• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100

PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Oleh :

DIAN HERYANTO

A14105662

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

DIAN HERYANTO. Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 Pada PT Jakarana Tama Food Industry, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (di bawah bimbinganYUSALINA).

Sektor Industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada tahun 2006 lebih dari 28,05 persen pembentukan PDB adalah dari sektor industri, sedangkan sektor pertanian hanya mencapai 12,90 persen. Perkembangan sektor industri didorong oleh jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat.

Seiring dengan bertambahnya penduduk Indonesia, maka tingkat konsumsi terutama produk pangan juga bertambah. Pengeluaran berupa konsumsi penduduk Indonesia sebagian besar dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Meskipun konsumsi makanan mengalami penurunan (Tahun 2004, 2005 dan 2007), akan tetapi secara keseluruhan rata-rata konsumsinya lebih besar (53,02 persen) jika dibandingkan dengan kebutuhan lainnya (46,98 persen).

Salah satu industri makanan yang berpotensi terus berkembang adalah industri Mie Instant. Tahun 2002 – 2007, konsumsi Mie Instant rata-rata jumlahnya paling tinggi (97,56 persen) dibandingkan makanan lain yang sejenis, seperti Mie basah (0,04 persen), Mie kering (1,21 persen), dan Bihun (1,19 persen). Selain dilihat dari tingkat konsumsi dalam negeri, Mie Instant juga berpotensi dipasaran ekspor makanan.

Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap Mie Instant yang menyebabkan bertambahnya jumlah produsen Mie Instant di indonesia, akan menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Untuk menghadapi persaingan tersebut produsen memerlukan strategi pemasaran yang tepat dalam mengelola dan memasarkan produknya. Hal ini dilakukan oleh beberapa produsen Mie Instant di Indonesia, salah satunya adalah PT Jakarana Tama Food Industry (JTFI).

Pangsa pasar PT JTFI saat ini masih rendah dan cenderung terus menurun. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PT JTFI, volume penjualan Mie Instant merek “Gaga Mie 100” dari periode 2003 – 2007 mengalami penurunan. Segmen pasar yang dipilih oleh PT JTFI untuk produk Gaga Mie 100 adalah konsumen menengah ke bawah. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT JTFI meliputi strategi produk, harga, tempat, dan promosi.

(3)

Penelitian ini dilaksanakan di PT JTFI, yang berlokasi di Jl. Raya Ciawi-Sukabumi km 2,5 No.88 Ciawi, Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode Pengolahan dan analisis dilakukan secara deskriptif dan dengan menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA).

Penyusunan hirarki prioritas strategi pemasaran yang disesuaikan dengan hasil pengamatan di lapangan dibagi menjadi empat tingkatan. Tingkat 1 sebagai fokus prioritas strategi pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI, tingkat 2 prioritas tujuan strategi pemasaran yaitu meningkatkan pejualan, menghadapi persaingan, dan meningkatkan keuntungan. Tingkat 3 sebagai prioritas strategi bauran pemasaran, yaitu strategi produk, harga, tempat, dan promosi. Tingkat 4 sebagai sub faktor strategi bauran pemasaran yang terdiri dari kualitas produk, kuantitas produk, desain kemasan produk, merek produk (strategi produk); harga produk berdasarkan biaya operasional, harga produk berdasarkan segmentasi konsumen, harga produk berdasarkan harga produk pesaing (strategi harga); kemudahan mendapatkan produk, ketersediaan produk, dan kebersihan tempat (strategi tempat/saluran distribusi); iklan televisi, iklan reklame, potongan harga/Discount, peragaan/demo, pemberian hadiah, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung (strategi promosi).

Pada pengolahan vertikal tingkat dua memiliki rasio inkonsistensi 0,00 (nol persen), artinya sudah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi di bawah 10 persen. Prioritas pertama adalah tujuan meningkatkan penjualan (0,612), prioritas kedua : meningkatkan keuntungan (0,243), dan prioritas ketiga : menghadapi persaingan (0,145). Hasil pengolahan vertikal tingkat tiga sudah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi, nilainya 0,00 (nol persen). Berdasarkan hasil pengolahan, yang menjadi prioritas pertama adalah strategi produk (0,313), prioritas kedua : strategi harga (0,276), prioritas ketiga : strategi promosi (0,245), dan prioritas keempat : strategi tempat (0,166).

Rasio inkonsistensi hasil pengolahan vertikal tingkat empat sudah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi, nilainya 0,01 (satu presen). Prioritas pertama untuk strategi produk : kualitas produk (0,122), strategi harga : harga produk pesaing (0,091), strategi promosi : iklan di televisi (0,091), strategi tempat/saluran distribusi : kemudahan mendapatkan produk (0,061).

(4)

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Oleh :

DIAN HERYANTO A14105662

SKRIPSI

Skripsi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul Skripsi : Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 Pada PT Jakarana Tama Food Industry, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama : Dian Heryanto NRP : A14105662

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dra. Yusalina, M.Si. NIP. 131914523

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN UNTUK SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat, pada tanggal 21 September 1982 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara pasangan Bapak Ujun Junaedi dan Ibu Aah. Pada Tahun 1989, masuk sekolah di SD Negeri Padabeunghar, Kabupaten Sukabumi. Kemudian pada Tahun 1995 melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 1 Kota Sukabumi, dan pada Tahun 1998 kembali melanjutkan sekolah di SMU Negeri 1, Kota Sukabumi.

Pada tahun 2001 diterima di Program Diploma Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada Tahun 2004. Setelah lulus dari pendidikan Diploma, langsung bekerja di beberapa perusahaan, antara lain pada PT Jakarana Tama Food Industry sebagai Quality

Control Staff, PT Yupi Indo Jelly Gum dan PT Belfoods Indonesia sebagai

Quality Assurance Staff. Pada Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan S1

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Judul Skripsi ini adalah “Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 Pada PT Jakarana Tama Food Industry, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Tujuan dari skripsi ini adalah merumuskan prioritas strategi pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 yang tepat, serta mengkaji implikasi prioritas strategi pemasaran tersebut terhadap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Secara keseluruhan penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Akhir kata, semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri umumnya bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2008

Dian Heryanto

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur kembali dipanjatkan bagi Allah SWT, karena atas kehendak-Nyalah skripsi ini bisa diselesaikan pada tempat dan waktu yang direncanakan. Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan penghormatan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil, yaitu kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Bapak Ujun Junaedi dan Ibu Aah yang dengan tulus telah memberikan contoh nilai-nilai kebaikan dan kerja keras yang dapat saya tauladani.

2. Dra. Yusalina, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS sebagai dosen evaluator dan penguji yang telah memberikan koreksi dan masukan untuk kesempurnaan penelitian skripsi ini. 4. Tintin Sarianti, SP sebagai dosen komisi akademik yang telah memberikan

koreksi dan masukan untuk kesempurnaan penelitian skripsi ini.

5. Manajemen PT Jakarana Tama Food Industry: Ibu Yus Elidawati, Bapak Dody, Bapak Acong, dan Bapak Condro, atas kesempatan yang telah diberikan.

(10)

7. Keluarga besarku di Jampang, Segog, dan Bogor, terima kasih atas dukungannya. Khusus untuk tambatan hati tercinta Lee yang telah mencurahkan kasih sayangnya.

8. Teman-teman Ekstensi MAB-14 : Aputz, Harry, Arfan, Edi, Indra, Habib, Boy, Hamid, Hendri Aceh, Nora, Sandra, Teh Siti, dan Bu Leli, terima kasih atas kebersamaannya.

