• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum 1 FIX INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum 1 FIX INDONESIA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM BLOK ASUHAN GIZI KLINIK 2 ASUHAN GIZI PADA KASUS METABOLIK

DISUSUN OLEH : SHIFT/KELOMPOK : 1/2

NAMA :

1. Nur Arief Darmawan (11/311759/KU/14260) 2. Anna Maria Ariesta P (11/311775/KU/14267) 3. Anisa Luthfia R (11/311785/KU/14269) 4. Risma Saski Rahmita (11/311790/KU/14272) 5. Afiatin Yaqutut M (11/311923/KU/14294) 6. Nida An Chovia (11/311937/KU/14295)

HARI/TANGGAL : Selasa, 29 April 2014 (08.00-11.00) INSTRUKTUR : Aviria Ermamilia, S.Gz, M.Gizi, Dietisien

ASISTEN : Cita, Nadia

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

BAGIAN I. PENDAHULUAN 1. ASSESMEN GIZI A. ANAMNESIS

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. SS No RM : 01-28-97-56

Umur : 60 tahun Ruang : Bougenvil 4, Km 12 Sex : Perempuan Tgl Masuk : 30 Januari 2012 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tgl Kasus : 31 Januari 2012

Pendidikan : SD Alamat : Banteng, Sinduharjo, Sleman YK

Agama : Islam

Diagnosis medis : DM 2 NO dengan hiperglikemia, Ulkus Digiti I Pedis grade II, HT st II, AKI std Inj.

2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit

Keluhan Utama

Luka di ibu jari kaki kanan sejak 2 MSMRS (kiriman Puskesmas Ngaglik I dengan HT, ulkus, DM, hiperglikemia). Os juga mengeluh mata kabur sejak 1 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

 1 BSMRS Os mengeluh kedua kaki bengkak, tidak luka dan tidak nyeri, serta tidak ada demam, namun Os belum periksa.

 2 MSMRS Os mengeluh timbul luka dan bengkak di ibu jari kanan, nyeri. Os demam, tidak ada riwayat trauma, tidak ada mual dan tidak lemas, namun Os belum juga periksa  luka pecah & berair.

 HMRS keluhan menetap, Os periksa ke Puskesmas, dilakukan rawat luka, tidak ada nanah ataupun darah. Kemudian dilakukan pemeriksaan gula darah, GD = 600 mg/dl, Os dirujuk ke RSS. Riwayat

Penyakit Dahulu

 Hipertensi sejak 8 tahun yang lalu, tekanan darah 160an.  Riwayat DM sejak 8 tahun yang lalu jarang control rutin.  Riwayat tinggi kolesterol, namun tidak ada terapi.

 Riwayat operasi di kaki. Riwayat

Penyakit Keluarga

Ibu : DM

(3)

3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi

Data sosio-ekonomi

Penghasilan : sosio ekonomi menengah ke bawah Jumlah anggota keluarga : 4 orang

Suku : Jawa

Aktifitas fisik Jumlah jam kerja : - Jumlah jam tidur sehari : 9 jam Jenis olahraga : - Frekuensi : -

Alergi makanan

Makanan : - Penyebab : -Jenis diet khusus : Alasan : Yang Menganjurkan :

-Masalah

gastrointestinal

Nyeri ulu hati (-), Mual (-), Muntah (-), Diare (-), Konstipasi (+), Anoreksia (+), Perubahan pengecapan/penciuman (-)

Penyakit kronik Jenis penyakit : HT, DM Modifikasi diet :

-Jenis & lama pengobatan : DM dg obat, namun tidak terkontrol Kesehatan mulut Sulit menelan (-), Stomatitis (-), Gigi lengkap (-)

Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : Frekuensi dan jumlah :

-Perubahan berat badan

Bertambah/berkurang: berkurang Lamanya: -Disengaja/tidak : tidak disengaja

Mempersiapkan makanan

Fasilitas memasak : kompor, dimasak oleh anak Os Fasilitas menyimpan makanan : meja, almari makan

Riwayat / pola makan

Makanan pokok 2-3x/hari dan selingan 2x/hari Makanan pokok : Nasi @10 sdm 2-3x/hari

Nasi jagung @100 g 3x/minggu Kentang @1 biji 2-3x/bulan Lauk Hewani : Sering diolah dg digoreng dan dibalado

Telur @1 butir 3-4x/minggu

Ikan pindang @½ potong 1x/bulan Daging jarang

Lauk Nabati : Tempe seringnya dibacem/digoreng garit Tempe @1 potong 5-6x/minggu

Tahu @1 potong 3-4x/minggu

Sayur: Sawi, kol, rebung, kacang panjang 2-3x/minggu tergantung yang dimasakkan anak Os

Buah : Pepaya @1 potong 2-4x/bulan; Pisang @2 buah 1-3x/minggu

Minuman : Air putih, air teh tawar, tidak mengkonsumsi susu karena tidak diperbolehkan

Os juga tidak mengkonsumsi terong, bayam dan rebung karena anjuran dari orang-orang sekitar.

(4)

Pasien ibu rumah tangga berusia 60 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama luka di ibu jari kaki kanan tanpa nanah/darah sejak 2 MSMRS, pandangan mata kabur sejak 1 tahun lalu dan hasil pemeriksaan gula darah tinggi. Pasien terdiagnosis medis DM 2 NO dengan hiperglikemia, Ulkus Digiti I Pedis grade II, HT st II, AKI stadium lanjut; memiliki riwayat hipertensi dan DM sejak 8 tahun lalu, kolesterol tinggi, operasi di kaki serta anggota keluarga DM, asam urat, hipertensi.

