• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA ACARA PERSIDANGAN PADA PENGADILAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BERITA ACARA PERSIDANGAN PADA PENGADILAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

BERITA ACARA PERSIDANGAN PADA PENGADILAN AGAMA

Oleh :

Drs. H. Abu Amar, SH.,MH.

I. Pendahuluan

Sifat acara pemeriksaan perkara di hadapan persidangan Pengadilan di Indonesia berdasarkan Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) untuk Jawa dan Madura dan Rechtsreglement Buitengewesten (RBg) untuk luar Jawa dan Madura, dilakukan secara lisan (mondelinge procedure).

Acara dengan lisan berarti, bahwa pemeriksaan perkara dilakukan dengan cara kontak langsung berupa tanya jawab dengan lisan antara hakim dengan para pihak atau kuasanya di muka persidangan. Hakim juga mendengarkan sendiri keterangan saksi- saksi yang diajukan oleh para pihak, keterangan saksi ahli apabila diperlukan dan lain-lainnya.

Bahkan Hakim dalam setiap perkara perdata, apabila kedua belah pihak hadir di persidangan, wajib mendamaikan kedua belah pihak. (Pasal 154 RBg / 130 HIR). Hakim juga berhak untuk memberikan penerangan (penasehatan) kepada kedua belah pihak mengenai cara berperkara atau upaya hukum yang dapat ditempuh agar supaya perkara berjalan baik dan teratur. (Pasal 156 RBg / 132 HIR). Kewajiban mendamaikan dan memberikan penasehatan tersebut tentu saja dilakukan secara lisan.

(2)

2 II. Pengertian Berita Acara Persidangan

Berita acara disebut juga proces verbaal, artinya laporan yang dibuat oleh polisi / pegawai penuntut umum (dalam perkara pidana) mengenai waktu terjadinya, tempatnya, keterangan-keterangan dan petunjuk-petunjuk lainnya mengenai suatu perkara / peristiwa. Dalam perkara perdata adalah laporan yang dibuat oleh pejabat umum yang diberi kewenangan untuk itu mengenai waktu terjadinya, tempatnya, keterangan-keterangan dan petunjuk-petunjuk lainnya tentang suatu perkara.

Adapun persidangan dalam pembahasan ini, pengertiannya adalah persidangan yang diselenggarakan oleh pengadilan untuk melakukan pemeriksaan terhadap perkara perdata yang diajukan oleh pihak penggugat.

Dengan demikian, pengertian berita acara persidangan adalah laporan tertulis yang dibuat oleh pegawai / pejabat umum pengadilan, dalam hal ini panitera, tentang waktu dan tempat persidangan serta keterangan-keterangan dan petunjuk lainnya sehubungan persidangan suatu perkara.

Berita acara persidangan mempunyai kedudukan penting dalam proses pemeriksaan perkara. Bentuknya telah ditentukan oleh undang-undang dan dibuat oleh pegawai umum yang diberikan kewenangan untuk itu, dalam hal ini panitera pengadilan.

III.Dasar Hukum Berita Acara Persidangan

Dasar hukum pembuatan berita acara persidangan diatur dalam peraturan perundang-undangan antara lain sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 11 ayat (3).

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Perubahan Kedua yaitu Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, Pasal 97 dan penjelasannya.

3. Reglement Buitengewesten (RBg) Pasal 197 atau Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) pasal 186.

(3)

3

5. Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor 145/ KMA/SK/VIII/2007 tanggal 29 Agustus 2007 tentang Memberlakukan Buku IV Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Di Lingkungan Badan-Badan Peradilan

IV.Pembuatan, Kedudukan dan Fungsi Berita Acara Persidangan

Pembuatan berita acara persidangan dilakukan oleh panitera. Ketentuan tentang hal itu diatur dalam RBg Pasal 197 ayat (1) atau HIR pasal 186 ayat (1) dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Pasal 97 beserta penjelasannya.

Meskipun demikian, tanggung jawab utama pembuatan berita acara persidangan tersebut tetap berada pada Ketua Majelis Hakim. Oleh karena itu untuk menghindarkan kesulitan dan demi kelancaran penyelesaian perkara, dengan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 5 Tahun 1959 tanggal 20 April 1959 dan Nomor 690/K/651/M/1962 tanggal 7 Maret 1962, Mahkamah Agung memberi instruksi supaya Hakim mendikte Panitera yang bersidang dalam membuat berita acara persidangan dan putusan.

