LAPORAN PRAKTIKUM BLOK ASUHAN GIZI KLINIK 2 ASUHAN GIZI PADA KASUS METABOLIK
DISUSUN OLEH : SHIFT/KELOMPOK : 1/2
NAMA :
1. Nur Arief Darmawan (11/311759/KU/14260) 2. Anna Maria Ariesta P (11/311775/KU/14267) 3. Anisa Luthfia R (11/311785/KU/14269) 4. Risma Saski Rahmita (11/311790/KU/14272) 5. Afiatin Yaqutut M (11/311923/KU/14294) 6. Nida An Chovia (11/311937/KU/14295)
HARI/TANGGAL : Selasa, 29 April 2014 (08.00-11.00) INSTRUKTUR : Aviria Ermamilia, S.Gz, M.Gizi, Dietisien
ASISTEN : Cita, Nadia
PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
BAGIAN I. PENDAHULUAN 1. ASSESMEN GIZI A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. SS No RM : 01-28-97-56
Umur : 60 tahun Ruang : Bougenvil 4, Km 12 Sex : Perempuan Tgl Masuk : 30 Januari 2012 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tgl Kasus : 31 Januari 2012
Pendidikan : SD Alamat : Banteng, Sinduharjo, Sleman YK
Agama : Islam
Diagnosis medis : DM 2 NO dengan hiperglikemia, Ulkus Digiti I Pedis grade II, HT st II, AKI std Inj.
2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Luka di ibu jari kaki kanan sejak 2 MSMRS (kiriman Puskesmas Ngaglik I dengan HT, ulkus, DM, hiperglikemia). Os juga mengeluh mata kabur sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
1 BSMRS Os mengeluh kedua kaki bengkak, tidak luka dan tidak nyeri, serta tidak ada demam, namun Os belum periksa.
2 MSMRS Os mengeluh timbul luka dan bengkak di ibu jari kanan, nyeri. Os demam, tidak ada riwayat trauma, tidak ada mual dan tidak lemas, namun Os belum juga periksa luka pecah & berair.
HMRS keluhan menetap, Os periksa ke Puskesmas, dilakukan rawat luka, tidak ada nanah ataupun darah. Kemudian dilakukan pemeriksaan gula darah, GD = 600 mg/dl, Os dirujuk ke RSS. Riwayat
Penyakit Dahulu
Hipertensi sejak 8 tahun yang lalu, tekanan darah 160an. Riwayat DM sejak 8 tahun yang lalu jarang control rutin. Riwayat tinggi kolesterol, namun tidak ada terapi.
Riwayat operasi di kaki. Riwayat
Penyakit Keluarga
Ibu : DM
3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi
Data sosio-ekonomi
Penghasilan : sosio ekonomi menengah ke bawah Jumlah anggota keluarga : 4 orang
Suku : Jawa
Aktifitas fisik Jumlah jam kerja : - Jumlah jam tidur sehari : 9 jam Jenis olahraga : - Frekuensi : -
Alergi makanan
Makanan : - Penyebab : -Jenis diet khusus : Alasan : Yang Menganjurkan :
-Masalah
gastrointestinal
Nyeri ulu hati (-), Mual (-), Muntah (-), Diare (-), Konstipasi (+), Anoreksia (+), Perubahan pengecapan/penciuman (-)
Penyakit kronik Jenis penyakit : HT, DM Modifikasi diet :
-Jenis & lama pengobatan : DM dg obat, namun tidak terkontrol Kesehatan mulut Sulit menelan (-), Stomatitis (-), Gigi lengkap (-)
Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : Frekuensi dan jumlah :
-Perubahan berat badan
Bertambah/berkurang: berkurang Lamanya: -Disengaja/tidak : tidak disengaja
Mempersiapkan makanan
Fasilitas memasak : kompor, dimasak oleh anak Os Fasilitas menyimpan makanan : meja, almari makan
Riwayat / pola makan
Makanan pokok 2-3x/hari dan selingan 2x/hari Makanan pokok : Nasi @10 sdm 2-3x/hari
Nasi jagung @100 g 3x/minggu Kentang @1 biji 2-3x/bulan Lauk Hewani : Sering diolah dg digoreng dan dibalado
Telur @1 butir 3-4x/minggu
Ikan pindang @½ potong 1x/bulan Daging jarang
Lauk Nabati : Tempe seringnya dibacem/digoreng garit Tempe @1 potong 5-6x/minggu
Tahu @1 potong 3-4x/minggu
Sayur: Sawi, kol, rebung, kacang panjang 2-3x/minggu tergantung yang dimasakkan anak Os
Buah : Pepaya @1 potong 2-4x/bulan; Pisang @2 buah 1-3x/minggu
Minuman : Air putih, air teh tawar, tidak mengkonsumsi susu karena tidak diperbolehkan
Os juga tidak mengkonsumsi terong, bayam dan rebung karena anjuran dari orang-orang sekitar.
Pasien ibu rumah tangga berusia 60 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama luka di ibu jari kaki kanan tanpa nanah/darah sejak 2 MSMRS, pandangan mata kabur sejak 1 tahun lalu dan hasil pemeriksaan gula darah tinggi. Pasien terdiagnosis medis DM 2 NO dengan hiperglikemia, Ulkus Digiti I Pedis grade II, HT st II, AKI stadium lanjut; memiliki riwayat hipertensi dan DM sejak 8 tahun lalu, kolesterol tinggi, operasi di kaki serta anggota keluarga DM, asam urat, hipertensi.
