaskan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam baik dari segi agama, sosio-kultural, usia, dan suku untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (E. Mulyasa, 2007: 125), menyatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, yang berkaitan dengan isu sosial.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa mata pelajaran IPS adalah salah satu jenis mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (E. Mulyasa, 2007: 125), menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPS masuk dalam rumpun pengetahuan, meliputi:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
13 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Memahami tujuan yang dikemukakan di atas, terlihat bahwa secara prinsip tujuan dalam pembelajaran IPS adalah mengenal konsep-konsep yang ada dalam masyarakat, mengembangkan kemampuan berpikir, pemecdahan masalah, keterampilan, dan mengembangkan komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan, serta memoliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat.
3. Pembelajaran kooperatif
Metode belajar yang sudah banyak digunakan sebagai suatu metode pembelajaran di kelas adalah metode pembelajaran kooperatif. Belajar kooperatif mempunyai dua aspek yang menarik, yaitu:
a. Memungkinkan lingkungan yang kompetitif yang mendidik yang memacu peserta didik untuk bersaing satu sama lain dan bukan hanya sekedar bekerja sama,
14 Ada beberapa bentuk belajar kooperatif yang dikembangkan, antara lain: STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Team Group
Turnament), Jigsaw, TAI (Team-Assisted Individuallization), GI (Group
Investigation), LT (Learning Together), Coop-coop (Slavin, 1985: 7-8).
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang memiliki ciri adanya kerja sama antara peserta didik dengan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Tiap-tiap peserta didik ikut andil dalam menyumbang pencapaian tujuan tersebut.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit, karena mereka secara bersama-sama memecahkannya dalam kelompok. Selain hal itu, model pembelajaran kooperatif sangat berguna membantu peserta didik dalam menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman.
15 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahap tahap dalam penyelenggaraannya. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman peserta didik dan membantu peserta didik mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja sama dengan sesama teman dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 2001).
16 pembelajaran kooperatif dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 2001).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “peserta didik saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 2004).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian para peserta didik itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
17 anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli menurut Arends (Akhmad Sudrajat, 2008) digambarkan sebagai berikut :
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Gambar 1. Gambar struktur jigsaw
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw)
Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/angkatan.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan latar belakang pengalaman (skemata) peserta didik dan membantu siswa mengaktifkan skemata tersebut
18 agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja dengan sesama teman dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi (Lie, 2004: 69).
Lie (2004: 69-70) membagi tahapan-tahapan metode jigsaw sebagai berikut :
a. Guru membagi bahan pelajaran menjadi empat bagian.
b. Sebelum bahan pelajaran dibagikan, guru mengenalkan topik yang akan dibahas.
c. Peserta didik dibagi dalam kelompok berempat.
d. Bahan pelajaran bagian pertama diberikan kepada peserta didik yang pertama, sedangkan peserta didik yang kedua menerima bagian yang kedua, dst.
e. Peserta didik diminta membaca/mengerjakan bagiannya masing-masing. f. Peserta didik saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan
masing-masing. Dalam kegiatan ini, peserta didik dapat saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
g. Khusus untuk kegiatan membaca, guru membagikan bagian yang belum terbaca kepada masing-masing peserta didik.
19 i. Variasi: jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, peserta didik dapat membentuk kelompok ahli. Peserta didik berkumpul dengan peserta didik lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian tersebut. Kemudian, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.
Tahapan pembelajaran jigsaw menurut Slavin (1985: 124) adalah sebagai berikut:
a. Membaca
Peserta didik mendapat topik ahli, yaitu topik yang menjadi fokus masing-masing peserta didik dimana tiap-tiap peserta didik dalam satu kelompok mendapatkan topik yang berbeda.
b. Diskusi kelompok ahli
Peserta didik dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli.
c. Laporan Kelompok
Para ahli kembali ke kelompok asalnya untuk mengajarkan teman kelompok mereka mengenai topik ahli.
d. Tes
Peserta didik mengerjakan kuis/soal secara individu dimana soal tersebut mencakup seluruh topik yang telah dipelajari dan didiskusikan.
20 Masing-masing kelompok mendapatkan skor. Kelompok dengan skor
tertinggi berhak mendapatkan penghargaan.
Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang paling mudah digunakan untuk pendekatan ini adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca dan ilmu pengetahuan. Materi pembelajaran harus mengembangkan konsep daripada mengembangkan keterampilan sebagai tujuan umum ( Isjoni, 1999: 77-83 ).
5. Pengertian Prestasi Belajar
Ada beberapa pendapat tentang prestasi belajar. Saifudin Azwar (1998: 45) mendefinisikan “Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya secara optimal”. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui penilaian dan pengukuaran.