Berita acara persidangan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses pemeriksaan perkara di pengadilan. Berita acara persidangan, merupakan catatan resmi persidangan yang dibuat oleh panitera selaku pejabat yang berwenang, dan ditandatangani oleh Hakim dan Panitera Pengganti yang bersangkutan, maka pada berita acara persidangan itu melekat kekuatan autentik,

artinya apa yang diterangkan di dalamnya tentang kebenarannya tidak bisa dibantah oleh siapapun, kecuali dapat dibuktikan yang sebaliknya berdasarkan keputusan pidana yang berkekuatan hukum tetap. (Putusan MA-RI No. 901 K/Sip/1974 tanggal 18 Pebruari 1976).

Agar berita acara persidangan mencapai nilai sebagai sebuah akta autentik, maka harus dipenuhi suatu syarat formil yaitu ditandatangani oleh Hakim Ketua Majelis dan Panitera yang bersidang, sebagaimana diatur dalam RBg Pasal 197 ayat (3) atau HIR pasal 186 ayat (3) jo Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Pasal 62 ayat (3).

Adapun mengenai fungsi dari berita acara persidangan adalah sebagai berikut :

1. Sebagai dasar Hakim dalam menyusun putusan.

(4)

4

untuk umum, bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan sengketa antar para pihak. Putusan pengadilan diambil oleh Hakim setelah melalui pertimbangan hukum yang matang atas fakta kejadian dan fakta hukum yang diperoleh dalam pemeriksaan perkara, pemeriksaan perkara mana wajib dicatat oleh Panitera / Panitera Pengganti yang ditugaskan membantu Hakim dalam persidangan. Dengan demikian berita acara persidangan yang dibuat berdasarkan catatan persidangan, merupakan landasan / dasar bagi Hakim dalam membuat / menyusun putusan. Oleh karena itu putusan pengadilan harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan berita acara persidangan. 2. Sebagai landasan menilai kebenaran putusan dalam pemeriksaan perkara

tingkat banding.

Pemeriksaan perkara tingkat banding pada hakekatnya adalah pemeriksaan ulangan, yaitu mengulangi kembali pemeriksaan perkara yang telah dilakukan oleh pengadilan tingkat pertama sejak awal sampai dengan putusan, termasuk di dalamnya surat gugatan, jawab menjawab, jalannya pemeriksaan dalam persidangan sampai dengan adanya putusan Hakim, yang dituangkan dalam berita acara persidangan pengadilan tingkat pertama. Dengan demikian berita acara persidangan itu mempunyai fungsi yang sangat menentukan sebagai landasan menilai kebenaran putusan pengadilan tingkat pertama bagi pemeriksaan perkara pada tingkat banding.

3. Sebagai bagian dari dokumentasi pengadilan.

Salah satu faktor pendukung tertib administrasi perkara adalah arsip berkas perkara. Seperti diketahui bahwa arsip, in casu arsip berkas perkara, mempunyai beberapa nilai antara lain nilai dokumentasi, artinya dapat memberikan gambaran tentang peristiwa atau kejadian pada masa lalu.

Berita acara persidangan merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah berkas perkara, maka berita acara persidangan pemeriksaan sebuah perkara, juga mempunyai fungsi dokumentasi yaitu, untuk dapat mengetahui gambaran tentang jalannya pemeriksaan perkara yang bersangkutan.

4. Sebagai rujukan membuat pengganti putusan, jika asli putusan rusak atau hilang.

(5)

5

rujukan untuk membuat salinan / duplikatnya sebagai bukti pengganti asli putusan itu adalah berita acara persidangan, yang padanya melekat nilai autentik.

5. Sebagai bahan informasi ilmu pengetahuan.

Selain mempunyai fungsi dokumentasi, berita acara persidangan juga mempunyai fungsi informasi ilmu pengetahuan, sebab sebuah berkas perkara termasuk di dalamnya berita acara persidangan, dapat memberikan informasi kepada pembacanya tentang ilmu pengetahuan, dalam hal ini tentunya ilmu hukum berkenaan dengan hukum formil maupun materiil yang dipergunakan oleh Majelis Hakim ketika memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang bersangkutan.

V. Isi Berita Acara Persidangan

Sumber utama berita acara persidangan adalah muatan pemeriksaan perkara oleh Hakim, yang dilakukan secara lisan dan langsung. Lisan artinya dengan cara tanya jawab antara Hakim dan para pihak dan saksi-saksi. Langsung artinya berhadapan atau kontak personal. Oleh karena itu diperlukan kejelian dan ketelitian Panitera Pengganti untuk merekam pemeriksaan perkara di hadapan persidangan. Pada masa lalu agar dapat merangkum pemeriksaan yang dilakukan oleh Hakim dalam persidangan seorang Panitera / Panitera Pengganti dituntut mampu menulis cepat dengan menggunakan stenografi. Pada masa sekarang untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kekhilafan, kiranya tidak berlebihan dan dapat dibenarkan apabila Panitera Pengganti menggunakan tape recorder.

