BAB III
Gambaran Data Praktek
A. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 berbeda dengan Pajak Penjualan (PPn) yang digantikannya.
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan
nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap
jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan
memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen.
Sedangkan Pajak Penjualan dikenakan terhadap nilai jual setiap
perpindahan/pertukarang barang dan jasa, sehingga menimbulkan adanya pajak
berganda. Untuk barang yang tergolong mewah, pajak berganda ini masih
diberlakukan dengan adanya Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
1. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Beberapa karakteristik Pajak Pertambahan Nilai adalah Sebagai berikut :
a. Pajak Pertambahan Nilai Merupakan Pajak Tidak Langsung
Pemikul beban pajak dengan penangung jawab atas pembayaran pajak
kekas Negara berada pada pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak adalah
pajak yang bertindak selaku penjual barang kena pajak atau pengusaha jasa kena
pajak.
b. Pajak Objektif
Yang dimaksud dengan pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang saat
timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif, yaitu adanya keadaan,
peristiwa, atau perbuatan hokum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut
dengan nama objek pajak.
c. Multi Stage Tax
Multi Stage Tax adalah karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yang
dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Setiap
penyerahan barang yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai mulai dari
tingkat pabrikan (manufactured) kemudian ditingkat pedagang (whosaler) dalam
berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang pengecer (retailer)
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
d. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Menggunakan Faktur Pajak
Sebagai konsekuensi penggunaan metode kredit untuk menghitung Pajak
Pertambahan Nilai yang terutang maka pada setiap penyerahan barang kena pajak
atau jasa kena pajak, pengusaha kena pajak bersangkutan diwajibkan untuk
membuat faktur pajak sebagi bukti pemungutan pajak.
Pajak pertambahan nilai hanya dikenakan atas konsumsi barang kena
pajak atau jasa kena pajak yang dilakukan di dalam negeri.
f. Pajak Pertambahan Nilai Bersifat Netral
Netralisai pajak pertambahan nilai (PPN) dibentuk oleh dua factor, yaitu :
1. PPN dikenakan baik atas konsumsi barang maupun jasa.
2. Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuan
(Destination Principle)
Dalam mekanisme pemungutannya, PPN mengenal dua prinsip
pemungtan yaitu :
1. Prinsip tempat asal (Origin Principle) : PPN dipungut ditempat
asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi.
2. Prinsip tempat Tujuan (destination Principle) : PPN dipungut
ditempat barang atau jasa dikonsumsi
g. Tidak Menimbulkan Dampak Pengenaan Pajak Berganda
B. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
1. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan adanya dasar pengenaan pajak (DPP). Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif pajak dengan DPP.
Yang dimaksud dengan DPP adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai
import, nilai eksport, atau nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang
Selanjutnya yang dimaksud dengan harga jual, pergantian, nilai eksport,
dan nilai import adalah sebagai berikut :
1. Harga jual
Harga jual ialah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN
yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur pajak.
Apabila PKP selain menerbitkan faktur pajak juga menerbitkan faktur
penjualan, maka potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak tersebut juga
tercantum dalam faktur penjualan. Tidak termasuk dalam pengertian potongan
harga adalah bonus, premi, komisi, atau balas jasa lainnya yang diberikan dalam
2. Penggantian
Penggantian ialah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena menyerahkan JKP, tidak
termasuk pajak yang dipungut menurut undang undang dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur pajak.
3. Nilai Eksport
Nilai import adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan
bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk import BKP, tidak termasuk
PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM.
Nilai import yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah harga patokan
import atau cost insurance freight (CIF) sebagai dasar perhitungan bea masuk
ditambah dengan semua biaya dan pungutan lain menurut ketentuan
perundang-undangan pabean.
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Tarif Pajak Pertambahan (PPN) diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang
PPN, yaitu sebagai berikut :
a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% ( sepuluh persen)
1. Eksport Barang Kena Pajak Berwujud
2. Eksport Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan
3. Eksport Jasa Kena Pajak
c. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling
rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang
perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah
C. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran
1. Pajak Masukan
Menurut Undang-Undang PPN No.18 pasal 1 angka 24 pajak masukan adalah
pajak pertambahan nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha kena
pajak karena perolehan barang kena pajak dan/atau perolehan jasa kena pajak
dan/atau pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean
dan/atau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean dan/atau import
barang kena pajak.