Pada pasien diabetes mellitus, luka yang tak kunjung sembuh merupakan ciri khas. Pertanda yang lain yakni neuropati perifer dimana hilangnya sensasi distal ke kaki bagian bawah dan menyebabkan cedera muskuloskeletal atau infeksi kulit. Pasien dengan neuropati perifer dianjurkan berolahraga seperti bersepeda atau berenang. Alas kaki yang tepat seperti gel dan pemeriksaan harian kaki diperlukan apabila melakukan kegiatan menahan beban untuk mendeteksi lesi kaki yang dapat menyebabkan infeksi serius (Feinglos, 2008). DM tipe 2 bukanlah penyakit yang diturunkan namun pada pasien ini ada riwayat orangtua DM. DM tipe 2 menunjukkan agregasi familial yang jelas yakni faktor risiko meningkat 2-6x dibandingkan dengan mereka yang tidak ada riwayat keluarga diabetes (Holt, 2010).

B. ANTROPOMETRI

Ulna LLA

24 cm 30 cm

Kesimpulan:

Status gizi menggunakan LLA/U = (30:28,5)x 100% = 105,26% NORMAL (90-110%) Mengukur tinggi badan menggunakan panjang ulna:

Menurut Gauld et al (2004)1

Untuk wanita, estimasi tinggi badan = 4.459U + 1.315A - 31.485

= 107.016 + 78.9 - 31.485 = 154 cm

Dari perhitungan tersebut, maka dapat diperoleh estimasi Berat Badan Ideal (BBI) pasien yaitu dengan rumus sebagai berikut:

Estimasi BBI = 90% (TB-100) = 90% (154-100) = 90% (54) = 48.6 kg

Berdasarkan perhitungan antropometri di atas, pasien ibu rumah tangga berusia 60 tahun dengan panjang ulna 24 cm dan LLA 30 cm memiliki status gizi yang normal.

(5)

Pemeriksaan urin/ darah

Satuan/Nilai Normal Awal Masuk RS (tgl 30/01/12 )

Ket

Alb 3,1 – 5,0 g/dl 1,77 RENDAH

Protein total 6,4 – 8,2 g/dl 5,6 RENDAH

SGPT 8 – 35 U/L 16 NORMAL

SGOT 15 – 37 U/L 18 NORMAL

BUN 7 – 20 mg/dl 30 TINGGI

Creatinin 0,6 – 1,3 mg/dl 1,93 TINGGI

Asam urat 2,6 – 7,2 mg/dl 7,8 TINGGI

GDS 74 – 106 mg/dl 481 TINGGI

Na 136 – 145 mmol/L 134 RENDAH

K 3,5 – 5,1 mmol/L 2,8 RENDAH

Cl 98 – 107 mmo/L 96 RENDAH

GDP <110 mg/dl 167 TINGGI

GD 2JPP < 145 mg/dl 205 TINGGI

Cholesterol total < 200 mg/dl 221 TINGGI

HDL 35 – 55 mg/dl 43 NORMAL

TG 40 – 155 mg/dl 140 NORMAL

LDL < 130 mg/dl 134 TINGGI

Kesimpulan:

Dari hasil pemeriksaan biokimia awal masuk rumah sakit, diketahui bahwa pasien memiliki status albumin, protein total, Na, K, dan Cl yang rendah. Sedangkan, status BUN, kretinin, asam urat, GDS, GDP, GD2jPP, kolesterol total, dan LDL tergolong tinggi. Glukosa darah yang tinggi merupakan karakteristik diabetes mellitus karena kegagalan sekresi insulin. Abnormalitas metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak juga merupakan gejala yang tampak. (Mahan, 2008)

GDR merupakan alat ukur yang valid secara klinis untuk memperkirakan sensitivitas insulin (Epstein et al, 2013)3. Hal ini berkaitan dengan kinerja insulin itu sendiri yang menghambat pembentukan lemak menjadi energi pada kondisi starving. Sekresi insulin menghambat kerusakan otot. Protein tidak dapat digunakan untuk membentuk albumin dan protein viseral lainnya. Adanya ketidakseimbangan kadar elektrolit (Na, K, Cl) ini juga memicu terjadinya edema, mengindikasi terjadinya hipoglikemia, hiponatremia, dan dehidrasi. (Mason et al, 2003).

(6)

ireversibel. Kreatinin tidak memiliki fungsi biologis tertentu yang secara terus-menerus dilepaskan dari sel-sel otot dan diekskresikan oleh ginjal dengan sedikit reabsorpsi sehingga pada kegagalan fungsi ginjal kadarnya meningkat. Sejalan dengan kreatinin, Blood Urea Nitrogen (BUN) akan meningkat pada gagal ginjal dan pembongkaran protein berlebih dalam tubuh, BUN/kreatinin rasio >15:1. (Mahan, 2008).

Adipositas dan durasi yang lebih lama dari obesitas merupakan faktor risiko yang kuat untuk diabetes tipe 2, dan bahkan kehilangan berat kecil berhubungan dengan perubahan kadar glukosa ke normal pada orang dengan pra-diabetes. Pengujian atau skrining untuk diabetes harus dipertimbangkan dalam semua individu pada usia 45 tahun ke atas, terutama pada mereka dengan indeks massa tubuh (BMI) dari 25 kg/m2 atau lebih dan, jika normal, harus diulang pada interval 3 tahun (ADA, 2006b). Pengujian harus dipertimbangkan pada usia lebih muda atau dilakukan lebih sering pada orang yang kelebihan berat badan (BMI (> 25 kg/m2) dan memiliki faktor risiko tambahan, seperti hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg) dan high-density lipoprotein (HDL) cholesterol level <35 mg/dl dan/atau triglyceride level >250 mg/dl (Mahan, 2008).