Pada pasien diabetes mellitus, luka yang tak kunjung sembuh merupakan ciri khas. Pertanda yang lain yakni neuropati perifer dimana hilangnya sensasi distal ke kaki bagian bawah dan menyebabkan cedera muskuloskeletal atau infeksi kulit. Pasien dengan neuropati perifer dianjurkan berolahraga seperti bersepeda atau berenang. Alas kaki yang tepat seperti gel dan pemeriksaan harian kaki diperlukan apabila melakukan kegiatan menahan beban untuk mendeteksi lesi kaki yang dapat menyebabkan infeksi serius (Feinglos, 2008). DM tipe 2 bukanlah penyakit yang diturunkan namun pada pasien ini ada riwayat orangtua DM. DM tipe 2 menunjukkan agregasi familial yang jelas yakni faktor risiko meningkat 2-6x dibandingkan dengan mereka yang tidak ada riwayat keluarga diabetes (Holt, 2010).
B. ANTROPOMETRI
Ulna LLA
24 cm 30 cm
Kesimpulan:
Status gizi menggunakan LLA/U = (30:28,5)x 100% = 105,26% NORMAL (90-110%) Mengukur tinggi badan menggunakan panjang ulna:
Menurut Gauld et al (2004)1
Untuk wanita, estimasi tinggi badan = 4.459U + 1.315A - 31.485
= 107.016 + 78.9 - 31.485 = 154 cm
Dari perhitungan tersebut, maka dapat diperoleh estimasi Berat Badan Ideal (BBI) pasien yaitu dengan rumus sebagai berikut:
Estimasi BBI = 90% (TB-100) = 90% (154-100) = 90% (54) = 48.6 kg
Berdasarkan perhitungan antropometri di atas, pasien ibu rumah tangga berusia 60 tahun dengan panjang ulna 24 cm dan LLA 30 cm memiliki status gizi yang normal.
Pemeriksaan urin/ darah
Satuan/Nilai Normal Awal Masuk RS (tgl 30/01/12 )
Ket
Alb 3,1 – 5,0 g/dl 1,77 RENDAH
Protein total 6,4 – 8,2 g/dl 5,6 RENDAH
SGPT 8 – 35 U/L 16 NORMAL
SGOT 15 – 37 U/L 18 NORMAL
BUN 7 – 20 mg/dl 30 TINGGI
Creatinin 0,6 – 1,3 mg/dl 1,93 TINGGI
Asam urat 2,6 – 7,2 mg/dl 7,8 TINGGI
GDS 74 – 106 mg/dl 481 TINGGI
Na 136 – 145 mmol/L 134 RENDAH
K 3,5 – 5,1 mmol/L 2,8 RENDAH
Cl 98 – 107 mmo/L 96 RENDAH
GDP <110 mg/dl 167 TINGGI
GD 2JPP < 145 mg/dl 205 TINGGI
Cholesterol total < 200 mg/dl 221 TINGGI
HDL 35 – 55 mg/dl 43 NORMAL
TG 40 – 155 mg/dl 140 NORMAL
LDL < 130 mg/dl 134 TINGGI
Kesimpulan:
Dari hasil pemeriksaan biokimia awal masuk rumah sakit, diketahui bahwa pasien memiliki status albumin, protein total, Na, K, dan Cl yang rendah. Sedangkan, status BUN, kretinin, asam urat, GDS, GDP, GD2jPP, kolesterol total, dan LDL tergolong tinggi. Glukosa darah yang tinggi merupakan karakteristik diabetes mellitus karena kegagalan sekresi insulin. Abnormalitas metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak juga merupakan gejala yang tampak. (Mahan, 2008)
GDR merupakan alat ukur yang valid secara klinis untuk memperkirakan sensitivitas insulin (Epstein et al, 2013)3. Hal ini berkaitan dengan kinerja insulin itu sendiri yang menghambat pembentukan lemak menjadi energi pada kondisi starving. Sekresi insulin menghambat kerusakan otot. Protein tidak dapat digunakan untuk membentuk albumin dan protein viseral lainnya. Adanya ketidakseimbangan kadar elektrolit (Na, K, Cl) ini juga memicu terjadinya edema, mengindikasi terjadinya hipoglikemia, hiponatremia, dan dehidrasi. (Mason et al, 2003).
ireversibel. Kreatinin tidak memiliki fungsi biologis tertentu yang secara terus-menerus dilepaskan dari sel-sel otot dan diekskresikan oleh ginjal dengan sedikit reabsorpsi sehingga pada kegagalan fungsi ginjal kadarnya meningkat. Sejalan dengan kreatinin, Blood Urea Nitrogen (BUN) akan meningkat pada gagal ginjal dan pembongkaran protein berlebih dalam tubuh, BUN/kreatinin rasio >15:1. (Mahan, 2008).
Adipositas dan durasi yang lebih lama dari obesitas merupakan faktor risiko yang kuat untuk diabetes tipe 2, dan bahkan kehilangan berat kecil berhubungan dengan perubahan kadar glukosa ke normal pada orang dengan pra-diabetes. Pengujian atau skrining untuk diabetes harus dipertimbangkan dalam semua individu pada usia 45 tahun ke atas, terutama pada mereka dengan indeks massa tubuh (BMI) dari 25 kg/m2 atau lebih dan, jika normal, harus diulang pada interval 3 tahun (ADA, 2006b). Pengujian harus dipertimbangkan pada usia lebih muda atau dilakukan lebih sering pada orang yang kelebihan berat badan (BMI (> 25 kg/m2) dan memiliki faktor risiko tambahan, seperti hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg) dan high-density lipoprotein (HDL) cholesterol level <35 mg/dl dan/atau triglyceride level >250 mg/dl (Mahan, 2008).
