• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN MUDHARABAH DI KSPS BMT AL-IRSYAD SAWAHLUNTO SKRIPSI. Oleh: NELI GUSDITA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN MUDHARABAH DI KSPS BMT AL-IRSYAD SAWAHLUNTO SKRIPSI. Oleh: NELI GUSDITA NIM"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN

MUDHARABAH DI KSPS BMT AL-IRSYAD SAWAHLUNTO

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Jurusan Perbankan Syariah

Oleh:

NELI GUSDITA NIM 15 301 100 097

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

1441 H/2019 M

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah jumlah nasabah dan jumlah simpanan mudharabah dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan pada BMT Al-Irsyad Sawahlunto. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk strategi pemasaran simpanan mudharabah di BMT Al-Irsyad Sawahlunto dan kendala yang dihadapi oleh BMT Al-Irsyad Sawahlunto dalam memasarkan produk simpanan mudharabah.

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah melalui wawancara dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran yang digunakan oleh BMT Al-Irsyad Sawahlunto dalam memasarkan simpanan mudharabah adalah sebagai berikut: pertama, strategi pemasaran melalui strategi produk (product) dilakukan dengan cara memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah. Kedua, strategi pemasaran melalui strategi harga (price) dilakukan dengan cara memberikan biaya pembukaan rekening yang terjangkau bagi semua kalangan dan tidak memungut biaya administrasi. Ketiga, strategi pemasaran melalui tempat (place) dimana lokasi BMT Al-Irsyad Sawahlunto sangat strategis dan terletak di tengah pasar Sawahlunto. Keempat, strategi pemasaran melalui strategi promosi (promotion) yang digunakan adalah penjualan pribadi (personal selling) karena strategi ini paling dominan. Penyebab turunnya jumlah nasabah dan jumlah simpanan di BMT Al-Irsyad Sawahlunto adalah ekonomi masyarakat Sawahlunto yang sulit, kurangnya sosialisasi dari BMT, dan kurangnya dukungan dari perorangan pejabat di Sawahlunto.

Sedangkan kendala yang dihadapi oleh BMT Al-Irsyad Sawahlunto dalam memasarkan produk simpanan mudharabah adalah ketatnya persaingan dengan lembaga keuangan lainnya, kurangnya media promosi, dan ekonomi masyarakat yang sulit.

Kata kunci: Strategi Pemasaran, Simpanan Mudharabah

(6)

ii PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Sub Fokus Penelitian... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Landasan Teori... 11

1. BMT (Baitul Maal wa Tamwil) ... 11

2. Strategi ... 22

3. Pemasaran... 27

4. Produk Penghimpunan Dana (Simpanan Mudharabah) ... 51

B. Penelitian Yang Relevan ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

A. Jenis Penelitian... 57

B. Latar dan Waktu Penelitian ... 57

C. Instrument Penelitian ... 58

D. Sumber Data... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ... 58

F. Teknik Analisis Data... 59

G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ... 60

(7)

iii

3. Visi dan Misi KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto ... 61

4. Struktur Organisasi KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto ... 63

5. Produk Operasional ... 64

B. Strategi Pemasaran Produk Simpanan Mudharabah di KSPS BMT Al- Irsyad Sawahlunto ... 67

C. Kendala-Kendala Strategi Pemasaran Produk Simpanan Mudharabah di BMT Al-Irsyad Sawahlunto ... 72

BAB V PENUTUP ... 75

A. Simpulan ... 75

B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

(8)

iv

Tabel 1. 2 Jumlah Nasabah dan Jumlah Simpanan Mudharabah Tahun 2014-2018 di KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto ... 7 Tabel 3. 1 Rancangan Waktu Penelitian ... 57

(9)

1

Lembaga Keuangan Syariah sebagai salah satu sistem yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai Islam yang tertuang dalam Fiqh Muamalah, telah diaplikasikan sedemikian rupa sehingga dapat berjalan seiring dengan sistem ekonomi konvensional, bahkan dalam praktiknya di Indonesia dan beberapa negara Islam lainnya telah memberikan alternatif yang sangat kompetitif dalam dunia perekonomian global dewasa ini.

Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah masih terus mengalami transformasi ke arah yang lebih baik. Proses ini masih membutuhkan sosialisasi dan evaluasi di kalangan masyarakat Indonesia. Meresapnya sistem dan nilai Ekonomi Islam dalam Lembaga Keuangan Syariah merupakan sasaran penting dalam mewujudkan masyarakat yang makmur, sejahtera dan berkeadilan bukan hanya bagi umat Islam, tetapi juga untuk secara universal bagi seluruh umat yang mengamalkannya. (Soemitra, 2010:1)

Lembaga Keuangan Syariah merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial assets) maupun non financial assets atau aset riil berlandaskan konsep syariah.

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah di Indonesia bahwa Lembaga Keuangan Syariah merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat berlandaskan prinsip syariah. Hal ini dinyatakan pula bahwa Lembaga Keuangan Syariah adalah semua badan usaha yang kegiatannya dibidang keuangan syariah melakukan penghimpunan dana dana penyaluran dana kepada masyarakat, terutama dalam membiayai investasi pembangunan. (Rodoni dan Hamid, 2008:1-5)

Salah satu Lembaga Keuangan Syariah yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat adalah BMT (Baitul Maal wa Tamwil). BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya

(10)

berintikan bait al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha- usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan ekonominya. (Djazuli dan Janwari, 2002:183)

BMT dianggap layak dan handal dalam membangun kembali infrastruktur dan suprastruktur ekonomi khususnya dalam skala mikro. BMT memiliki banyak keunggulan yang tidak dimiliki oleh lembaga keuangan konvensional.

Keunggulan itu tampak pada konsep dasar, karakteristik, produk, dan operasionalnya yang berwawasan syariah serta berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Produk-produk yang ada di BMT ada dua produk, yang pertama adalah produk penghimpunan dana BMT yang menggunakan akad wadiah dan mudharabah yaitu menjadi simpanan wadiah dan simpanan mudharabah.

Kedua adalah produk penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan Bai’

Bitsaman Ajil (BBA), pembiayaan Murabahah (MBA), pembiayaan Mudharabah (MDA), pembiayaan Musyarakah (MSA) dan pembiayaan Al- Qordhul Hasan. (Muhamad, 2000:118-120)

BMT sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang mulai berdiri sejak tahun 1990-an telah mampu memainkan peran sentral dalam proses pembangunan ekonomi yang berbasis keumatan. BMT menggabungkan dua kegiatan yang berbeda sifatnya yaitu laba dan nirlaba dalam satu lembaga. Namun, secara operasional BMT tetap merupakan entitas (badan) yang terpisah. Dalam perkembangannya, selain bergerak dibidang keuangan, BMT juga melakukan kegiatan di sektor riil. Sehingga ada tiga jenis aktivitas yang dijalankan BMT yaitu, jasa keuangan; sosial atau pengelolaan zakat, infak dan sedekah; serta sektor riil. Setiap ketiga aktivitas ini merupakan suatu entitas (badan) yang terpisah, artinya pengelolaan dana ZIS, jasa keuangan dan sektor riil tidak bercampur satu sama lain. Penilaian kinerjanya pun perlu dipisahkan sebelum menilai kinerja BMT secara keseluruhan. Selain itu, yang mendasar adalah bahwa seluruh aktivitas BMT harus dijalankan berdasarkan prinsip muamalah (ekonomi) dalam Islam. (Widodo, 2000:81-82)

(11)

Oleh karena itu, BMT menjadi lembaga sosial dan sekaligus lembaga ekonomi kerakyatan yang mampu bersaing di pasar bebas. Semakin besar nilai tambah baru kegiatan usaha yang didukung oleh BMT, maka semakin besar pula dana yang dapat disalurkan kepada publik, sehingga dapat mendorong terjadinya percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut terkait langsung dalam kegiatan usaha sektor riil dalam skala mikro. Kegiatan bisnis sektor riil umumnya dilakukan dalam bidang industri dan perdagangan dalam skala kecil dan menengah.