9. Semua staff sekretariat Ekstensi MAB terima kasih atas bantuannya.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu selama penyelesaian skripsi ini.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1 Produk Mie Instant ... 10

2.2 Penelitian Terdahulu... 12

2.2.1 Studi Mengenai Pemasaran ... 12

2.2.2 Studi Mengenai Mie Instant ... 14

2.2.3 Perbedaan Studi Terdahulu dengan Penelitian Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 Pada PT JTFI, Kabupaten Bogor-Jawa Barat... 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 19

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 19

3.1.1 Definisi Strategi... 19

3.1.2 Definisi dan Konsep Pemasaran ... 20

3.1.3 Strategi Pemasaran... 22

3.1.4 Strategi Bauran Pemasaran... 23

3.1.4.1 Produk (Product)... 23

3.1.4.2 Harga (Price) ... 25

3.1.4.3 Tempat (Place)... 26

3.1.4.4 Promosi (Promotion) ... 26

3.2 Kerangka Pemikiran Operasianal... 28

IV. METODE PENELITIAN... 31

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.2 Jenis dan Sumber Data... 31

4.3 Metode Pengumpulan Data... 31

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 32

4.4.2 Model Proses Hirarki Analitik... 32

4.5 Sistem Hirarki Keputusan ... 40

(12)

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 43

5.1 Sejarah Perusahaan ... 43

5.2 Ketenagakerjaan ... 44

5.3 Lokasi Perusahaan ... 46

5.4 Struktur Organisasi ... 47

VI. ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN GAGA MIE 100 PT JTFI... 51

6.1 Penentuan Hirarki Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 JTFI... 51

6.2 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal... 52

6.2.1 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Untuk Prioritas Tujuan Gaga Mie 100 PT JTFI ... 52

6.2.2 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Pemasaran Untuk Tujuan Meningkatkan Penjualan ... 53

6.2.3 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Pemasaran Untuk Tujuan Menghadapi Persaingan... 56

6.2.4 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Pemasaran Untuk Tujuan Meningkatkan Keuntungan... 59

6.3 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal... 62

6.3.1 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Untuk Prioritas Tujuan.... 62

6.3.2 Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Strategi Pemasaran... 63

6.4 Perumusan Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI ... 66

6.5 Implikasi Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI ... 69

VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 73

7.1 Kesimpulan ... 73

7.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA... 75

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2004 – 2006 ... 1

2. Persentase Konsumsi Rata-Rata Penduduk Indonesia Per Kapita Per Bulan Tahun 2003 – 2007 ... 2

11. Matriks Pendapat Gabungan (MPG) ... 36

12. Nilai Indeks Acak... 38

13. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Tujuan Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI ... 52

14. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Meningkatkan Penjualan ... 53

15. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Meningkatkan Penjualan ... 54

16. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Menghadapi Persaingan... 56

17. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Menghadapi Persaingan ... 57

18. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Meningkatkan Keuntungan... 59

19. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI Untuk Tujuan Meningkatkan Keuntungan ... 60

20. Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Tujuan Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI ... 62

21. Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI ... 63

22. Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Strategi Pemasaran Sub Faktor Bauran Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI ... 64

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional... 30

2. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan ... 40

3. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan Strategi Pemasaran... 41

4. Bagan Hasil Analisis Horizontal... 62

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Foto Produk Mie Instant ... 78

2. Kuesioner Matriks Berpasangan ... 79

3. Kuesioner Gambaran Umum Perusahaan... 90

4. Denah Bangunan PT JTFI Ciawi-Bogor Tahun 2008 ... 95

5. Struktur Organisasi PT JTFI Tahun 2008... 96

6. Hirarki Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI ... 97

7. Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Dua (Prioritas Tujuan Strategi Pemasaran) Gaga Mie 100 PT JTFI ... 99

8. Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Tiga (Prioritas Strategi Bauran Pemasaran) Gaga Mie 100 PT JTFI ... 100

9. Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Empat (Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran ) Gaga Mie 100 PT JTFI untuk Tujuan Meningkatkan Penjualan ... 101

10. Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Empat (Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran ) Gaga Mie 100 PT JTFI untuk Tujuan Menghadapi Persaingan... 102

11. Hasil Pengolahan Horizontal Tingkat Empat (Prioritas Strategi Sub Faktor Bauran Pemasaran ) Gaga Mie 100 PT JTFI untuk Tujuan Meningkatkan Keuntungan... 103

(16)

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Sektor Industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik (2007) menunjukkan pada tahun 2006 lebih dari 28,05 persen pembentukan PDB adalah dari sektor industri, sedangkan sektor pertanian hanya mencapai 12,90 persen.

Perkembangan sektor industri didorong oleh jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat. Berdasarkan sensus BPS (2007), pertambahan jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2004 – 2006

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Peningkatan (%)

2004 216.381.000

-2005 218.869.000 1,15

2006 222.192.000 1,52

Sumber : BPS, 2007 (diolah)

(17)

Tabel 2. Persentase Konsumsi Rata-Rata Penduduk Indonesia Per Kapita Per Bulan Tahun 2003 – 2007

Tahun (%) Kelompok

Barang 2003 2004 2005 2006 2007

Rata-Rata 2003-2007

(%)

Makanan 56,89 54,59 51,37 53,01 49,24 53,02 Bukan

Makanan 43,11 45,41 48,63 46,99 50,76 46,98

Total 100 100 100 100 100 100

Sumber : BPS, 2008 (diolah)

Pengeluaran berupa konsumsi penduduk Indonesia sebagian besar dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Meskipun konsumsi makanan mengalami penurunan (Tahun 2004, 2005 dan 2007), akan tetapi secara keseluruhan rata-rata konsumsinya lebih besar (53,02 %) jika dibandingkan dengan kebutuhan lainnya (46,98 %).

Berdasarkan tingkat konsumsi makanan yang cukup tinggi, para investor baik dalam maupun luar negeri tertarik untuk menanamkan modalnya pada sektor industri makanan. Ketertarikan investor pada industri makanan dilihat dari besarnya persentase sektor industri makanan dalam struktur industri di Indonesia. Persentase sektor industri tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Persentase Struktur Industri di Indonesia Tahun 2003 – 2005

Persentase (%) Sektor

Industri 2003 2004 2005 Rata-Rata

Makanan dan

Minuman 21,72 22,42 22,78 22,31

Pakaian Jadi 9,26 9,22 9,27 9,25

Tekstil 9,10 9,13 9,33 9,19

Furnitur 9,13 8,95 8,99 9,02

Barang galian

bukan logam 7,47 7,28 7,35 7,37

Karet dan

Plastik 6,99 7,16 7,13 7,09

Industri lainnya 36,33 35,84 35,15 35,77

Total 100 100 100 100

(18)

Berdasarkan Tabel 3, sektor industri makanan menempati urutan pertama dalam struktur industri Indonesia. Rata-rata dari tahun 2003 sampai 2005 sekitar 22,31 % sektor industri bergerak di bidang makanan. Dengan demikian, persaingan bisnis di sektor makanan cukup tinggi.

Salah satu industri makanan yang berpotensi terus berkembang adalah industri Mie Instant. Tahun 2002 – 2007, konsumsi Mie Instant rata-rata jumlahnya paling tinggi (97,56 %) dibandingkan makanan lain yang sejenis, seperti Mie basah (0,04 %), Mie kering (1,21 %), dan Bihun (1,19 %). Perbandingan tingkat konsumsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Konsumsi Mie Instant, Mie Basah, Mie kering, dan Bihun Rata-Rata Per Minggu Penduduk Indonesia Tahun 2002 – 2007

Persentase (%) Jenis

Makanan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-Rata

Mie Instant 96,27 97,21 96,91 98,20 98,63 98,14 97,56 Mie Basah 0,06 0,03 0,04 0,04 0,03 0,01 0,04 Mie Kering 1,68 1,08 1,59 1,14 0,90 0,85 1,21 Bihun 1,99 1,68 1,46 0,62 0,44 1,00 1,19

Total 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : BPS, 2008 (diolah)

Besarnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap Mie Instant disebabkan adanya anggapan bahwa makanan ini sebagai makanan pokok pengganti nasi. Penyebab lain peningkatan konsumsi Mie Instant adalah cita rasanya bisa diterima dibandingkan jenis makanan sereal dancracker.

(19)

Tabel 5. Volume Ekspor Mie Instant Tahun 2005 – 2007

Tahun Volume Ekspor (Kg)

Peningkatan (%)

2005 23.427.416

-2006 43.223.427 84,50

2007 54.396.146 25,85

Sumber : BPS, 2008 (diolah)

Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap Mie Instant yang menyebabkan bertambahnya jumlah produsen Mie Instant di Indonesia, akan menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Untuk menghadapi persaingan tersebut produsen memerlukan suatu strategi, salah satunya adalah strategi pemasaran yang tepat dalam mengelola dan memasarkan produknya.