D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK
1. Kesan Umum : KU sedang, CM 2. Vital Sign :
Nilai Normal
Tekanan darah 120/80 mmHg 160/80 mmHg Tinggi Respirasi 15-20x/menit 20x/menit Normal Nadi 70-80x/menit 100x/menit Tinggi
Suhu Febris
3. Kepala/ abdomen/extremitas dll : Kepala : CA (-), SI (-) Leher : JVP, ST 2 Ext edem : - Akral hangat
Kesimpulan:
Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior. Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya di atas 37,8°C (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal. (Donna L. Wong, 2003 dalam Anonim, 2010) (Rolfes, et al, 2009).
Sedangkan untuk pemeriksaan fisik, untuk kepala CA (Conjunctiva Anemic) negatif dan SI (Sclera Icterik) juga negatif. Conjunctiva anemic negatif menandakan bahwa pasien tidak mengalami anemia. Conjunctiva anemic merupakan penanda adanya anemia (Novrial, 2013). Sklera ikterik negatif menandakan pasien tidak mengalami gangguan hati. Sklera ikterik merupakan tanda awal gangguan hati dengan adanya perubahan kadar bilirubin dalam darah meningkat, berkisar 2-2,5 mg/dl (34-43 µmol/L) sehingga memberi warna kuning pada sklera mata (Irwana, 2009) Pada pemeriksaan leher, dilakukan pemeriksaan JVP (Jugular Venous Pressure). Jugular Venous Pressure adalah pengukuran klinik dari tekanan vena pusat. Pengukuran JVP biasanya dilakukan di leher sebelah kanan. Rata-rata JVP normal, jarak vertikal di atas midpoint dari atrium kanan adalah 6-8 cmH2O. Deviasi dari angka normal ini menandakan hipovolemik (jika rata-rata tekanan vena kurang dari 5 cmH2O) atau merusak/mengganggu pengisian jantung (jika rata-rata tekanan vena lebih dari 9 cmH20) (Applefeld, 1990).
ST (Sinus Tachichardia) merupakan peningkatan denyut jantung, yaitu 100-150x/menit (Mutraqin, 2011).
Selain pemeriksaan kepala dan leher, tidak ditemukan adanya edema pada ekstremitas. Akral hangat dapat diartikan bahwa pasien tidak mengalami syok. Penanda syok bila akral terasa dingin (Depkes, 2003).
E. ASUPAN ZAT GIZI
Hasil Recall 24 jam diet : Rumah Tanggal : 30 januari 2012
Implementasi Energi (kcal)
Protein (g)
Lemak (g)
KH (g)
Asupan oral 741 27,1 26,9 97,3
Kebutuhan 1750 50 48,6 278,13
% Asupan / kebutuhan 42,34 54,2 55,35 34,98 (AKG, 2004)
PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI a. Kebutuhan energi
Kebutuhan energi wanita usia 50-64 tahun menurut AKG = 1750 kkal b. Kebutuhan protein
c. Kebutuhan lemak
Kebutuhan lemak = 25% total energi = 25% x 1750 kkal = 437,5 kkal = 48,6 g d. Kebutuhan karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat = kebutuhan energi – kebutuhan protein – kebutuhan lemak = 1750 – 200 – 437,5 = 1112,5 kkal = 278,13 gram
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan dan dibandingkan dengan asupan oralnya, diketahui bahwa asupan makan pasien secara keseluruhan masih defisit, karena < 60% (Roedjito, 1989), yaitu energi 42,34%; protein 54,2%; lemak 55,35% ; karbohidrat 34,98.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG : STC, HR IIIx/menit, DMI Inferior, Poor R wave progresion, PD OMI anteroseptal
Kesimpulan:
Pemeriksaan EKG merupakan metode non-invasive untuk mendeteksi dan memonitor myocardial ischemia.
DMI (Diaphragmatic Myocardial Infarction) terjadi pada jantung are inferior.
PD (Parkinson Disease) adalah penyebab utama dari parkinsonism. Parkinsonism adalah sindrome klinik yang merupakan kombinasi dari masalah motorik, seperti bradykinesia, resting tremor, kaku, flexed posture, freezing, dan kehilangan refleks tubuh (Fahn, 2003)
Anteroseptal menunjukkan daerah/bagian jantung yang mengalami iskemik, anto artinya bagian anterior/depan jantung dan septal adalah bagian septum/dinding pemisah dalam jantung. Maka OMI anteroseptal menunjukkan adanya Old Myocard Infarction pada daerah anteroseptal (Dharma, 2010)
Irama takikardia dapat mengurangi curah jantung dengan memperpendek waktu pengisian ventrikel dan volume sekuncup. Karena curah berkutang, tekanan arterial perfusi perifer berkurang. Di samping itu, takikardia juga dapat mengurangi lama diastolik, yaitu masa di mana aliran koroner paling besar dan dengan demikian mengurangi suplai oksigen ke arteri koronaria.
parasimpatetik. Ciri-ciri ST adalah HR 100-150x/menit, P-wave normal, setiap gelombang P diikuti QRS & T, PR normal (0,12-0,20), gelombang QRS normal (0,06-0,12), irama reguler dan semua gelombang sama (Muttaqin, 2011).