Pengembangan sektor usaha industri dan perdagangan kecil menengah melalui program kemitraan usaha dapat diarahkan untuk mengurangi angka kemiskinan. (Yusuf, 2004:113-118)

Pengembangan yang dilakukan oleh BMT bisa dilakukan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran selalu ada dalam setiap usaha, baik usaha yang berorientasi profit maupun usaha-usaha sosial. Pentingnya pemasaran dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat akan suatu produk atau jasa. Pemasaran menjadi semakin penting dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat. Pemasaran juga dapat dilakukan dalam rangka menghadapi pesaing yang dari waktu ke waktu semakin meningkat.

Para pesaing justru semakin gencar melakukan usaha pemasaran dalam rangka memasarkan produknya.

Dalam melakukan kegiatan pemasaran suatu perusahaan memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Dalam jangka pendek dilakukan untuk merebut hati konsumen terutama untuk produk yang baru diluncurkan. Sedangkan dalam jangka panjang dilakukan untuk mempertahankan produk-produk yang sudah ada agar tetap eksis. Bagi BMT yang merupakan badan usaha yang berorientasi profit, kegiatan pemasaran sudah merupakan suatu kebutuhan utama dan sudah merupakan suatu keharusan untuk dijalankan. Tanpa kegiatan pemasaran jangan diharapkan kebutuhan dan keinginan pelanggannya akan terpenuhi.

Oleh karena itu, bagi dunia usaha apalagi seperti usaha BMT perlu mengemas

(12)

kegiatan pemasarannya secara terpadu dan terus-menerus melakukan riset pasar.

Menurut Philip Kotler yang dikutip dari buku Kasmir (2005), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Pemasaran adalah suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan para nasabahnya terhadap produk dan jasa. Untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, maka setiap perusahaan perlu melakukan riset pemasaran, karena dengan melakukan riset pemasaran inilah dapat diketahui keinginan dan kebutuhan konsumen yang sebenarnya. (Kasmir, 2005:59-61)

Produk yang di pasarkan adalah produk simpanan (penghimpunan dana).

Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan ke sektor produktif dalam bentuk pembiayaan. Simpanan ini dapat berbentuk tabungan wadiah, simpanan mudharabah jangka pendek dan jangka panjang. (Widodo, 2000:83)

Pelayanan jasa simpanan berupa simpanan yang diselenggarakan oleh BMT adalah bentuk simpanan yang terikat dan tidak terikat atas jangka waktu dan syarat-syarat tertentu dalam penyertaan dan penarikannya. Berkaitan dengan itu, jenis simpanan yang dapat dikumpulkan oleh BMT adalah sangat beragam sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki simpanan tersebut. Akad yang mendasari berlakunya simpanan di BMT adalah akad wadiah dan akad mudharabah. Simpanan wadiah adalah titipan dana yang tiap waktu dapat ditarik pemilik atau anggota dengan cara mengeluarkan semacam surat berharga pemindahbukuan/ transfer dan perintah membayar lainnya.

Simpanan wadiah dikenakan biaya administrasi namun karena dana dititipkan diperkenankan untuk diputar maka oleh BMT kepada penyimpan dana dapat diberikan semacam bagi hasil sesuai dengan jumlah dana yang ikut berperan di dalam pembentukan laba bagi BMT. Simpanan mudharabah adalah simpanan pemilik dana yang penyetorannya dan penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Pada simpanan

(13)

mudharabah tidak diberikan bunga sebagai pembentukan laba rugi BMT tetapi diberikan bagi hasil. (Muhamad, 2000:118)

Salah satu BMT yang ada di Kota Sawahlunto adalah KSPS (Koperasi Simpan Pinjam Syariah) BMT Al-Irsyad yang juga memiliki strategi memasarkan produk untuk menarik hati masyarakat. KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto adalah lembaga mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela syariah Islam yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadis.

KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto mulai beroperasi pada 17 Januari 2005 dengan Nomor 28 Badan Hukum Koperasi. (Profil KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto)

Tujuan KSPS BMT Al-Irsyad adalah menumbuh kembangkan ekonomi umat Islam dengan penyaluran dana dari yang memiliki kelebihan dana kepada yang membutuhkan dana tanpa mengenyampingkan prinsip kelayakan usaha dengan penilaian secara perbankan. Sebelum dana tersebut bisa disalurkan ke nasabah, langkah awal yang dilakukan pihak KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto adalah melakukan pemasaran dan memperhatikan strategi yang dilakukan agar produk-produk di KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto diketahui banyak orang.

Produk-produk simpanan yang ada di KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto yaitu simpanan mudharabah, simpanan gold, simpanan qurban, simpanan santri dan simpanan haji. Dari keempat produk simpanan di BMT ini penulis lebih tertarik melakukan penelitian terhadap simpanan mudharabah karena simpanan ini dari segi jumlah nasabah banyak peminat dan dari segi jumlah simpanan juga lebih banyak, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

(14)

Tabel 1. 1

Jumlah Nasabah dan Jumlah Simpanan

Tahun 2014-2018 di KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto

Nama Simpanan Tahun

2014 2015 2016 2017 2018

Simpanan Mudha

rabah

Jumlah

Nasabah 1049 orang 971 orang 926 orang 910 orang 902 orang Jumlah

Simpanan Rp.

396.986.483 Rp.

474.475.150 Rp.

442.638.002 Rp.

377.127.668 Rp.

299.742.351 Simpanan

Gold

Jumlah

Nasabah 104 orang 100 orang 85 orang 47 orang 40 orang Jumlah

Simpanan Rp.

36.425.026

Rp.

34.085.620

Rp.

44.210.927 Rp.

32.047.020 Rp.

27.002.114 Simpanan

Qurban

Jumlah

Nasabah 28 orang 28 orang 23 orang 23 orang 22 orang Jumlah

Simpanan Rp.

18.582.701

Rp.

19.133.448

Rp.

17.666.309 Rp.

41.330.087 Rp.

22.703.088 Simpanan

Santri

Jumlah

Nasabah 194 orang 132 orang 127 orang 95 orang 73 orang Jumlah

Simpanan Rp.

182.118.380 Rp.

129.309.919 Rp.

114.900.048 Rp.

88.220.178 Rp.

72.906.439 Simpanan

Haji

Jumlah

Nasabah 2 orang 2 orang 2 orang 2 orang 2 orang Jumlah

Simpanan Rp.

1.562.829

Rp.

1.562.829

Rp.

662.829

Rp.

662.829

Rp.

662.829

Sumber: Dokumen Bendahara KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto, 2018

Berdasarkan wawancara dengan Pimpinan KSPS BMT Al-Irsyad, salah satu bentuk pemasaran yang dilakukan pada masyarakat yaitu adanya petugas lapangan yang terjun langsung untuk menemui masyarakat untuk menyampaikan bagaimana cara untuk bisa bergabung di BMT dan apa-apa saja produk di BMT tersebut. Peran dari petugas lapangan tadi sangat diperlukan, hal ini membutuhkan sejumlah strategi untuk memasarkan produk BMT ke masyarakat. Seiring dengan itu dibutuhkan keahlian komunikasi pada petugas lapangan sehingga masyarakat tersebut berminat dan ikut bergabung menjadi anggota BMT yang dilakukan dengan cara sosialisasi. Pada awal berdirinya BMT ada sosialisasi yang dilakukan oleh pihak BMT ke masyarakat sekitar Sawahlunto, tetapi pada saat sekarang sosialisasi itu tidak dilakukan lagi.