D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK

1. Kesan Umum : KU sedang, CM 2. Vital Sign :

Nilai Normal

Tekanan darah 120/80 mmHg 160/80 mmHg Tinggi Respirasi 15-20x/menit 20x/menit Normal Nadi 70-80x/menit 100x/menit Tinggi

Suhu Febris

3. Kepala/ abdomen/extremitas dll :  Kepala : CA (-), SI (-)  Leher : JVP, ST 2  Ext edem : - Akral hangat

Kesimpulan:

(7)

Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior. Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya di atas 37,8°C (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal. (Donna L. Wong, 2003 dalam Anonim, 2010) (Rolfes, et al, 2009).

Sedangkan untuk pemeriksaan fisik, untuk kepala CA (Conjunctiva Anemic) negatif dan SI (Sclera Icterik) juga negatif. Conjunctiva anemic negatif menandakan bahwa pasien tidak mengalami anemia. Conjunctiva anemic merupakan penanda adanya anemia (Novrial, 2013). Sklera ikterik negatif menandakan pasien tidak mengalami gangguan hati. Sklera ikterik merupakan tanda awal gangguan hati dengan adanya perubahan kadar bilirubin dalam darah meningkat, berkisar 2-2,5 mg/dl (34-43 µmol/L) sehingga memberi warna kuning pada sklera mata (Irwana, 2009) Pada pemeriksaan leher, dilakukan pemeriksaan JVP (Jugular Venous Pressure). Jugular Venous Pressure adalah pengukuran klinik dari tekanan vena pusat. Pengukuran JVP biasanya dilakukan di leher sebelah kanan. Rata-rata JVP normal, jarak vertikal di atas midpoint dari atrium kanan adalah 6-8 cmH2O. Deviasi dari angka normal ini menandakan hipovolemik (jika rata-rata tekanan vena kurang dari 5 cmH2O) atau merusak/mengganggu pengisian jantung (jika rata-rata tekanan vena lebih dari 9 cmH20) (Applefeld, 1990).

ST (Sinus Tachichardia) merupakan peningkatan denyut jantung, yaitu 100-150x/menit (Mutraqin, 2011).

Selain pemeriksaan kepala dan leher, tidak ditemukan adanya edema pada ekstremitas. Akral hangat dapat diartikan bahwa pasien tidak mengalami syok. Penanda syok bila akral terasa dingin (Depkes, 2003).

E. ASUPAN ZAT GIZI

Hasil Recall 24 jam diet : Rumah Tanggal : 30 januari 2012

Implementasi Energi (kcal)

Protein (g)

Lemak (g)

KH (g)

Asupan oral 741 27,1 26,9 97,3

Kebutuhan 1750 50 48,6 278,13

% Asupan / kebutuhan 42,34 54,2 55,35 34,98 (AKG, 2004)

PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI a. Kebutuhan energi

Kebutuhan energi wanita usia 50-64 tahun menurut AKG = 1750 kkal b. Kebutuhan protein

(8)

c. Kebutuhan lemak

Kebutuhan lemak = 25% total energi = 25% x 1750 kkal = 437,5 kkal = 48,6 g d. Kebutuhan karbohidrat

Kebutuhan karbohidrat = kebutuhan energi – kebutuhan protein – kebutuhan lemak = 1750 – 200 – 437,5 = 1112,5 kkal = 278,13 gram

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil perhitungan dan dibandingkan dengan asupan oralnya, diketahui bahwa asupan makan pasien secara keseluruhan masih defisit, karena < 60% (Roedjito, 1989), yaitu energi 42,34%; protein 54,2%; lemak 55,35% ; karbohidrat 34,98.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG : STC, HR IIIx/menit, DMI Inferior, Poor R wave progresion, PD OMI anteroseptal

Kesimpulan:

Pemeriksaan EKG merupakan metode non-invasive untuk mendeteksi dan memonitor myocardial ischemia.

DMI (Diaphragmatic Myocardial Infarction) terjadi pada jantung are inferior.

PD (Parkinson Disease) adalah penyebab utama dari parkinsonism. Parkinsonism adalah sindrome klinik yang merupakan kombinasi dari masalah motorik, seperti bradykinesia, resting tremor, kaku, flexed posture, freezing, dan kehilangan refleks tubuh (Fahn, 2003)

Anteroseptal menunjukkan daerah/bagian jantung yang mengalami iskemik, anto artinya bagian anterior/depan jantung dan septal adalah bagian septum/dinding pemisah dalam jantung. Maka OMI anteroseptal menunjukkan adanya Old Myocard Infarction pada daerah anteroseptal (Dharma, 2010)

Irama takikardia dapat mengurangi curah jantung dengan memperpendek waktu pengisian ventrikel dan volume sekuncup. Karena curah berkutang, tekanan arterial perfusi perifer berkurang. Di samping itu, takikardia juga dapat mengurangi lama diastolik, yaitu masa di mana aliran koroner paling besar dan dengan demikian mengurangi suplai oksigen ke arteri koronaria.

(9)

parasimpatetik. Ciri-ciri ST adalah HR 100-150x/menit, P-wave normal, setiap gelombang P diikuti QRS & T, PR normal (0,12-0,20), gelombang QRS normal (0,06-0,12), irama reguler dan semua gelombang sama (Muttaqin, 2011).

