• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM 2"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Model atau rancangan bahkan model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan. Mendesain kurikulum bukanlah pekerjaan yang ringan. Ia membutuhkan kajian yang komprehensif dalam rangka mendapatkan hasil yang dapat mengakomodir tuntutan dan perubahan zaman. Mendesain kurikulum berarti menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer kurikulum, sama seperti arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkonstruksi bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model bangunan yang akan dibangun.

Para ahli kurikulum berupaya merumuskan macam-macam desain kurikulum. Eisner dan Vallance (1974) menyebutnya menjadi lima jenis, yaitu model pengembangan proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum sebagai aktualisasi diri, kurikulum sebagai rekonstruksi sosial, dan kurikulum rasionalisasi akademis. Mc Neil (1977) membagi desain kurikulum menjadi empat model, yaitu model kurikulum humanistis, kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akademik. Saylor, Alexander, dan Lewis (1981) membagi desain kurikulum menjadi kurikulum subject matter disiplin, kompetensi yang barsifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial, dan kurikulum yang berdasarkan minat individu.

Sedangkan Shane (1993) membagi desain kurikulum menjadi empat desain, yaitu desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi pada anak, desain kurikulum yang berorientasi pada pengetahuan, dan desain kurikulum yang bersifat eklektik. Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengolahan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sebenarnya pengembangan kurikulum?

2. Bagaimana model-model pengembangan kurikulum?

3. Bagaimana pendekatan pengembangan kurikulum?

4. Bagaimana pengembangan kurikulum berbasis akademik dan berbasis kompetensi? C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk Mengetahui sebenarnya pengembangan kurikulum?

2. Untuk Mengetahui model-model pengembangan kurikulum?

3. Untuk Mengetahui pendekatan pengembangan kurikulum?

(2)

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendekaatan Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum (curriculum development/curriculum planning/curriculum

design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan

metode dan material, penilaian dan balikan (feedback). Tujuan menggambarkan semua

pengetahuan dan pertimbangan tujuan-tujuan pembelajaran, baik berhubungan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara keseluruhan.

Metode dan material menggambarkan metode-metode dan material sekolah guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penilaian, berhubungan dengan sejauh mana keberhasilan kegiatan yang

telah dikembangkan tujuan baru. Balikan (feedback), merupakan semua pengalaman yang telah

diperoleh dan pada gilirannya menjadi titik tolak bagi langkah pengembangan. Pengembangan kurikulum sendiri adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh hasil yang lebih baik lagi. Dari kurikulum 1994, suplemen 1999, KBK dan KTSP. Dan kurikulum yang sekarang kita pakai adalah kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan) dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh Guru, Kepala Sekolah serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan.

2. Model-Model Pengembangan Kurikulum

a. Admistrative Model

Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administratif atau line staff karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi.

b. Grass Root Model

(3)

judul yang ditugaskan kepada penulis, yaitu model pengembangan kurikulum dengan menggunakan pendekatan Grass Roots. Dilihat dari cakupan pengembangannya ada dua pendekatan yang dapat diterapkan. Pertama, pendekatan top down atau pendekatan administrative, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah; dan kedua adalah pendekatan grass root, atau pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu disebarluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat sering dinamakan

pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.

Kalau pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke bawah, maka dalam model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini. Pendekatan grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakan ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain sebaginya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin grass roots dapat berlangsung. Kedua, mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar.

Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan menentukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap penglaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga, Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu penglaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda. Terdapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, pengalaman belajar untuk membantu siswa dalam mengumpulkan sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat.

Untuk lebih merinci, penulis akan mengulas kembali secara rinci, bahwa inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah : Perencana, pelaksana, penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dari beberapa kajian di atas, maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass roots model yaitu :

1) Guru memiliki kemampuan yang professional.

2) Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi.

3) Muncul konsensus tujuan, prinsip – prinsip maupun rencana – rencana diantara para guru.

(4)

3. Pendekatan Pengembang Kurikulum

Pengembangan kurikulum seyoglanya dilaksanakan secara sistemik berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus harus tepat sekali dan menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh. Ada berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum, diantaranya adalah:

a. Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran.

Pendekatan ini di Indonesia dalam kurikulum sebelum kurikulum 1975. bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi bahan adalah bahwa bahan pengajaran lebih flesibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kelemahannya adalah karena tujuan pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan penilaian. Jadi pertanyaan pertama yang muncul dalam kaitannya dengan pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah bahan apa yang akan diberikan atau diajarkan kepada peserta didik?

b. Pendekatan berorientasi pada tujuan

Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah penberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi pada tujuan? Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:

1) Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan kurikulum

2) Tujuan yang jelas pula didalam meneptapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat

yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

3) Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap

hasil yang di capai.

4) Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum dalam mengadakan

perbaikan-perbaikan yang di perlukan.

Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Pertanyaan yang pertama kali muncul pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan adalah ”tujuan apa yang ingin dicapai, atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikam kurikulum?”

c. Pendekatan dengan Organisasi Bahan

Pendekatan Pola Subjec Matter Curriculum. Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.

d. Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum

Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu ;

(5)

Sebagai contoh adalah IPS. Bidang ini terdiri atas Ilmu Bumi, Sejarah, dan Ekonomi. Maka didalam suatu pokok (topik) dari Ilmu Bumi, kemudian dipelajari pula ilmu-ilmu lain yang masih berada dalam lingkup suatu bidang studi.

2) Pendekatan Fungsional

Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup suatu bidang studi yang dipandang ada hubungannya.

3) Pendekatan Tempat / Daerah

Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok pembicaraannya. Misalnya tentang daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan pembicaraan mengenai; segi wisatanya, antropologi, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya.

4) Pendekatan Pola Integrated Curriculum

Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi manusia seutuhnya, maka di dalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batasan tertentu dari masing-masing bahan pelajaran.

Menurut Blaney, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena mencakup pembicaraan penyusunan kurikulum yang dilaksanakan di sekolah disertai dengan penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap komponen kurikulum. Usaha melaksanakan tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan keseluruhan proses pengintegrasian komponen kurikulum, diantaranya adalah komponen tujuan. Dalam kaitannya dengan komponen tujuan ini, perlu di mengerti pula tentang kedudukan otoritas yang mengambil keputusan kurikulum.

4. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Akademik Dan Berbasis Kompetensi

a. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Akademik

Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistemisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistemisasi tertentu yang berbeda dengan sistemisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta

didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu. Ada tiga pendekatan

dalam perkembangan kurikulum subyek akademik. Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekedar mengingat-ingatnya. Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat integratif. pendekatan ini merupakan respon terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan komprehensif-terpadu. Pendekatan ketiga adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasarkan mata

pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah

matematis.

(6)

model subjek akademis dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan pada pemikiran masa lalu, sedangkan masa kini hanya memelihara dan mewarisi hasil budaya masa lalu tersebut. Sebaliknya, kurikulum lebih mengutamakan isi pendidikan dan peserta didik merupakan usaha untuk menguasai isi pendidikan sebanyak-banyaknya. Sekolah adalah tempat peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa fungsi itu, eksistensi sekolah akan kehilangan pamornya yang paling utama. Saat memuncak, model subjek akademis (istilah lain rasionalisasi-akademis) ini mengalami perkembangan menjadi tiga struktur disiplin, yaitu:

1. Aliran yang melanjutkan struktur disiplin, aliran ini menonjolkan proses penelitian ilmiah, baik

masalah sosial, nilai-nilai, maupun kebijaksanaan tokoh-tokoh pemerintah. Kritik yang timbul pada aliran ini adalah pendidikan menghasilkan manusia-manusia sinis, dingin, objektif rasional dan tidak mempunyai kepercayaan. Selain itu aliran ini pun menghasilkan manusia-manusia yang tidak memiliki cita-cita nasional dan tidak memiliki pemujaan terhadap pahlawan serta emosinya miskin.

2. Pelajar terpadu, dalam memahami masalah yang kompleks, aliran ini menggunakan beberapa

disiplin ilmu yang terpadu yang diperoleh dari pelajaran konsep-konsep pokok, proses-proses ilmiah, gejala-gejala alam, dan masalah-masalah yang dihadapi. Oleh karena itu pendekatannya adalah interdisipliner.

3. Pendidikan fundamental yang mementingkan isi dan materi, disamping cara-cara atau proses

berfikir.

4. Secara umum, kurikulum model subjek akademis dipandang sebagai model yang masih sepihak

dan belum mampu mengintegrasikan antara nilai lama dan nilai baru, padahal islam menghendaki adanya model yang interdisipliner dan integratif terhadap semua masalah-masalah

kehidupan.

b. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetisi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapainnya dapat dinikmati dalam bentuk perilaku atau ketrampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membentuk peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.

