• Tidak ada hasil yang ditemukan

ULASAN RINGAN TENTANG PEMILU 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ULASAN RINGAN TENTANG PEMILU 2014"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pemilu dimaknai sebagai pesta demokrasi. Melalui pemilu, rakyat menyalurkan aspirasi politiknya. Penyelenggaraan pemilu di Indonesia dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Pada tahap awal pemilihan umum diselenggarakan untuk menentukan calon anggota legislatif yang meliputi: DPR pusat, DPRD, dan DPD. Penyelenggaran pemilu untuk calon anggota legislatif dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014. Sekilas kita bahas mengenai perolehan suara berdasarkan penghitungan cepat terhadap hasil pemilu legislatif tahun 2014, berikut ini:

Mata Ujian : POLA PERILAKU KEHIDUPAN SOSIAL

Semester : IV (EMPAT)

Dosen Pengampu : Prof. BUCHORI SUKEMI, M.Psi Waktu Pengumpulan : Rabu, 23 April 2014

Pendapat mengenai  Pemilihan Umum Lembaga Legislatif dan Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014

Judul:

(2)

Berdasarkan data perolehan suara versi perhitungan cepat, PDIP menempati posisi pertama dengan perolehan suara 18,90 persen, diikuti dengan Golkar dengan perolehan suara 14,30 persen, kemusia Gerindra dengan perolehan suara 11,80 persen. Meskipun secara prosentase perolehan suara PDIP sebagai parpol dengan peroleha suara terbanyak, namun dalam pileg 2014 itu tidak ada satu parpol pun yang bisa dikatakan menang mutlak terkait dengan pilpres sebagai pemilu lanjutan yang akan diselenggarakan Juni 2014 mendatang. Setidaknya dibutuhkan perolehan suara mencapai 20 persen untuk satu parpol dapat mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden secara mandiri (tanpa koalisi dengan aprpol lain), sebagaimana telah diatud dalam undang-undang mengenai pemilu.

Tidak adanya satu pun parpol yang mencapai suara hingga 20 persen, mengharuskan parpol untuk berkoalisi untuk bisa maju dalam bursa pemilihan capres dan cawapres. Berbagai komunikasi politik dilakukan oleh parpol peserta pemilu. Manuver mencari kawan tidak sebatas untuk menentukan siapa yang akan diusung menjadi pasangan capres dan cawapres dalam pemilu Juni mendatang. Manuver pilih kawan juga dimaksudkan untuk membagi kursi pemerintahan (porsi personel yang akan menduduki eksekutif). Parpol harus berpandangan bahwa keberadaan mereka baik di lembaga legislatif maupun eksekutif adalah sebagai representasi dari rakyat Indonesia. Sehingga komunikasi politik selain dimaksudkan untuk membagi kursi pemerintahan, utamanya harus mengedepankan kepentingan rakyat. Kesesuaian idealisme antar partai dalam koalisi, perhitungan kekuatan parpol dalam lembaga eksekutif, memang menjadi pertimbagan penting bagi parpol dalam melakukan lobby politik. Namun demikian, seyogyanya setiap parpol memiliki misi utama untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia, tidak semata untuk kepentingan parpol saja.

(3)

banyaknya kader elit politik partai Demokrat yang banyak tersandung kasus korupsi yang berimbas pada perolehan suara yang jauh dari target. Tidak jauh berbeda dengan partai Demokrat, PKS juga mengalami hal yang sama. Kepercayaan masyarakat bisa dikatakan menurun terhadap kedua parpol tersebut setelah beberapa elit politik mereka tersangkut kasus suap dan korupsi. Kejutan justru ditunjukkan dengan kemunculan parpol baru, yakni Nasdem. Sebagai parpol yang baru berdiri dan baru mengikuti pemilu untuk pertama kalinya, Nasdem bisa dikatakan sukses meraup suara dalam jumlah yang cukup memuaskan. Demokrat belum mengumumkan pada publik mengenai langkah yang akan diambil selanjutnya. Apakah Demokrat akan memilih menjadi partai oposisi, atau demokrat akan membangun koalisi dengan parpol-parpol dengan perolehan jumlah suara yang terkategori dalam prosentase menengah, belum diketahui.

Parpol yang sudah menyatakan koalisinya pada publik adalah Nasdem yang bergabung dengan PDIP. Beberapa partai Islam belum menyatakan kawannya secara jelas kepada publik. Sempat muncul wacana akan dibentuknya Poros Tengah jilid dua. Namun ini masih sebatas isu dan hitung-hitungan para elit parpol. Amin Rais, seorang elit politik dari PAN yang pernah memprakarsai terbentuknya Poros Tengah (yakni gabungan dari beberapa parpol Islam dalam koalisi politik), menyatakan bahwa pembentukan Poros Tengah Jilid dea sudah tidak relevan lagi. Disebutkan bahwa parpol Islam tidak bisa berhasil jika tidak merangkul parpol nasionalis, sehingga ia menyatakan bahwa jika ada pembentukan koalise yang demikian seharusnya adalah koalisi Poros Indonesia Raya.

