TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Domba
Domba dapat diklasifikasikan pada sub familiy caprinae dan semua jenis
domba domestika termasuk genus ovis aries. Ada empat spesies domba liar yaitu
domba mouffon (O. Musimon) terdapat di Eropa dan Asia Barat, domba urial (O.
Orientalis, Ovignei) terdapat di Asia Tengah, dan domba bighorn (O. Canadensis)
terdapat di Asia Utara dan Amerika Utara. Tiga jenis yang pertama diatas
merupakan domba yang membentuk genetik dari domba-domba modern sekarang
(Williamson and Pane, 1993).
Ternak domba mempunya beberapa keuntungan dilihat dari segi
pemeliharaan yaitu:
- Cepat berkembang biak, dapat beranak lebih dari satu ekor
- Berjalan dengan jarak dekat sehingga medah dalam pemeliharaan
- Pemakan rumput, kurang memilih pakan yang diberikan dan
kemampuan merasa kurang tajam, sehingga mudah dalam pemberian
pakan.
- Sumber pupuk kandang dan keuangan bagi peternak
(Tomazewska, et al. 1993).
Pertumbuhan Domba
Pertumbuhan domba adalah pertambahan dalam bentuk dan berat
jaringan-jaringan pembangun, seperti urat daging, tulang otak, jantung dan semua jaringan-jaringan
tubuh (kecuali jaringan lemak) serta alat-alat tubuh lainnya. Dalam istilah
jumlah protein dan zat-zat mineral, sedangkan pertambahan akibat penimbunan
lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1979).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan domba, pertumbuhan itu sendiri
tidak sekedar meningkatnya berat badan domba, tetapi juga menyebabkan
konformasi oleh perbedaan tingkat pertumbuhan komponen tubuh, dalam hal ini
urat daging dari karkas atau daging yang akan dikonsumsi
manusia (Parakkasi, 1995).
Pada domba sampai umur 2,5 bulan pertumbuhan absolut akan berjalan
lambat yang digambarkan pada kurva pertumbuhan. Umur 2,5 bulan sampai
dengan masa pubertas (6-8 bulan) pertumbuhan akan berjalan maksimum yang
digambarkan dengan peningkatan garis yang tajam pada kurva pertumbuhan saat
domba mencapai pubertas, terjadi kembali perlambatan pertumbuhan dan kurva
akan kembali landai pada saat mencapai titik belok atau inflection point
( Tilman, et al, 1984).
Dari kurva dapat dilihat bahwa titik puncak fase pertumbuhan pada umur 32
Pencernaan Domba
Perkembangan sistem pencernaan ternak domba mengalami tiga fase
perubahan. Fase pertama, pada waktu domba dilahirkan sampai dengan umur tiga
minggu yang disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi sistem
pencernaan sama dengan pencernaan mamalia lain. Fase kedua mulai umur 3-8
minggu disebut fase transisi yaitu perubahan dari tahap non ruminansia
menjadi ruminansia yang ditandai dengan perkembangan rumen. Tahap ketiga
fase ruminansia dewasa yaitu setelah umur domba
lebih dari 8 minggu (Van Soest, et al., 1983)
Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun
mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau penguyahan dalam mulut
dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang di hasilkan oleh kontraksi otot
sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi di lakukan oleh enzim
yang di hasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah
pencernaan (Tillman et al., 1984).
Pakan Domba
Pakan yang di berikan jangan sekedar di maksudkan untuk mengatasi lapar
atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk
kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan
untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996).
Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa di berikan dan bermanfaat
bagi ternak. Pakan yang di berikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung
zat-zat yang di perlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat,
Kebutuhan ternak akan zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok
dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana
yaitu untuk mempertahankan hidup. Ternak yang memperoleh makanan hanya
sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut tidak
akan naik dan turun. Tetapi jika ternak tersebut memperoleh lebih dari kebutuhan
hidup pokoknya maka sebagian dari kelebihan makanan itu akan dapat dirubah
menjadi bentuk produksi misalnya air susu, pertumbuhan dan reproduksi ini
disebut kebutuhan produksi (Tillman, et al., 1984).
Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba
BB BK ENERGI PROTEIN Ca P
Kebutuhan ternak akan gizi dalam makanan domba perlu diperhatikan
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam usaha penggemukan domba.