21 Selain pendapat yang ditegaskan di atas Sudarto (1994: 23) mengemukakan bahwa:
Prestasi belajar adalah merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada saat dilaksanakan evaluasi, dan evaluasi ini diwujudkan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa atas berbagai hal yang pernah diajarkan, dilatihkan, sehingga dapat diperoleh gambaran tentang pencapaian program pendidikan secara menyeluruh.
Saifudin Azwar (1998: 8) Mendefinisikan tes prestasi belajar adalah berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal sobjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Pendapat tersebut menegaskan bahwa prestasi belajar pada hakikatnya merupakan tes yang disusun secara terencana yang digunakan untuk mengukur kemampuan subjek di lingkungan pendidikan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hasil perubahan kemampuan aktual yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan alat ukur berupa tes. Hasil dari tes dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
6. Karakteristik Siswa SD
Jean Piaget (Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih, 2007: 115), perkembangan kognitif (kecerdasan) anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
a. Sensorimotor (0-2 tahun)
22 menemukan objek, benda apapun yang tidak dilihat, tidak disentuh atau tidak didengar.
b. Praoperasional (2-7 tahun)
Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memahami objek-objek sacara sempurnan. Artinya, anak sudah mempunyai kesadaran akan ekstensi suatu benda yang ada atau biasa ada walaupun benda tersebut sudah tidak dilihat atau didengarnya.
c. Operasional konkret (7-11 tahun)
Dalam tahap ini anak sudah mulai melakukan operasi, mulai dapat berpikir rasional. Namun demikian, kemampuan berpikir intuitifnya seperti pada masa praoperasional tidak hilang sampai anak memasuki masa remaja. Pada periode ini seorang anak mulai memperoleh tambahan kemampuan yang disebut satuan langkah berfikir yang berfungsi untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri sehingga ia mampu mengambil keputusan secara logis. Operasi-operasi dalam periode ini terikat pada pengalaman perorangan yang bersifat konkret dan bukan operasi formal. d. Formal operasi (11-15 tahun)
Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi kongkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Dalam hal ini, anak telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan secara simultan ataupun secara berurutan penggunaan kapasitas atau kemampuan kognitifnya, yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan prinsip-prinsip abstrak.
Berdasarkan tahap perkembangan kognitif di atas, siswa kelas V SD termasuk dalam tahap operasional konkret sehingga agar pembelajaran dapat berlangsung maksimal diperlukan media kongkrit. Penggunaan media sangat penting kehadirannya dalam pelajaran.
B. Kerangka Pikir
23 Negeri Srikayangan. Karena dalam pelaksanaannya metode ini mendorong siswa untuk aktif dan bekerja sama dalam menguasai materi. Unsur aktif dan perilaku sosial terkandung di dalamnya. Setelah kedua unsur tersebut terpenuhi, maka prestasi belajar IPS kelas V SD Negeri Srikayangan akan meningkat.
C. Hipotesis Tindakan
24
24 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian
Menurut S. Nasution (2006:23), desain penelitian merupakan rencana
tentang cara mengumpulkan data dan menganalisis data agar dapat
dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian.
Adapun desain penelitian ini adalah desain penelitian tindakan kelas.
Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan
kelas. Manfaat itu antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa
komponen pendidikan dan pembelajaran di kelas, antara lain sebagai berikut:
1. Inovasi pembelajaran.
2. Pengembangan kurikulum di tingkat regional atau nasional.
3. Peningkatan profesionalisme pendidikan.
Kasihani Kasbolah (1998:112), Menyatakan empat model penelitian
tindakan kelas, yaitu sebagai berikut:
1. Model Ebbut (1985).
2. Model Kemmis dan Mc Taggart (1988).
3. Model Elliot (1991).
4. Model Mc Kernan.
Selanjutnya menurut buku “ Penelitian Tindakan” (action research)
(1999:19), bahwa model penelitian tindakan ada lima macam, yaitu:
1. Model Kurt Lewin.
25
3. Model Dave Ebbut.
4. Model John Elliot.
5. Model Hopkins.
Dari beberapa model tersebut, peneliti menggunakan model Kemmis dan
MC Taggart, karena mudah dipahami dan dapat dilaksanakan dengan optimal.
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 16-19), bahwa model Kemmis dan Mc
Taggart terdiri dari empat tahap rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
siklus berulang. Empat kegiatan utama dalam setiap siklus antara lain:
perancanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
IGAK Wardhani (2007: 14), mengemukakan PTK yaitu penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar
siswa menjadi meningkat. Sedangkan, Zainal Aqib (2008: 13) PTK merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi
dalam sebuah kelas. Penekanannya pada penyempurnaan atau peningkatan
proses dan praktik pembelajaran.