2. Pajak Keluaran
Menurut Undang-Undang PPN No.18 pasal 1 angka 25 pajak keluaran adalah
Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena pajak
yang melakukan penyerahan barang kena pajak, penyerahan jasa kena pajak,
eksport barang kena pajak berwujud, eksport barang kena pajak tidak berwujud
D. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai
Menurut surat edaran DIRJEN pajak Nomor SE-75/PJ/2008 tanggal 16 desember 2008 menyampaikan salinan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-48/PJ/2008 tentang tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak
pertambahan nilai dengan cara :
1. Meneliti kelengkapan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai berupa faktur pajak dan/atau dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak.
2. Bukti-bukti atau dokumen pendukung untuk menguiji keabsahan faktur pajak
sebagaimana dimaksud dalam butir 1 diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak.
3. Saat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak adalah saat
diterimanya SPT massa PPN dengan cara mengisi kolom yang telah tersedia
atau diterimanya surat permohonan dalam hal permohonan disampaikan melalui
surat tersendiri.
4. Kelengkapan permohonan restitusi dapat disampaikan secara lengkap
bersamaan dengan penyampaian permohonan atau disusulkan setelah
disampaikannya permohonan pengembalian tetapi tidak melampaui jangka
5. Mengingat bahwa batas waktu penyelesaian permohonan pengembalian bagi
PKP yang memenuhi persyaratan tertentu adalah 12 (duabelas) bulan,
sedangkan PKP selain PKP kriteria tertentu atau PKP yang memenuhi
persyaratan tertentu atau PKP yang memenuhi persyaratan tertentu diberikan
waktu untuk memenuhi kelengkapan permohonan selama 1 bulan, dengan
demikian jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian pembayaran
pajak untuk PKP selain PKP kriteria tertentu atau PKP yang memenuhi
persyaratan tertentu, oleh KPP praktis hanya 11 bulan.
6. Dalam rangka pelayanan kepada wajib pajak, kepala kpp dapat menerbitkan
surat permintaan kelengkapan permohonan restitusi kepada PKP agar
permohonan pengembalian yang diajukannya dapat segera diproses. Dalam hal
kepala KPP menerbitkan surat permintaan kelengkapan permohonan restitusi,
disarankan agar surat tersebut disampaikan melalui faksimili sehingga PKP
dapat segera memenuhi.
7. Dalam hal PKP selain PKP criteria tertentu atau PKP yang memenuhi
persyaratan tertentu tidak menyampaikan atau kurang menyampaikan
kelengkapan permohonan restitusi sampai dengan jangka waktu untuk
memenuhi kelengkapan permohonan pengembalian berakhir, maka permohonan
pengembalian diproses berdasarkan kelengkapan yang ada/diterima.
8. Dalam hal permohonan pengembalian PKP diproses berdasarkan kelengkapan
dengan menerbitkan surat pemberitahuan penyelesaian permohonan
pengembalian diproses dengan berdasarkan kelengkapan yang
ada/diterima.Penerbitan Surat Pemberitahuan oleh kepala KPP paling lambat
adalah saat disampaikannya permberitahuan hasil pemeriksaan.
9. Dalam meneliti kelengkapan permohonan restitusi yang diterimanya, petugas
atau pemeriksa pajak agar mencocokan kelengkapan tersebut dengan lembar
checklist bukti/dokumen kelemngkapan permohonan pengembalian PPN yang
dibuat PKP. Selain itu, petugas atau pemeriksa pajak juga harus mencantumkan
jumlah masing-masing dokumen yang diterima. Demikian juga apabila terdapat
kelengkapan yang masih harus disampaikan agar diberitahukan kepada PKP.
10. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak harus menerbitkan surat ketetapan
pajak paling lama 12 (duabelas) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap.
11. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan
pengembalian yang diajukan oleh PKP kriteria tertentu harus menerbitkan
surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak paling lambat 1
(satu) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian.
12. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan
harus menerbitkan surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
paling lambat 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan pengembalian.
E. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Menurut ketentuan Undang undang KUP Nomor 16 tahun 2009 surat ketetapan pajak diterbitkan apabila :
1. Pajak Penghasilan (PPh), apabila jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah
pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPn), apabila jumlah kredit pajak lebih besar dari
jumlah yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang, apabila terdapat pajak yang terutang yang dipungut oleh
pemungut PPn, maka yang dimaksud dengan jumlah yang terutang adalah
jumlah pajak keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh pemungut
PPn tersebut.