Poor R wave progression merupakan bagian dari pemeriksaan EKG yang berkaitan dengan kondisi jantung seseorang. Normal wave progression adalah bila tinggi R-wave pada V3>2mm. Jika tinggi R-wave pada V1-V4 sangat kecil, dapat dinamakan poor R-wave progression. Poor R-wave progression memiliki ciri-ciri R-wave kurang dari 2-4 mm pada leads V3 atau V4 dan/tidak R di V4<R di V3 atau Rdi V3<R di V2 atau R di V< R di V1 atau kombinasi dari semuanya. Poor R-wave progression menjadi penanda adanya anterior myocardial infarction. Selain itu, poor wave progression ini juga dapat merupakan tanda adanya left bundle branch block, Wolff-Parkinso-White sindrome, right and left branch hypertrophy (MacKenzie, 2005)
G. TERAPI MEDIS Jenis Obat/
Tindakan Fungsi
Interaksi dengan Zat
Gizi Solusi
Metformin - Sebagai obat antidiabetes. - Memonitoring
status vitamin B12 setiap 1-2 tahun karena adanya ke dalam sel-sel otot. Obat ini dapat
memperbaiki uptake glukosa
- Dapat terjadi asidosis laktat (pada pasien dengan disfungsi ginjal) dengan tanda diare, kram otot berat, nafas, cepat dan dangkal, meningkatkan kelelahan dan mudah mengantuk. Jika terjadi asidosis laktat, dampak yang diakibatkan adalah gangguan elektrolit, kadar asam laktat dalam darah meningkat, gap anion meningkat, pH darah menurun, dan parahnya defisiensi vitamin B12 tanpa gejala.
- Dikonsumsi bersama konsumsi makanan, jumlah insulin yang dibutuhkan.
Konseling makanan dengan obat ini, khususnya dengan terapi yang
sampai sebesar 10-40%.
- Menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis.
hindari alcohol. asupan oral yang berkurang agar dapat mencegah adanya potensi efek hipoglikemia.
Aspilet - Menimbulkan efek vasodilatasi dan gigi, dan nyeri otot.
- Termasuk dalam kategori obat
non-Tablet boleh dihancurkan dahulu sebelum
dilepaskan dari foilnya, lalu dilarutkan salam sejumlah air atau dicampur dengan susu, diminum sesudah makan. Sebaiknya obat ini
dikonsumsi sesudah atau bersama makan. Alkohol dapat menyebabkan perdarahn gastrointestinal bila diminum bersamaan dengan obat ini.
Pemakaian jangka panjang dapat
menimbulkan perdarahan pada lambung.
Kontra indikasi : penderita hipersensitif (termasuk asma), penderita tukak lambung (maag), pernah atau sering mengalami perdarahan di bawah kulit, penderita hemophilia dan trombositopenia, karena dapat meningkatkan
trombosit.
- Untuk mencegah penyakit
kardiovaskular dan infark miokard.
perdarahan, penderita yang sedang terapi dengan antikoagulan.
Valsartan Obat untuk hipertensi
Efek samping : aguesia, anemia, anoreksia, konstipasi, sakit gigi, depresi, diare, pusing, mulut kering, dysguesia, dyspepsia, flatulence, gastritis, gangguan tidur, muntah.
Valsartan dapat
dikonsumsi dengan atau tanpa makanan dan sebaiknya dikonsumsi pasien ini aspilet) dapat
meningkatkan risiko memburuknya fungsi ginjal dan meningkatkan serum potassium Novorapid Pada diabetes
mellitus tipe 1, Novorapid dapat
Efek obat ini maksimal akan terjadi 1-3 jam setelah penyuntikan dan efek dapat berakhir setelah 5 jam. Novorapid sebaiknya dikonsumsi 10 menit sebelum makan berat atau snack berat. Saat diperlukan, Novorapid dapat dikonsumsi setelah makan. Efek samping : hipoglikemia (jika pemakaian berlebih), alergi
Obat ini dapat digunakan dengam injeksi bawah kulit (subcutaneous injection). Novorapid juga dapat diinjeksi melalui vena di bawah pengarahan dokter.
Metronidazole Obat untuk menghilangkan pseudomembranou s colitis (PMC),
yang merupakan hasil dari produksi racun oleh
Clostridium difficile.
colitis, epigastric distress, glossitis, sakit kepala, metallic taste, mual (hindari alcohol, obat dikonsumsi bersama
Dampak : saat konsumsi obat ini, urin akan berwarna lebih gelap. Infus NaCl Diberikan pada
pasien dengan kadar Na atau Cl yang rendah. Untuk mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok hemodinamik
DIAGNOSIS GIZI
1. NI-2.1 asupan oral yang inadekuat berkaitan dengan penyakit katabolis hiperglikemia dibuktikan oleh hasil penilaian asupan recall 24 jam (energi 42%, protein 54%, lemak 55%, dan karbohidrat 35%).
