• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konseling - Pengaruh Konseling Terhadap Kecemasan Menghadapi Persalinan Pada Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Buket Hagu Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konseling - Pengaruh Konseling Terhadap Kecemasan Menghadapi Persalinan Pada Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Buket Hagu Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konseling

1. Pengertian Konseling

Konseling berasal dari bahasa latin, yaitu consilium yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Sementara dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari sellan yang berarti menyerahkan atau menyampaikan (Prayitno dan Amti, 2004, hal. 99). Kata konseling mencakup bekerja dengan banyak orang dan hubungannya mungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis pribadi, psikoterapi, atau pemecahan masalah (British Association of

Counselling, 2001 dalam Pieter, 2012, hal. 237).

Pieter (2012, hal. 237) menyimpulkan dari beberapa pendapat pakar bahwa konseling dalam kebidanan merupakan proses pemberian informasi yang lebih objektif dan lengkap yang dilakukan secara sistematik berdasarkan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan, penguasaan pengetahuan klinik, yang bertujuan membantu klien mengenali kondisinya, masalah yang dihadapi klien dan membantunya untuk menentukan solusi dan jalan keluar dalam upaya mengatasi masalah-masalahnya.

2. Macam-Macam Konseling

a. Layanan konseling perorangan

(2)

langsung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasannya sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien sendiri.

b. Layanan konseling kelompok

Prayitno dan Amti (2004, hal.311) mengutarakan layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Keunggulan konseling kelompok ialah dinamika interaksi sosial yang dapat berkembang dengan intensif dalam suasana kelompok yang justru tidak dapat dijumpai dalam konseling perorangan.

Prayitno dan Amti (2004, hal.314) menambahkan ciri-ciri konseling kelompok, yaitu:

1) Jumlah anggota: Terbatas 5-10 orang.

2) Kondisi dan karakteristik anggota: hendaknya homogen; dapat pula heterogen terbatas.

3) Tujuan yang ingin dicapai: a) Pemecahan masalah; b) Pengembangan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial.

4) Pemimpin kelompok: konselor.

5) Peranan anggota: a) Berpartisipasi dalam dinamika interaksi sosial; b) Menyumbang pengentasan masalah; c) Menyerap bahan untuk pemecahan masalah.

6) Suasana interaksi: a) Interaksi multiarah; b) Mendalam dengan melibatkan aspek emosional.

(3)

8) Frekuensi kegiatan: kegiatan berkembang sesuai dengan tingakat kemajuan pemecahan masalah. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah.

3. Proses Konseling

Egan (1994) dalam McLEOD (2008, hal.366) mengutarakan proses konseling melalui pendekatan “Manajemen Problem” yang disusun dalam tiga tahap utama: membantu klien mengenali dan menjernihkan situasi masalah; mengembangkan program untuk perubahan yang konstruktif; mengimplementasikan target.

Winkel dan Hastuti (2006, hal. 607-613) menambahkan terdapat lima fase proses konseling dalam kelompok yang meliputi:

a. Pembukaan, dimana diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antarpribadi (working relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah pada penyelesaian masalah.

b. Penjelasan masalah, dimana masing-masing konseli mengutarakan masalah yang dihadapi berkaitan dengan masalah diskusi, sambil mengungkapkan fikiran dan perasaaannya secara bebas.

c. Penggalian latar belakang masalah, dimana karena para konseli pada fase dua biasanya belum menyajikan gambaran lengkap mengenai kedudukan masalah dalam keseluruhan situasi hidup masing-masing, diperlukan penjelasan lebih mendetail dan mendalam.

(4)

e. Penutup, bilamana kelompok sudah siap untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan bersama. Proses konseling dapat diakhiri dan kelompok dapat dibubarkan pada pertemuan terakhir.

4. Tujuan Konseling

Menurut McLEOD (2008, hal.13-14) tujuan dari kegiatan konseling, yaitu:

a. Pemahaman. Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih kontrol rasional ketimbang perasaan dan tindakan.

b. Berhubungan dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan orang lain. c. Kesadaran diri. Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang

selama ini ditahan atau di tolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.

d. Penerimaan diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri sendiri yang ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan penolakan.

e. Aktualisasi diri atau individu. Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.