(Almasril, wawancara pra-riset, 13 November 2018)

(15)

Strategi pemasaran yang baik akan dapat menaikkan jumlah nasabah dan jumlah simpanan, tetapi hal yang terjadi di KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto seperti terdapat tabel 1.1 mengalami penurunan jumlah nasabah dan jumlah simpanan.

Tabel 1. 2

Jumlah Nasabah dan Jumlah Simpanan

Mudharabah Tahun 2014-2018 di KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto Tahun

Jumlah Nasabah

(orang)

Persentase Nasabah

Jumlah Simpanan Mudharabah (Rp)

Persentase Simpanan Mudharabah

2014 1049 - 396.986.483 -

2015 971 -7,43% 474.475.150 19,51%

2016 926 -4,63% 442.638.002 -6,71%

2017 910 -1,73% 377.127.668 -14,8%

2018 902 -0,87% 299.742.351 -20,51%

Sumber: Dokumen Bendahara KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto, 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa secara umum jumlah nasabah mengalami penurunan yang signifikan setiap tahunnya selama lima tahun terakhir, tetapi dari segi jumlah simpanan mudharabah di KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto mengalami kenaikan dan penurunan. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang karyawan BMT yang bernama Riza Yulianti dan juga sebagai Bendahara di KSPS BMT Al-Irsyad, penurunan jumlah nasabah ini disebabkan oleh sebagian dari nasabah tidak lagi melakukan transaksi di BMT dan secara otomatis disistem atau penginputan data yang dilakukan, nasabah tersebut rekeningnya menjadi pasif. Penurunan jumlah simpanan disebabkan karena kurangnya keinginan nasabah untuk menabung dan faktor ekonomi. Ekonomi yang didapatkan oleh nasabah itu berkurang dan itu hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari mereka, jadi uang yang ditabungkan menjadi tidak ada. Oleh karena itu penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang pemasaran produk simpanan mudharabah di KSPS BMT Al- Irsyad Sawahlunto, sehingga diketahui strategi yang telah dilaksanakan oleh pihak BMT dalam memasarkan produk simpanan. Maka sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai ”Strategi

(16)

Pemasaran Produk Simpanan Mudharabah di KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto.”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus penelitian adalah strategi pemasaran produk simpanan mudharabah di KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto.

C. Sub Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka yang menjadi sub fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi pemasaran produk simpanan mudharabah di KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto?

2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto dalam memasarkan produk simpanan mudharabah?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tentang strategi yang dilakukan KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto dalam memasarkan produk simpanan mudharabah.

2. Untuk mengetahui tentang kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh KSPS BMT Al-Irsyad Sawahlunto dalam memasarkan produk simpanan mudharabah.

E. Manfaat Penelitian

1. Dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dalam memahami strategi pemasaran produk simpanan mudharabah bagi pembaca.

2. Untuk penulis sendiri, hasil penelitian diharapkan dapat memperdalam pengetahuan tentang strategi pemasaran produk simpanan mudharabah.

(17)

3. Untuk akademis, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi serta dapat menambah pengetahuan, menjadi sumber informasi dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

4. Hasil penelitian penulis diharapkan dapat membantu masyarakat memahami tentang produk simpanan mudharabah.

F. Definisi Operasional

Untuk lebih mempermudah pemahaman judul dan menghindari kesalahpahaman dalam memahami skripsi penulis maka perlu dijelaskan hal- hal sebagai berikut:

Strategi Pemasaran adalah rencana yang cermat atau teliti mengenai kegiatan perusahaan untuk menjual barang atau jasa guna mencapai target atau sasaran yang diinginkan. (Sukirno, 2004:206) Yang penulis maksud dengan strategi pemasaran adalah strategi yang sudah dilakukan oleh KSPS BMT Al- Irsyad Sawahlunto dalam memasarkan produk simpanan mudharabah.

Produk Penghimpunan Dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak deposan dengan pihak kreditur. (Evo Templates, n.d.) Yang penulis maksud dengan produk penghimpunan dana adalah kegiatan mengumpulkan dana yang dilakukan oleh BMT dalam bentuk simpanan.

Simpanan mudharabah adalah simpanan pemilik dana yang penyetorannya dan penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. (Muhamad, 2000:118) Imbalan yang dapat diterima nasabah atas simpanan dengan prinsip mudharabah adalah bagi hasil yang nisbahnya disepakati diawal. (Iska dan Ifelda Nengsih, 2016:10) Yang penulis maksud dengan simpanan mudharabah adalah salah satu produk simpanan yang ada di BMT yang diperuntukkan untuk masyarakat umum.

Jadi yang penulis maksud dengan strategi pemasaran produk simpanan mudharabah adalah strategi yang sudah dilakukan dalam memasarkan produk

(18)

simpanan mudharabah yaitu kegiatan yang mengumpulkan dana dalam bentuk simpanan untuk masyarakat umum.

(19)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. BMT (Baitul Maal wa Tamwil) a. Pengertian BMT

Secara harfiah baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitul maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya, yakni dari masa Nabi sampai abad pertengahan perkembangan Islam. Dimana baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba.

Menurut Arief Budiharjo, BMT adalah kelompok swadaya masyarakat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil-bawah dalam pengentasan kemiskinan.

Menurut Amin Azis, BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang dikembangkan dari konsep Baitul Maal wa Tamwil. Dari segi baitul maal, BMT menerima titipan bazis dari dana zakat, dan sedekah memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat kecil, fakir, miskin.

Pada aspek baitul tamwil BMT mengembangkan usaha-usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan anggota. (Manan, 2012:354)

Dari pengertian tersebut, maka dapat ditarik pengertian BMT adalah organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial BMT akan terlihat pada definisi baitul maal, sedangkan peran bisnis BMT terlihat dari definisi baitul tamwil. Sebagai lembaga sosial, baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dalam Lembaga Amil Zakat (LAZ), oleh karena itu baitul maal ini harus didorong agar mampu berperan secara profesional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah,

(20)

wakaf dan sumber dana-dana sosial yang lain, dan upaya pensyarufan zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah (UU Nomor 38 Tahun 1999).

Keunggulan BMT sebagai lembaga keuangan syariah sesungguhnya memiliki fungsi ganda karena di dalamnya mencakup dua jenis kegiatan bisnis sekaligus, yaitu:

1) Kegiatan mnengumpulkan dana masyarakat untuk mengurangi kemiskinan yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti zakat, infak dan shadaqah dan lain-lain untuk disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya.

2) Kegiatan bisnis yang produktif berupa simpanan, investasi, pinjaman kredit serta pembiayaan dalam rangka menciptakan nilai tambah ekonomi baru dan ditujukan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. (Yusuf, 2004:117)

Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan-pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan yakni menghimpun dana anggota dan calon anggota (nasabah) serta menyalurkannya kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan lain yang dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank.

Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan.

Pada dataran hukum di Indonesia, badan hukum yang paling mungkin untuk BMT adalah Koperasi, baik serba usaha (KSU) maupun simpan-pinjam (KSP). Namun demikian, sangat mungkin dibentuk perundangan tersendiri, karena sistem operasional BMT tidak sama persis dengan perkoperasian.