Dalam pemeriksaan perkara di hadapan persidangan, Hakim wajib menerapkan asas pemeriksaan perkara perdata, yang tentang hal ini harus pula dipahami oleh Panitera / Panitera Pengganti yang bertugas membantu Hakim dalam persidangan, antara lain :

1. Asas persidangan terbuka untuk umum. (Pasal 13 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).

2. Asas Hakim wajib mendamaikan para pihak berperkara. (Pasal 154 RBg / Pasal 130 HIR).

(6)

6

4. Asas imparsialitas. (Pasal 4 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).

Adapun isi atau materi muatan berita acara persidangan bagi lingkungan Peradilan Agama, sebagaimana diatur dalam Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama Edisi Revisi 2010 halaman 31, pada garis besarnya terdiri dari hari, tanggal, tempat, susunan persidangan dan pihak yang hadir serta jalannya pemeriksaan perkara dengan jelas dan lengkap.

Secara rinci berita acara persidangan tersebut harus berisi hal-hal pokok yang terjadi dalam persidangan yang dirangkaikan dalam ungkapan kalimat- kalimat, dengan variable sebagaimana contoh berikut :

1. Judul dan Nomor Perkara. a. Pada persidangan pertama :

BERITA ACARA PERSIDANGAN

Nomor : ... / Pdt.G / 20.. / PA ...

b. Pada persidangan lanjutan, di bawah nomor perkara ditambahkan kata lanjutan.

BERITA ACARA PERSIDANGAN

Nomor : ... / Pdt.G / 20.. / PA ... lanjutan

2. Penyebutan tentang pengadilan yang memeriksa perkara dan tentang hari, tanggal, bulan, dan tahun persidangan.

Pengadilan Agama ... yang memeriksa perkara tertentu dalam tingkat pertama pada hari ... tanggal ... 20.., dalam perkara ... antara :

3. Identitas dan kedudukan pihak dalam perkara. a. Jika Penggugat mengajukan gugatannya sendiri.

... bin ..., umur .... tahun, agama Islam, pekerjaan ... bertempat tinggal di ... RT ... RW ..., Desa ... Kecamatan ..., Kabupaten / Kota ..., selanjutnya disebut Penggugat,

L a w a n

(7)

7

b. Jika Penggugat memberikan kuasa dalam berperkara, maka ditambahkan kalimat sebagai berikut :

yang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya ..., Advokad / Pengacara yang beralamat dan berkantor di ..., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal ... terdaftar pada Register kepaniteraan Pengadilan Agama ... tanggal ...

c. Jika Tergugat memberikan kuasa dalam berperkara, maka ditambahkan kalimat sebagai berikut :

yang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya ..., Advokad / Pengacara yang beralamat dan berkantor di ..., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal ... terdaftar pada Register kepaniteraan Pengadilan Agama ... tanggal ...

4. Susunan Majelis Hakim dan Panitera sidang. a. Dalam persidangan pertama :

Susunan persidangan adalah sebagai berikut :

Drs. ..., SH., MH sebagai Hakim Ketua Dra. Hj. ..., SH. sebagai Hakim Anggota ..., SAg., SH., sebagai Hakim Anggota ..., SHI., sebagai Panitera Pengganti

b. Dalam persidangan lanjutan, apabila tidak ada pergantian Majelis Hakim.

5. Pernyataan sidang dibuka dan terbuka untuk umum.

Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua, maka para pihak dipanggil masuk ke ruang persidangan.

6. Keterangan kehadiran dan ketidakhadiran para pihak atau kuasanya. a. Dalam hal Penggugat dan Tergugat hadir di persidangan.

Penggugat / Kuasa Penggugat hadir menghadap sendiri ke persidangan. Tergugat / Kuasa Tergugat hadir menghadap sendiri ke persidangan.

b. Dalam hal masing-masing pihak didampingi oleh kuasanya :

Penggugat hadir menghadap sendiri ke persidangan dengan didampingi oleh Kuasanya.

Tergugat hadir menghadap sendiri ke persidangan dengan didampingi oleh Kuasanya.

c. Dalam hal masing-masing pihak diwakili oleh kuasanya :

(8)

8

d. Dalam hal Penggugat tidak hadir, Tergugat hadir dan mohon keputusan, diterangkan sebagai berikut :

Penggugat / Kuasa Penggugat tidak hadir menghadap sendiri ke persidangan. Tergugat / Kuasa Tergugat hadir menghadap sendiri ke persidangan.