INTERVENSI GIZI
1. Tujuan Diet :
a. Meningkatkan asupan makan pasien
b. Mengendalikan kadar glukosa darah supaya mendekati nilai normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan obat penurun glukosa oral
c. Menurunkan tekanan darah karena hipertensi
2. Syarat / prinsip Diet : a. Energi yang diperhitungkan b. Protein 1,2 g/kg BBI
c. Lemak 25% dari total energi d. Karbohidrat yang diperhitungkan
e. Serat larut air 25 g/hari diwujudkan sayur dan buah f. Cairan yang diperhitungkan
g. Pengaturan asupan natrium 600 mg atau 2 g (0,5 sdt) garam dapur h. Penggunaan gula pasir maksimal 5% dari total energi
i. Pengaturan jadwal makan 6 kali sehari, terdiri dari 3 kali makan utama dan 3 kali snack, dengan distribusi energi sebagai berikut:
1) Sarapan 20% total energi 2) Snack 10% total energi 3) Makan siang 25% total energi 4) Snack 10% total energi
5) Makan malam 25% total energi 6) Snack 10% total energi
3. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi untuk intervensi : e. Kebutuhan energi
BMR = 655 + (9,563 x BB) + (1,85 x TB) – (4,676 x U) = 655 + 464,76 + 284,9 – 280,56
= 1124,1 kkal
Koreksi aktivitas fisik (bedrest) = 1,2 x 1124,1 = 1348,92 kkal Koreksi faktor stres (sedang/berat) = 1,2 x 1384,92 = 1618,7 kkal Total energi = 1619 kkal
= 25% x 1619 = 404,75 kkal = 44,9 g h. Kebutuhan karbohidrat
= kebutuhan energi – kebutuhan protein – kebutuhan lemak = 1619 – 233,2 – 414,75 = 971,05 kkal = 242,7 g
i. Kebutuhan Cairan
= (100 ml x 10 kg BB pertama) + (50 ml x 10 kg BB kedua) + (20 ml x sisa BB) = 1000 + 500 + (20 x 28,6) = 2072 ml
j. Penggunaan gula pasir maksimal (PERKENI, 2006) = 5% x 1619 = 80,95 kkal = 23 g
4. Terapi Diet : DM 1700 rendah garam 600 Bentuk makanan: Biasa
Cara pemberian : Oral
5. Rekomendasi Diet
Rekomendasi Diet Bahan Makanan Jumlah Makan Pagi Nasi
Selingan pagi Apel Apel 80 g (1 bh sdg)
Makan siang Nasi Selingan siang Pisang rebus
Air putih 200 g
6. Kajian Rekomendasi Diet
Energi (kkal) KH (g) Protein (g) Lemak (g)
Rekomendasi Diet 1634,1 261,8 53,2 47
Kebutuhan (planning) 1619 242,7 58,3 44,9
% rekomendasi/kebutuhan 100,93 107,86 91,25 104,67
Pembahasan:
Berdasarkan hasil kajian rekomendasi diet, persentase pemenuhan kebutuhan untuk energi 100,93 %, karbohidrat 107,86 %, protein 91,25 %, dan lemak 104,67 %. Hasil tersebut dapat dikatakan telah mencukupi kebutuhan pasien dan diharapkan pasien dapat memenuhinya dengan daya terima 100%.
Perencanaan makanan merupakan salah satu pilar pengelolaan diabetes. Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses penyiapan makanan dan bentuk makanan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak dan protein), yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung dan serat. Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting dari pada sumber atau macam karbohidratnya.
Karbohidrat dalam pangan yang dipecah dengan cepat selama pencernaan memiliki indeks glikemik (IG) tinggi. Respon gula darah terhadap jenis pangan ini cepat dan tinggi. Sebaliknya, karbohidrat yang dipecah dengan lambat memiliki indeks glikemik (IG) yang rendah sehingga melepaskan glukosa ke dalam darah juga lambat. Kategori pangan menurut indeks glikemik, yaitu Indeks Glikemik rendah < 55, Indeks Glikemik sedang 55-70, dan Indeks Glikemik tinggi >70 (Miller, dkk., cit Rimbawan, 2004). Peran indeks glikemik dalam penatalaksanaan makanan pada penderitadiabetes adalah memberikan cara mudah untuk memilih makanan yang tidak menaikkan kadar gula darah secara drastis. Dengan diketahuinya indeks glikemik pangan, maka penderita diabetes dengan mudah memilih makanan yang tidak cepat menaikkan kadar gula darah (makanan dengan indeks glikemik rendah) (Rimbawan, 2004)
Makanan dengan komposisi karbohidrat sampai 70 – 75 % masih memberikan hasil yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA, Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 g/hari, diutamakan serat larut (PERKENI, 2002).
sakarin, aspartame, acesulfame potassium dan sucralose. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani. Untuk penentuan status gizi, status gizi, umur, ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani (PERKENI, 2002).
7. Rencana monitoring dan evaluasi
Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target Antropometri LLA Saat os keluar
dari RS Normal
Biokimia
- Albumin, protein total, Na, K, dan Cl
- Vital sign (tekanan darah, nadi, suhu) - Keluhan (nyeri,
luka dan bengkak di ibu jari kanan)
Menyesuaikan
- Tekanan darah turun - Suhu turun
- Nadi normal
- Keluhan berkurang
Asupan zat gizi
-Energi, protein, lemak, karbohidrat
8. Rencana Konsultasi Gizi
Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan
Anoreksia - Memberi
pengetahuan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai bentuk makanan yang sesuai dengan daya terima pasien
- Memotivasi pasien untuk menghabiskan makanannya
- Macam bentuk makanan sesuai daya terima pasien - Contoh pengaturan
makan sesuai daya terima
pasien Tempat di
bangsal
pengetahuan kepada
- Contoh bahan makanan yang mengandung serat tidak larut air tentang DM tipe 2 - Memberi
pengetahuan dasar tentang nilai indeks glikemik makanan prinsip diet 3J (Jenis, jumlah dan jadwal) - Memotivasi pasien
untuk disiplin dalam menjalani diet
- Materi dasar tentang definisi, etiologi dan gejala tentang DM tipe 2 - Materi dasar tentang
definisi indeks glikemik dan daftar bahan makanan berdasarkan penggolongan nilai indeks glikemik
- Materi tentang jenis makanan yang harus dibatasi dan dipantang - Jenis makanan yang
dikonsumsi harus memperhatikan nilai indeks glikemik
- Jumlah makanan yang dikonsumsi atau dimakan harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan
- Jadwal makan diabetes diberikan dengan 3 kali makan utama dan 2 kali selingan
- Contoh pengaturan makan terkait DM tipe 2
- Self learning yaitu dengan disiplin terhadap diri sendiri.