BMT jika berbadan hukum koperasi, maka di dalamnya tidak ada unsur kezaliman dan pemerasan (eksploitasi oleh manusia yang kuat/

kaya atas manusia yang lemah/ miskin) pengelolaannya demokratis dan terbuka serta membagi keuntungan dan kerugian pada para anggota

(21)

menurut ketentuan yang berlaku yang telah diketahui oleh seluruh anggota pemegang saham. Koperasi syariah adalah koperasi yang lebih mengedepankan kepentingan anggota, yang hadir untuk membantu anggota dalam mengatasi kesulitan, dan jauh dari praktek-praktek yang diharamkan syariat Islam. Yang mendasari gagasan berdirinya koperasi adalah kerjasama, gotong royong, saling membantu satu sama lain dalam rangka mencapai kesejahteraan bersama sesama anggota koperasi. (Iska dan Rizal, 2005:78-79)

b. Visi dan Misi BMT

Visi BMT harus mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota (ibadah dalam arti yang luas), sehingga mampu berperan sebagai wakilpengabdi Allah SWT, memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Titik tekan perumusan visi BMT adalah mewujudkan lembaga yang profesional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah. Ibadah harus dipahami dalam arti yang luas, yakni tidak saja mencakup aspek ritual peribadatan seperti sholat, tetapi lebih luas mencakup segala aspek kehidupan. Sehingga setiap kegiatan BMT harus beroperasi pada upaya mewujudkan ekonomi yang adil dan makmur.

Masing-masing BMT dapat saja merumuskan visinya sendiri.

Karena visi sangat dipengaruhi oleh lingkungan bisnisnya, latar belakang masyarakatnya serta visi para pendirinya. Namun demikian, prinsip perumusan visi harus sama dan tetapi dipegang teguh. Karena visi sifatnya jangka panjang, maka perumusannya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran-berkemajuan, serta makmur-maju berkeadilan berlandaskan syariah dan ridho Allah SWT. Misi BMT bukan semata- mata mencari keuntungan dan penumpukan laba-modal pada

(22)

segolongan orang kaya saja, tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil, sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Masyarakat ekonomi kelas bawah-mikro harus didorong untuk berpartisipasi dalam modal melalui simpanan penyertaan modal, sehingga mereka dapat menikmati hasil-hasil BMT.

Struktur masyarakat madani yang adil merupakan cerminan dari stuktur masyarakat yang dibangun pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah. Pada masa ini kehidupan umat (Islam dan non Islam) dapat berjalan secara damai. Hubungan masyarakatnya berjalan di bawah kendali Nabi. Kehidupan ekonominya dapat berkembang. Zakat yang menjadi kewajiban umat Islam serta jizyah, yang menjadi beban warga non muslim dapat berjalan dengan baik. Pendistribusian keuangan negara dapat dilaksanakan secara merata dan adil.

c. Struktur Organisasi BMT 1) Badan Pendiri

Badan pendiri ialah orang-orang yang mendirikan BMT dan mempunyai hal prerogatif yang seluas-luasnya dalam menentukan arah dan kebijakan organisasi BMT, dan yang memiliki hal mengubah anggaran dasar, bahkan sampai membubarkan BMT.

2) Badan Pengawas

Badan pengawas ialah badan yang berwenang dalam menetapkan kebijakan BMT.

3) Badan Pengelola

Badan pengelola ialah sebuah badan yang mengelola organisasi dan perusahaan BMT serta dipilih dari dan oleh anggota badan pengawas, badan pendiri, dan perwakilan anggota.

4) Anggota BMT

Anggota BMT ialah orang-orang yang secara resmi mendaftarkan diri sebagai anggota BMT dan dinyatakan diterima oleh badan pengelola.

(23)

d. Produk-Produk BMT 1) Produk Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan oleh BMT pada dasarnya terdiri dari tiga model pembiayaan, yaitu dengan sistem bagi hasil, pembiayaan jual beli dengan keuntungan, dan pembiayaan kebajikan. Pembiayaan dengan sistem bagi hasil terdiri dari dua bentuk, yaitu pembiayaan 100% tanpa campur tangan BMT dalam pengelolaan usaha yang disebut pembiayaan mudharabah, dan pembiayaan yanag kurang dari 100% dengan pilihan BMT boleh ikut mengelola usaha atau boleh juga tidak ikut mengelola usaha, yang disebut pembiayaan musyarakah.

Pembiayaan jual beli dengan keuntungan terdiri dari dua bentuk, yaitu pembelian barang untuk nasabah dengan pembayaran dilunasi pada jangka waktu tertentu, yang disebut dengan pembiayaan murabahah, dan pembelian barang untuk nasabah dengan pembayaran dilakukan secara mencicil sampai lunas, yaitu disebut pembiayaan baiu bithaman ajil. Pembiayaan kebajikan merupakan pembiayaan yang dananya berasal dari titipan BAZIS.

Oleh karena itu hanya diberikan kepada calon nasabah yang memenuhi syarat menerima zakat, infak, dan sedekah. Pembiayaan kebajikan tidak dikenai biaya apapun, hanya diharuskan mengembalikan dalam jumlah semula karena merupakan titipan amanah.

2) Produk Simpanan (Penghimpunan Dana)

a) Giro Wadiah, adalah produk simpanan yang bisa ditarik kapan saja, dananya boleh dikelola, dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana giro oleh BMT.

b) Tabungan Mudharabah, dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT untuk memperoleh keuntungan, keuntungan tersebut akan diberikan kepada nasabah sesuai kesepakatan nasabah.

(24)

c) Deposito Mudharabah, BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan Islam dan mengembangkannya.

e. Strategi Pengembangan BMT 1) Peningkatan SDM.

2) Peningkatan teknik pemasaran (marketing).

3) Perlunya inovasi dalam pengelolaan BMT.

4) Peningkatan kualitas layanan (layanan prima).

5) Peningkatan pemahaman sistem bisnis syariah (fikih muamalah).

6) Peningkatan kerja sama antarlembaga BMT dan Lembaga Keuangan Syariah lainnya.

7) Evaluasi kinerja dan program kerja secara rutin dan terjadwal.

(Mardani, 2015:324-327) f. Tujuan BMT

Didirikannya BMT bertujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu BMT berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota harus diberdayakan (empowering) supaya dapat mandiri. Dengan sendirinya, tidak dapat dibenarkan jika para anggota dan masyarakat menjadi sangat bergantung kepada BMT. Dengan menjadi anggota BMT, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya.

Pemberian modal pinjaman sedapat mungkin dapat memandirikan ekonomi para peminjam. Oleh sebab itu, sangat perlu dilakukan pendampingan. Dalam pelemparan pembiayaan, BMT harus dapat menciptakan suasana keterbukaan, sehingga dapat mendeteksi berbagai kemungkinan yang timbul dari pembiayaan. Untuk mempermudah pendampingan, pendekatan pola kelompok menjadi sangat penting.

Anggota dikelompokkan berdasarkan usaha yang sejenis atau kedekatan tempat tinggal, sehingga BMT dapat dengan mudah melakukan pendampingan. (Ridwan, 2004:126-128)

(25)

g. Fungsi BMT

Dalam rangka mencapai tujuannya, BMT berfungsi sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat (pokusma) dan daerah kerjanya.

2) Meningkatkan kualitas SDM anggota dan pokusma menjadi lebih profesional dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.

3) Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.

4) Menjadi perantara keuangan antara shahibul maal dengan mudharib, terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah.

5) Menjadi perantara keuangan antara pemilik dana (shahibul maal), baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna dana (mudharib) untuk pengembangan usaha produktif

h. Ciri-Ciri Utama BMT

1) Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan masyarakat.