Menurut Suharsimi (2009: 117) menyatakan bahwa, jika siklus belum
menunjukkkan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan (peningkatan mutu),
kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya sampai peneliti
26
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah :
0 : Perenungan
1 : Perencanaan
2 : Tindakan dan Observasi I
3 : Refleksi I
4 : Rencana Terevisi I
5 : Tindakan dan Observasi II
6 : Refleksi II
7 : Rencana Terevisi II
8 : Tindakan dan Observasi III
9 : Refleksi III dan seterusnya
Gambar 2. Gambar Siklus PTK
1. Perencanaan Tindakan
Siklus I
a. Observasi
Peneliti melakukan observasi terhadap kondisi awal objek
penelitian. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran awal
mengenai kondisi serta permasalahan yang timbul dalam objek
penelitian.
b. Identifikasi permasalahan
Setelah melakukan observasi maka peneliti mencatat berbagai
27
c. Perencanaan Penelitian
Hasil dari identifikasi permasalahan kemudian di fokuskan ke
dalam satu permasalahan yang akan dipecahkan. Perencanaan penelitian
disesuaikan dengan masalah yang akan dipecahkan sehingga tindakan
yang dilakukan akan efektif . Adapun perencanaan tindakan yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Peneliti mempersiapkan skenario pembelajaran (RPP), dan soal tes.
2) Mempersiapkan media pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Memperkenalkan observer untuk menghilangkan rasa takut.
b. Memperkenalkan kegiatan selama penelitian dilakukan untuk
mengurangi persepsi siswa bahwa kegiatan ini berjalan lain dari
biasanya.
c. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah ditetapkan dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
d. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, observer mengamati dan
mencatat secara cermat dan teliti dari aspek guru maupun siswa sesuai
dengan instrumen pengamatan dan penilaian yang telah ditetapkan.
3. Pengamatan
Pada tahap ini dikumpulkan data dan informasi selama kegiatan
belajar mengajar dari beberapa sumber untuk mengetahui seberapa jauh
28
4. Refleksi
Pada tahap ini guru sebagai aktor dan mahasiswa peneliti sebagai
observer, melaksanakan diskusi refleksi untuk menganalisa data hasil
observasi untuk mengetahui efektivitas tindakan yang telah
dilaksanakan, apakah telah mengatasi masalah atau belum. Hasil
refleksi dari tindakan pada siklus I digunakan untuk menentukan
langkah-langkah pada siklus berikutnya.
B. Definisi Operasional Variabel
Metode Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
maksimal.
C. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran
2010/2011 di kelas V SD Negeri Srikayangan, Kecamatan Sentolo,
Kabupaten Kulon Progo dengan jumlah siswa 31 anak.
2. Waktu Penelitian
Guna memperoleh data yang dibutuhkan, maka penelitian ini akan
dilakukan selama tiga bulan yaitu dari bulan Oktober sampai bulan
29
D. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD
Negeri Srikayangan, kecamatan Sentolo, kabupaten Kulon Progo yang
berjumlah 31 siswa. Objek penelitian ini adalah prestasi belajar IPS siswa
kelas V SD Negeri Srikayangan, Sentolo, Kulon Progo.
E. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
M. Toha Anggoro (2007: 5.2), mengemukakan Instrumen penelitian
merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data atau
informasi yang diinginkan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Instrumen untuk melihat prestasi belajar IPS berupa tes yaitu soal tes.
b. Instrumen pengamatan berupa daftar cocok (chek list) yang diisi selama
mengamati proses pembelajaran.
c. Instrumen pembelajaran yaitu RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Adalah panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. RPP
yang akan digunakan tidak sebanyak siklus yang akan diterapkan dalam
pembelajaran. RPP disusun untuk setiap KD (Kompetensi Dasar). Satu
siklus dalam Jigsaw dapat dipotong menjadi dua kali pertemuan. Hal ini
dilakukan dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu Kegiatan
30
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi dan tes. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:156-157),
observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Jenis
observasi ini adalah observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan
pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:150), tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok.
Observasi terhadap siswa digunakan untuk mengamati siswa pada saat
dilaksanakannya pembelajaran. Instrumen untuk observasi adalah dengan
daftar cocok ( check list). Sedangkan instrumen untuk tes adalah soal tes.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk mengolah data kuantitatif maupun
kualitatif sedemikian rupa sampai data itu menjadi lebih bermakna. Menurut
Suharsimi Arikunto (2009:131) data kuantitatif adalah data yang berupa nilai
hasil belajar siswa. Sedangkan data kualitatif adalah data yang berupa
informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa
tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif),
pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif),
aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar,
31
Dalam penelitian ini data kuantitatif dianalisis dengan analisis deskriptif
kuantitatif, sedangkan data kualitatif dianalisis dengan analisis deskriptif
kualitatif. Yang termasuk data kuantitatif adalah hasil tes dan yang termasuk
data kualitatif adalah hasil observasi. Untuk teknik analisis deskriptif
kuantitatif persentase diterapkan dalam proses penafsiran dan penyampaian
simpulan secara deskriptif dengan cara membandingkan nilai siswa sebelum
dikenai tindakan dengan nilai setelah dikenai tindakan, kemudian untuk teknik
analisis kualitatif diterapkan dalam proses penafsiran dan penyampaian
simpulan secara deskriptif. Kesimpulan diambil dari hasil refleksi yang
dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas.