Poor R wave progression merupakan bagian dari pemeriksaan EKG yang berkaitan dengan kondisi jantung seseorang. Normal wave progression adalah bila tinggi R-wave pada V3>2mm. Jika tinggi R-wave pada V1-V4 sangat kecil, dapat dinamakan poor R-wave progression. Poor R-wave progression memiliki ciri-ciri R-wave kurang dari 2-4 mm pada leads V3 atau V4 dan/tidak R di V4<R di V3 atau Rdi V3<R di V2 atau R di V< R di V1 atau kombinasi dari semuanya. Poor R-wave progression menjadi penanda adanya anterior myocardial infarction. Selain itu, poor wave progression ini juga dapat merupakan tanda adanya left bundle branch block, Wolff-Parkinso-White sindrome, right and left branch hypertrophy (MacKenzie, 2005)

G. TERAPI MEDIS Jenis Obat/

Tindakan Fungsi

Interaksi dengan Zat

Gizi Solusi

Metformin - Sebagai obat antidiabetes. - Memonitoring

status vitamin B12 setiap 1-2 tahun karena adanya ke dalam sel-sel otot. Obat ini dapat

memperbaiki uptake glukosa

- Dapat terjadi asidosis laktat (pada pasien dengan disfungsi ginjal) dengan tanda diare, kram otot berat, nafas, cepat dan dangkal, meningkatkan kelelahan dan mudah mengantuk. Jika terjadi asidosis laktat, dampak yang diakibatkan adalah gangguan elektrolit, kadar asam laktat dalam darah meningkat, gap anion meningkat, pH darah menurun, dan parahnya defisiensi vitamin B12 tanpa gejala.

- Dikonsumsi bersama konsumsi makanan, jumlah insulin yang dibutuhkan.

Konseling makanan dengan obat ini, khususnya dengan terapi yang

(10)

sampai sebesar 10-40%.

- Menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis.

hindari alcohol. asupan oral yang berkurang agar dapat mencegah adanya potensi efek hipoglikemia.

Aspilet - Menimbulkan efek vasodilatasi dan gigi, dan nyeri otot.

- Termasuk dalam kategori obat

non-Tablet boleh dihancurkan dahulu sebelum

dilepaskan dari foilnya, lalu dilarutkan salam sejumlah air atau dicampur dengan susu, diminum sesudah makan. Sebaiknya obat ini

dikonsumsi sesudah atau bersama makan. Alkohol dapat menyebabkan perdarahn gastrointestinal bila diminum bersamaan dengan obat ini.

Pemakaian jangka panjang dapat

menimbulkan perdarahan pada lambung.

Kontra indikasi : penderita hipersensitif (termasuk asma), penderita tukak lambung (maag), pernah atau sering mengalami perdarahan di bawah kulit, penderita hemophilia dan trombositopenia, karena dapat meningkatkan

(11)

trombosit.

- Untuk mencegah penyakit

kardiovaskular dan infark miokard.

perdarahan, penderita yang sedang terapi dengan antikoagulan.

Valsartan Obat untuk hipertensi

Efek samping : aguesia, anemia, anoreksia, konstipasi, sakit gigi, depresi, diare, pusing, mulut kering, dysguesia, dyspepsia, flatulence, gastritis, gangguan tidur, muntah.

Valsartan dapat

dikonsumsi dengan atau tanpa makanan dan sebaiknya dikonsumsi pasien ini aspilet) dapat

meningkatkan risiko memburuknya fungsi ginjal dan meningkatkan serum potassium Novorapid Pada diabetes

mellitus tipe 1, Novorapid dapat

Efek obat ini maksimal akan terjadi 1-3 jam setelah penyuntikan dan efek dapat berakhir setelah 5 jam. Novorapid sebaiknya dikonsumsi 10 menit sebelum makan berat atau snack berat. Saat diperlukan, Novorapid dapat dikonsumsi setelah makan. Efek samping : hipoglikemia (jika pemakaian berlebih), alergi

Obat ini dapat digunakan dengam injeksi bawah kulit (subcutaneous injection). Novorapid juga dapat diinjeksi melalui vena di bawah pengarahan dokter.

Metronidazole Obat untuk menghilangkan pseudomembranou s colitis (PMC),

(12)

yang merupakan hasil dari produksi racun oleh

Clostridium difficile.

colitis, epigastric distress, glossitis, sakit kepala, metallic taste, mual (hindari alcohol, obat dikonsumsi bersama

Dampak : saat konsumsi obat ini, urin akan berwarna lebih gelap. Infus NaCl Diberikan pada

pasien dengan kadar Na atau Cl yang rendah. Untuk mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok hemodinamik

(13)
(14)

DIAGNOSIS GIZI

1. NI-2.1 asupan oral yang inadekuat berkaitan dengan penyakit katabolis hiperglikemia dibuktikan oleh hasil penilaian asupan recall 24 jam (energi 42%, protein 54%, lemak 55%, dan karbohidrat 35%).

(15)

INTERVENSI GIZI

1. Tujuan Diet :

a. Meningkatkan asupan makan pasien

b. Mengendalikan kadar glukosa darah supaya mendekati nilai normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan obat penurun glukosa oral

c. Menurunkan tekanan darah karena hipertensi

2. Syarat / prinsip Diet : a. Energi yang diperhitungkan b. Protein 1,2 g/kg BBI

c. Lemak 25% dari total energi d. Karbohidrat yang diperhitungkan

e. Serat larut air 25 g/hari diwujudkan sayur dan buah f. Cairan yang diperhitungkan

g. Pengaturan asupan natrium 600 mg atau 2 g (0,5 sdt) garam dapur h. Penggunaan gula pasir maksimal 5% dari total energi

i. Pengaturan jadwal makan 6 kali sehari, terdiri dari 3 kali makan utama dan 3 kali snack, dengan distribusi energi sebagai berikut:

1) Sarapan 20% total energi 2) Snack 10% total energi 3) Makan siang 25% total energi 4) Snack 10% total energi

5) Makan malam 25% total energi 6) Snack 10% total energi

3. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi untuk intervensi : e. Kebutuhan energi

BMR = 655 + (9,563 x BB) + (1,85 x TB) – (4,676 x U) = 655 + 464,76 + 284,9 – 280,56

= 1124,1 kkal

Koreksi aktivitas fisik (bedrest) = 1,2 x 1124,1 = 1348,92 kkal Koreksi faktor stres (sedang/berat) = 1,2 x 1384,92 = 1618,7 kkal Total energi = 1619 kkal