2) Bukan lembaga sosial, tetapi bermanfaat untuk mengefektifkan pengumpulan dan pensyarufan dana zakat, infak, dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.

3) Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di sekitarnya.

4) Milik bersama masyarakat bawah bersama dengan orang kaya di sekitar BMT, bukan milik perorangan atau orang dari luar masyarakat. Atas dasarnya ini BMT tidak dapat berbadan hukum perseroan. (Ridwan, 2004:131-132)

(26)

5) Semua transaksi-transaksi yang dilakukan atas dasar bagi hasil.

6) Pengurus dan anggota BMT melaksanakan ikraq dan penggalangan ke dalam dengan sungguh-sungguh untuk dapat bertahan hidup dan untuk mencerdaskan kehidupan pengusaha kecil.

7) Memiliki sikap amanah. (Muhamad, 2000:108-109) i. Kendala Pengembangan BMT

Dalam perkembangan BMT tentunya tidak lepas dari kendala, walaupun tidak berlaku sepenuhnya kendala ini disuatu BMT. Kendala itu sebagai berikut:

1) Akumulasi kebutuhan dana masyarakat belum bisa dipenuhi oleh BMT.

2) Walaupun keberadaan BMT cukup dikenal tetapi masih banyak masyarakat yang berhubungan dengan rentenir.

3) Nasabah yang bermasalah.

4) BMT cenderung menghadapi BMT lain sebagai lawan yang harus dikalahkan, bukan sebagai partner dalam upaya untuk mengeluarkan masyarakat dari permasalahan ekonomi yang dihadapi.

5) Dalam kegiatan rutin BMT cenderung mengarahkan pengelola untuk lebih berorientasi pada persoalan bisnis (business oriented).

6) Dalam upaya untuk mendapatkan nasabah timbul kecenderungan BMT mempertimbangkan besarnya bunga di Bank Konvensional.

7) BMT lebih cenderung menjadi baitul tamwil dari pada baitul maal.

8) Belum seragamnya pengetahun BMT tentang fikih muamalah.

Ada beberapa rekomendasi yang diusulkan dalam rangka pengembangan BMT, yaitu:

1) BMT seharusnya berkosentrasi pada pengelolaan pinjaman- pinjaman kecil kepada usaha-usaha mikro dan kecil (di bawah Rp.

50.000.000,00) pada nasabah yang membutuhkan jumlah pinjaman lebih besar sebaiknya mendapatlan pembiayaan dari bank.

(27)

2) BMT seharusnya menyelenggarakan program-program pelatihan bisnis/kewirausahaan secara berkala bagi anggota-anggotanya (misalnya melalui pengajian dan rapat-rapat). Kegiatan ini akan membantu meningkatkan modal sosial yang diperlukan guna pengembangan BMT lebih lanjut di Indonesia.

3) Departemen Koperasi seharusnya memprakarsai kegiatan-kegiatan merancang dan mendanai program-program peningkatan kemampuan bagi BMT yang sesuai dengan sifat-sifat kelembagaannya yang unikdan tujuan sosialnya.

4) Upaya-upaya yang memberi inspirasi kepada masyarakat agar giat memecahkan masalah melalui cara-cara yang kreatif dan inovatif masih lemah.

5) Departemen Koperasi seharusnya menghimpun pedoman informasi wilayah yang memuat keterangan mengenai BMT-BMT terkemuka.

Versi elektronik (web site) juga dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan akses terhadap informasi-informasi tersebut. Karena tidak semua BMT berhasil, kalangan BMT tidak mempunyai dana untuk melaksanakan upaya-upaya semacam ini.

6) Departemen Koperasi seharusnya memperjuangkan peran yang lebih besar bagi usaha-usaha sosial dalam pengembangan masyarakat.

7) Asosiasi-asosiasi BMT di daerah sebaiknya direformasi.

8) BMT seharusnya memanfaatkan pengetahuan lokal dan modal sosial untuk memperluas bisnisnya.

9) BMT harus menjamin dana nasabahnya aman.

10) BMT dimasukkan ke dalam UU tentang Koperasi.

11) Perlu ada UU khusus tentang BMT. (Mardani, 2015:326-328)

Sebagai lembaga yang berbadan hukum koperasi, BMT pada dasarnya mampu menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia merupakan representasi dari koperasi modern. Meskipun lahirnya BMT

(28)

di Indonesia cukup menggemberikan, bukan berarti tidak ada dalam pengembangannya, banyak masalah penting (crusial problems) yang perlu segera dicari solusinya terutama terkait dengan implementasi sistem pembukuan syariah dalam operasional BMT yang belum maksimal sehingga perlu terus dievaluasi untuk siap diperbaiki sewaktu-waktu, keadaan ini disebabkan karena prinsip-prinsip syariah yang menjadi frame of reference dalam operasional BMT belum sepenuhnya dipahami dengan baik oleh sebagian besar pengelola BMT itu sendiri.

Menurut Makhalul Ilmi, keadaan tersebut disebabkan sebagai berikut:

1) Lahirnya banyak devosi dalam praktik pengelolaan lembaga mikro keuangan syariah yang sering mengundang kritik.

2) Sampai sekarang BMT masih kesulitan mencari figur yang tepat untuk menempati posisi DPS sebab sebagian besar ulama masih bercorak tradisional konservatif, sulit menerima perubahan serta tidak memiliki wawasan yang memadai dibidang perbankan.

3) Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengenal perbankan konvensional yang beroperasi dengan sistem bunga, sehingga upaya mengenal sistem perbankan syariah membutuhkan waktu yang panjang dan melelahkan.

4) Implementasi prinsip-prinsip syariah dalam operasional BMT sampai sekarang masih dihadapkan pada kendala-kendala teknis, persiapan sumber daya insani yang belum maksimal dan dukungan masyarakat Islam sendiri yang masih setengah hati.

5) Lebih banyak BMT dalam pengelolaannya masih berorientasi kerjanya lebih diarahkan untuk mendapat keuntungan semata (profit oriented) dengan mengabaikan misi sosialnya.

6) Kedudukan BMT di tengah tata hukum perbankan nasional sangat baik. Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang BI belum mengatur

(29)

hal-hal yang berhubungan dengan usaha lembaga mikro ekonomi secara perinci.

Solusi alternatif yang ditawarkan oleh Makhalul Ilmi adalah sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tentang hal-hal yang berhubungan dengan BMT, keuangan syariah serta metodologi hukum Islam dan kaidah-kaidah fikih.

2) Mengembangkan Sekolah Tingga Agama Islam dengan membuka jurusan-jurusan baru yang spesifik materi yang menyangkut BMT dan perbankan syariah.

3) Melaksanakan sosialisasi BMT secara terus-menerus kepada masyarakat terutama daerah-daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

4) Pengurus BMT perlu mengajak para ulama melakukan kajian ilmiah atau diskusi-diskusi mengenai beberapa persoalan ekonomi (mudzakaroh iqtishodiyyah) dengan kajian diseputar produk-produk penguhimpunan dan penyaluran dana BMT agar mereka mengakui keabsahan tentang tata kerja BMT.

5) Menerbitkan buku-buku panduan yang dapat dijadikan referensi bagi pengelolaan BMT.

6) Pemerintah segera menerbitkan peraturan perundang-undangan yang khusus tentang lembaha mikro keuangan syariah.

Selain dari itu Ahmad Rodoni, mengemukakan bahwa terdapat beberapa masalah untuk mengembangkan BMT, antara lain sebagai berikut:

1) Belum memadainya SDM yang terdidik dan profesional.

2) Masih banyaknya SDM yang berjiwa kewirausahaan..