Tergugat kemudian mohon keputusan.

e. Dalam hal Tergugat tidak hadir, Penggugat hadir dan mohon keputusan, diterangkan sebagai berikut :

Penggugat / Kuasa Penggugat hadir menghadap sendiri ke persidangan. Tergugat / Kuasa Tergugat tidak hadir menghadap sendiri ke persidangan. Penggugat kemudian mohon putusan.

f. Dalam hal Penggugat atau Tergugat tidak hadir

Penggugat / Tergugat tidak hadir dan tidak menyuruh orang lain untuk menghadap sebagai wakilnya, meskipun ia menurut relaas panggilan tanggal ... yang telah dibacakan di persidangan, telah dipanggil secara sah dan patut.

7. Pernyataan penundaan persidangan pada hari, tanggal, bulan, tahun, jam yang telah ditentukan, dengan alasan :

a. Karena ketidakhadiran salah satu pihak Penggugat atau Tergugat atau kedua belah pihak, dan Majelis Hakim memandang perlu untuk menunda persidangan, maka Majelis Hakim melalui Panitera Pengganti memerintahkan kepada Juru Sita Pengganti untuk memanggil lagi pihak yang tidak hadir, serta memerintahkan pihak yang hadir untuk menghadap persidangan pada hari dan tanggal yang telah ditentukan tanpa dipanggil lagi.

Penggugat / Tergugat tidak datang menghadap persidangan, namun Majelis Hakim sesuai ketentuan pasal 150 RBg / 126 HIR, akan memanggil lagi yang bersangkutan, dan kemudian menunda persidangan pada hari ... tanggal ... jam ..., dengan memerintahkan kepada Juru Sita Pengganti melalui Panitera Pengganti memanggil Penggugat / Tergugat agar hadir pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditetapkan, serta memerintahkan kepada Tergugat / Penggugat agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.

b. Para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi berdasarkan ketentuan Perma Nomor 1 Tahun 2008.

(9)

9

c. Untuk melaksanakan tahapan proses pemeriksaan perkara dengan agenda penyampaian jawaban Tergugat, replik Penggugat, duplik Tergugat, pembuktian, kesimpulan, dan musyawarah Majelis Hakim dan lain-lainnya, disertai penjelasan perintah kepada para pihak untuk hadir dalam persidangan tanpa dipanggil lagi atau akan dipanggil lagi melalui juru sita. Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai dengan hari ... tanggal ... dengan agenda ..., dan memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau kuasanya agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.

d. Untuk memberikan kesempatan kepada Penggugat / Tergugat mengajukan alat bukti.

Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai dengan hari ... tanggal ... untuk memberikan kesempatan kepada Penggugat / Tergugat mengajukan alat pembuktian, dan memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau kuasanya agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.

e. Untuk keperluan Majelis Hakim mendengarkan keterangan Saksi Ahli. Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai dengan hari ... tanggal ... untuk meminta pendapat seorang ahli ... , dan kemudian memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau kuasanya agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.

f. Untuk keperluan Majelis Hakim melakukan Pemeriksaan Setempat.

Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai dengan hari ... tanggal ... untuk terlebih dahulu melakukan pemeriksaan setempat, dan kemudian memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau kuasanya agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.

Pada pemeriksaan perkara di mana Hakim menunda persidangan pada waktu yang telah ditentukan, maka langsung diikuti dengan pernyataan penutupan sidang.

8. Dalam persidangan pertama dan lanjutan yang dihadiri para pihak, memuat keterangan bahwa majelis hakim telah melakukan upaya mendamaikan para pihak, berdasarkan ketentuan Pasal 154 RBg / Pasal 130 HIR.

Ketua berusaha untuk mendamaikan para pihak, tetapi tidak berhasil.

9. Keterangan tentang pelaksanaan mediasi.

(10)

10

Tahun 2008, dan menunda proses persidangan untuk memberikan kesempatan para pihak menempuh proses mediasi.

Ketua Majelis Hakim menjelaskan kepada para pihak atau kuasanya bahwa berdasarkan ketentuan Perma Nomor 1 Tahun 2008, para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi. Ketua Majelis Hakim kemudian memerintahkan kepada para pihak melaksanakan mediasi.

Selanjutnya Ketua Majelis mempersilahkan para pihak meninggalkan ruang sidang untuk memberi kesempatan para pihak berunding memilih mediator. Persidangan di skors.

Beberapa saat kemuadian skorsing dinyatakan dicabut, para pihak dipersilahkan masuk ke ruang sidang. Para pihak kemudian menyampaikan kepada Majelis bahwa mereka telah berhasil/gagal memilih mediator. (pilih salah satu, berhasil atau gagal).

b. Apabila para pihak berhasil memilih mediator.