Kandungan gizi dalam makanan domba ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan zat gizi dalam makanan domba (dasar bahan kering)
Berat
Domba jantan muda disapih awal
10 0,6 73 3,2 2,6 16 0,4 0,27 1417
30 1,4 73 3,2 2,6 14 0,36 0,24 1821
Hijauan Pakan Ternak Pelepah Kelapa Sawit
Tingkat kecernaan bahan kering pelepah dan daun kelapa sawit pada sapi
mencapai 45%. Demikian pula daun kelapa sawit dapat digunakan sebagai sumber
atau pengganti pakan hijauan. Namun, adanya lidi pada pelepah daun kelapa sawit
akan menyulitkan ternak dalam mengkonsumsinya. Masalah tersebut dapat diatasi
dengan pencacahan yang dilanjutkan dengan pengeringan dan penggilingan.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi pelepah dan daun kelapa sawit
Kandungan Zat Nilai Gzi (%)
Bahan kering 93,4 b
Protein kasar 6,5 a
Serat kasar 32,5 a
Lemak kasar 4,47
Total digestible nutriens (TDN) 65 c
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000) b. Balai Penelitian Ternak (2003)
c. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) (2007)
Bunkil Inti Sawit
Menurut Devendra (1977), Bungkil Inti Sawit (BIS) adalah limbah hasil
ikutan dari ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau
cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat
kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi
ternak monogastrik dan lebih cocok pada ternak ruminansia.
Bungkil inti sawit merupakan produk samping yang berkualitas karena
mengandung protein kasar yang cukup tinggi 16-18%. Sementara kandungan serat
kasar mencapai 16%. Pemanfaatan perlu disertai produk samping lainnya untuk
Tabel 4. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit
Kandungan zat Nilai Gizi (%)
Bahan kering 92 a
Protein Kasar 21,51 b
Serat Kasar 10,5 b
Lemak Kasar 2,4 a
Total digestible nutriens (TDN) 72,0 a
Kalsium 0,53 a
Fosfor 0,19 a
Sumber : a. Laboratorium Bahan Pakan Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian USU, Medan (2000)
b. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) (2007)
Dedak Padi
Sebahagian bahan makanan asal nabati, dedak memang limbah
pengolahan padi menjadi beras. Oleh karena itulah kandungan nutrisinya juga
cukup baik, kandungan protein dedak halus sebesar 12% - 13% dengan
kandungan lemak cukup tinggi, yaitu 13 %. Serat kasar yang dikandung sekitar
12 % cukup tinggi (Pilliang, 1997).
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil
ikutan dari penumbukan padi. Dedak merupakan hasil ikutan dalam proses
pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak tebal,
tetapi tercampur dengan penutup beras. Hal ini mempengaruhi tinggi atau
rendahnya kandungan serat kasar dedak (Parakkasi, 1985).
Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi
Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan Kering 89,10 a
Protein Kasar 13,80 a
TDN 64,30 b
Serat Kasar 8,00 a
Lemak Kasar 8,20 a
Garam
Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl), dimana selain
berfungsi sebagai mineral juga berfungsi sebagai palatabilitas
(Pardede dan Asmira, 1997).
Pada umumnya bahan pakan yang digunakan untuk ternak tidak cukup
mengandung Na dan Cl untuk memenuhi kebutuhan produksi optimum. Hampir
semua bahan makanan nabati mengandung Na dan Cl relative lebih kecil
dibandingkan bahan makanan hewani. Oleh karena itu, bahan pakan ruminan
(termasuk hijauan) perlu penambahan suplemen Na dan Cl dalam bentuk garam
dapur yang diberikan secara ad libitum (Parakkasi, 1995).
Molasses
Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan
molasses untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48% - 60% sebagai
gula), kadar mineral cukup dan disukai ternak. Tetes juga mengandung vitamin B
kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti kobalt, boron,
yodium, tembaga, dan seng sedangkan kelemahannya adalah kaliumnya yang
tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak
(Rangkuti et al., 1985).
Molasses atau tetes tebu merupakan hasil sampingan pabrik gula tebu yang
berbentuk cairan hitam kental. Molasses dapat digunakan sebagai bahan pakan
Tabel 6. Kandungan nilai gizi molasses
Kandungan zat Nilai gizi (%)
Bahan Kering 67,5
Protein Kasar 3,4
Serat Kasar 0,38
Lemak Kasar 0,08
Calsium 1,5
Phospor 0,02
TDN 81,00
Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan FP USU (2005) Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan FP USU (2001) Batu bara dkk, 1993
Ultra Mineral
Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit
namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik.
Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang dan gigi, pembentukan
darah dan pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim
yang berperan dalam proses metabolisme di dalam sel. Penambahan mineral
dalam pakan domba dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan mineral di
dalam pakan (Setiadi dan inounu, 1991).
Kebutuhan mineral esensial pada domba dapat dilihat pada Tabel 7
Tabel 7. Kebutuhan mineral esensial domba
NUTRIEN KEBUTUHAN LEVEL MAKSIMUM
Mineral Makro %BK %BK
Mineral Langka Ppm/kg BK Ppm/kg BK
Jodium (I) 0,10-0,80 50
Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai
yang diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu dan cukup potensial
dipakai sebagai bahan makanan ternak karena ampas tahu masih mengandung gizi
yang baik dan dapat digunakan sebagai ransum ternak besar dan kecil.
Penggunaan ampas tahu masih sangat terbatas bahkan sering sekali menjadi
limbah yang tidak termanfaatkan sama sekali (Wiriano 1985).