Hipertensi - Memberi
pengetahuan dasar definisi, etiologi dan faktor resiko hipertensi
- Memberi
pengetahuan dasar tentang diet rendah garam beserta daftar golongan bahan makanan yang harus dibatasi dan dihindari terkait dengan hipertensi
- Materi dasar tentang definisi, etiologi dan faktor resiko hipertensi
- Materi dasar tentang diet rendah garam
- Daftar golongan bahan makanan yang harus dibatasi dan dipantang serta contoh pengaturan makan terkait hipertensi
BAGIAN II. DASAR TEORI
A. Diabetes Mellitus
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan kegagalan relatifsel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekrasi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Corwin, 2009).
Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit yang disebabkan oleh resistensi insulin dan sekresi insulin cacat. Ada penurunan serapan postprandial glukosa oleh otot dengan insulin endogen dikeluarkan. Pada pasien dengan hiperglikemia puasa, tingkat insulin telah ditemukan dua kali lipat ke empat kali lipat lebih tinggi daripada di nondiabetiks. Pada jaringan otot, ada cacat dalam fungsi reseptor, jalur reseptor insulin-sinyal transduksi, transportasi dan fosforilasi glukosa, sintesis glikogen, dan oksidasi glukosa yang berkontribusi pada resistensi insulin. Tingkat basal dari glukoneogenesis hepatik juga berlebihan, meskipun kadar insulin tinggi. Kedua cacat sama berkontribusi untuk berlebihan kadar glukosa postprandial serum (Boedisantoso, dkk., 2005).
Komplikasi diabetes yang dapat terjadi dibedakan menjadi dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut berupa koma hipoglikemi, ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar nonketotik. Komplikasi kronik dapat berupa makroangiopati, mikroangiopati, neuropati diabetik, infeksi, kaki diabetik, dan disfungsi ereksi. Pada kasus ini penyakit diabetes melitus pada pasien sudah memiliki komplikasi kronis yaitu ulkus diabetik pada kakinya. Terjadinya komplikasi meningkat pada pasien yang tidak memperhatikan gaya hidupnya terutama pola makannya (Tandra,2008 dalam Sihaloho,2013).
B. Ulkus Digiti
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Tambunan, 2006).
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari klasifikasi oleh Edmonds dari King’s College Hospital London,klasifikasi Liverpool, klasifikasi wagner, klasifikasi texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah yang dianjurkan oleh International Working Group On Diabetic Foot karena dapat menentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi, neuropatik, sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik (Waspadji, 2006). Klasifikasi PEDIS menurut International Consensus On The Diabetic Foot (2003) :
a) Gangguan Perfusi 1 = Tidak ada
2 = PAD + tapi tidak kritis 3 = Iskemia tungkai kritis b) Ukuran/luas dalam mm2
kehilangan jaringan
1 = Superficial fullthickness, tidak lebih dalam dari dermis
2 = Deep ulcer,di bawah dermis.Melibatkan struktur subkutan,fasia, otot atau tendon
3 = Semua lapisan dari kaki yang terlibat termasuk tulang dan sendi c) Infeksi
1 = Tidak ada tanda ataupun gejala infeksi 2= Infeksi kulit dan hanya jaringan subkutan
3= Eritema > 2 cm atau infeksi yang melibatkan struktur subkutan, ada tanda-tanda sistemik dari respon inflamasi
4= Infeksi dengan manifestasi sistemik: demam, leukositosis, pergeseran ketidakstabilan metabolik kiri, hipotensi, azotemia
d) Gangguan sensasi 1 = tidak ada
2 = ada (Waspadji, 2006)
dan hilang rasa, apabila penderita diabetes mellitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menyebabkan lesi dan menjadi ulkus kaki diabetes (Waspadji, 2006).
C. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko klasik untuk penyakit kardiovaskular, dan merupakan hasil dari pengurangan fleksibilitas pembuluh darah sehingga menyempit serta peningkatan resistensi aliran darah. Hal ini menyebabkan timbulnya luka dan disfungsi pada endotel di mana akan berpotensi berkembangnya kea rah aterosklerosis dan peningkatan risiko CHD dan stroke (Arnoldi,2004).
Klasifikasi hipertensi menurut JNC-7 2003 adalah sebagai berikut (Muttaqin,2009): 1. Tekanan darah normal: tekanan sistolik < 120mmHg dan tekanan diastolik <
80mmHg.
2. Pre-Hipertensi: Tekanan sistolik120-139 mmHg dan/atau Tekanan diastolik 80-90mmHg.
3. Hipertensi: Stadium I : Tekanan sistolik 140-159 mmHg dan/ atau tekanan diastolik 90-99mmHg dan Stadium II: Tekanan sistolik > 160 mmHg dan/ atau Tekanan diastolik > 100 mmHg.
Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus (Tambunan, 2006 dan Waspadji, 2006).
D. Acute Kidney Injury (AKI)
Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal akut (GGA, acute renal failure [ARF]) merupakan salah satu sindrom dalam bidang nefrologi yang dalam 15 tahun terakhir menunjukkan peningkatan insidens (Lameire,2006 dalam Sinto,2010).
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan perhitungan antropometri bahwa pasien dengan panjang ulna 24 cm dan LLA 30 cm memiliki status gizi yang normal.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia diketahui bahwa pasien memiliki status albumin, protein total, Na, K, dan Cl yang rendah. Sedangkan, status BUN, kretinin, asam urat, GDS, GDP, GD2jPP, kolesterol total, dan LDL tergolong tinggi.