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), apabila pengusaha kena pajak
mengekspor barang kena pajak yang tergolong mewah yang telah dibayar pajak
penjualan atas barang mewahnya pada saat perolehan barang kena pajak yang
tergolong mewah, sepanjang pajak penjualan atas barang mewah tersebut belum
ditambahkan kedalam harga barang kena pajak yang bersangkutan atau
Surat ketetapan pajak lebih bayar tersebut diterbitkan setelah dilakukan
pemeriksaan atas surat pemberitahuan yang disampaikan wajib pajak yang disertai
BAB IV
EVALUASI
A. Prosedur Pengembalian Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar
Setelah diperhitungkan seluruh jumlah pajak yang sebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak dan hasilnya menunjukkan jumlah kredit pajak yang
lebih besar dari pada pajak yang terhutang atau pajak yang telah dibayar,
pengusaha kena pajak berhak meminta kembali kelebihan pembayaran pajak
tersebut, dengan catatan tidak memiliki hutang pajak yang meliputi seluruh jenis
pajak.
1. prosedur pengembalian pajak pertambahan nilai lebih bayar adalah :
a. Wajib pajak menyampaikan permohonan pengembalian pembayaran pajak
Wajib pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak ke KPP Medan Polonia dengan cara menyampaikan Surat
Pemberitahuan masa PPN dilengkapi dengan faktur pajak dan/atau dokumen
yang kedudukannya dipersamakandengan faktur pajak, SPT tersebut diberi
centang pada kolom restitusi.
b. Penerimaan Surat Permohonan
Petugas TPT menerima surat permohonan kemudian menelitia semua
kelengkapan sesuai dengan ketentuan. Apabila surat permohonan beserta
tidak melewati jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan restitusi
diterima. Kemudian petugas TPT akan mencetak Bukti Penerimaan Surat
(BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan
diserahkan kepada wajib pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan
surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas TPT kemudian merekan
surat permohonan tersebut dan dilanjutkan mengirim permohonan beserta
berkasnya ke seksi pengawasan dan konsultasi
c. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menerima berkas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang memiliki wilayah kerja
tempat pengusah kena pajak berdomisili menerima dan menugaskan account
representative (AR) untuk memproses pengembalian kelebihan pembayaran
pajak apakah memang terdapat kelebihan pembayaran pajak. Kemudian
account repsesentative miminta informasi hutang pajak ke seksi penagihan,
jika pengusaha yang bersangkutan terdaftar juga di KPP lain maka account
representative akan meminta informasi hutang pajak tempat pengusaha kena
pajak terdaftar dengan membuat surat pengantar.
d. Penyelesaian surat konfirmasi tunggakan pajak di seksi penagihan atau KPP
lain
Kepala seksi penagihan menerima surat permintaan konfirmasi data
kantor maupun dari seksi terkait, kemudian menugaskan pelaksana seksi
penagihan untuk meneliti dan membuat surat jawaban data tunggakan dan
surat pengantar. Setelah pelaksana seksi penagihan meneliti data tunggakan
pengusaha kena pajak, apakah telah benar semua, kemudian membuat
konsep surat jawaban dan surat pengantar untuk unit lain. Seksi penagihan
atau KPP terkait meneruskan jawaban konfirmasi utang pajak kepada
account representative.
e. Account representative kemudian meneliti surat jawaban dan data
tunggakan pajak yang diterima, baik dari seksi penagihan maupun KPP lain.
Apabila terdapat tunggakan pajak, proses dilanjutkan dengan pimindah
bukuan, pemindah bukuan ini bertujuan untuk memperhitungkan jumlah
kelebihan pajak dengan tunggakan pajak yang masih ada. Apabila masih
terdapat kelebihan pembayaran pajak proses dilanjutkan dengan
melengkapai data Nothit SKPKPP, SKPKPP, dan SPMKP. Data kemudian
diproses melalui case management. Account representative kemudian
mencetak dan memaraf nothit SKPKPP, kemudian menyampaikannya
kepada kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Setelah mendapatkan
nothit SKPPKPP kepala seksi pengawasan dan konsultasi meneliti dan
memaraf nothit SKPKPP sebagai tanda memberikan persetujuan pada
system atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP dan menyampaikan nothit
f. Kepala kantor pelayanan pajak Memaraf nothit SKPKPP sebagai tanda
memberikan persetujuan atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP. Kemudian
kepala seksi pelayanan menerima nothit SKPKPP menugaskan pelaksana
seksi pelayanan untuk mencetak dokumen persetujuan.
g. Pencetakan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
(SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
Jika setelah dilakukan perhitungan dengan hutang pajak yang masih tersisa
dan kelebihan pembayaran pajak yang dimiliki oleh pengusaha kena pajak
masih ada maka kelebihan tersebut akan dikembalikan dengan menerbitkan
surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (SKPKPP)
untuk setiap jenis pajak yang memiliki kelebihan pembayaran dan
diterbitkan untuk setiap masa pajak atau tahun pajak. Atas dasar SKPKPP,
Kepala KPP menerbitkan SPMKP untuk setiap jenis pajak dan masa pajak
atau tahun pajak atas nama Menteri Keuangan dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan sejak permohonan diterima atau diterbitkannya SKPLB, SKPKPP dan
SPMKP dicetak oleh pelaksana seksi pelayanan. SPMKP dibuat dalam
rangkap 4 dengan tujuan sebagai berikut :
a. Lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk KPPN
b. Lembar ke-3 untuk wajib pajak yang bersangkutan, dan
Adapun lembar ke-3 yang diserahkan kepada KPPN dikembalikan kepada
KPP yang menerbitkan SPMKP.