3) Model yang relatif kecil dan terbatas.

4) Tingkat kepercayaan umat Islam yang masih rendah.

(30)

5) Belum terungkap platform yang sempurna secara akademik.

6) Perangkat pendukung yaitu informasi dan teknologi.

7) Accountability (gejala sosial dan ekonomi masyarakat).

8) Limited link.

Terhadap persoalan tersebut Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid menjelaskan terdapat beberapa kategori untuk mengatasi problem BMT antara lain sebagai berikut:

1) Mikro struktur, langkah maju untuk meningkatkan kualitas BMT (profesional, proporsional, amanah dan tanggung jawab).

2) Makro struktur, upaya membangun jaringan kelembagaan untuk memperkuat posisi BMT (produk, kualitas dan servis).

3) BMT harus kerja sama dengan instansi-instansi yang terkait untuk melakukan berbagai terobosan untuk memajukan BMT.

4) BMT bersama pemerintah perlu membuat suatu rancangan program pengembangan wirausaha kepada kelompok-kelompok usaha kecil dan menengah untuk jangka pendej dan jangka panjang agar BMT menjadi soko guru yang mendukung upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan ekonomi, dan mengentaskan kemiskinan. (Manan, 2012:369-371)

2. Strategi

a. Pengertian Strategi

Menurut Kenneth R. Andrews, strategi perusahaan adalah pola keputusan dalam perusahaan yang menentukan dan mengungkapkan sasaran, maksud atau tujuan yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan merencanakan untuk pencapaian tujuan serta merinci jangkauan bisnis yang akan dikejar oleh perusahaan. (Alma, 2014: 199)

Menurut Chandler (1962), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

(31)

Menurut Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965), strategi adalah alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada.

Menurut Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977), strategi adalah respons secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat memengaruhi organisasi.

Menurut Porter (1985), strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing.

Strategi pemasaran adalah rencana yang menjabarkan ekspektasi perusahaan atas dampak berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu. BMT bisa menggunakan dua atau lebih program pemasaran secara bersamaan, sebab setiap jenis program seperti periklanan, promosi penjualan, personal selling, layanan pelanggan, atau pengembangan produk memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap permintaan. Oleh sebab itu, dibutuhkan mekanisme yang dapat mengkoordinasikan program-program pemasaran agar program- program itu sejalan dan terintegrasi dengan sinergistik. Mekanisme ini disebut strategi pemasaran. (Tjiptono dan Gregorius Chandra, 2012:193)

Menurut Hasan (2009), strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi bisnis. Dengan adanya strategi pemasaran, maka implementasi program dalam mencapai tujuan organisasi dapat dilakukan secara aktif, sadar dan rasional. Strategi pemasaran bagi setiap perusahaan khususnya BMT dapat berfungsi sebagai berikut:

1) Sebagai respons organisasi untuk menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sepanjang siklus bisnis.

(32)

2) Sebagai upaya untuk membedakan dirinya dari pesaing dengan menggunakan kekuatan korporat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang lebih baik dalam lingkungan tertentu.

3) Sebagai kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis, memberikan kesatuan arah bagi semua mitra internal perusahaan. Strategi pemasaran yang jelas akan memberi arah mengkombinasi variabel-variabel segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran, dan biaya bauran pemasaran konsep strategi yang tidak jelas, keputusan yang diambil akan subjektif.

4) Sebagai pedoman dalam mengalokasikan sumber daya dan usaha organisasi.

5) Sebagai alat fundamental untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan dalam melayani pasar sasaran. (Entaresmen dan Pertiwi, 2016:65)

Strategi bagi manajemen operasional pada umumnya dan manajemen organisasi bisnis khususnya ialah rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dengan baik dan dalam kondisi persaingan yang semuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkuta. (Mukhlisin dan Suhendri, 2018:62)

b. Konsep-Konsep Strategi

1) Distinctive Complete yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.

2) Competitive Advantage yaitu kegiatan yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

(33)

c. Tipe-Tipe Strategi 1) Strategi Manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan sebagainya.

2) Strategi Investasi

Strategi investasi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya.

3) Strategi Bisnis

Strategi bisnis bisa disebut juga strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi- strategi yang berhubungan dengan keuangan. (Rangkuti, 2017: 3-7) d. Strategi Pengembangan BMT

1) Sumber daya manusia yang kurang memadai kebanyakan berkorelasi dari tingkat pendidikan dan pengetahuan. BMT dituntut meningkatkan sumber daya melalui pendidikan formal ataupun non formal, oleh karena kerjasama ini dengan lembaga pendidikan yang mempunyai relevansi dengan hal ini tidak bisa diabaikan, misalnya kerjasama BMT dengan lembaga-lembaga pendidikan atau bisnis Islami.

2) Strategi pemasaran yang local oriented berdampak pada lemah upaya BMT untuk mensosialisasikan produk-produk BMT di luar masyarakat dimana BMT itu berada. Guna mengembangkan BMT maka upaya-upaya meningkatkan teknik pemasaran perlu

(34)

dilakukan, guna memperkenalkan eksitensi BMT di tengah-tengah masyarakat.

3) Perlunya inovasi, produk yang ditawarkan kepada masyarakat relatif tetap, dan kadangkala BMT tidak mampu menangkap gejala- gejala ekonomi dan bisnis yang ada di masyaralat. Hal ini timbul dari berbagai sebab, yaitu pertama timbulnya kekhawatiran tidak sesuai dengan syariah, dan kedua memahami produk BMT hanya seperti yang ada. Kebebasan dalam melakukan inovasi produk yang sesuai dengan syariah diperlukan supaya BMT mampu tetap eksis di tengah-tengah masyarakat.

4) Untuk meningkatkan kualitas layanan BMT diperlukan pengetahuan strategik dalam bisnis (business strategy). Hal ini diperlukan untuk meningkatkan profesionalisme BMT dalam bidang pelayanan. Isu yang selalu berkembang dalam bidang ini biasanya adalah pelayanan tepat waktu, pelayanan siap sedia, pelayanan siapa dana, dan sebagainya.

5) Pengembangan aspek paradigmatik, diperlukan pengetahuan mengenai aspek bisnis Islami sekaligus meningkatkan muatan- muatan Islam dalam setiap perilaku pengelola dan karyawan BMT dengan masyarakat pada umumnya dan nasabah pada khususnya.

6) Sesama BMT sebagai partner dalam rangka mengetaskan ekonomi masyarakat, demikian antar BMT dengan BPR Syariah ataupun bank syariah merupakan satu kesatuan yang berkesinambungan yang antara satu dengan lainnya mempunyai tujuan untuk menegakkan syariat Islam di dalam bidang ekonomi.

7) Perlu adanya evaluasi bersama guna memberikan peluang bagi BMT untuk lebih kompetitif. Evaluasi ini bisa dilakukan dengan cara mendirikan lembaga evaluasi BMT atau lembaga sertfikasi BMT. lembaga ini bertujuan khusus untuk memberikan laporan peningkat kinerja kwaratalan atau tahunan BMT di seluruh Indonesia. (Sudarsono, 2003:95-96)

(35)

3. Pemasaran

a. Pengertian Pemasaran

Pemasaran yang baik tentang bagaimana barang atau jasa hasil produksi dapat dikenal dan dibeli oleh masyarakat, dan pemasaran yang tepat itu bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari eksekusi dan perencanaan yang cermat. Praktik Pemasaran harus terus-menerus ditingkatkan dan diperbaharui, hal ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut. Perusahaan untuk mencapai pemasaran yang baik tentunya harus merencanakan produk dan jasa terlebih dahulu, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa pada konsumen pada akhirnya. (Ulus, 2013:1135)

Salah satu bentuk strategi pemasaran yang mampu mendukung dalam memasarkan produk untuk menciptakan kepuasan konsumen adalah penggunaan marketing mix (bauran pemasaran) yang meliputi product, price, promotion, dan place (Pawitra 1993). Dengan demikian, faktor yang ada dalam bauran pemasaran (marketing mix) merupakan variabel-variabel yang diharapkan mampu menciptakan kepuasan konsumen, atau dengan kata lain variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi kepuasan konsumen dalam membeli suatu produk.