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik klinis pasien menunjukkan dalam keadaan compos mentis (sadar) dengan kesan umum sedang. Untuk pemeriksaan tanda vital, tekanan darah pasien 160/80 mmHg tergolong tinggi (hipertensi), nadi 100x/menit tergolong tinggi (takikardia) dan suhu tubuh pasien febris/demam. Adanya luka di ibu jari kaki kanan dan tak kunjung sembuh merupakan ciri khas dari diabetes mellitus tipe 2.
4. Berdasarkan hasil recall 24 jam dan jika dibandingkan dengan asupan oralnya, diketahui bahwa asupan makan pasien secara keseluruhan masih defisit, karena < 60% (Roedjito, 1989), yaitu energi 42,34%; protein 54,2%; lemak 55,35%; karbohidrat 34,98.
5.
B. SARAN
1. Untuk Pasien
Memotivasi pasien agar disiplin dalam menjalani diet yang diberikan sehingga pasien dapat mendapatkan nutrisi sesuai kebutuhannya.
2. Untuk Keluarga Pasien
DAFTAR PUSTAKA
AND. 2013. Nutrition Diagnosis. Academy of Nutrition and Dietetics. United States of America
Anonim. 2010. Demam. Diakses dari digilib.unimus.ac.id pada 20 April 2014 Anonim. 2013. Pemasangan Infus. Surabaya : Universitas Soedirman
Anonyma. 2014. Aspilet. Diakses dari http://www.health.detik.com pada 19 April 2014 Anonymb. 2014. Aspilets. Diakses dari http ://www.dechacare.com pada 19 April 2014
Anonymc. 2014. Metronidazole for Infection. Diakses dari http://www.patient.uk pada 19 April 2014
Applefeld, Mark M. 1990. Chapter 19 The Jugular Venous Pressure and Pulse Contour. Diakses dari http://www.ncbi.nlm.gov pada 20 April 2014
Arnoldi,A.2004. Functional Foods,Cardiovascular Diseas,and Diabetes.England: Woodhead Publishing Limited
Boedisantoso, R. Imam Subekti. 2005. Komplikasi Akut Diabetes Melitus. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI
Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Depkes. 2003. Tata laksana DBD. Diakses dari http://www. depkes.go.id pada 20 April 2014 Depkes. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Depkes RI Dharma, Surya. 2010. Tanya Iskemik Anteroseptal. Diakses dari http://www.pjnhk.go.id pada
21 April 2014
Epstein EJ, Osman JL, et al. 2013. Use of The Estimated Glucose Disposal Rate as A Measure of Insulin Resistance in An Urban Multiethnic Population with Type 1 Diabetes. Diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23596179 pada 18 April 2014.
Fahn, Stanley. 2003. Description of Parkinson’s Disease as a Clinical Syndrome. New York : Departmen of Neurology, University of Columbia
Feinglos NM, Bethel MA. 2008. Type 2 Diabetes Mellitus: An Evidence-Based Approach to Practical Management. USA: Humana Press.
Gauld LM, Kappers J, Carlin JB, Robertson CF. Height Prediction from Ulna Length. Dev Med Child Neurol. 46, 2004:475.
Holt IGR, Cockram C, et al. 2010. Textbook of Diabetes: 4th Edition. USA: Wiley- Blackwell Publishing Ltd.
Home, Philip. 2002. Product Monograph Noovorapid (Insulin Aspart). Oxford : Watermeadow Medical
Jerry. 2011. Drug Related Problems pada Pasien Rawat Inap Stroke Iskemik di Ruang Perawatan Neurologi RSSN Bukittinggi.
MacKenzie, Ross. 2005. Poor R-Wave Progression. Journal of Insurance Medicine 2005;37:58-62
Mahan, L Kathleen.,Escott-Stump, Sylvia. 2008. Krause's Food & Nutrition Therapy. Philadelphia: Saunders Elsevier
Mason JB, Musgrove P, & Habicht JP. 2003. At Least One-Third of Poor Countries Burden is due to Malnutrition. Disease Control Priorities Project.
McCabe, Beverly J., et al. 2003. Handbook of Food-Drug Interactions. Washington D.C.: CRC Press
Muttaqin, Arif. 2011. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin,Arif.2009.Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.Jakarta: Penerbit Salemba Medika
P.B. PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Penerbit PERKENI.
Pfizer. 2012. Sodium Chloride Injection and Intravenous Infusion. New Zealand : Pfizer Pty Limited
Purba, Bernhard Arianto. 2013. Fisiologi Kardiovaskuler. Jambi : Universitas Jambi
Rimbawan, Siagian A. Karbohidrat: indeks glikemik pangan: cara mudah memilih pangan yang menyehatkan. Jakarta: Penebar Swadaya; 2004:25-40.
Rolfes, Sharon Rady, et al. 2009. Understanding Normal and Clinical Nutrition Eight Edition. USA : Wadsworth Cengage Learning
Sihaloho,E.2013. Diabetes Mellitus Tipe II Gula Darah Tak Terkontrol dengan Ulkus Pedis Dextra Digiti III dan Prehipertensi. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (Medula, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013)
Sinto, Robert dan Nainggolan, Ginova.2010. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan Tata Laksana.Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 2, Pebruari 2010)
Tambunan, Monalisa & Gultom, Yunizar. 2009. Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran
UKPAR. 2009. Valsartan. United Kingdom : MHRA
LAMPIRAN
HASIL PERHITUNGAN NUTRISURVEY REKOMENDASI DIET
==================================================================
Analysis of the food record
==================================================================
Food
Amount
energy
carbohydr.