(20)

1. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan peningkatan konsumsinya, pasar Mie Instant pun mengalami peningkatan. Perputaran bisnis Mie Instant sampai tahun 2007 diperkirakan mencapai Rp 11 triliun.1 Perkembangan industri Mie Instant ditandai dengan munculnya berbagai merek baru setelah Indomie (Indofood), yaitu : Mie Sedaap (Grup Wings); Kare, Selera Rakyat (Grup Orang Tua); ABC (PT ABC President); Gaga Mie 100 (PT Jakarana Tama Food Industry); Alhamie (PT Olaga Sukses Mandiri); Salam Mie (PT Sentrafood) dan sebagainya. Contoh produk Mie Instant dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tingkat persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat menyebabkan kepemimpinan suatu perusahaan, produk atau merek tertentu tidak akan selamanya stabil. Adanya produk-produk lain yang sejenis, seperti Mie basah, Mie Kering, dan Bihun juga cukup mempengaruhi persaingan bisnis Mie Instant. Departemen Perindustrian Republik Indonesia menyebutkan bahwa hingga tahun 2008 ini, tercatat ada 312 perusahaan yang bergerak di sektor industri sejenis Mie.2

PT Indofood Sukses Makmur sebagai produsen Mie Instant terbesar di Indonesia, menguasai 80 persen dari keseluruhan pangsa pasar Mie Instant dalam negeri (Tahun 2002). Pada tahun 2005, sekitar 20 persen pangsa pasar sudah dikuasai oleh Mie Sedaap (Grup Wings) dan 10 persen lainnya oleh Gaga Mie (PT Jakarana Tama Food Industry), Salam Mie (PT Sentrafood), Kare, Selera Rakyat

1

Dyah HP. Kare ditengah Jorjoran Mi Instan. http://www.swa.co.id/swamajalah/praktik/details. Hal 1. 25 Juni 2008.

2

(21)

(Grup Orang Tua), Alhamie (PT Olaga Sukses Mandiri), ABC (PT ABC President), dan lain-lain.3

Berdasarkan informasi tersebut, pangsa pasar PT JTFI untuk produk Gaga Mie 100 saat ini masih rendah. Segmen pasar yang dipilih oleh PT JTFI untuk produk Gaga Mie 100 adalah konsumen menengah ke bawah. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT JTFI meliputi strategi produk, harga, tempat, dan promosi.

Pada awalnya strategi produk yang dilakukan PT JTFI adalah dengan menawarkan ukuran/berat Mie yang lebih besar, dengan harga yang ditawarkan relatif sama. Berat Mie Gaga Mie 100 adalah 100 gram, sedangkan berat Mie Instant lain seperti Indomie sekitar 70 gram. Strategi ini cukup efektif, terbukti pada tahun 2000 – 2003 Gaga Mie 100 cukupbooming di pasaran.

Pada tahun 2004 muncul Mie Sedaap sebagai pendatang baru dengan menawarkan produk Mie yang beratnya diantara merek Indomie dan Gaga Mie 100, yaitu sekitar 90 gram. Produk dengan berat di atas Indomie, meskipun beratnya sedikit di bawah Gaga Mie 100, dengan harga lebih murah dan promosi besar-besaran yang dilakukan oleh Mie sedaap, pangsa pasar Indomie, Gaga Mie 100 serta merek lainnya mengalami penurunan.

Pada tahun 2005 – 2006, terjadi kenaikan harga bahan baku Mie Instant. Untuk menutupi biaya operasionalnya, PT JTFI menaikkan harga jual Gaga Mie 100 di pasaran. Meskipun harga bahan baku Mie Instant yang naik, harga jual Mie Instant untuk merek tertentu yang menjadi pesaing Gaga Mie 100, seperti Indomie

3

(22)

dan Mie Sedaap tidak menaikan harga jualnya di pasaran. Agar harga Gaga Mie 100 tetap bersaing di pasaran, maka harga jualnya terpaksa diturunkan, akan tetapi beratnya juga diturunkan secara bertahap yaitu dari 100, 92, sampai 88 gram.

Strategi tempat/saluran distribusi dalam memasarkan produknya meliputi empat tahap. Tahap pertama melalui tiga distributor, yaitu distributor utama, sub distributor, dan POS (Priority Outlet Service). Tahap selanjutnya adalah grosir,

retail 1,retail2, dan konsumen akhir.

Promosi yang dilakukan yaitu dalam bentuk iklan, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat. Pada tahun 2001 dan 2004 pernah melakukan promosi melalui iklan di televisi, dan pada tahun 2003 – 2006 pernah terbit dalam jurnal halal LPPOM-MUI. Promosi penjualan yang dilakukan berupa pemberian

Quantity Discount, serta penjualan dengan adanya demo produk dalam

acara-acara tertentu. Dalam membina hubungan dengan masyarakat, PT JTFI memberikan bantuan setiap bulannya melalui suatu yayasan.

Sejak akhir tahun 2005, strategi promosi yang dilakukan oleh PT JTFI sampai dengan tahun 2007 kurang begitu mendominasi jika dibandingkan dengan Mie Sedaap (Grup Wings) yang melakukan promosi besar-besaran. Data Nielsen Media Research menyebutkan untuk tahun 2007 Mie Sedaap menghabiskan dana sekitar Rp.33,9 Milyar untuk belanja promosi. Sumber SWA juga menyebutkan Mie Sedaap (Grup Wings) mengeluarkan dana tidak kurang dari Rp 50 milyar untuk promosi.4

4

(23)

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PT JTFI, volume penjualan Mie Instant merek “Gaga Mie 100” dari periode 2003 – 2007 mengalami penurunan. Penurunan volume penjualan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Volume Penjualan Mie Instant PT JTFI Tahun 2004 – 2007

Tahun Total Penjualan (Karton) Penurunan (%)

2004 3.994.929

-2005 3.594.072 10,03

2006 2.743.424 23,70

2007 2.174.856 20,72

Sumber : PT JTFI, 2008 (diolah)

Berdasarkan uraian tersebut, maka penerapan strategi pemasaran yang dilakukan PT JTFI belum optimal. Dengan demikian, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana prioritas strategi pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 yang tepat untuk mencapai tujuan dari perusahaan ?

2. Bagaimana implikasi prioritas strategi pemasaran tersebut terhadap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya ?

1. 3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini antara lain:

1. Merumuskan prioritas strategi pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 yang tepat.

(24)

1. 4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi pihak PT JTFI dalam penerapan strategi pemasaran produknya.

2. Memberikan gambaran pada masyarakat mengenai perkembangan industri Mie Instant serta perkembangan industri makanan secara umum.

3. Memberikan gambaran bagi para pengusaha atau investor mengenai peluang bisnis industri Mie Instant dan industri makanan untuk dikembangkan.

4. Bagi penulis penelitian ini sebagai pembelajaran praktis dilapangan serta menambah pemahaman tentang strategi pemasaran.

