• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN DAN TEMATIK SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN DAN TEMATIK SD"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD

A. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal Sekolah Dasar Anak yang berada di kelas awal Sekolah Dasar (SD) adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.

Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.

Menurut teori kognitif Piaget, Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:

1. Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak,

2. Mulai berpikir secara operasional,

(2)

4. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat,

5. Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

1. Konkrit

Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2. Integratif

Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

3. Hierarkis

Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .

B. Pembelajaran Tematik

(3)

dikemas dalam satu tema. Menurut Lukmanul Hakiim (2011:212), pembelajaran tematik merupakan suatu model dan strategi pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran atau sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan area isi, keterampilan, dan sikap ke dalam suatu tema tertentu.. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama, Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

(4)

C. Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan Pembelajaran tematik mencakup:

1. Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme.

Aliran progresivisme yang memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.

Aliran konstruktivisme yang melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.

Aliran humanisme yang melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

2. Landasan psikologis.

Dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. 3. Landasan yuridis.

(5)

tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

D. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung, Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik

pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

(6)

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

E. Manfaat Pembelajaran Tematik

Menurut Tim Puskur dalam Sukayati dan Sri Wulandari (2009:15), ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan pembelajaran tematik.

1. Banyak materi-materi yang tertuang dalam beberapa mapel mempunyai keterkaitan konsep, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh.

2. Peserta didik mudah memusatkan perhatian karena beberapa mapel dikemas dalam satu tema yang sama.

3. Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi beberapa mapel dalam tema yang sama.

4. Pembelajaran tematik melatih peserta didik untuk semakin banyak membuat hubungan beberapa mapel, sehingga mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya, dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep.

5. Menghemat waktu karena beberapa mapel dikemas dalam suatu tema dan disajikan secara terpadu dalam alokasi pertemuan-pertemuan yang direncanakan. Waktu yang lain dapat digunakan untuk pemantapan, pengayaan, pembinaan keterampilan, dan remidial.

F. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Menurut Tim Puskur dalam Sukayati dan Sri Wulandari (2009:16), ada beberapa rambu yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sebagai berikut:

1. Tidak semua mapel dapat dipadukan atau dikaitkan.

2. KD yang tidak dapat dipadukan atau diintegrasikan jangan dipaksakan untuk dipadukan. Akan lebih baik bila dibelajarkan secara sendiri-sendiri. 3. KD yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik

(7)

4. Untuk peserta didik kelas I dan II kegiatan ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.

5. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, minat, lingkungan, daerah setempat, dan cukup problematik atau populer.

G. Implikasi Pembelajaran Tematik 1. Implikasi bagi guru dan peserta didik

a. Bagi guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.

b. Bagi peserta didik

Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, kelompok, atau klasikal.

Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif, misalnya: melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.

2. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media

a. Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.

b. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).

(8)

d. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi. 3. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi: ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan, susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung, peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet, kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar, alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.

4. Implikasi terhadap Pemilihan metode.

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.

H. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik 1. Langkah pertama: pemetaan KD

Pemetaan KD dapat diartikan sebagai mempelajari dan memahami SK, KD, dan indikator yang telah disusun dari beberapa mapel untuk kelas dan semester yang sama dari kelas I, II, dan III SD yang dapat dihubungkan dengan naungan suatu tema. Dalam hal ini guru harus benar-benar mengkaji secara baik kemungkinan adanya beberapa mapel yang dapat disatukan. Tahap-tahap pada kegiatan pemetaan adalah sebagai berikut:

(9)

indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diamati (lebih terinci lihat pada modul pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)).

b. Mengidentifikasi dan menganalisis SK, KD, dan indikator. Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap SK, KD, dan indikator yang cocok untuk suatu tema sehingga semua SK, KD, dan indikator terbagi habis. Guru tidak perlu memaksakan diri untuk melaksanakan pembelajaran tematik bila KD yang ada pada beberapa mapel tidak mungkin digabungkan, karena bila dipaksakan akan sulit mencapai tujuan kompetensi yang diharapkan. KD dari setiap mapel yang tidak bisa dikaitkan dalam satu tema pembelajaran tematik maka harus dibuatkan silabus tersendiri sesuai dengan mapelnya dan juga diajarkan secara mandiri.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menggabungkan beberapa mapel melalui pembelajaran tematik diantaranya sebagai berikut.