___________________________________________________________________________
BREAKFAST
nasi putih
100 g
130.0 kcal
28.6 g
ikan tengiri
50 g
56.0 kcal
0.0 g
kacang panjang mentah
50 g
17.4 kcal
4.0 g
toge kacang kedele mentah
25 g
30.5 kcal
2.4 g
minyak kelapa sawit
5 g
43.1 kcal
0.0 g
Drinking water
400 g
0.0 kcal
0.0 g
Meal analysis: energy 277.1 kcal (17 %), carbohydrate 35.0 g (13 %)
1. BREAK
apel
80 g
47.2 kcal
12.2 g
Drinking water
200 g
0.0 kcal
0.0 g
Meal analysis: energy 47.2 kcal (3 %), carbohydrate 12.2 g (5 %)
LUNCH
nasi putih
150 g
195.0 kcal
42.9 g
sawi hijau
25 g
3.8 kcal
0.5 g
Carrot fresh
50 g
12.9 kcal
2.4 g
minyak kelapa sawit
5 g
43.1 kcal
0.0 g
tempe goreng
50 g
177.0 kcal
7.7 g
Drinking water
400 g
0.0 kcal
0.0 g
Meal analysis: energy 431.8 kcal (26 %), carbohydrate 53.5 g (20 %)
2. BREAK
pisang kepok
50 g
58.0 kcal
15.6 g
ubi jalar kuning
135 g
137.8 kcal
32.8 g
Drinking water
400 g
0.0 kcal
0.0 g
Meal analysis: energy 195.7 kcal (12 %), carbohydrate 48.4 g (18 %)
DINNER
nasi putih
150 g
195.0 kcal
42.9 g
labu siam mentah
50 g
10.0 kcal
2.2 g
buncis mentah
50 g
17.4 kcal
4.0 g
tahu
100 g
76.0 kcal
1.9 g
minyak kelapa sawit
5 g
43.1 kcal
0.0 g
Meal analysis: energy 341.6 kcal (21 %), carbohydrate 50.9 g (19 %)
IN BETWEEN
biscuit
50 g
253.5 kcal
39.0 g
pepaya
100 g
39.0 kcal
9.8 g
jeruk nipis
33 g
9.5 kcal
3.1 g
gula pasir
10 g
38.7 kcal
10.0 g
Drinking water
200 g
0.0 kcal
0.0 g
Meal analysis: energy 340.7 kcal (21 %), carbohydrate 61.9 g (24 %)
==================================================================
Result
==================================================================
Nutrient
analysed
recommended
percentage
content
value
value/day
fulfillment
___________________________________________________________________________
energy
1634.1 kcal
1950.4 kcal
84 %
water
2044.2 g
2250.0 g
91 %
protein
53.2 g(13%)
57.6 g(12 %)
92 %
fat
47.0 g(25%)
66.2 g(< 30 %)
71 %
carbohydr.
261.8 g(63%)
278.4 g(> 55 %)
94 %
dietary fiber
18.1 g
30.0 g
60 %
alcohol
0.0 g
-
-PUFA
13.1 g
10.0 g
131 %
cholesterol
29.0 mg
-
-Vit. A
2209.3 µg
800.0 µg
276 %
carotene
3.9 mg
-
-Vit. E (eq.)
13.2 mg
12.0 mg
110 %
Vit. B1
0.8 mg
1.0 mg
75 %
Vit. B2
0.7 mg
1.2 mg
59 %
Vit. B6
1.4 mg
1.2 mg
113 %
tot. fol.acid
253.1 µg
400.0 µg
63 %
Vit. C
136.2 mg
100.0 mg
136 %
sodium
160.2 mg
2000.0 mg
8 %
potassium
2559.6 mg
3500.0 mg
73 %
calcium
560.8 mg
1000.0 mg
56 %
magnesium
401.3 mg
300.0 mg
134 %
phosphorus
775.9 mg
700.0 mg
111 %
iron
13.6 mg
10.0 mg
136 %
BON BELANJA PRAKTIKUM BLOK ASUHAN GIZI KLINIK 2 ASUHAN GIZI PADA KASUS METABOLIK
Shift/Kelompok : 1/2
Tanggal/Waktu Praktikum : Selasa, 29 April 2014 (08.00-11.00)
Nama
Masakan Bahan Makanan Jumlah Harga (Rp)
Pepes ikan Ikan tenggiri 1 potong sedang Rp 15000, 00 Tumis
kacang panjang
Kacang panjang ¼ ikat Rp 1500, 00
Tauge ¼ ons Rp 500, 00
Tumis sawi Sawi hiaju 1 ikat Rp 3000, 00
Wortel 1 biji Rp 1000, 00
Tempe
goring Tempe 1 bungkus sedang Rp 1000, 00
Pisang
rebus Pisang kepok 1 buah Rp 1000, 00
Ubi rebus Ubi jalar kuning 1 biji Rp 3000, 00
Tumis Jipang
Labu siam 1 biji Rp 1000, 00
Buncis ¼ ons Rp 1500, 00
Tahu goreng Tahu 1 potong besar Rp 2000, 00
Biskuit Biskuit Marie 1 bungkus sedang Rp 4500, 00
Pepaya Pepaya potong 1 potong sedang Rp 1000, 00
Jeruk hangat Jeruk 1 buah Rp 1000, 00
Nasi putih Beras ¼ ons Rp 10000, 00
Daun pisang Cabe merah Cabe hijau
1 biji 10 biji 10 biji