(16)

= 25% x 1619 = 404,75 kkal = 44,9 g h. Kebutuhan karbohidrat

= kebutuhan energi – kebutuhan protein – kebutuhan lemak = 1619 – 233,2 – 414,75 = 971,05 kkal = 242,7 g

i. Kebutuhan Cairan

= (100 ml x 10 kg BB pertama) + (50 ml x 10 kg BB kedua) + (20 ml x sisa BB) = 1000 + 500 + (20 x 28,6) = 2072 ml

j. Penggunaan gula pasir maksimal (PERKENI, 2006) = 5% x 1619 = 80,95 kkal = 23 g

4. Terapi Diet : DM 1700 rendah garam 600 Bentuk makanan: Biasa

Cara pemberian : Oral

5. Rekomendasi Diet

Rekomendasi Diet Bahan Makanan Jumlah Makan Pagi Nasi

Selingan pagi Apel Apel 80 g (1 bh sdg)

Makan siang Nasi Selingan siang Pisang rebus

(17)

Air putih 200 g

6. Kajian Rekomendasi Diet

Energi (kkal) KH (g) Protein (g) Lemak (g)

Rekomendasi Diet 1634,1 261,8 53,2 47

Kebutuhan (planning) 1619 242,7 58,3 44,9

% rekomendasi/kebutuhan 100,93 107,86 91,25 104,67

Pembahasan:

Berdasarkan hasil kajian rekomendasi diet, persentase pemenuhan kebutuhan untuk energi 100,93 %, karbohidrat 107,86 %, protein 91,25 %, dan lemak 104,67 %. Hasil tersebut dapat dikatakan telah mencukupi kebutuhan pasien dan diharapkan pasien dapat memenuhinya dengan daya terima 100%.

Perencanaan makanan merupakan salah satu pilar pengelolaan diabetes. Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses penyiapan makanan dan bentuk makanan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak dan protein), yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung dan serat. Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting dari pada sumber atau macam karbohidratnya.

Karbohidrat dalam pangan yang dipecah dengan cepat selama pencernaan memiliki indeks glikemik (IG) tinggi. Respon gula darah terhadap jenis pangan ini cepat dan tinggi. Sebaliknya, karbohidrat yang dipecah dengan lambat memiliki indeks glikemik (IG) yang rendah sehingga melepaskan glukosa ke dalam darah juga lambat. Kategori pangan menurut indeks glikemik, yaitu Indeks Glikemik rendah < 55, Indeks Glikemik sedang 55-70, dan Indeks Glikemik tinggi >70 (Miller, dkk., cit Rimbawan, 2004). Peran indeks glikemik dalam penatalaksanaan makanan pada penderitadiabetes adalah memberikan cara mudah untuk memilih makanan yang tidak menaikkan kadar gula darah secara drastis. Dengan diketahuinya indeks glikemik pangan, maka penderita diabetes dengan mudah memilih makanan yang tidak cepat menaikkan kadar gula darah (makanan dengan indeks glikemik rendah) (Rimbawan, 2004)

Makanan dengan komposisi karbohidrat sampai 70 – 75 % masih memberikan hasil yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA, Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 g/hari, diutamakan serat larut (PERKENI, 2002).

(18)

sakarin, aspartame, acesulfame potassium dan sucralose. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani. Untuk penentuan status gizi, status gizi, umur, ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani (PERKENI, 2002).

7. Rencana monitoring dan evaluasi

Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target Antropometri LLA Saat os keluar

dari RS Normal

Biokimia

- Albumin, protein total, Na, K, dan Cl

- Vital sign (tekanan darah, nadi, suhu) - Keluhan (nyeri,

luka dan bengkak di ibu jari kanan)

Menyesuaikan

- Tekanan darah turun - Suhu turun

- Nadi normal

- Keluhan berkurang

Asupan zat gizi

-Energi, protein, lemak, karbohidrat

8. Rencana Konsultasi Gizi

Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

Anoreksia - Memberi

pengetahuan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai bentuk makanan yang sesuai dengan daya terima pasien

- Memotivasi pasien untuk menghabiskan makanannya

- Macam bentuk makanan sesuai daya terima pasien - Contoh pengaturan

makan sesuai daya terima

pasien Tempat di

bangsal

(19)

pengetahuan kepada

- Contoh bahan makanan yang mengandung serat tidak larut air tentang DM tipe 2 - Memberi

pengetahuan dasar tentang nilai indeks glikemik makanan prinsip diet 3J (Jenis, jumlah dan jadwal) - Memotivasi pasien

untuk disiplin dalam menjalani diet

- Materi dasar tentang definisi, etiologi dan gejala tentang DM tipe 2 - Materi dasar tentang

definisi indeks glikemik dan daftar bahan makanan berdasarkan penggolongan nilai indeks glikemik

- Materi tentang jenis makanan yang harus dibatasi dan dipantang - Jenis makanan yang

dikonsumsi harus memperhatikan nilai indeks glikemik

- Jumlah makanan yang dikonsumsi atau dimakan harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan

- Jadwal makan diabetes diberikan dengan 3 kali makan utama dan 2 kali selingan

- Contoh pengaturan makan terkait DM tipe 2

(20)

- Self learning yaitu dengan disiplin terhadap diri sendiri.

Hipertensi - Memberi

pengetahuan dasar definisi, etiologi dan faktor resiko hipertensi

- Memberi

pengetahuan dasar tentang diet rendah garam beserta daftar golongan bahan makanan yang harus dibatasi dan dihindari terkait dengan hipertensi

- Materi dasar tentang definisi, etiologi dan faktor resiko hipertensi

- Materi dasar tentang diet rendah garam

- Daftar golongan bahan makanan yang harus dibatasi dan dipantang serta contoh pengaturan makan terkait hipertensi

(21)

BAGIAN II. DASAR TEORI

A. Diabetes Mellitus

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan kegagalan relatifsel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekrasi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Corwin, 2009).

Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit yang disebabkan oleh resistensi insulin dan sekresi insulin cacat. Ada penurunan serapan postprandial glukosa oleh otot dengan insulin endogen dikeluarkan. Pada pasien dengan hiperglikemia puasa, tingkat insulin telah ditemukan dua kali lipat ke empat kali lipat lebih tinggi daripada di nondiabetiks. Pada jaringan otot, ada cacat dalam fungsi reseptor, jalur reseptor insulin-sinyal transduksi, transportasi dan fosforilasi glukosa, sintesis glikogen, dan oksidasi glukosa yang berkontribusi pada resistensi insulin. Tingkat basal dari glukoneogenesis hepatik juga berlebihan, meskipun kadar insulin tinggi. Kedua cacat sama berkontribusi untuk berlebihan kadar glukosa postprandial serum (Boedisantoso, dkk., 2005).

Komplikasi diabetes yang dapat terjadi dibedakan menjadi dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut berupa koma hipoglikemi, ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar nonketotik. Komplikasi kronik dapat berupa makroangiopati, mikroangiopati, neuropati diabetik, infeksi, kaki diabetik, dan disfungsi ereksi. Pada kasus ini penyakit diabetes melitus pada pasien sudah memiliki komplikasi kronis yaitu ulkus diabetik pada kakinya. Terjadinya komplikasi meningkat pada pasien yang tidak memperhatikan gaya hidupnya terutama pola makannya (Tandra,2008 dalam Sihaloho,2013).

B. Ulkus Digiti

(22)

berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Tambunan, 2006).

Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari klasifikasi oleh Edmonds dari King’s College Hospital London,klasifikasi Liverpool, klasifikasi wagner, klasifikasi texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah yang dianjurkan oleh International Working Group On Diabetic Foot karena dapat menentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi, neuropatik, sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik (Waspadji, 2006). Klasifikasi PEDIS menurut International Consensus On The Diabetic Foot (2003) :

a) Gangguan Perfusi 1 = Tidak ada

2 = PAD + tapi tidak kritis 3 = Iskemia tungkai kritis b) Ukuran/luas dalam mm2

kehilangan jaringan

1 = Superficial fullthickness, tidak lebih dalam dari dermis

2 = Deep ulcer,di bawah dermis.Melibatkan struktur subkutan,fasia, otot atau tendon

3 = Semua lapisan dari kaki yang terlibat termasuk tulang dan sendi c) Infeksi

1 = Tidak ada tanda ataupun gejala infeksi 2= Infeksi kulit dan hanya jaringan subkutan

3= Eritema > 2 cm atau infeksi yang melibatkan struktur subkutan, ada tanda-tanda sistemik dari respon inflamasi

4= Infeksi dengan manifestasi sistemik: demam, leukositosis, pergeseran ketidakstabilan metabolik kiri, hipotensi, azotemia

d) Gangguan sensasi 1 = tidak ada

2 = ada (Waspadji, 2006)

(23)

dan hilang rasa, apabila penderita diabetes mellitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menyebabkan lesi dan menjadi ulkus kaki diabetes (Waspadji, 2006).

C. Hipertensi

Hipertensi adalah faktor risiko klasik untuk penyakit kardiovaskular, dan merupakan hasil dari pengurangan fleksibilitas pembuluh darah sehingga menyempit serta peningkatan resistensi aliran darah. Hal ini menyebabkan timbulnya luka dan disfungsi pada endotel di mana akan berpotensi berkembangnya kea rah aterosklerosis dan peningkatan risiko CHD dan stroke (Arnoldi,2004).

Klasifikasi hipertensi menurut JNC-7 2003 adalah sebagai berikut (Muttaqin,2009): 1. Tekanan darah normal: tekanan sistolik < 120mmHg dan tekanan diastolik <

80mmHg.

2. Pre-Hipertensi: Tekanan sistolik120-139 mmHg dan/atau Tekanan diastolik 80-90mmHg.

3. Hipertensi: Stadium I : Tekanan sistolik 140-159 mmHg dan/ atau tekanan diastolik 90-99mmHg dan Stadium II: Tekanan sistolik > 160 mmHg dan/ atau Tekanan diastolik > 100 mmHg.

Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus (Tambunan, 2006 dan Waspadji, 2006).

D. Acute Kidney Injury (AKI)

Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal akut (GGA, acute renal failure [ARF]) merupakan salah satu sindrom dalam bidang nefrologi yang dalam 15 tahun terakhir menunjukkan peningkatan insidens (Lameire,2006 dalam Sinto,2010).

(24)
(25)

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan perhitungan antropometri bahwa pasien dengan panjang ulna 24 cm dan LLA 30 cm memiliki status gizi yang normal.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia diketahui bahwa pasien memiliki status albumin, protein total, Na, K, dan Cl yang rendah. Sedangkan, status BUN, kretinin, asam urat, GDS, GDP, GD2jPP, kolesterol total, dan LDL tergolong tinggi.

3. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik klinis pasien menunjukkan dalam keadaan compos mentis (sadar) dengan kesan umum sedang. Untuk pemeriksaan tanda vital, tekanan darah pasien 160/80 mmHg tergolong tinggi (hipertensi), nadi 100x/menit tergolong tinggi (takikardia) dan suhu tubuh pasien febris/demam. Adanya luka di ibu jari kaki kanan dan tak kunjung sembuh merupakan ciri khas dari diabetes mellitus tipe 2.

4. Berdasarkan hasil recall 24 jam dan jika dibandingkan dengan asupan oralnya, diketahui bahwa asupan makan pasien secara keseluruhan masih defisit, karena < 60% (Roedjito, 1989), yaitu energi 42,34%; protein 54,2%; lemak 55,35%; karbohidrat 34,98.