G. Indikator Keberhasilan
Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM ) di SD Negeri Srikayangan adalah
65,00 untuk tiap mata pelajaran. Oleh karena itu peneliti menetapkan bahwa
tindakan dianggap berhasil jika nilai rata-rata hasil tes IPS setelah dilakukan
tindakan adalah ≥ 65 dan persentase siswa yang mendapatkan nilai diatas
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Lokasi Penelitian
SD Negeri Srikayangan merupakan sebuah Sekolah Dasar yang terletak di desa Srikayangan, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Adapun sarana dan prasarana yang ada antara lain:
1. Kondisi Fisik
Pada saat ini SD Negeri Srikayangan mempunyai 6 kelas untuk kelas 1 sampai kelas 6. Fasilitas lain yang dimiliki oleh SD Negeri Srikayangan adalah: kantor guru, mushola, kantin, perpustakaan, UKS, dan dapur. 2. Kondisi Nonfisik
Kondisi nonfisik yang dimaksud adalah SDM (Sumber Daya Manusia), baik itu pendidik maupun peserta didik. Dalam proses belajar mengajar, pendidik/ guru merupakan faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan siswa/ peserta didik.
a. Kondisi Guru
33
b. Kondisi Siswa
Jumlah siswa SD Negeri Srikayangan adalah 148 Siswa yang terdiri dari 85 siswa laki-laki dan 63 siswa perempuan. Siswa SD ini berasal dari lingkungan SD Negeri Srikayangan dan sekitarnya. Siswa yang ada memiliki karakteristik yang beraneka ragam sehingga membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat dari guru. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada kelas V dengan jumlah siswa 31 anak yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
Penelitian tahap awal dilakukan pada tanggal 28 dan 29 April 2010. Tahap penelitian ini dimulai dari Observasi terhadap situasi awal proses pembelajaran di kelas V SD Negeri Srikayangan pada mata pelajaran IPS. Hal-hal yang diamati meliputi: metode pembelajaran, aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan minat belajar siswa.
Observasi berlanjut pada tanggal 20 dan 21 Oktober 2010 untuk melihat nilai UTS Semesrter ganjil yang kemudian dijadikan sebagai acuan nilai awal peserta didik dalam penelitian ini.
Tabel.1 Hasil Ujian Tengah Semester Tahun Ajaran 2010/2011
Kategori Jumlah Persentase
Melampaui nilai 65 13 41,9 %
Kurang dari 65 18 58,1 %
34
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat 13 siswa (41,9%) memperoleh nilai yang telah melampaui 65,00 dan 18 siswa (58,1%) belum melampaui nilai 65,00. Dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran IPS belum berhasil dikarenakan hanya 41,9 % siswa yang mampu memperoleh nilai melampaui 65,00.
B.Hasil Penelitian 1. Siklus I
Siklus pertama dilaksanakan mulai tanggal 28 Oktober 2010. Kegiatan pada siklus pertama meliputi:
a. Perencanaan
Dalam kegiatan perencanaan peneliti mengambil materi sebagai bahan dalam proses pembelajaran yaitu “Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan”. Standar kompetensi dari materi yang dipelajari adalah menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan sukui bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Kompetensi dasar yang diambil adalah mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya.
35
1) Membuat RPP yang sesuai dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2) Membuat soal evaluasi
3) Mempersiapkan Instrumen pengamatan.
Pada siklus I proses pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran.
Perencanaan dari setiap pertemuan meliputi: 1) Pertemuan pertama
Dalam pertemuan pertama ini peneliti merencanakan untuk membahas materi tentang keragaman kenampakan alam dan buatan. Peneliti membagi materi itu menjadi empat bagian sesuai dengan indikator yang ada yaitu: mengidentifikasi kenampakan alam dan kenampakan buatan di Indonesia, menjelaskan manfaat kenampakan alam dan kenampakan buatan di Indonesia, menggambar peta di Indonesia dengan menggunakan simbol, dan membagi wilayah waktu indonesia dengan menggunakan peta/alas/globe.