1. 5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Produk Mie Instant

Mie Instant ditemukan pertama kali di Jepang oleh seorang imigran dari Taipeh bernama Momofuku Ando 50 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 25 Agustus 1958 Ando mengumumkan bahwa ia berhasil menyempurnakan metode penggorengan kilatnya sekaligus menandai terciptanya Mie Instan. Selanjutnya, Ando memberi nama produk tersebut sebagai Chikin Ramen, yang berarti Mi Rasa Ayam. Ayam dalam bahasa Jepang adalah Chickin, sedangkan Ramen merupakan salah satu Mie khas Jepang.5

Definisi Mie Instant menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01.3551.2000 adalah produk makanan yang dibuat dari adonan tepung terigu atau tepung beras dan tepung lainnya. Komposisi nilai gizi Mie sendiri hampir sama dengan nasi. Kandungan gizi Mie Instant dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Komposisi Gizi Mie dan Nasi

Komposisi Mie Kering Mie Basah Nasi

Kalori (kal) 337 86 178

Air (g) 26 80 57

Protein 7,9 0,6 2,1

Lemak 11,8 3,3 0,1

Karbohidrat 50 14 40,6

Kalsium (mg) 49 14 5

Phospor 47 13 22

Zat Besi 2,8 0,8 0,5

Vitamin (SI) 0 0 0

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Susanti (2006)

5

(26)

Mie Instant yang diperdagangkan harus memenuhi standar mutu, agar memberi jaminan bagi kepuasan konsumen sebagai pengguna produk. Syarat mutu Mie Instant dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Syarat Mutu Mie Instant

No Uraian Satuan Persyaratan

1 Keadaan :

3 Keutuhan % Minimal 90

4 Kadar air : Mie bukan dari terigu

% b/b

8 Asam mg/kg Maksimal 0,5

9 Cemaran mikroba Angka lempeng total

Negatif per 25 g Maksimal 1,0 x 103 Sumber : Departemen Perindustrian SNI 01-3551-2000 dalam Susanti (2006)

(27)

2. 2 Penelitian Terdahulu

2. 2. 1 Studi Mengenai Pemasaran

Farhani (2004), mengkaji tentang strategi pemasaran Mie Instant dengan judul penelitian Analisis Strategi Pemasaran Salam Mie (Studi Kasus : PT. Sentrafood Indonesia Corporation). Metode pengolahan dan analisis yang digunakan adalah analisis lingkungan internal dan ekternal (IFE dan EFE), matriks internal-eksternal (IE), dan matriks SWOT.

Hasil penelitian berdasarkan matriks IFE yaitu perusahaan telah memiliki strategi yang baik untuk mengurangi kelemahan internal yang ada. Kualitas produk yang baik merupakan kekuatan utama perusahaan, serta pembagian segmentasi, target dan posisi pasar yang belum fokus menjadi kelemahan utama perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis matriks EFE, diketahui bahwa kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan mengatasi ancaman-ancaman yang dihadapi oleh perusahaan berada pada posisi rata-rata. Ancaman utama perusahaan adalah strategi pesaing intensif dan proaktif. Hasil matriks IE didapatkan posisi perusahaan berada pada sel V, yaitu dipertahankan dan pelihara (Hold and Maintain), sehingga strategi yang paling tepat untuk digunakan adalah penetrasi pasar dan perkembangan produk.

(28)

jaringan distribusi, meningkatkan kualitas produk, mempertahankan pelanggan, melakukanniche marketingdan promosibelow the line, serta melakukan integrasi ke depan dengan distributor yang jugasister companyPT Sentrafood Indonesia.

Agustini (2007), mengkaji tentang strategi pemasaran obat-obatan dan vitamin ternak, dengan judul penelitan Analisis Strategi Pemasaran ‘7P’ Obat-Obatan dan Vitamin Ternak pada PT Alco Company, Tanggerang, Banten. Metode pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan metode Proses Hirarki Analitik (PHA).

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa kegiatan strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT Alco Company adalah strategi bauran pemasaran dengan 7P, yaitu produk, harga, distribusi, promosi, orang, proses dan bukti fisik. Meningkatkan penjualan menjadi prioritas pertama yang menjadi tujuan perusahaan.

Sari (2007), mengkaji tentang strategi pemasaran madu dengan judul penelitian Analisis Strategi Pemasaran Madu pada Pusat Pelebahan Nasional (PUSBAHNAS) Parung Panjang, Bogor. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan Proses Hirarki Analitik (PHA). Hasil penelitian tersebut adalah kekuatan utama perusahaan yaitu produk yang dijual beraneka ragam, baik rasa, ukuran maupun kemasannya. Kelemahan utama perusahaan adalah kegiatan promosi yang belum optimal.

(29)

strategi stabilitas yang terdiri dari penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk.

Berdasarkan hasil analisis SWOT diperoleh delapan alternatif strategi yang dapat digunakan perusahaan. Hasil olahan PHA diperoleh prioritas strategi pemasaran secara berturut-turut adalah : memperluas jalur distribusi, meningkatkan kegiatan produksi, aktif melakukan kegiatan pengembangan produk, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk, mendatangkan tenaga ahli pemasaran, efisiensi biaya produksi, optimalisasi volume produksi, dan kampanye untuk meningkatkan konsumsi madu.

Ridwansyah (2008), mengkaji tentang strategi pemasaran rumah makan, dengan judul penelitian Strategi Pemasaran pada Rumah Makan Sate Kiloan Empuk Cibinong (Kasus Strategi Pemasaran pada Perusahaan Baru). Metode pengolahan dan analisis data menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA).

(30)

2. 2. 2 Studi Mengenai Mie Instant

Tania (2004), mengkaji tentang respon konsumen, dengan judul penelitian Analisis Respon Konsumen terhadap Produk Mie Instant Merek Salam Mie Rasa Mi Goreng Jawa (Studi Kasus di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat). Metode pengolahan dan analisis data menggunakanImportance-Performance Analysis.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa atribut produk Salam Mie rasa Mi Goreng Jawa yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah rasa, penambahan vitamin dan mineral penting, serta promosi. Atribut yang telah memberikan kesesuaian tertinggi kepada responden adalah merek, kemudian diikuti dengan atribut kemudahan dalam memasak dan tekstur Mie.

Alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk produk Mie Instant Salam Mie rasa Mi Goreng Jawa adalah strategi produk (meningkatkan cita rasa, menambah bumbu-bumbu, mempertahankan gizi Mie, memperjelas label nilai gizi pada kemasan, adanya izin dari Departemen Kesehatan, sertifikat halal, kebersihan produk, Mie tidak mudah rusak, kelengkapan bumbu, dan kemudahan memasak), strategi harga (mempertahankan tingkat harga sekarang dan kualitas produk), strategi promosi (iklan tentang promosi rasa, hadiah langsung, hubungan masyarakat, penempatan produk yang menarik), dan strategi distribusi (jaringan distribusi terkuat dan terbesar di semua tempat penjualan, meningkatkan penyediaan produk di warung dan pasar tradisional).

(31)

Masyarakat Kelurahan Tegallega Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis faktor.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian Salam Mie terdiri dari variabel promosi penjualan, merek, berat/isi, pengaruh teman dan pengaruh keluarga, rasa, harga dan kemasan, iklan dan kemudahan memperoleh produk tersebut. Analisis faktor menghasilkan rekomendasi bauran pemasaran yang terdiri dari strategi produk, harga, promosi dan distribusi.

Susanti (2006), mengkaji tentang ekuitas merek Mie Instant, dengan judul penelitian Analisis Ekuitas Merek Mie Instan di Kecamatan Bogor Barat. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji rehabilitas, uji

Chocran, diagramPerformance-Importance,danBrand Switching Pattern Matrix.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa merek Indomie secara umum mendapat tempat yang paling baik. Asosiasi-asosiasi pembentuk brand image

pada merek Indomie adalah harga terjangkau, rasa enak, kemudahan memperoleh, promosi/iklan menarik, dan merek sudah terkenal. Elemen kualitas paling unggul dipegang oleh merek Indomie dan Supermie. Secara keseluruhan Indomie memiliki keunggulan pada elemen kesadaran merek dan persepsi kualitas.

(32)

Hasil penelitian menyebutkan bahwa kegiatan produksi aktual perusahaan belum optimal, jika perusahaan melakukan produksi sesuai dengan kondisi optimal maka nilai keuntungan juga akan maksimum. Kombinasi produksi pada kondisi optimal lebih sedikit dari kondisi aktual, sedangkan pada tingkat produksi secara keseluruhan dari semua kombinasi pada kondisi optimal juga lebih kecil dari kondisi aktual. Solusi optimal yang diterapkan apabila terjadi perubahan dua parameter input yaitu nilai keuntungan dan nilai ketersediaan sumber daya yang tidak berubah.

Palada (2008), mengkaji brand Mie Instant, dengan judul penelitian Analisis Brand Equity Mie Instan dengan menggunakan model customer-Brand

Equity (Studi Kasus Merek Indomie pada Mahasiswa IPB). Metode pengolahan

dan analisis data menggunakan skala likert, analisis deskriptif, Structural

Equation Marketing(SEM). Hasil penelitian menyebutkan bahwa, elemen ekuitas

merek Indomie mencakup komponen dari brand knowledge, yaitu brand

awareness danbrand image yang memberikan pengaruh berbeda terhadap ekuitas

merek Indomie.