5.

B. SARAN

1. Untuk Pasien

Memotivasi pasien agar disiplin dalam menjalani diet yang diberikan sehingga pasien dapat mendapatkan nutrisi sesuai kebutuhannya.

2. Untuk Keluarga Pasien

(26)

DAFTAR PUSTAKA

AND. 2013. Nutrition Diagnosis. Academy of Nutrition and Dietetics. United States of America

Anonim. 2010. Demam. Diakses dari digilib.unimus.ac.id pada 20 April 2014 Anonim. 2013. Pemasangan Infus. Surabaya : Universitas Soedirman

Anonyma. 2014. Aspilet. Diakses dari http://www.health.detik.com pada 19 April 2014 Anonymb. 2014. Aspilets. Diakses dari http ://www.dechacare.com pada 19 April 2014

Anonymc. 2014. Metronidazole for Infection. Diakses dari http://www.patient.uk pada 19 April 2014

Applefeld, Mark M. 1990. Chapter 19 The Jugular Venous Pressure and Pulse Contour. Diakses dari http://www.ncbi.nlm.gov pada 20 April 2014

Arnoldi,A.2004. Functional Foods,Cardiovascular Diseas,and Diabetes.England: Woodhead Publishing Limited

Boedisantoso, R. Imam Subekti. 2005. Komplikasi Akut Diabetes Melitus. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI

Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Depkes. 2003. Tata laksana DBD. Diakses dari http://www. depkes.go.id pada 20 April 2014 Depkes. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Depkes RI Dharma, Surya. 2010. Tanya Iskemik Anteroseptal. Diakses dari http://www.pjnhk.go.id pada

21 April 2014

Epstein EJ, Osman JL, et al. 2013. Use of The Estimated Glucose Disposal Rate as A Measure of Insulin Resistance in An Urban Multiethnic Population with Type 1 Diabetes. Diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23596179 pada 18 April 2014.

Fahn, Stanley. 2003. Description of Parkinson’s Disease as a Clinical Syndrome. New York : Departmen of Neurology, University of Columbia

Feinglos NM, Bethel MA. 2008. Type 2 Diabetes Mellitus: An Evidence-Based Approach to Practical Management. USA: Humana Press.

Gauld LM, Kappers J, Carlin JB, Robertson CF. Height Prediction from Ulna Length. Dev Med Child Neurol. 46, 2004:475.

Holt IGR, Cockram C, et al. 2010. Textbook of Diabetes: 4th Edition. USA: Wiley- Blackwell Publishing Ltd.

Home, Philip. 2002. Product Monograph Noovorapid (Insulin Aspart). Oxford : Watermeadow Medical

(27)

Jerry. 2011. Drug Related Problems pada Pasien Rawat Inap Stroke Iskemik di Ruang Perawatan Neurologi RSSN Bukittinggi.

MacKenzie, Ross. 2005. Poor R-Wave Progression. Journal of Insurance Medicine 2005;37:58-62

Mahan, L Kathleen.,Escott-Stump, Sylvia. 2008. Krause's Food & Nutrition Therapy. Philadelphia: Saunders Elsevier

Mason JB, Musgrove P, & Habicht JP. 2003. At Least One-Third of Poor Countries Burden is due to Malnutrition. Disease Control Priorities Project.

McCabe, Beverly J., et al. 2003. Handbook of Food-Drug Interactions. Washington D.C.: CRC Press

Muttaqin, Arif. 2011. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin,Arif.2009.Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.Jakarta: Penerbit Salemba Medika

P.B. PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Penerbit PERKENI.

Pfizer. 2012. Sodium Chloride Injection and Intravenous Infusion. New Zealand : Pfizer Pty Limited

Purba, Bernhard Arianto. 2013. Fisiologi Kardiovaskuler. Jambi : Universitas Jambi

Rimbawan, Siagian A. Karbohidrat: indeks glikemik pangan: cara mudah memilih pangan yang menyehatkan. Jakarta: Penebar Swadaya; 2004:25-40.

Rolfes, Sharon Rady, et al. 2009. Understanding Normal and Clinical Nutrition Eight Edition. USA : Wadsworth Cengage Learning

Sihaloho,E.2013. Diabetes Mellitus Tipe II Gula Darah Tak Terkontrol dengan Ulkus Pedis Dextra Digiti III dan Prehipertensi. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (Medula, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013)

Sinto, Robert dan Nainggolan, Ginova.2010. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan Tata Laksana.Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 2, Pebruari 2010)

Tambunan, Monalisa & Gultom, Yunizar. 2009. Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran

UKPAR. 2009. Valsartan. United Kingdom : MHRA

(28)

LAMPIRAN

HASIL PERHITUNGAN NUTRISURVEY REKOMENDASI DIET

==================================================================

Analysis of the food record

==================================================================

Food

Amount

energy

carbohydr.