Ketua Majelis Hakim kemudian membuat penetapan tentang mediator yang dipilih yaitu ... dan memberitahukan kepadanya untuk segera melaksanakan tugas.

c. Apabila para pihak gagal memilih mediator, diterangkan sebagai berikut :

Ketua Majelis Hakim kemudian menunjuk mediator dari hakim bukan pemeriksa pokok perkara yang bersertifikat (jila tidak ada, dari hakim pemeriksa pokok perkara dengan atau tanpa sertifikat) pada Pengadilan Agama ..., dan membuat penetapan tentang mediator yang ditunjuk tersebut serta memberitahukan kepadanya untuk segera melaksanakan tugas.

10.Dalam persidangan berikutnya keterangan mengenai laporan para pihak tentang pelaksanaan mediasi.

a. Apabila mediasi berhasil, isi kesepakatan dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian. Berita acara persidangan diawali dengan judul berita acara persidangan, nomor perkara dan keterangan lanjutan, setelah keterangan tentang kehadiran para pihak atau kuasanya, kemudian diterangkan sebagai berikut :

Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, mediator menyampaikan pernyataan tertulis kepada Majelis Hakim, bahwa upaya mediasi telah berhasil.

Para pihak kemudian menyampaikan hasil kesepakatan secara tertulis yang ditandatangai oleh para pihak / kuasanya dan mediator. Selanjutnya para pihak mohon kepada Majelis Hakim untuk dikuatkan dalam Akta Perdamaian.

(11)

11

selesai sebagaimana dimuat dalam kesepakatan tertulis, diterangkan sebagai berikut :

Para pihak kemudian menyampaikan hasil kesepakatan secara tertulis yang ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Selanjutnya para pihak mohon kepada Majelis Hakim untuk mencabut gugatannya / menyatakan perkaranya telah selesai.

Majelis Hakim kemudian memberikan Penetapan mengabulkan permohonan pencabutan gugatan.

c. Apabila mediasi gagal, diterangkan sebagai berikut :

Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, mediator menyampaikan pernyataan tertulis tertanggal ... kepada Majelis Hakim, yang menyatakan bahwa upaya mediasi yang dilaksanakan pada tanggal ... telah gagal.

Ketua Majelis Hakim kemudian menyatakan untuk melanjutkan pemeriksaan perkara ini.

11.Pernyataan sidang dilakukan tertutup untuk umum dalam hal undang-undang menentukan bahwa pemeriksaan perkara yang bersangkutan dilakukan dalam sidang tertutup untuk umum, misalnya dalam pemeriksaan permohonan cerai talak dan atau gugatan perceraian.

Selanjutnya Ketua Majelis Hakim menyatakan, karena persidangan ini untuk memeriksa perkara permohonan cerai talak / gugatan cerai, maka persidangan dinyatakan tertutup untuk umum.

12.Pembacaan surat gugatan.

a. Apabila Penggugat tetap pada isi gugatannya.

Lalu dibacakan surat gugatan (catatan gugatan secara lisan), yang atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, Penggugat menyatakan tetap pada isi gugatannya.

b. Apabila ada perubahan surat gugatan, dibuat pernyataan sebagai berikut :

Lalu dibacakan surat gugatan, yang atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, Penggugat menyatakan ada perubahan/tambahan pada surat gugatannya, perubahan/tambahan surat gugatan mana kemudian disampaikan oleh Penggugat kepada Majelis Hakim.

c. Apabila ada perubahan catatan gugatan secara lisan, dibuat pernyataan sebagai berikut :

Lalu dibacakan catatan gugatan secara lisan. Ketua Majelis Hakim kepada Penggugat :

(12)

12

13.Pemeriksaan pihak-pihak berkaitan dengan jawaban, replik dan duplik.

Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, Tergugat / Kuasanya atau Penggugat / Kuasanya menyatakan telah siap dengan jawaban / replik / dupliknya secara tertulis. Tergugat / Kuasanya atau Penggugat / Kuasanya kemudian menyerahkannya kepada Majelis Hakim dan tembusan / foto copynya kepada pihak lawan.

(Apabila dipandang perlu, Ketua Majelis dapat mempersilahkan Tergugat / Kuasanya atau Penggugat / Kuasanya untuk membacakan jawaban / replik / duplik / kesimpulan tersebut).

14.Pemeriksaan alat-alat bukti surat dan saksi-saksi serta tanggapan pihak lawan. Sesuai dengan agenda persidangan yang telah ditetapkan oleh Majelis Hakim, persidangan pada hari ini memasuki tahap pembuktian.

Atas pertanyaan Ketua Majelis, Penggugat menyatakan telah siap dengan bukti surat, yang kemudian diserahkan kepada Majelis Hakim disertai dengan aslinya.

Majelis Hakim kemudian memeriksa bukti surat tersebut dan setelah dicocokkan, ternyata sesuai dengan aslinya, selanjutnya diberi kode P.1, P.2, P.3 dst.