Tabel 8. Kandungan nilai gizi ampas tahu
Kandungan zat Nilai gizi (%)
Protein Kasar 21,29*
Sumber :* Laboratorium IPB (1995)
**
Probiotik Biomol+
Probiotik dapat didefinisikan sebagai pakan aditif dalam bentuk
mikroorganisme hidup, baik secara tunggal maupun campuran dari berbagai
spesies. Hingga kini pengembangan pemanfaatan probiotik dalam pakan ternak
semakin luas dilakukan. Dalam upaya meningkatkan efesiensi pemanfaatan pakan
untuk menghasilkan produk ternak secara optimal perlu adanya bahan-bahan
pakan yang mempunyai nilai manfaat tinggi. Zat gizi yang terkandung didalam
bahan pakan kadang-kadang berada pada ikatan molekuler yang sulit dicerna
sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat gizi yang diperlukan ternak
(Hobson, 1998).
Biomol adalah produk bioteknologi terapan yang merupakan campuran
mikroorganisme yang bermanfaat dalam pemecahan serat, protein dan lemak
sehingga akan mendorong fermentasi pakan serta meningkatkan sentesis protein
mikroba rumen. Seleksi mikroba rumen kearah pemurnian mikroba yang
mempunyai keunggulan tertentu, misalnya dalam hal mencerna serat kasar,
pencernaan lignin atau menghilangkan pengaruh anti nutrisi dalam pakan dapat
juga membantu upaya penigkatan efesiensi pemanfaatan pakan.
Keseimbangan energi dan protein yang dapat dimanfaatkan di dalam
saluran cerna pasca rumen harus diupanyakan agar diupanyakan agar pemanfaatan
nutreint sempurna. Keseimbangan mikroflora didalam saluran cerna juga
dipengaruhi oleh kondisi pakan yang ada. Apabila kualitas pakan rendah, kurang
protein dan mineral, tinggi serat kasar dan lemak mungkin akan terbentuk kondisi
tersebut, penggunaan biomol+ akan meningkatkan efektifitas pemanfaatan nutrient
untuk menunjang produksi daging.
Tabel 9. Komposisi yang terkandung dalam Biomol +
No Bakteri Cfu/g
1 Azotobacter paspalii 3,20 x 103
2 Bacillus lentus 8,00 x 106
3 Bacillus licheniformes 2,00 x 107
4 Bacillus pumilus 4,20 x 109
5 Bacillus stearothermophyllus 3,20 x 109
6 Bacillus subtilis 2,00 x 105
7 Corynrbacterium pseudodiptericicum 8,00 x 109
8 Micrococcus varians 2,00 x 107
9 Sarcina lutea 8,00 x 108
10 Staphylococcus epidermis 2,00 x 107 Khamir:
1 Saccharomyces coreviseae 2,00 x 107
(PT Banyumas Raya Purwokerto).
Non Karkas
Non karkas ternak adalah hasil pemotongan ternak yang terdiri dari kepala,
kulit dan bulu, darah, organ-organ internal, kaki bagian bawah dari sendi karpal
untuk kaki depan dan sendi tarsal untuk kaki belakang (Soeparno, 1994).
Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, rumen retikulum,
omasum, usus besar , usus kecil dan total alat pencernaan, tetapi menurunkan
persentase berat kepala, kaki dan limpa. Jadi perlakuan nutrisional termasuk
spesies pastura mempunyai pengaruh terhadap berat badan non karkas internal
seperti hati, paru-paru, jantung dan ginjal. Sedangkan berat komponen non karkas
eksternal terutama kepala dan kaki tidak terpengaruhi (Black, 1983). Kadar laju
pertumbuhan beberapa komponen non karkas hampir sama dengan kadar laju
pertumbuhan tubuh, misalnya abomasum dan usus besar mencapai kedewasaan
besar dan abomasum. Berat rumen retikulum dan omasum meningkat dengan
cepat pada awal kehidupan post natal. Meskipun demikian berat total saluran
pencernaan menurun pada saat mencapai kedewasaan (Berg and Butterfield,
1976).
Pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan berat komponen non karkas.
Domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi yang tinggi,
mempunyai jantung yang lebih berat dari pada domba yang mengkonsumsi pakan
dengan kandungan energi rendah pada kondisi pemeliharaan di dalam kandang
induvidu. Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, rumen, omasum, usus
besar, usus kecil dan total alat pencernaan, tetapi sebaliknya bagi berat kepala dan
kaki perlakuan dan nutrisi serta spesies pastura dan pangonan pada domba tidak
mempengaruhi berat kepala, kaki, dan kulit pada berat tubuh yang sama
(Soeparno, 1994).
Menurut Forest dkk (1975) nutrisi juga mempengaruhi persentase non
karkas terhadap berat hidup. Persentase karkas terhadap berat hidup biasanya
meningkat sesuai dengan peningkatan barat hidup, tetapi perentase bagian non
karkas seperti kulit dan darah menurun. Bobot limpa akan meningkat pada