h. Setelah SKPPKP dan SPMKP diteliti dan diparaf oleh kepala seksi
pelayanan kemudian disampaikan kepada Kepala KPP. Kepala KPP
menyetujuinya dan menandatangani SKPKPP dan SPMKP, kemudian
SKPKPP dan SPMKP ditatausahakan di seksi pelayanan kemudian
disampaikan kepada wajib pajak dan kantor pelayanan perbendaharaan
Negara (KPPN) melalui sub bagian umum.
B. Penetapan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang diatur dalam pasal 17 KUP
Nomor 16 tahun 2009 dimana setelah dilakukan pemeriksaan dan ternyata jumlah
kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang harus dibayar maka Direktur
Jenderal Pajak wajib menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar.
Setelah dilakukannya penelitian atas permohonan pengembalian
kelebihan pajak dari wajib pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana yang
dimaksud dalam Undang-Undang KUP pasal 17c nomor 16 tahun 2009 harus
menerbitkan surat menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 2 (dua) bulan
sejak surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diterima,
kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan keputusan Direktur Jenderal
Apabila setelah lewat jangka waktu keputusan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak tetapi DJP tidak memberikan jawaban,
maka permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap
dikabulkan. Selanjutnya surat ketetapan pajak lebih bayar harus diterbitkan paling
lama 1 (satu) bulan sejak berakhirnya jangka waktu tersebut. Apabila surat
ketetapan pajak lebih bayar terlambat diterbitkan dari waktu yang ditetapkan,
maka kepada pengusaha kena pajak akan diberikan imbalan bunga sebesar 2% per
bulan. Dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sampai dengan diterbitkannya
surat ketetapan pajak lebih bayar.
Sedangkan untuk pengusaha kena pajak kriteria tertentu, setelah
dilakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak,
DJP wajib menerbitkan surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterima permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak diterima untuk pajak pertambahan
nilai. Setelah memberikan surat keputusan pengembalian kelebihan pendahuluan
pembayaran pajak , DJP boleh melakukan pemeriksaan untuk meyakinkan
kebenaran data yang disampaikan oleh wajib pajak kriteria tertentu. Apabila
berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan ternyata pengusa kena pajak
tersebut mengalami kekurangan bayar pajak, maka DJP berhak untuk menerbitkan
surat ketetapan pajak kurang bayar, dengan sanksi administrasi berupa kenaikan
C. Wajib Pajak yang Mendapatkan SKPLB
TABEL I
Bulan Tahun 2010 Tahun 2011
Januari 6 6
Februari 4 6
Maret - 7
April 5 4
Mei 7 1
Juni 4 4
Juli 5 11
Agustus 7 7
September 2 6
Oktober - 2
November 3 5
TOTAL 45 PKP 62 PKP
Dari data table penerbitan SKPLB diatas, terdapat peningkatan jumlah
wajib pajak yang mendapatkan restitusi setelah terjadinya proses pemeriksaan atau
proses penelitian. Semua wajib pajak yang mendapatkan restitusi proses
penerbitan SKPLB tepat waktu, sehingga tidak ada wajib pajak yang mendapatkan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. prosedur permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak melalui
tingkat permohonan sampai penerbitan SPMKP berjalan cukup panjang dan
melalui proses seleksi yang ketat. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir
terjadinya kesalahan yang terjadi sehingga dapat merugikan Negara.
2. Permohonan pengajuan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan
oleh wajib pajak sendiri dengan cara melampirkan faktur pajak atau dokumen
yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak dan mengisi kolom
restitusi yang tersedia pada surat pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai
di Kantor Pelayanan Pajak wajib pajak dikukuhkan.
B. SARAN
Berdasarkan pembahasan-pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, maka dapat
disampaikakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Mekanisme pengkreditan pajak masukan harus dikuasai oleh wajib pajak
masukan, maka ia dapat memperhitungkan sendiri apakah pajak masukan
yang dibayarnya lebih bayar apa kurang bayar.
2. Wajib pajak diharapkan agar selalu mengikuti perkembangan dalam
perpajakan, dikarenakan peraturan-peraturan perpajakan terus berkembang
sejalan waktu untuk mendapatkan peraturan-peraturan yang lebih