Majelis Hakim lalu memberikan kesempatan kepada pihak Tergugat untuk memeriksa dan bukti surat tersebut.

Ketua Majelis Hakim kepada Tergugat : Apakah ada tanggapan terhadap bukti surat Tergugat ?

Ya, saya akan menanggapi sebagai berikut : a. Bukti P.1 ...

b. Bukti P.2 ... c. Dst...

Selanjutnya Penggugat juga menyatakan bahwa ia telah siap dengan saksi-saksinya dan mohon kepada Majelis Hakim saksi tersebut didengar keterangannya.

Maka dipanggil masuklah saksi-saksi Penggugat ke dalam ruang persidangan yaitu : Saksi I : ... bin ..., umur ... tahun, agama Islam, pekerjaan

Atas pertanyaan Ketua Majelis para saksi menerangkan, bahwa mereka masing-masing kenal dengan para pihak yang berperkara, tidak ada hubungan keluarga sedarah maupun semenda dan tidak ada hubungan pekerjaan dengan mereka. Sesudah bersumpah menurut cara agama Islam, para saksi menyatakan akan menerangkan yang sebenarnya dan tidak lain dari yang sebenarnya.

(13)

13 Ketua Majelis Hakim kepada saksi I : Sejak kapan saudara kenal dengan Penggugat dan Tergugat ?

Saya kenal dengan Penggugat sejak ... dan kenal dengan Tergugat sejak ...

Dst ...

Atas keterangan Saksi I tersebut Tergugat menyatakan keberatan dan menolaknya. Ketua Majelis Hakim kepada saksi I :

Sejak kapan saudara kenal dengan Penggugat dan Tergugat ?

Saya kenal dengan Penggugat sejak ... dan kenal dengan Tergugat sejak ...

Dst ...

Atas keterangan Saksi I tersebut Tergugat menyatakan keberatan dan menolaknya, karena ...

15.Keterangan saksi ahli jika ada.

Untuk memperoleh kejelasan mengenai perkara yang disengketakan, maka dipanggil masuk menghadap ke persidangan, seorang ahli ... yaitu :

... bin ..., umur ..., agama Islam, pekerjaan ..., bertempat tinggal di Desa / Kelurahan..., Kecamatan ..., Kabupaten / Kota ...

Atas pertanyaan Ketua Majelis saksi menerangkan, bahwa ia tidak kenal dengan para pihak yang berperkara, tidak ada hubungan keluarga sedarah maupun semenda dan tidak ada hubungan pekerjaan dengan mereka.

Sesudah bersumpah menurut cara agama Islam, maka saksi ahli menyatakan akan menerangkan yang sebenarnya yakni menurut ilmu pengetahuannya.

Ketua Majelis Hakim kepada saksi ahli : Sebagi seorang ahli ... bagaimana pendapat sdr tentang ... ?

Menurut pengetahuan saya, tentang hal tersebut adalah sebagai berikut :

1. ... 2. ...

16.Pernyataan sidang terbuka untuk umum sebelum pernyataan penundaan hari sidang dan pembacaan putusan, apabila pemeriksaan perkara ybs berdasarkan ketentuan undang-undang harus dilakukan dalam persidangan tertutup untuk umum, misalnya dalam perkara perceraian.

Selanjutnya persidangan dinyatakan terbuka untuk umum.

17.Pembacaan putusan.

(14)

14

Maka Majelis hakim memutuskan untuk memulai pemeriksaan perkara ini. dan selanjutnya Majelis Hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut :

Mengadili : - Menggugurkan gugatan Penggugat - Dst ...

b. Dalam hal pada persidangan pertama Tergugat tidak hadir, Penggugat mohon putusan dan dikabulkan, lalu Majelis Hakim menjatuhkan putusan. Majelis hakim memutuskan untuk memulai pemeriksaan perkara ini. Kemudian dibacakan surat gugatan dan atas pertanyaan Hakim, Penggugat menyatakan tetap pada gugatannya. Selanjutnya Penggugat mohon keputusan, dan berikutnya Majelis Hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut :

Mengadili :

- Menyatakan bahwa Tergugat telah dipanggil secara patut tetapi tidak hadir ; - Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek ;

- Dst ...

c. Dalam hal Penggugat dan Tergugat hadir, atau salah satu diantara Penggugat atau Tergugat tidak hadir, setelah perkara melalui seluruh tahapan pemeriksaan.

Majelis Hakim berusaha untuk mendamaikan para pihak namun tidak berhasil. Kemudian Ketua Majelis menjelaskan tentang agenda persidangan pada hari ini adalah pembacaan hasil musyawarah Majelis Hakim.