Langkah-langkah yang direncanakan meliputi: a) Peserta didik dibagi menjadi kelompok berempat.
b) Bahan pelajaran yang sudah dibagi menjadi empat, bagian pertama diberikan kepada peserta didik yang pertama, sedangkan peserta didik yang kedua menerima bagian yang kedua dan seterusnya. c) Peserta didik yang mendapatkan materi yang sama berkumpul
36
d) Setelah dirasa memperoleh informasi yang cukup tiap–tiap anggota kelompok baru (kelompok ahli) kembali kepada kelompok asal untuk menyampaikan hasil diskusinya.
e) Guru menyampaikan materi yang terlewatkan. f) Diskusi mengenai topik dalam pembelajaran hari itu. 2) Pertemuan Kedua
Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua yaitu pemberian soal evaluasi.
b. Pelaksanaan
Siklus I dibagi menjadi dua pertemuan. Pada pertemuan pertama guru kelas melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat oleh peneliti. Peneliti hanya bertindak sebagai observer dan tidak ikut campur dalam proses pembelajaran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2010 dan pertemuan kedua pada tanggal 29 Oktober 2010.
1) Pertemuan pertama siklus I
37
materi yang sama), guru mempersilahkan untuk saling bertukar informasi dan mengunakan media yang diperlukan seperti: buku, peta, atlas, dan lain-lain. Guru kemudian memberikan waktu untuk berdiskusi.
Setelah dirasa cukup memperoleh informasi, siswa diminta kembali pada kelompok semula (kelompok asal) untuk saling berbagi informasi. Kegiatan akhir diisi dengan tanya jawab oleh guru mengenai keseluruhan materi yang ada. Guru menambahkan jika ada materi yang terlewatkan.
Pada pertemuan pertama ini belum dilaksanakan evaluasi mengingat keterbatasan waktu yang tersedia. Guru hanya memberikan PR.
2) Pertemuan kedua siklus I
Pada pertemuan kedua siklus I ini dikhusukan untuk kegiatan evaluasi. Guru memberikan soal evaluasi yang dibuat oleh peneliti sebanyak lima belas soal obyektif. Soal dikerjakan secara individu. Waktu yang diberikan adalah satu jam pelajaran.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini dilakukan sebagai sumber informasi peneliti dalam melakukan refleksi sehingga tahu letak kesalahan yang ada serta dapat memperbaikinya.
38
1) Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama ini peneliti mengamati kesesuaian antara metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan metode yang dilaksanakan oleh guru kelas pada siklus I ini. Peneliti juga mengamati fungsi guru sebagai fasilitator, dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua yang difungsikan sebagai waktu untuk evaluasi, maka disini peneliti mengamati kegiatan siswa selama evaluasi berlangsung. Apakah ada siswa yang menyontek atau tidak dan apakah benar-benar dikerjakan secara individu atau tidak.
Tabel.2 Hasil evaluasi siklus I
Kategori Jumlah Persentase
Melampaui nilai 65 17 54,8%
Kurang dari 65 14 45,2%
Nilai rata-rata hasil evaluasi siklus I = 68,3 d. Refleksi
39
rata-rata siswa meningkat menjadi 68,3. Peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus I dengan sebelum dikenakan tindakan adalah 12.6 poin.
Pada siklus I terdapat 14 siswa (45,2%) yang memperoleh nilai dibawah 65,00 dan 17 siswa (54,8%) yang memperoleh nilai diatas 65,00 hal ini meningkat dibandingkan sebelum dikenakan tindakan yaitu 18 siswa (58,1%) mendapat nilai dibawah 65,00 dan 13 siswa (41,9%) mendapat nilai diatas 65,00. Peningkatan persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas 65,00 adalah 12,9 %.
Beberapa kelemahan pada siklus I yang perlu diperbaiki:
1) Dalam proses pembelajaran masih banyak siswa yang belum memahami apa yang harus mereka lakukan. Pada saat pembentukan kelompok asal, siswa sudah terbentuk dengan baik namun pada saat di kelompok ahli masih banyak siswa yang bingung dalam berinteraksi dan menggali informasi. Sebaiknya sebelum metode pembelajaran kooperatif jigsaw diterapkan siswa diberi penjelasan sejelas mungkin sehingga tidak bingung saat melalui alur jigsaw. 2) Waktu yang kurang efektif digunakan. Waktu sebagian besar
40
Peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui apakah proses pembelajaran berjalan sesuai rencana, apakah terjadi kesalahan prosedur, apakah hasil tindakan sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil Evaluasi Siklus I dapat dikatakan prestasi belajar siswa meningkat, dapat dilihat dari rata-rata yang sebelumnya 55,7 menjadi 68,3 .Namun berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditargetkan yaitu sebanyak > 75% siswa yang memperoleh nilai > 65,00 dan baru tercapai 54,8 % maka penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus II.
2. Siklus II
Siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4 November 2010. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a. Perencanaan
41
Instrumen yang disiapkan oleh peneliti pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I hanya saja materi yang diterapkan berbeda dengan materi pada siklus I.