___________________________________________________________________________

BREAKFAST

nasi putih

100 g

130.0 kcal

28.6 g

ikan tengiri

50 g

56.0 kcal

0.0 g

kacang panjang mentah

50 g

17.4 kcal

4.0 g

toge kacang kedele mentah

25 g

30.5 kcal

2.4 g

minyak kelapa sawit

5 g

43.1 kcal

0.0 g

Drinking water

400 g

0.0 kcal

0.0 g

Meal analysis: energy 277.1 kcal (17 %), carbohydrate 35.0 g (13 %)

1. BREAK

apel

80 g

47.2 kcal

12.2 g

Drinking water

200 g

0.0 kcal

0.0 g

Meal analysis: energy 47.2 kcal (3 %), carbohydrate 12.2 g (5 %)

LUNCH

nasi putih

150 g

195.0 kcal

42.9 g

sawi hijau

25 g

3.8 kcal

0.5 g

Carrot fresh

50 g

12.9 kcal

2.4 g

minyak kelapa sawit

5 g

43.1 kcal

0.0 g

tempe goreng

50 g

177.0 kcal

7.7 g

Drinking water

400 g

0.0 kcal

0.0 g

Meal analysis: energy 431.8 kcal (26 %), carbohydrate 53.5 g (20 %)

2. BREAK

pisang kepok

50 g

58.0 kcal

15.6 g

ubi jalar kuning

135 g

137.8 kcal

32.8 g

Drinking water

400 g

0.0 kcal

0.0 g

Meal analysis: energy 195.7 kcal (12 %), carbohydrate 48.4 g (18 %)

DINNER

nasi putih

150 g

195.0 kcal

42.9 g

labu siam mentah

50 g

10.0 kcal

2.2 g

buncis mentah

50 g

17.4 kcal

4.0 g

tahu

100 g

76.0 kcal

1.9 g

minyak kelapa sawit

5 g

43.1 kcal

0.0 g

(29)

Meal analysis: energy 341.6 kcal (21 %), carbohydrate 50.9 g (19 %)

IN BETWEEN

biscuit

50 g

253.5 kcal

39.0 g

pepaya

100 g

39.0 kcal

9.8 g

jeruk nipis

33 g

9.5 kcal

3.1 g

gula pasir

10 g

38.7 kcal

10.0 g

Drinking water

200 g

0.0 kcal

0.0 g

Meal analysis: energy 340.7 kcal (21 %), carbohydrate 61.9 g (24 %)

==================================================================

Result

==================================================================

Nutrient

analysed

recommended

percentage

content

value

value/day

fulfillment

___________________________________________________________________________

energy

1634.1 kcal

1950.4 kcal

84 %

water

2044.2 g

2250.0 g

91 %

protein

53.2 g(13%)

57.6 g(12 %)

92 %

fat

47.0 g(25%)

66.2 g(< 30 %)

71 %

carbohydr.

261.8 g(63%)

278.4 g(> 55 %)

94 %

dietary fiber

18.1 g

30.0 g

60 %

alcohol

0.0 g

-

-PUFA

13.1 g

10.0 g

131 %

cholesterol

29.0 mg

-

-Vit. A

2209.3 µg

800.0 µg

276 %

carotene

3.9 mg

-

-Vit. E (eq.)

13.2 mg

12.0 mg

110 %

Vit. B1

0.8 mg

1.0 mg

75 %

Vit. B2

0.7 mg

1.2 mg

59 %

Vit. B6

1.4 mg

1.2 mg

113 %

tot. fol.acid

253.1 µg

400.0 µg

63 %

Vit. C

136.2 mg

100.0 mg

136 %

sodium

160.2 mg

2000.0 mg

8 %

potassium

2559.6 mg

3500.0 mg

73 %

calcium

560.8 mg

1000.0 mg

56 %

magnesium

401.3 mg

300.0 mg

134 %

phosphorus

775.9 mg

700.0 mg

111 %

iron

13.6 mg

10.0 mg

136 %

(30)

BON BELANJA PRAKTIKUM BLOK ASUHAN GIZI KLINIK 2 ASUHAN GIZI PADA KASUS METABOLIK

Shift/Kelompok : 1/2

Tanggal/Waktu Praktikum : Selasa, 29 April 2014 (08.00-11.00)

Nama

Masakan Bahan Makanan Jumlah Harga (Rp)

Pepes ikan Ikan tenggiri 1 potong sedang Rp 15000, 00 Tumis

kacang panjang

Kacang panjang ¼ ikat Rp 1500, 00

Tauge ¼ ons Rp 500, 00

Tumis sawi Sawi hiaju 1 ikat Rp 3000, 00

Wortel 1 biji Rp 1000, 00

Tempe

goring Tempe 1 bungkus sedang Rp 1000, 00

Pisang

rebus Pisang kepok 1 buah Rp 1000, 00

Ubi rebus Ubi jalar kuning 1 biji Rp 3000, 00

Tumis Jipang

Labu siam 1 biji Rp 1000, 00

Buncis ¼ ons Rp 1500, 00

Tahu goreng Tahu 1 potong besar Rp 2000, 00

Biskuit Biskuit Marie 1 bungkus sedang Rp 4500, 00

Pepaya Pepaya potong 1 potong sedang Rp 1000, 00

Jeruk hangat Jeruk 1 buah Rp 1000, 00

Nasi putih Beras ¼ ons Rp 10000, 00

(31)

Daun pisang Cabe merah Cabe hijau

1 biji 10 biji 10 biji

Referensi

Dokumen terkait

This chapter discusses the differences between system software and application software, programming languages that are used to write software, and the types of

Rektor Liniversitas Negeri Yogyakarta memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih, kepada :. Nama : Bambang Sulistyo,

training 100 %, yaitu data uji coba menggunakan algoritma C4.5 Uji coba bertujuan membandingkan performa algoritma C4.5 dengan algoritma AHP- TOPSIS sebagai

Dengan adanya sistem informasi penjadwalan ini diharapkan dapat membantu menyusun jadwal mata pelajaran sehingga proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan dengan baik..

Bagi Rumah Sakit Islam NU Demak, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan pihak pengelola dalam membangun Islamic branding, kualitas pelayanan, dan kepercayaan

Sejauhmana pengaruh penguasaan materi Geometri tentang segi empat (jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium) terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal

In the second model (which also included fibrinogen and serum metabolic parameters, such as uric acid, albumin, total bilirubin, and ferritin) strong associations were evident

 Siswa berlatih membaca dalil naqli mengenai hari akhir dengan metode.  Siswa berdiskusi tentang kehidupan dunia yang hanya sementara...