Kepuasan pelanggan akan berimbas kepada loyalitas pelanggan, sehingga usaha yang dibangun akan terus bertahan dan berkembang.

Sebuah usaha dikatakan berkembang dan mampu bertahan jika mempunyai indikator awal yaitu penjualan yang bagus, atau dengan kata lain penjualan yang meningkat dari waktu ke waktu. Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana- rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba (Marwan, 1991).

Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualanlah maka diperoleh laba. Laba digunakan untuk

(36)

mengembangkan usaha dan mempertahankan usaha. Pemasaran (Marketing) adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju.

Pemasaran lebih dipandang sebagai seni dari pada ilmu, maka seorang ahli pemasaran tergantung pada lebih banyak pada keterampilan pertimbangan dalam membuat kebijakan dari pada berorientasi pada ilmu tertentu. Pandangan ahli ekonomi terhadap pemasaran adalah dalam menciptakan waktu, tempat dimana produk diperlukan atau diinginkan lalu menyerahkan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen (konsep pemasaran).

Strategi pemasaran (marketing strategy) adalah sebuah rencana yang memungkinkan perusahaan mengoptimalkan penggunaan sumber dayanya untuk mencapati tujuan pemasaran dan perusahaan.

(Rachmawati, 2011:144)

Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Pemasaran merupakan serangkaian prinsip untuk memilih pasar sasaran (target market), mengevaluasi kebutuhan konsumen, mengembangkan barang dan jasa pemuas keinginan, memberikan nilai kepada konsumen dan laba bagi perusahaan. Pengertian lain dari pemasaran adalah suatu

(37)

proses sosial dan manajerial antara individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lain agar mereka memperoleh apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran segala sesuatu yang bernilai.

Menurut AMA (American Marketing Association), pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi dan pendistribusian barang, jasa dan ide dan dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan. Menurut MAANZ (Marketing Association of Australia and New Zealand), pemasaran adalah aktifitas yang memfasilitasi dan memperlancar suatu hubungan pertukaran yang paling memuaskan melalui penciptaan, pendistribusian, promosi dan penentuan harga dari barang, jasa, dan ide. Menurut Hermawan Kertajaya, pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan values dari suatu inisiator kepada stakeholdernya. (Alma, 2014:3)

Pemasaran dalam Islam merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari dan mengarahkan proses perencanaan dalam penciptaan, penawaran, dan penyampaian nilai produk (idea, barang, jasa) dengan tingkat harga dan saluran yang dapat memenuhi keinginan dan kepuasan pelanggan (individu atau organisasi) serta promosi yang sesuai dengan kebenaran Wahyu Allah SWT (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah SAW. (Entaresmen dan Pertiwi, 2016:62)

b. Tujuan Pemasaran

Tujuan suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasaran, adalah sebagai berikut:

1) Dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan akan suatu produk maupun jasa.

2) Dalam rangka memenuhi keinginan para pelanggan akan suatu produk atau jasa.

3) Dalam rangka memberikan kepuasan semaksimal mungkin terhadap pelanggannya.

(38)

4) Dalam rangka meningkatkan penjualan dan laba.

5) Dalam rangka ingin menguasai pasar dan menghadapi pesaing.

6) Dalam rangka memperbesar kegiatan usaha. (Kasmir, 2005: 60) 7) Mengadakan keseimbangan antar negara/ daerah saling mengisi

mengadakan perdagangan antara daerah surplus dengan negara/

daerah minus. (Alma, 2014:7)

Peranan pemasaran dalam pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan dapat dilihat dalam pencapaian keuntungan usaha perusahaan. Keberhasilan pencapaian sasaran keuntungan yang telah ditetapkan, ditentukan oleh pencapaian tingkat penjualan yang telah direncanakan dan harga penjualan yang telah ditentukan. Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan, karena pemasaran merupakan pintu terdepan untuk mengalirnya dana kembali ke dalam perusahaan. Kelancaran masuknya kembali dana dari hasil operasi perusahaan sangat ditentukan oleh bidang pemasaran. Demikian pula pencapaian keuntungan usaha perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan memasarkan produk perusahaan dengan harga yang menguntungkan.

(Assauri, 2010:62-63) c. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen dengan didukung oleh kegiatan pemasaran terpadu yang diarahkan untuk memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci keberhasilan organisasi dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, konsep pemasaran merupakan orientasi perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar, dan selanjutnya memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut sehingga dicapai tingkat kepuasan langganan yang melebihi dari kepuasan yang diberikan oleh para saingan.

(39)

Pada hakikatnya konsep pemasaran menekankan orientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh kegiatan pemasaran yang terpadu, yang ditujukan untuk keberhasilan mencapai tujuan perusahaan. Dengan demikian ada empat unsur pokok yang terdapat dalam konsep pemasaran, yaitu: orientasi pada konsumen (kebutuhan dan keinginan konsumen), kegiatan pemasaran yang tepadu, kepuasan konsumen/langganan, dan tujuan perusahaan jangka panjang.

Konsep pemasaran ini sering dicampuradukkan atau dikaburkan dengan istilah konsep penjualan. Konsep penjualan menekankan orientasi pada produk yang dihasilkan untuk dijual yang didukung dengan kegiatan penjualan dan promosi, sehingga tujuan perusahaan jangka pendek dapat dicapai melalui pencapaian target penjualan.

Sering konsep penjualan dan pemasaran ini dianggap sama, padahal masing-masing konsep tersebut mempunyai arti yang sangat berbeda. Penggunaan konsep penjualan dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan melalui peningkatan program penjualan untuk pencapaian target penjualan, sedangkan konsep pemasaran berusaha memberikan pelayanan kebutuhan dan keinginan konsumen secara memuaskan sehingga tujuan perusahaan jangka panjang diharapkan dapat dicapai. Disamping itu, terdapat perbedaan atas pendekatan yang digunakan masing-masing konsep tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam konsep penjualan adalah menawarkan berbagai produk yang telah tersedia dengan mencoba secara gigih meyakinkan dan mengggah calon pembeli agar bersedia membeli produk yang ditawarkan melalui kegiatan penjualan dan promosi yang gencar. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam konsep pemasaran adalah meneliti terlebih dahuli kebutuhan atau keinginan konsumen yang diikuti dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan tersebut melalui kegiatan pemasaran terpadu.

Selain perbedaan di atas, terdapat pula perbedaan dalam pelaksanaannya. Untuk melaksanakan konsep penjualan, jumlah dan

(40)

klasifikasi personalia yang terlibat di dalam kegiatan pemasaran hanya terbatas pada personalia bidang pemasaran termasuk Kepala Bagian Pemasaran, tenaga penjualan, dan tenaga promosi.