KBK menurut guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun demikian konsep ini tentu saja tidak dapat digunakan sebagai resep untuk memecahkan semua masalah pendidikan, namun dapat memberi

(7)

dalam dunia pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari proses dinamika yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Jadi, Kurikulum Berbasis Kompentensi adalah kurikulum yang secara dominan menekankan pada kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam setiap mata pelajaran pada setiap jenjang sekolah. Sebagai implikasinya akan terjadi pergeseran dari dominasi penguasaan kongnitif menuju penguasaan kompetensi tertentu. Kompetensi yang dituntut terbagi atas tiga jenis, yaitu:

1) Kompetensi tamatan yaitu, kompetensi minimal yang harus dicapai oleh siswa setelah

menamatkan sesuatu jenjang paendidikan tertentu.

2) Kompetensi mata pelajaran, yaitu kompetensi minimal yang harus dicapai pada saat siswa

menyelesaikan mata pelajaran tertentu.

3) Kompetensi dasar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai oleh siswa dalam setiap

bahasan atau materi tertentu dalam satu bidang tertentu.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen sebagai framework, yaitu:

1) Kurikulum dan hasil belajar. Memuat perencanaan pembangunan kompetensi peserta didik yang

perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun dan juga memuat hasil belajar, indikator, dan materi.

2) Penilaian berbasis kelas. Memuat prinsip sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang

lebih akurat dan konsistensebagai akuntabilitas public melalui identifikasi kompetensi dari indikator belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.

3) Kegiatan belajar mengajar. Memuat gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk

mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan pedagogis dan adragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

(8)

mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam upaya untuk meningkatkan kinerjanya. Secara umum pendekatan-pendekatan pengembangan dalam kurikulum adalah :

1. Pendekatan Sentralistik

Pendekatan sentralistik adalah pendekatan yang terpusat. Pendekatan ini memiliki kelebihan adalah mudahnya dicapai consensus, sangat baik dan memelihara budaya nasional, sangat membantu dalam perlasan kesempatan belajar, an mudah dalam mengadakan inovasi, sedangkan kekurangan pendekatan sentralistik adalah kurang mamu beradaptasi dengan kebutuhan lokal (daerah).

2. Pendekatan Desentralistik

Pendekatan desentralistik adalah pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing. Kelebihan pendekatan ini adalah mudah diadaptasi dengan kebutuhan dan situasi budaya daerah/lokal, namun memiliki kelemahan yaitu kesulitan untuk mencapai konsensus dari berbagai keragaman kebutuhan daerah. Tuntutan utama dari pendekatan desentralistik adalah tuntutan kemampuan setiap pengembang kurikulum yang harus menyebar dari tingkat pusat, daerah, sampai pada tinglkat satuan pendidikan di sekolah.

B. Saran

Dalam sebuah peribahasa disebutkan “Tiada Gading yang Tak Retak” dan juga tidak ada

satupun yang sempurna didunia ini, karena kesmpurnaan hanya milik Allah, begitupun makalah ini yang kami yakin masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran maupun kritik membangun dari semua pihak,

DAFTAR PUSTAKA

Dacholfany, M Ihsan, Model – Model Pengembangan Kurikulum (Artikel Jurnal), Dosen Univ. Imam Al-Ghozali Yayasan Tunas Islam, Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Sudrajat, Ahmad. 2008. Model Pengembangan Kurikulum.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/model-pengembangan- kurikulum. Diakses tanggal 20 Januari 2011.

Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta ; PT. Bumi Aksara

Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T.

(9)

Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, Bandung, 2002.

Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada media group

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum teori dan Praktek. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan pembelajaran Filosofi Teori danPrakrtek. Bandung :

Referensi

Dokumen terkait

• Oleh karena itu ekspresi gen dari masing-masing orang akan berbeda karena kebutuhan akan zat- zat gizi dari masing-masing orang juga bervariasi... Perbedaan nutrigenomik dan

Dari hasil analisis statis- tik bivariat didapatkan nilai p = 0,016 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelelahan kerja pekerja di

Pada aspek kesehatan fisik program yang dilakukan adalah memandikan klilen (penyandang psikis), makanan yang seimbang, kegiatan olehraga dan bersih-bersih lingkungan

13 Beranjak dari teori Wallas inilah yang digunakan sebagai indikator dalam penelitian untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa.. Kemampuan berpikir kreatif dapat

Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif pada Pelajaran IPA Siswa Kelas VII Semester 1 SMP PGRI 1 Ngraho Bojonegoro,

Berdasarkan kepada hasil dapatan kajian dan perbincangan yang telah dijalankan dalam kajian ini, pengkaji telah mengemukakan beberapa cadangan yang difikirkan dapat membantu

The results showed that the attributes of rice physiology affected by mutagenesis were sensitivity of rice to NaN3 with LD50 at 8.84 mM, and significantly effect of NaN3 on