2. 2. 3 Perbedaan Studi Terdahulu dengan Penelitian Strategi Pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 pada PT JTFI, Kabupaten Bogor-Jawa Barat

(33)
(34)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3. 1. 1 Definisi Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos dan strategia, berarti pengetahuan dan seni menangani sumber-sumber yang tersedia dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan (Chandradhy, 1978). Berdasarkan definisi tersebut, maka strategi bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki agar bisa digunakan secara efektif dan efisien dalam mencapai suatu tujuan perusahaan.

Manurut Pearce dan Robinson (1997), strategi adalah rencana para manajer yang berskala besar dan berorientasi pada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran perusahaan. Definisi lain mengatakan bahwa strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran jangka panjang (David, 2004). Dengan demikian, strategi yang ditetapkan suatu perusahaan bersifat untuk keperluan jangka pendek, terlebih lagi untuk keperluan jangka panjang masa depan perusahaan.

(35)

3. 1. 2 Definisi dan Konsep Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005). Menurut definisi ini, pemasaran bertujuan untuk memenuhi kebutuhan melalui suatu proses pertukaran, dimana pertukaran tersebut bisa dalam bentuk uang dengan barang, barang dengan barang, dan jasa dengan uang.

Kartajaya (2005) mendefinisikan pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan nilai dari satu penggagas kepada pengikut gagasannya. Definisi lain yang menyebutkan pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya (Shimp, 2003). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran saat ini tidak hanya terfokus pada kegiatan jual beli barang atau jasa, tetapi juga perusahaan mampu memberi nilai tambah. Nilai tambah tersebut yang menciptakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.

Menurut Kotler (2005), ada lima konsep yang bersaing yang dijadikan sebagai pedoman oleh organisasi untuk melakukan kegiatan pemasaran, yaitu konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, dan konsep pemasaran sosial.

1. Konsep produksi

(36)

produksi berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya yang rendah, dan distribusi secara masal.

2. Konsep produk

Konsep ini menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan fitur yang paling bermutu, berkinerja, atau inovatif. Para manajer organisasi itu memusatkan perhatian untuk menghasilkan produk yang unggul dan memperbaiki mutunya dari waktu ke waktu.

3. Konsep penjualan

Konsep ini menyatakan bahwa para konsumen umumnya menunjukan keengganan atau penolakan untuk membeli sehingga harus dibujuk supaya membeli. Konsep itu juga mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki banyak sekali alat penjualan dan promosi yang efektif yang dapat merangsang lebih banyak pembelian.

4. Konsep Pemasaran

Konsep ini menyatakan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.

5. Konsep Pemasaran Sosial

(37)

Menurut Kartajaya (2005), konsep pemasaran yaitu proses penciptaan sasaran organisasi yang tergantung penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, penyampaian kepuasan yang didambakan itu dengan lebih efektif dan efisien dibanding pesaing. Konsep ini mengandung arti bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan kunci sukses bagi perusahaan untuk dapat bertahan menghadapi pesaing. Teori lain yang mendukung yaitu konsep pemasaran bukan hanya berorientasi pada pelayanan dan pemenuhan kebutuhan pelanggan atau konsumen tetapi juga agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain (Swastha dan Sukotjo, 2000).

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelanggan, diperlukan suatu strategi pemasaran yang terintegrasi yang dikenal dengan bauran pemasaran. Bauran pemasaran terdiri dari perencanaan produk, penetapan harga, distribusi dan promosi.

3. 1. 3 Strategi Pemasaran

Menurut Gitosudarmo (1997), strategi pemasaran merupakan strategi untuk melayani pasar atau segmen pasar yang dijadikan target oleh seorang pengusaha. Dengan demikian, strategi pemasaran merupakan kombinasi dari bauran pemasaran yang diterapkan perusahaan untuk melayani pasarnya.

(38)

perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah (Assauri, 1999).

Menurut McCarthy dalam Kotler (1997), Strategi pemasaran adalah strategi yang disatukan, luas, terintegrasi, dan komprehensif yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan pemasaran yang tepat oleh organisasi. Strategi pemasaran dapat didekati dengan konsep bauran pemasaran ataumarketing mix.

3. 1. 4 Strategi Bauran Pemasaran

Menurut Kotler (2005), bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar sasarannya. McCarthydalam Kotler (2005), mengklasifikasikan alat-alat pemasaran tersebut menjadi empat kelompok yang luas yang disebut dengan ‘4P’, yaitu produk (product), harga (price), tempat

(place), dan promosi (promotion).

3. 1. 4. 1 Produk (product)

Definisi produk (product) menurut Kotler (2005) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, properti, organisasi, dan gagasan.

(39)

Kotler (2005) mengklasifikasikan produk menjadi tiga kelompok, menurut daya tahan dan wujudnya:

1. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods)

Barang tidak tahan lama adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan, seperti bir dan sabun. 2. Barang tahan lama (durable goods)

Barang tahan lama adalah barang yang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali, seperti lemari es, peralatan mesin, dan pakaian.

3. Jasa (service)

Jasa adalah produk-produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan dan mudah habis. Akibatnya produk ini memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi. Contohnya pemotongan rambut dan perbaikan barang.

Salah satu variasi dari produk adalah barang konsumen. Kotler (2005) juga mengklasifikasikan barang konsumen berdasarkan kebiasaan belanja:

1. Barang mudah (convenience goods)

Barang mudah adalah barang-barang yang biasanya dibeli oleh pelanggan dengan cepat dan dengan upaya yang sangat sedikit. Contohnya produk-produk tembakau, sabun, dan koran.

2. Barang toko (shopping goods)

(40)

3. Barang khusus (specialty goods)

Barang khusus adalah barang yang mempunyai ciri-ciri atau identifikasi merek yang unik dan karena itulah cukup banyak pembeli besedia melakukan upaya pembelian yang khusus. Contohnya mobil, komponen-komponen stereo, peralatan fotografi, dan setelan pria.

4. Barang yang tidak dicari (unsought goods)

Barang yang tidak dicari adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau biasanya mereka tidak terpikir untuk membelinya, seperti detektor asap. Contoh-contoh klasik barang yang sudah dikenal tetapi yang tidak dicari adalah asuransi jiwa, persil kuburan, batu nisan, dan ensiklopedia.

3. 1. 4. 2 Harga (price)

Harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Swastha dan Sukotjo, 2000). Menurut Kotler (2002), harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk/jasa.

(41)

3. 1. 4. 3 Tempat atau Saluran Distribusi (place)

Menurut Kotler (2000), saluran distribusi adalah himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa selama berpindah dari produsen ke konsumen. Suatu komoditi dikatakan sebagai suatu produk apabila berada di tempat pada saat dibutuhkan oleh konsumen.

Tanpa pendistribusian yang jelas, pemasaran suatu produk belum dapat dikatakan berhasil. Dengan demikian, untuk mendapatkan sistem pemasaran yang strategis, selain merancang produk, menetapkan harga yang sesuai dan didukung promosi yang baik, perusahaan juga harus menetapkan strategi distribusi yang tepat.

3. 1. 4. 4 Promosi (promotion)

Menurut Kotler (2000), promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk dan mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk terebut. Pemahaman lain tentang komunikasi pemasaran adalah mempresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebar luaskan kepada pelanggan atau kliennya (Shimp, 2003).

(42)

1. Iklan

Sifat umum iklan memberikan semacam legitimasi pada produk tersebut dan juga menyiratkan suatu tawaran yang terstandarisasi. Iklan memungkinkan penjual mengulangi pesan berkali-kali, pembeli menerima dan membandingkan pesan-pesan dari berbagai pesaing. Iklan memberikan peluang untuk mendramatisir perusahaan tersebut dan produknya melalui penggunaan cetakan, suara, dan warna yang berseni.