Sedangkan pelaksanaan konsep pemasaran melibatkan seluruh personalia yang ada dalam organisasi perusahaan termasuk Direksi dan Kepala Bagian yang ada, dengan berorientasi pada pemasaran dimana semua kegiatannya diarahkan untuk memberikan pelayanan guna memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Kedua konsep ini, masing-masing mempunyai kebaikan dan kelemahan. Kebaikan konsep penjualan adalah organisasi perusahaan tidak tepengaruh oleh perubahan pasar yang terjadi, sedangkan kebaikan konsep pemasaran adalah pembeli atau langganan memperoleh kepuasan. Kelemahan konsep penjualan adalah pembeli sering merasa kecewa karena produk dan pelayanan penjualan yang diterima tidak sesuai dengan harapan semula, sedangkan kelemahan konsep pemasaran memerlukan perubahan perspektif pimpinan organisasi/perusahaan.

Tujuan penggunaan konsep pemasaran adalah mengubah orientasi falsafah manajemen pemasaran lain yang ternyata telah terbukti tidak berhasil mengatasi berbagai persoalan, karena adanya perubahan dalam ciri-ciri pasar dewasa ini yang cenderung berkembang. Perubahan tersebut terjadi antara lain karena tambahan jumlah penduduk, pertambahan daya beli, peningkatan dan meluasnya hubungan atau komunikasi, perkembangan teknologi, dan perubahan faktor lingkungan pasar lainnya. (Assauri, 2010:81-85)

Konsep inti dari pemasaran adalah sebagai berikut:

1) Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan

Kebutuhan (needs) merupakan bawaan dasar biologis setiap manusia dan tidak dapat direkayasa oleh pemasar, jadi bersifat internal. Seperti kebutuhan untuk makan-minum, pakaian, tempat tinggal, rasa aman, penghargaan dan lain sebaginya. Keinginan (wants) merupakan hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan

(41)

yang lebih mendalam. Seperti orang Indonesia butuh makan dan ingin makan nasi atau jagung, dan mempunyai keinginan berpakaian batik untuk berpesata, berpakaian santai untuk berjalan- jalan. Permintaan (demands) merupakan keinginan akan produk spesifik yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Misalnya, banyak orang berkeinginan membeli mobil baru, tetapi hanya sedikit orang yang mampu. Mereka yang tidak mampu membeli mobil baru, harus mengukur keinginan mereka dengan kemampuan membelinya.

2) Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Misalnya sepatu, VCD player dan komputer. Juga tercakup dalam pengertian produk di sini adalah jasa. Jasa adalah setiap kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lainnya yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan seseorang memiliki sesuatu. Misalnya rekreasi ke Bali, pangkas rambut ke salon dan layanan perbankan.

3) Nilai, Biaya dan Kepuasan

Pemilihan akan suatu produk/jasa seringkali didasari oleh pertimbangan adanya tingkat kepuasan yang akan diperolehnya dan biaya yang akan dikeluarkan. Seseorang memutuskan lebih baik membeli sepesa motor untuk membawanya ke tempat kerja daripada memakai kendaraan umum dengan pertimbangan lebih cepat dan aman. Ia tidak memilih mobil sebagai alat transpor mengingat pengeluaran biaya yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan sepeda motor, di samping harganya jauh lebih tinggi daripada harga sepeda motor. Konsep dasar yang berlaku di sini adalah nilai pelanggan. Seseorang akan menentukan peringkat produk dari yang paling memenuhi sampai yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Nilai merupakan estimasi

(42)

pelanggan mengenai kemampuan total suatu produk untuk memuaskan kebutuhannya.

4) Pertukaran, Transaksi dan Hubungan

Manusia dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka dengan berbagai cara seperti memproduksi sendiri, memaksa orang lain, meminta-minta dan melalui pertukaran. Pemasaran muncul saat pemenuhan kebuthan manusia dilakukan melalui pertukaran, yaitu cara untuk memperoleh produk/jasa yang diinginkan dari seseorang atau lembaga dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Dalam proses pertukaran, diperlukan syarat sebagai berikut:

a) Terdapat dua pihak yang akan melakukan pertukaran.

b) Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bernilai bagi pihak lainnya.

c) Masing-masing pihak dapat berkomunikasi dan menyerahkan barang.

d) Masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak penawaran yang ada.

e) Masing-masing pihak menginginkan terjadinya proses pertukaran tersebut.

Apabila kesepakatan telah ada maka terjadilah transaksi, dan transaksi ini merupakan dasar dari pertukaran yaitu pertukaran nilai antara dua belah pihak. Penjelasan diatas tadi disebut juga sifat pemasaran transaksi dan ini merupakan bagian dari relationship marketing. Pemasaran tidak berhenti pada selesainya proses transaksi tetapi harus berupaya membangun relasi jangka panjang secara baik, saling menghormati dengan pelanggan, penyedia dan penyalur. Apabila hal ini telah terjalin maka biaya-biaya dan waktu untuk hubungan kenasabahan di lingkungan perbankan telah terjalin dalan jangka panjang.

(43)

5) Pasar

Pasar terdiri dari seluruh pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu. Mereka juga bersedia dan mampu turut serta di dlam proses pertukaran untuk memenuhi kebuthan dan keinginan tersebut. Dengan demikian, besarnya pasar tergantung pada jumlah orang yang memiliki kebutuhan, mempunyai sumber daya yang diminati pihak lain dan bersedia menawarkan sumber daya tersebut untuk dipertukarkan supaya dapat memenuhi keinginan mereka.

6) Pemasaran dan Pemasar

Pemasaran berarti bekerja dengan pasar untuk mengaktualisasikan pertukaran potensial dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan individu. Sedangkan pemasar adalah orang yang mencari sumber daya dari orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu yang bernilai untuk dipertukarkan. (Sumarni, 2002: 5-10)

d. Strategi Pemasaran Syariah

Ada tiga elemen yang menjadi strategi pemasaran syariah, yaitu:

1) Diferensiasi

Esensi dari diferensiasi adalah agar lebih dikenal sehingga menjadi identitas diri. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan sebuah diferensiasi adalah dengan mengintegrasikan konten, konteks, dan infrastruktur yang dimiliki sehingga dapat menjadi sebuah nilai lebih yang dapat ditawarkan kepada pelanggan.

2) Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran umumnya terdiri dari empat komponen utama, yakni produk, harga, distribusi, dan promosi. Komponen produk digambarkan dengan penjualan komoditas yang dibutuhkan oleh semua orang, berkualitas baik, dan bersifat tahan lama.

Komponen distribusi dan harga saling melengkapi satu sama lain.

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip kerja dari inverter satu fasa dapat dijelaskan dengan gambar 2-a. Ketika transistor Q1 yang hidup untuk waktu T0/2, tegangan pada beban V0 sebesar Vs/2. Q1 dan Q2

Yang saya ketahui hubungan komite sekolah dengan MI Muhammadiyah Cipari berjalan dengan baik, harmonis dibuktikan dengan sering berkunjung ke sekolah sekaligus ingin

kesempatan- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETIL ASETAT, DAN PERASAN DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria

Besar rugi- rugi daya jaringan dan jatuh tegangan berbanding lurus dengan besar arus yang mengalir pada jaringan dan jarak, namun besar jatuh tegangan yang

Tabel III.1 Rekapitulasi transaksi pembelian Kantor Pusat Desember 2005 58 Tabel III.2 Rekapitulasi transaksi pembelian surabaya Project Desember 2005 59 Tabel III.3

yang signifikan kinerja keuangan pemerintah daerah pada lima Propinsi se-. Sumatera

Dengan kata lain, bongkah paduan Fe-Cr yang terbentuk melalui proses sintering pada suhu 1300 0 C akan memiliki komposisi lebih mendekati dengan komposisi awal

Berdasarkan Pasal 57 Ayat (1) Huruf c Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, maka pelelangan umum dengan pascakualifikasi