Menggabungkan minimal dua mapel untuk diajarkan secara tematik, sehingga tidak perlu memaksakan untuk menggabungkan sebanyak mungkin mapel. Hal ini dilakukan untuk memudahkan guru dalam mengelola pembelajaran, agar pelaksanaan pembelajaran tematik benar-benar sesuai dengan tujuannya yaitu terjadi jaringan konsep antar mapel. Mengambil satu KD dari masing-masing mapel (yang dapat dikaitkan) untuk dijaringkan dengan suatu tema. Mengambil satu KD dari masing-masing mapel, namun hanya beberapa indikator saja pada KD tersebut yang dijaringkan dengan suatu tema.

2. Langkah kedua: menentukan tema

(10)

a. Beberapa prinsip dalam memilih tema yaitu dari yang diketahui ke yang belum diketahui, dari yang dekat ke yang jauh, dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang konkrit ke yang abstrak.

b. Tidak ada ketentuan jumlah tema dalam satu semester.

c. Beberapa tema yang telah dipilih pada satu semester dapat dipilih lagi pada semester berikutnya atau tahun berikutnya.

d. Pemilihan tema perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, minat, lingkungan daerah setempat, dan cukup problematik atau populer.

e. Alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran untuk sebuah tema tidak tertentu, tergantung kepadatan dan keluasan materi dari mapel-mapel yang dipadukan.

Contoh tema yang dapat dipilih antara lain: - diri sendiri - tumbuh-tumbuhan - binatang - keluarga - permainan - transportasi

- lingkungan - peristiwa - kegiatan sehari-hari 3. Langkah ketiga: menyusun jaring tema

Menyusun jaring tema berarti memadukan beberapa KD dari mapel-mapel yang sesuai dengan tema yang dipilih. Dengan adanya jaring tema ini akan terlihat kaitan antara tema yang dipilih dengan KD dari beberapa mapel yang disatukan.

4. Langkah keempat: menyusun silabus

Menyusun silabus berdasarkan jaring tema yang telah direncanakan dan dari silabus tersebut dapat disusun pula RPP. Pada panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) komponen dari silabus meliputi: identitas mata pelajaran atau tema, SK, KD, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.

5. Langkah kelima: menyusun RPP

(11)

a. Identitas mapel meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan,

b. SK dari bebarapa mapel yang dipadukan,

c. KD dan indikator dari beberapa mapel yang dipadukan, d. Indikator pencapaian kompetensi,

e. Tujuan pembelajaran, f. Materi ajar,

g. Alokasi waktu,

h. Metode pembelajaran,

i. Kegiatan pembelajaran yang terdiri dari pendahuluan, inti dan penutup,

j. Penilaian hasil belajar, dan k. Alat dan sumber belajar.

REFERENSI

Sukayati & Sri Wulandari. 2009. Pembelajaran Tematik di SD. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Hakiim, Lukmanul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. CV. Wacana Prima.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Pembelajaran Tematik. (Online) (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/13/pembelajaran-tematik-di-kelas-awal-sekolah-dasar/, diakses tanggal 2 Januari 2013).

Implementasi

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Pressure, Temperature, Spinner (PTS) merupakan salah satu alat yang digunakan untuk pengukuran di bawah permukaan pada sumur panas bumi yang berfungsi untuk mengetahui

Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)

Untuk memperkuat hasil penelitian ini yaitu melihat sejauhmana terdapat pengaruh antara kedua variabel (Persepsi Tamu Kunjungan Terhadap Standarisasi Pelayanan Oleh

Hal tersebut sejalan dengan penelitian pada perawat IGD di RSUD Haji Makasar bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan kerja

Investasi dalam aplikasi SI/TI penting untuk menopang strategi bisnis. ke depan IT enabled

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis 2, yang menyatakan bahwa ambiguitas berpengaruh negatif pada kepuasan kerja didukung, maka pengaruh tersebut sesuai dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis serta pembahasan yang telah dilakukan oleh sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: bahwa