Yang disiapkan oleh peneliti pada siklus II ini antara lain: 1) Materi pembelajaran
2) Membuat RPP yang disesuaikan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
3) Membuat soal evaluasi.
4) Menyiapkan instrumen pengamatan.
Rancangan tindakan yang dilakukan peneliti meliputi: 1) Pertemuan pertama
42
Langkah-langkah yang direncanakan pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I hanya saja materinya berbeda. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Peserta didik dibagi menjadi kelompok berempat.
b) Bahan pelajaran yang sudah dibagi menjadi empat, bagian pertama diberikan kepada peserta didik yang pertama, sedangkan peserta didik yang kedua menerima bagian yang kedua dan seterusnya. c) Peserta didik yang mendapatkan materi yang sama berkumpul
membentuk kelompok baru untuk saling menggali informasi. d) Setelah dirasa memperoleh informasi yang cukup tiap–tiap anggota
kelompok baru (kelompok ahli) kembali kepada kelompok asal untuk menyampaikan hasil diskusinya.
e) Guru menyampaikan materi yang terlewatkan. f) Diskusi mengenai topik dalam pembelajaran hari itu. 2) Pertemuan Kedua
Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua yaitu pemberian soal evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
43
kegiatan evaluasi siklus II seperti yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 3 November 2010, dan pertemuan kedua pada tanggal 4 November 2010 dengan alokasi waktu dua jam pelajaran setiap pertemuan.
1) Pertemuan pertama siklus II
Pada pertemuan pertama siklus II ini guru kembali menjelaskan alur jigsaw kepada siswa agar siswa lebih jelas dalam memposisikan diri di kelompoknya. Kemudian metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw kembali diterapkan. Guru membagi siswa menjadi kelompok berempat. Tiap satu kelompok mendapatkan empat materi yang berbeda. Guru meminta siswanya untuk mencari anggota kelompok lain yang memiliki materi yang sama kemudian membentuk kelompok baru (kelompok ahli). Setelah kelompok ahli terbentuk (kelompok dengan materi yang sama), guru mempersilahkan untuk saling bertukar informasi dan mengunakan media yang diperlukan seperti: gambar gambar, peta, dan lain-lain. Guru kemudian memberikan waktu untuk berdiskusi.
44
Seperti pada siklus I, pada pertemuan pertama ini belum dilaksanakan evaluasi mengingat keterbatasan waktu yang tersedia. 2) Pertemuan kedua siklus II
Pada pertemuan kedua siklus II ini dikhusukan untuk kegiatan evaluasi. Guru memberikan soal evaluasi yang dibuat oleh peneliti sebanyak lima belas soal obyektif. Soal dikerjakan secara individu. Waktu yang diberikan adalah satu jam pelajaran.
c) Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah sudah terjadi perbaikan dalam proses pembelajaran terutama dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 1) Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama ini peneliti kembali mengamati kesesuaian antara metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan metode yang dilaksanakan oleh guru kelas. Peneliti juga mengamati fungsi guru sebagai fasilitator, dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2) Pertemuan kedua
45
menyontek atau tidak dan apakah benar-benar dikerjakan secara individu atau tidak.
Tabel.3 Hasil evaluasi siklus II
Kategori Jumlah Persentase
Melampaui nilai 65 25 80,6%
Kurang dari 65 6 19,4%
Nilai rata-rata hasil evaluasi siklus II = 76,5
Berdasarkan tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa lebih dari 75% siswa telah melampaui nilai 65,00 dengan kriteria keberhasilan sebesar 80,6%. Nilai rata-rata evaluasi siklus II ini adalah 76,5.
Pada siklus II ini prestasi belajar siswa meningkat dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Tabel Perbandingan Prestasi Belajar Siswa
Kategori Sebelum Tindakan
Siklus I Siklus II
Melampaui nilai 65
siswa pada sebelum tind pada siklus menjadi 25 kelas juga m siklus I da peningkatan dilihat pada
Dia
fleksi Secara u ningkatan pre ngan tahapan n guru hany ring penggu siklus I dan dakan hanya
I menjadi siswa yang meningkat d an meningk
rata-rata pr diagram di b
agram 1. Dia
umum, pel
di atas dapa n siklus II m a 13 siswa ya
17 siswa, k mampu mel ari 55,7 seb kat kembali restasi belaja bawah ini.
agram Perba
laksanaan s ar yang baik. an metode pe si sebagai f
de pembela
Siklus I 68.3
at diketahui mengalami p ang mampu m kemudia pad
lampaui nila belum tindak
i menjadi ar siswa untu
andingan Rat
siklus II m Proses pem embelajaran fasilitator. N ajaran koop ai 65,00. Nil kan menjadi 76,5 pada uk lebih jela
ta-Rata Sisw
menunjukka mbelajaran su n kooperatif t Nilai yang eratif tipe
46
tasi belajar n. Jika saat nilai 65,00,
meningkat lai rata-rata 68,3 pada siklus II. asnya dapat
wa
an adanya udah sesuai
47
menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil. Selama proses pembelajaran siswa lebih banyak aktif berinteraksi untuk mencari informasi.