(5)

g. Pemecahan masalah. Menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak bisa dipecahkan oleh klien seorang diri. Menuntut kompetensi umum dalam pemecahan masalah.

h. Pendidikan psikologi. Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol tingkah laku.

i. Memiliki ketrampilan sosial. Mempelajari dan menguasai ketrampilan sosial dan interpersonal seperti mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan, asertif, atau pengendalian kemarahan.

j. Perubahan kognitif. Modifikasi atau mengganti kepercayaan yang tak rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri.

k. Perubahan tingkah laku. Modifikasi atau mengganti pola tingkah laku yang maladaptif atau merusak.

l. Perubahan sistem. Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem sosial

m. Penguatan. Berkenaan dengan ketrampilan, kesadaran, dan pengetahuanan yang akan membuat klien mampu mengontrol kehidupannya.

n. Restitusi. Membantu klien membuat perubahan kecil terhadap prilaku yang merusak.

(6)

5. Fungsi Konseling

Pendapat beberapa ahli dalam Pieter (2012, hal.246) menyimpulkan fungsi konseling, antara lain: a) fungsi pencegahan, yakni upaya mencegah timbulnya lagi masalah-masalah klien; b) fungsi penyesuaian, yakni upaya untuk membantu klien sebagai akibat perubahan biologis dan psikologis atau social klien; c) fungsi perbaikan, yakni upaya melakukan perbaikan terhadap penyimpangan perilaku klien; d) fungsi pengembangan, yakni meningkatkan pengetahuan klien.

6. Hasil Konseling

Menurut McLEOD (2008, hal.17-18) hasil konseling dapat dikategorikan sebagai berikut:

b. Resolusi terhadap sumber dalam hidup, dimana resolusi mencakup pencapaian pemahaman atau perspektif terhadap masalah-masalah, usaha pencapaian penerimaan pribadi terhadap permasalahan dan usaha-usaha pengambilan tindakan untuk mengubah situasi yang dianggap sebagai sumber-sumber permasalahannya.

c. Belajar, dimana setelah mengikuti konseling memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pemahaman, keterampilan, dan strategi baru yang membuat diri klien bisa menangani masalah serupa dengan lebih baik dimasa yang akan datang.

(7)

B. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Menurut David A. Tomb (1993) dalam Riyadi dan Purwanto (2009, hal.43) ansietas (kecemasan) adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis. Dalam pendekatan psikoanalitik kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu yang fungsinya memperingatkan adanya ancaman bahaya (Corey, 2010, hal.17), sementara dalam pendekatan eksistensial-humanistik kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia (Corey, 2010, hal. 76).

Berdasarkan pendapat para pakar tersebut dapat disimpulkan kecemasan merupakan karakteristik manusia yang berbentuk ketegangan terhadap sesuatu yang mengancam yang disertai perubahan fisiologis.

2. Penyebab Kecemasan

Menurut Suliswati et al. (2005, hal.109) kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Riyadi dan Purwanto (2009, hal.45-46) mengutarakan penyebab ansietas (kecemasan) yang dikembangkan dari berbagai teori meliputi:

(8)

b. Menurut pandangan interpersonal yang dikemukakan oleh Sullivan, ansietas timbul dari perasaan takut dari tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal

c. Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal biasanya terjadi dalam suatu keluarga.

e. Kajian biologis, dimana telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Adler dan Rodman dalam Ghufron dan Rini (2010, hal.145-146) dalam Novitasari (2013, hal.24-25) menyatakan terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya kecemasan, yaitu:

a. Pengalaman negatif masa lalu

Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila individu tersebut menghadapi situasi atau kejadian yang sama dan juga tidak menyenangkan, hal tersebut merupakan pengalaman umum yang menimbulkan kecemasan.

b. Pikiran yang tidak rasional

(9)

4. Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau dalam Suliswati et al., (2009, hal.44) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu: a) Kecemasan ringan dihubungkan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; b) Kecemasan sedang dimana individu terfokus hanya pada fikiran yang menjadi perhatiannya; c) Kecemasan berat dimana lapangan persepsi individu sangat sempit dengan pusat perhatiannya pada detail yang sangat spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal-hal lainnya; d) Panik dimana individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang.

5. Gejala Kecemasan

Menurut Hawari (2004, hal.66) keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan, antara lain: a) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan fikirannya sendiri, mudah tersinggung; b) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut; Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang; c) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan; d) Gangguan konsentrasi dan daya ingat; e) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain sebagainya.

C. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

(10)

Prawirohardjo (2007, hal.125) melanjutkan lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur.

Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam tiga bagian: 1) Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu); 2) Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu); 3) Kehamilan triwulan ketiga (antara 28 sampai 40 minggu) (Prawirohardjo, 2007, hal.125). Bobak et al. (2005, hal.106) mengutarakan beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa hamil dikenal sebagai tanda kehamilan. Ada tiga kategori, presumsi yaitu perubahan yang dirasakan wanita (misalnya amenorea, keletihan, perubahan payudara); kemungkinan, yaitu perubahan yang diobservasi oleh pemeriksa (misalnya tanda hegar, ballottement, tes kehamilan); pasti (misalnya, ultrasonografi, bunyi denyut jaunting janin). 2. Perubahan Psikologis Dalam Kehamilan

Menurut Susanti (2008, hal.24-25) perubahan psikologis dalam kehamilan meliputi:

a. Pada trimester pertama, kenyataan hamil yang dialami ibu meliputi amenorea (tidak haid), uji kehamilan dinyatakan positif, fikiran terpusat pada dirinya, janin adalah bagian dari dirinya, dan janin seolah-olah tidak nyata (Lumley, 1982).

(11)

dan perutnya bertambah besar. Hubungan ibu dan anak mulai timbul. Ibu mulai berfantasi tentang bayinya.

c. Pada trimester ketiga terdapat kombinasi perasaan bangga dan cemas tentang apa yang akan terjadi pada saat melahirkan. Pada saat ini ibu akan mengalami:1) Merasa diri diistemewakan dilingkungan umum; 2) Proses kedekatan dengan janinnya berlanjut; 3) Mempersiapkan diri menjadi orang tua/ibu; 4) Spekulasi mengenai jenis kelamin anak dan nama anak; 5) Keluarga berinteraksi dengan menempelkan telinga ke perut ibu, berbicara dengan janinnya.

Pada akhir trimester ketiga ketidaknyamanan fisik meningkat dan ibu memerlukan istirahat. Ibu merasa lebih cemas terhadap kesehatan dan keselamatan melahirkan. Untuk itu, perlu dianjurkan untuk menyiapkan kelahiran dan menyesuaikan diri terhadap kontraksi rahim. Ibu akan menjadi lebih sensitif dan memerlukan perhatian dan dukungan dari suami atau keluarganya.

D. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

(12)

2. Permulaan Persalinan

Menurut Prawirohardjo (2007, hal.181) faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan partus mulai. Llewellyn dan Jones (2001, hal.68) menambahkan permulaan persalinan sulit ditentukan waktunya dengan tepat dan mungkin didahului oleh beberapa tanda: (1) nyeri persalinan semu menjadi terkoordinasi dan teratur, atau kontraksi uterus yang menyakitkan mengingatkan pasien bahwa persalinan telah dimulai; (2) keluar discharge mucus bercampur sedikit darah.

3. Lama Persalinan

Lama persalinan tidak mudah ditentukan secara tepat karena permulaan persalinan sering tidak jelas dan bersifat subyektif. Dalam studi terhadap wanita, yang persalinannya mulai secara spontan, terdapat variasi yang luas untuk lama persalinan (Jones, 2002, hal.68).

Kilpatrick dan Laros (1989) dalam Cunningham et al. (2012, hal.407) menyimpulkan bahwa durasi rata-rata persalinan kala satu dan dua sekitar 18,5 jam pada perempuan primigravida. Sementara dalam Jones (2002, hal.68) sembilan puluh persen wanita primigravida diharapkan melahirkan dalam waktu 16 jam.

4. Proses Persalinan

(13)

kala itu diamati apakah ada terjadi perdarahan atau tidak (Prawirihardjo, 2007, hal.181).

5. Distosia persalinan

Menurut Bobak et al. (2005, hal. 784) distosia persalinan didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul akibat berbagai konsisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan. Setiap keadaan dapat menyebabkan distosia: a) Persalinan disfungsional akibat konstraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan ibu; b) Perubahan struktur pelvis; c) Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau posisi, bayi besar, dan jumlah bayi; d) Posisi ibu selama persalinan dan melahirka; e) Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.

Intervensi yang dapat dilakukan pada persalinan dengan distosia meliputi versi sefalik luar (external cephalic version), partus percobaan (trial

of labor), induksi/augmentasi dengan oksitosin, amniotomi, dan prosedur

operatif, seperti upaya melahirkan dengan bantuan forcep, ekstraksi vakum, dan kelahiran sesaria (Bobak et al., 2005, hal.794).

6. Persiapan Menghadapi Persalinan

(14)

mencari orang terbaik untuk memberi mereka nasehat, arahan, dan perawatan.