Selanjutnya Ketua Majelis Hakim membacakan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

MENGADILI - Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian. - Menyatakan ...

- Menghukum...

- Membebankan kepada Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang sampai dengan saat ini diperhitungkan sebesar Rp. ...,- ( ...).

18.Pernyataan persidangan ditutup.

Sesudah itu, persidangan dinyatakan ditutup.

19.Penandatanganan berita acara persidangan oleh ketua majelis dan panitera / panitera pengganti.

Demikian berita acara persidangan ini dibuat, yang ditandatangani oleh Ketua Majelis Hakim dan Panitera Pengganti.

Catatan :

(15)

15

VI.Susunan Kalimat dan Format Berita Acara Persidangan

Seperti telah disebutkan di muka, metode / cara pemeriksaan perkara di hadapan persidangan Pengadilan di Indonesia dilakukan secara lisan (mondelinge procedure). Yang berarti pemeriksaan perkara dilakukan dengan cara kontak langsung berupa tanya jawab dengan lisan antara Hakim dengan para pihak maupun para saksi di muka persidangan.

Tentang format penyusunan berita acara persidangan tidak dijumpai dalam peraturan perundang-undangan. Pada mulanya format putusan tergantung kepada ketrampilan dan selera masing-masing Panitera sidang maupun petunjuk Hakim yang memeriksan perkara, sehingga terdapat berbagai macam bentuk yang bervariasi. Oleh karena itu pada tahun 1957, dengan maksud untuk memperoleh kesatuan (keseragaman), Mr. M.H. Tirtaamidjaja seorang Hakim Agung pada Mahkamah Agung RI, telah menyusun sebuah buku Kumpulan Formulir-formulir untuk Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, yang berisi contoh-contoh tentang surat gugatan, permohonan, berita acara, penetapan-penetapan, putusan dan lain-lain. Buku ini kemudian dikembangkan dilingkungan badan-badan peradilan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

Panitera / Panitera Pengganti dalam membuat berita acara persidangan yang diambil dari catatan persidangan, dapat menyusun dengan cara :

1. Menggunakan kalimat langsung (direct), yakni kalimat tanya jawab langsung antara majelis hakim dengan para pihak, para saksi dan lain-lain, dikutip secara utuh oleh panitera pengganti dalam berita acara persidangan.

2. Menggunakan kalimat tidak langsung (indirect), maksudnya adalah kalimat tanya jawab antara majelis hakim dengan para pihak atau para saksi, disusun dengan kalimat berita / bertutur oleh panitera pengganti dalam berita acara persidangan.

Dalam praktek pembuatan berita acara selama ini, lazimnya dilakukan dengan bentuk gabungan dari kedua cara tersebut.

Adapun format penyusunan berita acara dengan menggunakan kalimat langsung ada dua macam yakni :

1. Format balok, yaitu pengetikan dengan membagi halaman kertas menjadi dua bagian, bagian kiri untuk pertanyaan, sedangkan bagian kanan untuk jawaban 2. Format iris talas, yaitu pengetikan dengan membagi halaman kertas menjadi

(16)

16

kebawah semakin menyempit, sedangkan bagian jawaban semakin ke bawah semakin melebar.

Ada beberapa hal sangat penting yang harus diperhatikan oleh Hakim / Ketua Majelis dan Panitera / Panitera Pengganti dalam membuat / menyusun berita acara persidangan yaitu :

1. Hakim / Ketua Majelis bertanggung jawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara persidangan dan menandatanganinya sebelum sidang berikut-nya.Panitera / Panitera Pengganti yang ikut bersidang wajib membuat berita acara persidangan yang memuat segala sesuatu yang terjadi di persidangan, yaitu mengenai susunan persidangan, siapa-siapa yang hadir, serta jalannya pemeriksaan perkara tersebut dengan lengkap dan jelas.

2. Berita acara persidangan merupakan catatan segala peristiwa hukum yang terjadi selama persidangan berlangsung, maka hal-hal yang ditulis dalam berita acara persidangan hanyalah peristiwa hukum yang relevan saja dengan pemeriksaan perkara yang bersangkutan, dan menggunakan bahasa hukum. 3. Jika terdapat kesalahan, kekurangan dalam penulisan / pengetikan kata-kata

atau kalimat, sehingga diperlukan pencoretan, penambahan dan penggantian , tidak boleh ditutup dengan tipp ex, tetapi harus dilakukan renvooi atau perbaikan berupa pencoretan, penambahan dan penggantian kata-kata atau kalimat dengan cara :

a. Kata-kata atau kalimat yang salah dicoret, kemudian diberi kode s.dic. (sah dicoret) ;

b. Pada tempat terdapat kekurangan kata-kata atau kalimat diberi tanda V, selanjutnya tambahan kata-kata atau kalimat itu ditulis pada tempat kosong disampingnya dengan diberi pula tanda V dan diberi kode s.dit. (sah ditambah) ;

c. Kata-kata atau kalimat yang perlu diganti dicoret, selanjutnya kata-kata atau kalimat penggantinya ditulis pada tempat kosong disampingnya dengan diberi kode s. dig. (sah diganti) ;

d. Semua renvooi tersebut pada huruf a, b dan c dibubuhi paraf oleh Panitera yang bersidang ;