Berdasarkan kriteria keberhasilan yang ditentukan, pada siklus II ini persentase siswa yang dapat melampaui nilai 65,00 sebanyak 80,6% yang artinya sudah melampaui 75%, oleh karena itu penelitian ini dihentikan sampai siklus II.
C.Pembahasan Hasil Penelitian 1. Siklus I
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan peningkatan prestasi belajar dibandingkan sebelum dikenai tindakan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata yang semula sebelum dikenai tindakan adalah 55,7 kemudian setelah dikenai tindakan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw nilai rata-rata menjadi 68,3.
Dalam siklus I terdapat 17 Siswa (54,8%) yang dapat melampaui nilai 65,00 dan 14 siswa (45,2%) yang belum mampu melampaui nilai 65,00. Dalam siklus I ini masih banyak siswa yang belum mampu melampaui KKM (nilai >65,00) hal ini bisa disebabkan oleh ketidakjelasan siswa saat menerima penjelasan tentang metode pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw yang masih terasa asing bagi siswa.
48
mereka dan siswa belum paham tentang tahapan yang harus dilakukan selama proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran siswa merasa bingung saat mengikuti langkah-langkah dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang cukup rumit. Seharusnya guru terlebih dahulu memperkenalkan metode ini kepada siswa sebelum penelitian, agar siswa dapat langsung memposisikan diri dan tahu apa yang harus dilakukan.
Peningkatan yang terjadi pada siklus I belum sempurna karena kriteria keberhasilannya belum mencapai target yang ditentukan yaitu > 75% siswa dapat melampaui nilai KKM yaitu 65,00. Oleh karena itu pada saat refleksi siklus I peneliti dan guru kelas sepakat untuk berusaha melakukan pebaikan dengan memberikan penjelasan yang lebih detail mengenai alur metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw oleh guru kelas pada awal pembelajaran pada siklus II. Guru kelas juga lebih serius mengawasi agar siswa dapat memanfaatkan waktu dengan optimal untuk berinteraksi.
2. Siklus II
49
Peningkatan prestasi belajar yang terjadi pada siklus I dan II ini dikarenakan siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan keadaan siswa yang lebih aktif maka pembelajaran menjadi tidak membosankan dan informasi yang digali oleh siswa menjadi lebih banyak.
Dalam siklus II ini terdapat 6 siswa (19,4%) yang belum mampu melampaui nilai 65,00. Dugaan peneliti, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang ada. Siswa yang lambat dalam menggali informasi akan sulit untuk memperoleh informasi yang diperlukan karena mereka tidak punya cukup waktu. Hasilnya ketika evaluasi diadakan, maka siswa–siswa tersebut kesulitan dalam mengerjakan soal dan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena sekali ada satu siswa dalam satu kelompok yang tidak efektif maka satu kelompok itu akan kehilangan satu pokok materi.
50
D.Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu:
1. Penyesuaian antara indikator pada RPP dengan instrumen evaluasi belum optimal.
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang ada dalam penelitian ini yaitu nilai rata-rata siswa sebelum dikenai tindakan adalah 55,7 dan pada saat dikenai tindakan pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 68,3 dengan kenaikan persentase siswa yang memperoleh nilai diatas 65,00 sebesar 12,9%. Setelah dikenai tindakan pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 76,5 dengan kenaikan persentase siswa yang memperoleh nilai diatas 65,00 sebesar 25,8% , maka dapat dikatakan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Srikayangan meningkat setelah diberikan tindakan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
B.Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Srikayangan, beberapa hal yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa antara lain:
1. Bagi guru
a. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru menggunakan metode yang bervariasi agar kegiatan pembelajaran tersebut menjadi lebih menarik.
b. Pemanfaatan media pembelajaran sebaiknya dioptimalkan sehingga materi yang diajarkan lebih berkesan tehadap siswa.
52
2. Bagi siswa
a. Hendaknya harus lebih giat belajar agar prestasinya terus meningkat di masa yang akan datang.
b. Meningkatkan keaktifan selama proses pembelajaran berlangsung baik dalam mata pelajaran IPS maupun mata pelajaran lainnya.
3. Bagi sekolah
53 DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. (2008). Metode Pembelajaran Kooperatif. http: //akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw. Diakses tanggal 23 Februari 2010.