2. Promosi Penjualan

Promosi penjualan mendapat perhatian dan mungkin akan mengarahkan konsumen ke produk tersebut. Promosi penjualan menggabungkan suatu konsensi, dorongan, atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen. Promosi penjualan merupakan ajakan yang jelas untuk terlibat dalam transaksi.

3. Hubungan Masyarakat dan Pemberitaan

Daya tarik hubungan masyarakat dan pemberitaan didasarkan pada tiga sifat khusus, yaitu kredibilitas yang tinggi, kemampuan menangkap pembeli yang tidak hati-hati, kemampuan untuk mendramatisir suatu perusahaan atau produk.

4. Penjualan Pribadi

(43)

5. Pemasaran Langsung

Contoh bentuk pemasaran langsung seperti surat langsung, telemarketing, pemasaran internet. Karakteristik khusus pemasaran langsung adalah bersifat tidak umum, disesuaikan dengan orangnya, pesan dapat dipersiapkan dengan sangat cepat, serta pesan bersifat interaktif.

3. 2 Kerangka Pemikiran Operasional

PT JTFI adalah salah satu produsen Mie Instant di Indonesia yang telah berdiri kurang lebih 15 tahun. Produk perusahaan ini yang paling dominan adalah Gaga Mie 100. Dalam menjalankan bisnisnya, PT JTFI mempunyai strategi yaitu strategi pemasaran.

Adanya persaingan bisnis yang semakin ketat di bidang Mie Instant, khususnya strategi para pesaing yang dominan, mengakibatkan total penjualan dan penjualan Gaga Mie 100 menurun. Pada periode lima tahun terakhir ini total volume penjualan Mie Instant dengan merek “Gaga Mie 100” mengalami penurunan sekitar 45,5 % (periode 2004-2007).

(44)

Dalam melakukan strategi pemasaran, terkait dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan, maka harus dilakukan penentuan prioritas dalam pelaksanaan strategi pemasaran. Dalam penentuan prioritas strategi pemasaran yang tepat dalam penelitian ini digunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA).

Dalam penentuan prioritas strategi pemasaran dengan metode PHA, terlebih dahulu ditentukan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan terkait dengan strategi pemasaran. Berdasarkan hasil pengamatan, tujuan yang ingin dicapai perusahaan, diantaranya adalah : meningkatkan penjualan, menghadapi persaingan, dan meningkatkan keuntungan. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, juga ditentukan empat strategi bauran pemasaran yaitu strategi produk, harga, tempat/saluran distribusi, dan promosi. Ada beberapa faktor yang menentukan penerapan strategi bauran pemasaran tersebut, yaitu : kualitas, kuantitas, desain kemasan, dan merek (produk); biaya operasional, segmentasi, dan harga pesaing (harga); kemudahan, ketersediaan, dan kebersihan (tempat/saluran distribusi); serta iklan di televisi, iklan reklame, potongan harga/Discount, hadiah, peragaan/demo, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung (promosi).

(45)

Keterangan: = Ruang Lingkup Strategi Pemasaran

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Penentuan Prioritas Strategi

Bauran Pemasaran

Prioritas Strategi Pemasaran

Rekomendasi ke PT JTFI Strategi Pemasaran awal Gaga Mie 100 PT JTFI

PT Jakarana Tama Food Industry (PT JTFI)

Persaingan

Produk Harga Tempat Promosi

Implikasi (Hipotesis) q Desain kemasan q Merek

(46)

IV. METODE PENELITIAN

4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Jakarana Tama Foods Industry (PT JTFI), yang berlokasi di Jl. Raya Ciawi-Sukabumi km 2,5 No.88 Ciawi, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa PT JTFI merupakan salah satu produsen Mie Instant yang mengalami penurunan volume penjualan akibat persaingan yang semakin ketat. Kegiatan pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2008.

4. 2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer berupa data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara kuesioner kepada pihak perusahaan. Data sekunder berupa dokumen perusahaan, data dari instansi pemerintahan, internet, dan studi pustaka untuk rujukan teoritis yang sesuai dengan topik penelitian.

4. 3 Metode Pengumpulan Data

(47)

yang tepat, terkait dengan tujuan pemasaran yang disesuaikan dengan sumber daya yang ada.

Pengisian matriks berpasangan melalui kuesioner dilakukan kepada empat responden yaitu masing-masing Manajer Departemen, diantaranya Departemen Pemasaran, Departemen Keuangan, Departemen Quality Assurance, dan Departemen Produksi. Pemilihan responden dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman terhadap pemasaran dan keterkaitannya setiap bagian perusahaan tersebut terhadap strategi pemasaran. Kuesioner matriks berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi terkait, internet, dokumen perusahaan, dan studi pustaka. Data tersebut diperoleh langsung dan izin resmi, sehingga data tersebut bisa dipertanggung jawabkan.

4. 4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4. 4. 1 Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah transformasi data mentah ke dalam bentuk yang mudah dipahami atau diinterpretasikan (Simamora, 2004). Analisis deskriptif adalah analisis pendahuluan untuk mengetahui karakteristik setiap variabel yang digunakan. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan juga dianalisis secara deskriptif.

4. 4. 2 Metode Proses Hirarki Analitik (PHA)

(48)

secara sekaligus baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitaif (Firdaus dan Afendi, 2008). Data yang diperoleh kemudian diproses dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version 2000 dan hasil analisisnya disajikan dalam bentuk uraian, gambar, dan tabel.

Langkah-langkah kerja utama PHA (Saaty, 1993) adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan.

Pada langkah ini diperlukan penguasaan masalah yang mendalam, perhatian ditujukan kepada pemilihan tujuan, kriteria, dan elemen-elemen yang menyusun struktur hirarki.

2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang Stakeholder secara menyeluruh. Struktur hirarki ini mempunyai bentuk yang saling terkait, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke altrenatif strategi, pilihan, dan skenario. 3. Menyusun matriks banding berpasangan

Matriks banding berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh dan berada setingkat di atasnya. Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hirarki untuk fokus G, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan antar elemen yang terkait dan ada dibawahnya. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua (F1, F2, F3,..., Fn) terhadap fokus G yang ada di

(49)

4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk pengembangan perangkat matriks di langkah tiga. Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan antar variabel dapat dilakukan dengan pertanyaan. Untuk mengisi matriks berpasangan, digunakan skala banding yang bisa dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Skala Banding Berpasangan

Intensitas besar pada sifat itu

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lainnya

Elemen yang satu sangat penting daripada elemen

Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen

Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memilih

Jika untuk kualitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber : Saaty, 1993

(50)

dibandingkan dengan Fj, sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya.

6. Melaksanakan langkah 3, 4, 5 untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang tedapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atas. Metode pembandingan dalam metode PHA dibedakan menjadi dua, yaitu: Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Golongan (MPG). MPI adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI mempunyai elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu elemen matriks pada baris kei dan kolom ke-j (Tabel 10).

Tabel 10. Matriks pendapat Individu (MPI)

G A1 A2 A3 ... Aj

MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (Gij) berasal dari rata-rata geometriks pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistennya lebih kecil atau sama dengan 10 %, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lainnya tidak terjadi konflik. Matriks Pendapat Gabungan dapat dilihat pada Tabel 11.

(51)

a. Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan nilai antara nilai pendapat individu yang tertinggi dengan nilai terendah.

b. Tidak terdapat angka kelebihan (resipokal) pada baris dan kolom yang sama.

Tabel 11. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

G G1 G2 G3 ... Gj

Rumus matematika yang digunakan unutuk memperoleh rata-rata geometrik adalah:

= Perkalian dari elemen k=1 sampai k=m m = akar pangkat dari m

(52)

pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG. Penngolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan Rasio Inkonsistensi.

a. Pengolahan horizontal bertujuan untuk melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang berada satu tingkat di atas elemen tersebut, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas (Rasio vektor Eigen), uji konsistensi, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi.

Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal ini adalah:

1) Perkalian baris (Z) atau Vektor Eigen (VE) dengan rumus:

Zi = n

2) Perhitungan Vektor Prioritas (VP) atau Rasio Vektor Eigen adalah:

Vpi =

3) Perhitungan nilai Eigen Maks ( maks), dengan rumus:

(53)

4) Perhitungan Indeks Inkonsistensi (CI) dengan rumus:

5) Perhitungan Rasio Inkonsistensi (CR) adalah:

CR =

RI CI

RI = Indeks acak (random indeks) yang dikeluarkan olek oak

Laboratory (Saaty, 1993) dari matriks berorde 1 s/d 15

yang menggunakansample berukuran 100.

Nilai rasio inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 10 % merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat.

Tabel 12. Nilai Indeks Acak

b. Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka:

(54)

Untuk i = 1, 2, 3, ..., p J = 1, 2, 3, ..., r t = 1, 2, 3, ..., s

Dimana: CHij (t, i-1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan horizontal. VWt(i-1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat

ke-(i-1) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horizontal.

p = jumlah tingkat hirarki keputusan.

r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-(i-1) 8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki

(55)

Langkah 1, 2, dan 3 pada penelitian ini dilakukan melalui pengamatan langsung di lapang dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Langkah 4 didapatkan dari hasil pengisian kuesioner oleh masing-masing responden, dalam penelitian ini yaitu Manajer Departemen Pemasaran, Manajer Departemen Keuangan, Manajer Departemen Quality Assurance dan Manajer Departemen Produksi. Langkah 5, 6, 7, dan 8 diolah dengan menggunakan program komputer

Expert Choice Version 2000.

4. 5 Sistem Hirarki Keputusan

Dalam melakukan pengolahan data dengan metode AHP dibutuhkan sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Abstraksi sistem hirarki tersebut bisa dilihat pada Gambar 2.

(56)

Menurut Saaty (1993), penentuan perangkat komponen sistem hirarki dalam PHA tidak memiliki prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak dari komponen-komponen seperti gambar diatas. Fokus dalam tahap ini adalah komponen-komponen sistem yang dipilih dan dipergunakan dalam membentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur-unsur yang dimaksud, sehingga penentuan unsur-unsur tersebut tergantung dari penguasaan para pakar terhadap persoalan atau masalah yang akan dipecahkan.

4. 6 Definisi Operasional

Sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian ini adalah penjabaran dari setiap unsur yang berpengaruh dalam penentuan strategi

Gambar 3. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan Strategi Pemasaran Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI

Meningkatkan

Produk Harga Tempat Promosi

q Kualitas

q Kuantitas

q Desain kemasan

q Merek

(57)

§ Tingkat 1 menunjukan fokus, yaitu tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian. Pada penelitian ini tujuannya untuk menentukan prioritas strategi pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI yang tepat.

§ Tingkat 2 adalah tujuan, yaitu tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh PT JTFI yang terdiri dari tujuan meningkatkan penjualan, menghadapi persaingan, meningkatkan keuntungan.

§ Tingkat 3 adalah faktor, yaitu empat strategi bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi.

§ Tingkat 4 adalah subfaktor, yaitu penjabaran dari empat strategi bauran pemasaran.

1) Produk, merupakan salah satu dari strategi bauran pemasaran yang dijabarkan dengan strategi operasional antara lain: kualitas, kuantitas (ukuran/berat), desain kemasan, dan merek.

2) Harga, strategi operasional harga ditentukan dengan harga dari biaya operasional, harga berdasarkan segmentasi konsumen, dan berdasarkan harga produk pesaing.

3) Tempat, berhubungan dengan kemudahan untuk mendapatkannya, ketersediaan produk, dan kebersihan tempat.

(58)

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5. 1 Sejarah Perusahaan

PT JTFI didirikan pada tahun 1984, merupakan salah satu anak perusahaan PT Wicaksana Group (WG) yang pada saat itu memulai usahanya dalam bidang distribusi. Perusahaan ini didirikan pertama kali di Medan dengan Akta Notaris 20 Juni 1980 No. 107 dari Notaris Kusmulyanto Ongko, SH dan disahkan oleh Menteri Kehakiman tanggal 16 Oktober 1981 yang berstatus Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN).

PT WG melakukan penyederhanaan pada tahun 1988, dimana semua anak perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha distribusi digabungkan menjadi PT Wicaksana, sedangkan PT JTFI beralih bidang usaha dari distribusi menjadi usaha produksi makanan yaitu produksi Mie Instant dengan merek dagang MICHIYO yang sekarang lebih dikenal dengan GAGA. PT WG juga merupakan pemilik perusahan Mie Instant Indofood sebelum perusahaan tersebut diambil alih oleh Salim Group, oleh karena itu bidang usaha ini bukan hal yang baru bagi PT JTFI.

PT JTFI mempunyai dua lokasi yaitu di Ciawi (Bogor) dan Tanjung Morawa (Medan). Pabrik Ciawi (Bogor) dibangun pada tahun 1992, mulai beroperasi pada bulan Mei 1993, dan melakukan produksi pada bulan Juni 1993. Pabrik PT JTFI Bogor memasok bumbu ke pabrik PT JTFI Medan, karena pabrik di Medan khusus memproduksi Mie tanpa bumbu.

(59)

(Kari Masalla dan Sup Ayam Paris), dan tiga flavour untuk Mie goreng (Manalagi, Goreng Jawa, dan Masalla)

Pemasaran produk dilakukan oleh PT Wicaksana baik untuk domestik maupun ekspor. Pasar domestik adalah seluruh provinsi di Indonesia, sedangkan ekspor dilakukan ke negara Malaysia, Ukraina, Bulgaria, Cekoslowakia, Myanmar, dan Australia. Pasar yang dituju pada mulanya yaitu untuk kalangan menengah ke atas menggunakan merek Michiyo dengan harga Rp. 350, 00 per bungkus, tapi konsep ini berubah setelah krisis moneter tahun 1998 dengan memproduksi Mie untuk kalangan menengah ke bawah menggunakan merek dagang Gaga Mie dan Mie Karomah.

PT JTFI mendirikan Yayasan Michiyo dalam rangka menggalang rasa kesetiakawanan sosial, yaitu menyediakan dana bantuan untuk korban bencana alam dan memberikan bantuan bibit dan tenaga ahli kepada petani di desa miskin. Dana untuk membiayai program kerja yayasan ini sebagian besar berasal dari penyisihan Rp. 10,00 untuk setiap penjualan satu bungkus Mie Instant.

5. 2 Ketenagakerjaan

(60)

tes terakhir sebelum pelamar diterima kerja. Pelamar yang diterima, sebelum diangkat sebagai karyawan terlebih dahulu melewati masa percobaan minimal selama tiga bulan dan maksimal enam bulan.

PT JTFI memiliki tenaga kerja 461 orang. Jumlah ini terbagi menjadi dua golongan, yaitu: karyawan tetap dan karyawan harian pada masing-masing divisi. Perbedaan dari karyawan ini adalah pada sistem pembagian gaji. Karyawan tetap adalah yang mendapatkan gaji bulanan, sedangkan karyawan harian adalah pekerja yang mendapat gaji harian yang dilakukan secara bulanan.

Kayawan tetap dibedakan lagi menjadi karyawan staff dan karyawan produksi. Staff bekerja pada bagian non produksi (office) yang mengurus administrasi, sedangkan karyawan produksi bekerja di pabrik

Tingkat pendidikan karyawan bervariasi, mulai dari SLTP sampai dengan S2. Pekerja sanitasi berpendidikan SLTP, Operator berpendidikan SLTA/STM sederajat dan juga ditambah pengalaman kerja minimal lima tahun di industri yang sama. Khusus untuk Sarjana, jabatannya minimal Supervisor.

(61)

Jika terjadi peningkatan permintaan terhadap produksi, misalnya menjelang hari raya, maka produksi ditambah menjadi long shift dengan perhitungan over time (lembur) terutama unutuk level operator ke bawah. Level staff ke atas bila melewati waktu kerja tersebut, disediakan uang pengganti transport yang besarnya disesuaikan dengan level masing-masing, dan diatur sesuai dengan peraturan perusahaan.

Besarnya gaji yang diterima disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, dalam hal ini keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. Sejak tahun 1994 PT JTFI telah tercatat sebagai anggota APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) dengan nomor keanggotaan B20730300/DPP/1994. Semua karyawan diasuransikan dengan asuransi Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) nomor 93.GK.2009.