Multipara telah mempunyai riwayat melahirkan yang dapat mempengaruhi persiapan persalinannya. Cemas dapat timbul karena perhatian tentang jalan lahir yang aman selama proses melahirkan dan anaknya (Mercer, 1955; Rubin, 1975). Laderman (1984) menambahkan rasa cemas tersebut kadang-kadang tidak diutarakan, tetapi bidan harus tahu isyarat/tanda tersebut. Banyak wanita takut terhadap nyeri melahirkan atau pengguntingan perineum karena mereka tidak mengerti anatomi dan proses melahirkan. Ibu perlu diberi pendidikan tentang perilaku yang benar selama melahirkan. Persiapan yang terbaik untuk melahirkan adalah menyadari kenyataan secara sehat tentang nyeri, menyeimbangkan resiko dengan rasa senang dan keinginan akan hadiah akhir berupa bayi (Susanti, 2008, hal.38).

Nyeri pada persalinan berbeda-beda pada satu wanita ke wanita yang lain. Banyak faktor predisposisi yang dapat mengurangi atau meningkatkan derajat nyeri persalinan yang dirasakan seorang wanita, termasuk pengalaman terdahulu, pengetahuan mengenai pelahiran, latar belakang budaya, kesehatan umum, pandangan tentang dirinya sendiri sebagai seseorang yang dapat atau tidak menghadapi nyeri (Simkin et al., 2008, hal.150).

(15)

menyimpukan fokus pendidikan kelahiran anak adalah cenderung mengenai bagaimana menghadapi atau mengontrol atau meredakan nyeri.

E. Pengaruh Konseling Terhadap Kecemasan Menghadapi Persalinan

Mendekati minggu terakhir menjelang kelahiran, pada umumnya ibu hamil mengalami kegelisahan dan ketidaknyamanan sehingga kondisi memengaruhi kualitas mental ibu. Kondisi-kondisi psikologis yang sering menyertai ibu menjelang kelahiran bayi ialah adanya perasaan takut (Janiwarty & Pieter, 2013, hal.263). Kecemasan dan ketakutan sering menyertai nyeri (Maryunani, 2010, hal.28).

Secara individual, kecemasan menganggu. Menurut Reading (1983) dalam Susanti (2008, hal.21) faktor yang dapat mengurangi efek dari kecemasan salah satunya melalui pengobatan kecemasan. Penjelasan tersebut didukung penelitian secara umum yang dilakukan Ridgeway dan Matthews (1981) dan Wallace (1984) memperlihatkan bahwa intervensi pada kecemasan mempunyai efek yang menguntungkan, yaitu salah satunya melalui persiapan untuk menghadapi kecemasan meliputi antisipasi, pendidikan, pengetahuan dan strategi.

(16)

tentang persalinan, sehingga akan berdampak pada lamanya persalinan, yang pada akhirnya persalinan harus diakhiri dengan tindakan (Jones, 2002). Untuk menghindari hal tersebut, seharusnya dilakukan konseling bagi setiap ibu, tentang bagaimana menghadapi proses persalinan (Mei dan Huang, 2006).

F. Kerangka Teori

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut:

Skema 2.1 Kerangka Teori

(Modifikasi Ghufron dan Rini (2010) dalam Novitasari (2013), Susanti (2008), Mander (2004) dan Mei & Huang (2006))

Primigravida Kecemasan Penyebab kecemasan: 1. Ancaman integritas

biologi 2. Ancaman

keselamatan diri

Proses persalinan

Nyeri persalinan

Referensi

Dokumen terkait

Pelabuhan ini memiliki peranan penting terutama dalam industri perikanan, karena pelabuhan ini merupakan salah satu sarana pendukung yang menyediakan fasilitas-fasilitas

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi yang berjudul ” Validasi Metode dan Penetapan Kadar

Lembaran untuk veneering (termasuk yang diperoleh dangan cara mengiris kayu dilaminasi), untuk kayu lapis atau kayu yang dilaminasi semacam itu dan kayu lainnya

7 Undang-Undang Anti Monopoli No.5 Tahun 1999, Pasal 1 ayat 6 8 Ahmad Yani dan Gunawan, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, h.. tidak sehat, maka hal itu dapat dikatakan telah

Pemkot Surabaya bekerjasama dengan UCLG ASPAC dalam pengembangan tata kelola kota melalui Global Public Space Programme. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa

Dapat menyebutkan arti satu kata sulit dalam teks tetapi kurang lengkap Kemampuan menjelaskan pengertian listrik dinamis Mampu menjelaskan pengertian listrik dinamis dengan

Dampak kerusakan lingkungan hidup pada bagian politik adalah bahan sumber daya alam Indonesia seperti kayu, hutan mangrove, dll yang di eksploitasi sebanyak-banyaknya

Abstrak: Penelitian pengembangan telah dilakukan dengan tujuan menghasilkan instrumen penilaian yang digunakan untuk menilai aspek psikomotor siswa pada materi