Anita Lie. (2004). Cooperative Learning. Jakarta:Grasindo. Arends. (2001). Learning To Teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum Sekolah Dasar. Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
E. Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Roesdakarya.
Hidayati. (2004). Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Yogyakarta: UNY.
IGAK Wardhani. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Rineka Cipta. Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kasihani Kasbolah. (1998). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta. Depdikbud.
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Robert E Slavin. (2008). Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media.
S. Nasution. (2006). Metode research (Penelitian Ilmiah). Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Saifudin Azwar. (1998). Tes Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudarto. (1994). Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia.
54
Sugeng Widadi. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Kemampuan Pemahaman
Konsep IPS Peserta Didik Kelas V SD Negeri Krembangan. Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. (2007). Penelitian Tindaskan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
(2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Yatim Riyanto. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Toha Anggoro et al. (2007). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
55
Lampiran 1
56
TABEL PENGAMATAN ( Tabel Check list) Nama Guru : TUMINI, S.Pd.SD.
Komponen Yang Diamati
Aspek Sudah Belum
1. Rumusan 2. Ketepatan
tujuan dengan waktu yang tersedia 3. Penguasaan
bahan
Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar dijelaskan terlebih dahulu kepada siswa, sehingga semua siswa tahu apa yang akan dicapainya.
Semua tujuan pembelajaran dapat terealisasikan dalam kegiatan belajar mengajar
a. Mareti yang diajarkan tersusun dalam sistematika yang runtut.
57
4. Kegiatan belajar mengajar
a. Guru memberikan salam b. Guru mempresensi siswa c. Guru melakukan apersepsi d. Guru memberikan pengarahan
kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari. e. Guru membagi bahan
pelajaran menjadi empat kelompok
f. Sebelum bahan pelajaran dibagikan, guru mengenalkan topik yang akan dibahas. g. Siswa dibagi dalam kelompok
berempat.
h. Bahan pelajaran bagian pertama diberikan kepada peserta didik yang pertama, sedangkan peserta didik yang kedua menerima bagian yang kedua, dst
i. Siswa diminta
58
j. Siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, peserta didik dapat saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
k. Khusus untuk kegiatan membaca, guru membagikan bagian yang belum terbaca kepada masing-masing peserta didik.
l. Kegiatan diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam pembelajaran hari itu. Diskusi dapat dilakukan antara
pasangan satu dengan seluruh kelas.
59
berkumpul dengan peserta didik lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka bekerja sama
mempelajari/mengerjakan bagian tersebut. Kemudian, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri. n. Siswa berperan serta dalam
menarik kesimpulan. o. Siswa mengerjakan soal
evaluasi dengan sungguh-sungguh.
Catatan:
Mengetahui Srikayangan, Oktober 2010 Guru Kelas Peneliti
TUMINI,S.Pd.SD. ZAZAN AHMAD FAUZI
60
TABEL PENGAMATAN ( Tabel Check list) Nama Guru : TUMINI, S.Pd.SD.
Komponen Yang Diamati
Aspek Sudah Belum
5. Rumusan 6. Ketepatan
tujuan dengan waktu yang tersedia 7. Penguasaan
bahan
Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar dijelaskan terlebih dahulu kepada siswa, sehingga semua siswa tahu apa yang akan dicapainya.
Semua tujuan pembelajaran dapat terealisasikan dalam kegiatan belajar mengajar
c. Mareti yang diajarkan tersusun dalam sistematika yang runtut.
61
8. Kegiatan belajar mengajar
p. Guru memberikan salam q. Guru mempresensi siswa r. Guru melakukan apersepsi s. Guru memberikan pengarahan
kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari. t. Guru membagi bahan
pelajaran menjadi empat kelompok
u. Sebelum bahan pelajaran dibagikan, guru mengenalkan topik yang akan dibahas. v. Siswa dibagi dalam kelompok
berempat.
w. Bahan pelajaran bagian pertama diberikan kepada peserta didik yang pertama, sedangkan peserta didik yang kedua menerima bagian yang kedua, dst
x. Siswa diminta
62
y. Siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, peserta didik dapat saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
z. Khusus untuk kegiatan membaca, guru membagikan bagian yang belum terbaca kepada masing-masing peserta didik.
æ. Kegiatan diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam pembelajaran hari itu. Diskusi dapat dilakukan antara
pasangan satu dengan seluruh kelas.
63
berkumpul dengan peserta didik lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka bekerja sama
mempelajari/mengerjakan bagian tersebut. Kemudian, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri. cc. Siswa berperan serta dalam
menarik kesimpulan. dd.Siswa mengerjakan soal
evaluasi dengan sungguh-sungguh.
Catatan:
Mengetahui Srikayangan, November 2010 Guru Kelas Peneliti
TUMINI,S.Pd.SD. ZAZAN AHMAD FAUZI
64