(17)

17

menjadi kesatuan berita acara persidangan dan diberi nomor urut halaman. (Buku

II Edisi Revisi 2010, hal. 31).

5. Isi dari jawaban, replik, duplik dan kesimpulan disisipkan dalam berita acara persidangan. Sedangkan alamat tujuan, pendahuluan dan penutupnya di coret menyilang dengan format huruf Z.

6. Berita acara pada persidangan terdahulu harus sudah selesai diketik untuk ditandatangani oleh Ketua Majelis dan Panitera yang bersidang sebelum sidang berikutnya.

7. Pada waktu musyawarah semua berita acara persidangan harus sudah selesai diketik dan ditandatangani oleh Ketua Majelis dan Panitera yang bersidang, sehingga dapat dipakai sebagai bahan musyawarah oleh Majelis Hakim yang bersangkutan dalam menyusun putusan.

8. Perkembangan suatu perkara yang disidangkan, harus dilaporkan oleh Panitera Pengganti kepada Panitera dan dicatat dalam buku register yang disediakan untuk itu.

9. Apabila Ketua Majelis dan/atau Panitera Pengganti berhalangan menanda-tangani Berita Acara Persidangan dan / atau putusan, maka Berita Acara Persidangan atau putusan tersebut ditandatangani oleh Hakim Anggota senior dalam majelis tersebut atau panitera. Ketua Pengadilan membuat keterangan di bawah tanda tangan anggota majelis atau panitera tersebut. (Pasal 198 RBg / 187 HIR).

VII. Penutup

Berita acara persidangan sebagai landasan dalam menyusun putusan oleh hakim, harus dapat menggambarkan proses jalannya persidangan pemeriksaan sebuah perkara. Dari sebuah berita acara persidangan, akan dapat diketahui apakah majelis hakim yang memeriksa perkara telah memenuhi ketentuan hukum formil dalam pemeriksaan perkara. Oleh sebab itu dalam pembuatan berita acara persidangan harus dilakukan secara hati-hati, cermat dan teliti, agar nilai autentik berita acara persidangan tetap terjaga.

(18)

18 Daftar Bacaan :

1. Abdul Manan, Dr. H., SH.,Sip., MHum dan Ahmad Kamil, Drs. SH., MHum., Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Pola Administrasi Kepaniteraan pada Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama, Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2007.

2. Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan Agama, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Dalam Lingkungan Peradilan Agama, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2010.

3. Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, Departemen Agama, Jakarta, 2003.

4. F. Agsya, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009, Asa Mandiri, Jakarta, 2010.

5. Fokus Media, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah Agung, Edisi revisi 2009, Fokus Media, Bandung, 2009.

6. Simorangkir, JCT., SH., Kamus Hukum, Aksara Baru, Jakarta, 1987.

7. Tirtaamidjaja, Mr.M.H., Kumpulan Formulir-formulir Untuk Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, Penerbit Fasco Jakarta, 1957

8. Yahya Harahap, M., SH., Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tounament

Buku besar utama berisi akun-akun yang ada dalam laporan keuangan (contoh: kas, piutang, persediaan, peralatan, utang, modal, dll), sedangkan buku besar pembantu

Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk proses pengeringan selama 4 jam dengan spesifikasi pemanas listrik ber daya 600 Watt (Qin), Qevap yang dihasilkan yaitu

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan es krim diperlukan bahan dengan kombinasi yang tepat serta proses pengolahan yang

Selain itu didapatkan nilai mean rank yang dihitung dari total keseluruhan prestasi belajar responden penelitian, diperoleh hasil nilai mean rank untuk responden penelitian

Gan, dkk (2011) menyimpulkan bahwa kualitas pelayananlah yang paling berpengaruh terhadap kepuasan nasabah bank dibandingkan nilai dan citra perusahaan. Customer

Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan yang selanjutnya disebut TLHP adalah tindakan yang telah dilakukan oleh Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial yang diperiksa oleh BPK dalam rangka

Independensi jurnalisme reporter di Klaten mengalami gangguan akibat adanya patronase (kerja sama) yang dijalin oleh media dengan pihak luar, baik dari kerja sama iklan