PT JTFI memberikan tunjangan dan fasilitas untuk kesejahteraan karyawan, diantaranya: perawatan kesehatan dengan biaya perawatan ditanggung perusahaan, asuransi tenaga kerja, asuransi kesehatan, cuti kerja, cuti haid, cuti nikah, Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan kematian, dan tunjangan-tunjangan lainnya. Fasilitas-fasilitas di lingkungan perusahaan yang digunakan karyawan, antara lain : tempat ibadah ( masjid), poliklinik, sarana olah raga, dan kantin.

5. 4 Lokasi Perusahaan

(62)

Lokasi perusahaan PT JTFI Bogor cukup strategis, berada di daerah yang cukup sejuk sehingga hawa panas pabrik tidak begitu terasa. Transportasi cukup mudah, karena jarak ke Jakarta dan kota-kota sekitarnya dapat ditempuh melalui jalan tol Jagorawi.

Bangunan yang ada terdiri dari kantor, gudang material, gudang terigu, gudang barang jadi, ruangan produksi Mie, ruangan produksi bumbu, ruangan produksi Chilli Sauce dan kecap, Mushola, kantin, poliklinik, Power House,

Workshop, Utility, ruang boiler, dan area limbah. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Lampiran 4.

5. 3 Struktur Organisasi

PT JTFI mempunyai struktur organisasi garis danstaft. Struktur organisasi ini memiliki ciri dimana kekuasaan dan tanggung jawab mengalir dalam suatu garis dari puncak ke bawah seperti yang terlihat pada Lampiran 5. Tugas dan wewenang masing-masing bagian tersebut adalah:

1) Operational Director

§ Membawahi Manager Factory, N QAQC, PPIC, Workshop dan Utility,

HRD,dan R & D.

§ Memimpin kegiatan operasional perusahaan § Bertanggung jawab atas operasional perusahaan

§ Menetapkan dan menjalankan fungsi manajemen perusahaan, baik

kedalam maupun keluar

(63)

2) Assisten Operational Director

§ Menjaga kelancaran proses produksi agar tercipta tingkat efisiensi yang tinggi

3) Manager

§ Memimpin dan beranggung jawab terhadap pelaksanaan tugas bagiannya masing-masing

§ Memberikan laporan pelaksanaan tugas kepadaDirector

Tugas dari masing-masingManager:

a. Human Resourches & Development Manager (HRD M)

§ Bertanggung jawab terhadap penerimaan karyawan

§ Bertanggung jawab membina hubungan internal dan eksternal

perusahaan

b. Reserch and Development Manager (R & D M)

§ Bertanggung jawab atas pengembangan produk

§ Mencari dan meneliti formula agar diterima masyarakat

c. Workshop and Utility Manager

§ Bertanggung jawab atas penanganan dan pengembangan mesin serta ketersediaan suku cadang untuk kelangsungan proses produksi

d. Production Planning and Inventory Control Manager (PPIC M)

§ Bertanggung jawab dalam mengorder bahan baku

(64)

e. Quality Assurance / Quality Control Manager (QA/QC M)

§ Menjalankan pedoman mutu, Quality Manual, Work Intruction,

Quality Plan, sesuai dengan Manajemen Mutu yang ditetapkan oleh

perusahaan

§ Menjalankan terus-menerus Sistem Manajemen Mutu yang meliputi

Halal Assuarnce System, HACCP, GMP, prosedur analisa dan

Manajemen Mutu pre-ISO 9001:2000 yang ditetapkan oleh perusahaan § Melakukan pengendalian kualitas sesuai dengan Quality Plan yang ditetapkan terhadap Incoming Raw Material, Work in Process dan

Finished Product mengacu kepada standar perusahaan dengan

memperhatikan batasan waktu yang ditentukan

§ Melakukan evaluasi terhadap laporan analisa data yang disimpulkan oleh Supervisor QC sesuai prosedur analisa yang ditetapkan dan memberikan persetujuan terhadap seluruh hasil analisa kualitas

f. Factory Manager

§ Bertanggung jawab dalam merealisasikan order dengan efisiensi yang

tinggi

§ Menganalisa limbah atau produk yang ditolak § Membina dan memotivasi karyawan

§ Menciptakan hubungan yang harmonis vertikal, horizontal, internal, dan eksternal guna menjamin terciptanya tim kerja yang bagus.

(65)

4) Supervisor

§ Menjamin dan bertanggung jawab atas kelangsungan dan kelancaran kegiatan produksi pada seksi produksinya

§ Melakukan pengawasan terhadap tenaga kerja yang berada pada seksinya dengan dibantu oleh operator

§ Memberikan masukan kepada Manajer tentang efisiensi produksi

5) Operator

§ Mengawasi langsung tenaga kerja yang bertugas pada unit-unit lingkungan seksi produksinya

§ Bertanggung jawab terhadap kebersihan, perawatan dan kelancaran mesin § Bersama-sama dengan para operator lainnya menjamin kesinambungan

(66)

VI. ANALISIS PRIORITAS DAN IMPLIKASI STRATEGI BAURAN PEMASARAN GAGA MIE 100 PT JTFI

6. 1 Penentuan Hirarki Prioritas Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 JTFI

Penyusunan hirarki prioritas strategi pemasaran yang disesuaikan dengan hasil pengamatan di lapangan dibagi menjadi empat tingkatan. Tingkat satu sebagai fokus prioritas strategi pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI, tingkat dua prioritas tujuan strategi pemasaran yaitu meningkatkan pejualan, menghadapi persaingan, dan meningkatkan keuntungan.

(67)

6. 2 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal

6. 2. 1 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Untuk Prioritas Tujuan

Pada pengolahan horizontal yang pertama adalah penentuan prioritas tujuan dari strategi bauran pemasaran yang dilakukan PT JTFI. Hasil pengolahan tersebut menunjukkan prioritas tujuan dari strategi pemasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan, yang terdiri dari tujuan meningkatkan penjualan, menghadapi persaingan, dan meningkatkan keuntungan. Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 13 dan Lampiran 7.

Tabel 13. Hasil Pengolahan Horizontal Prioritas Tujuan Strategi Pemasaran Gaga Mie 100 PT JTFI

Tujuan Bobot Prioritas Rasio Inkonsistensi

Meningkatkan Penjualan 0,612 1 Menghadapi Persaingan 0,145 3 Meningkatkan Keuntungan 0,243 2

0,00

Gambar

Tabel 1. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2004 – 2006
Tabel 3. Persentase Struktur Industri di Indonesia Tahun 2003 – 2005
Tabel 5. Volume Ekspor Mie Instant Tahun 2005 – 2007
Tabel 7. Komposisi Gizi Mie dan Nasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Strategi bauran pemasaran merek ABC adalah: (1) bauran produk (product mix) dapat dilakukan dengan melakukan inovasi produk baru yang sesuai dengan selera konsumen

Strategi bauran pemasaran merek Gaga adalah: (1) bauran produk (product) dapat dilakukan dengan mempertahankan produk dengan memberikan apresiasi kepada konsumen yang telah

Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh segmentasi pasar terhadap citra produk, bauran pemasaran terhadap citra produk, segmentasi pasar terhadap kinerja pemasaran,

Tentunya perusahaan tidak menginginkan hal itu terjadi, maka mereka berlomba-lomba membangun citra merek produk dengan mengembangkan bauran komunikasi pemasaran secara lebih

Pada kemasan jenang dodol dengan berat 250 gram, merek akan diletakkan diatas sub merek dan penjelasan tentang produk dengan ukuran lebih kecil dibandingkan sub merek

Promosi merupakan elemen bauran pemasaran yang berfokus pada upaya menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan kembali konsumen akan merek dan produk perusahaan

Bentuk strategi pemasaran yang dilakukan oleh Hotel Masjid Jogokariyan ialah penerapan bauran pemasaran secara sederhana seperti senantiasa memberikan produk

Usaha Jasa Persewaan La Diva Madiun menerapkan strategi pemasaran dengan sistem Bauran Pemasaran marketing mix 7p yang diantaranya, produk product yang dimana Persewaan La Diva