(4)

sampai tahun 2019. Isu-isu terkait pemilu seperti adanya money politik, masyarakat yang memilih untuk golput, protes atas kekalahan caleg akibat adanya dugaan kecurangan, kontroversi hasil penghitungan cepat, menjadi konsekuensi yang senantiasa mengiringi penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Kemudian bagaimana dengan isu mengenai kisruh internal di tubuh parpol? Dalam penyelenggaraan pemilu tahun 2014 ini, beberapa parpol mengalami kisruh dalam internal partainya. Berbeda dengan penyelenggaraan politik pada periode lima tahun sebelumnya, isu mengenai keretakan internal parpol tidak seheboh penyelenggaraan pemilu pada periode 2014 ini.

Konflik internal dinilai sebagai hal yang wajar dalam dinamika parpol. Akan tetapi parpol seharusnya memiliki managemen konflik yang bagus untuk meredam maupun menyelesaikan konflik yang terlanjur terpublis. Pasca pemilu calon anggota legislatif, setiap parpol memang rentan dihadang dengan isu konflik. Keretakan dalam tubuh parpol menjelang pemilu capres dan cawapres menuntut penyelesaian konflik secara instan

dengan solusi yang tahan lama. Rentan waktu antara pelaksanaan pileg dengan pilpres hanya berselang sebentar. Dalam waktu yang singkat tersebut, parpol harus menentukan manuvernya, terutama dengan parpol mana ia akan berkoalisi.

Konflik internal dalam tubuh parpol tentu akan menghalangi tujuan parpol untuk menyatakan diri secara resmi dalam berkoalisi. Adanya kisruh internal parpol dapat memicu perpecahan dalam tubuh parpol. Dimana perpecahan itu membagi parpol dalam beberapa kubu yang berseberangan. Perpecahan dalam internal parpol tidak hanya menyangkut perbedaan pendapat saja, namun konflik ini dapat memicu munculnya dualism kepengurusan parpol. Padahal dualisme kepengurusan parpol merupakan sandungan bagi parpol untuk menentukan sikap terhadap penyelenggaraan pilpres.

(5)

PPP, Golkar, dan PDIP. Jika dilihat sekilas, ketiga parpol tersebut merupakan parpol yang sudah lama malang-melintang dalam duania perpolitikan di Indonesia. Dilihat dari segi umurnya, ketiga parpol tersebut lebih tua dibandingkan dengan parpol-parpol yang lain. Bukan tanpa alasan, penulis menyebutkan hal tersebut. Secara umur dan pengalaman, ketiganya seharusnya memiliki managemen konflik yang lebih matang dan kesolidan yang lebih jika dibandingak dengan parpol yang masih muda. Hal ini telah dibuktikan oleh PDIP yang sempat terkena isu tidak sedap mengenai pengusiran Puan Maharani terhadap Joko Widodo (Capres yang akan diusung oleh PDIP). Namun, isu tersebut dengan segera dapat ditepis dan diluruskan. Meskipun memang ada beberapa suara (dalam prosentase yang kecil) merasa keberatan dnegan pengajuan Joko Widodo dalam bursa pilpres yang hendak diusung oleh PDIP. Salah satunya Guruh Soekarnoputra yang menyatakan bahwa Jokowi belum siap untuk maju sebagai capres, dengan alasan hendaknya Jokowi menyelesaikan dulu tanggung jawabnya sebagai Gubernur DKI Jakarta, agar ia lebih teruji. Isu silang pendapat mengenai pencapresan Jokowi memang tidak segencar konflik penunjukan capres dalam tubuh Golkar.

(6)

cenderung menjatuhkan pilihan pada figur politikus maupun figur negarawan yang dipandang memihak pada rakyat kebanyakan. Figur ARB, dinilai kurang kuat untuk bisa memenangkan pilpres. Selain pertimbangan-pertimbangan lain yang tidak dibahas di hadapan publik tentunya.

Isu kisruh internal parpol yang paling gencar terjadi di tubuh partai berlambang Ka’bah, yakni Partai Persatuan Pembangunan atau PPP. Perseteruan antara kubu Suryadharma Ali (SDA) yang merupakan ketua umum PPP dengan kubu Romahurmuziy yang merupakan Sekjen PPP, belum menemukan titik temu hingga sekarang. Konflik ini dipicu karena kedatangan SDA dalam kampanye terbuka partai Gerindra yang oleh kubu Romahurmuziy dinilai sebagai tindakan yang tergesa-gesa dan tidak diputuskan melalui suara bulat parpol. Tindakan SDA juga dinilai mempengaruhi perolehan suara PPP dalam pileg yang dinilai rendah. Kubu yang berseberangan dengan SDA menyatakan ketidaksetujuannya atas sikap SDA tersebut. Hal ini berbuntut pada pemecatan beberapa Ketua DPW PPP di beberapa daerah. Kubu yang berseberangan menggelar mukernas yang memutuskan dinonaktifkannya SDA untuk sementara. Dimana penyelenggaraan mukernas tersebut oleh SDA dinyatakan mukernas LIAR, sehingga keputusannya dianggap tidak sah dan tidak mengikat.

(7)

masih ‘emosionil’ menghadapi kekisruhan dalam internal partainya. Padahal dalam jangka waktu yang sempit ini seharusnya PPP menyiapkan langkah-langkah untuk menghadapi pilpres Juni mendatang. Dalam menyelesaikan konflik tersebut, seharusnya kedua kubu saling meredam emosi dan mengambil jalan islah dengan melibatkan mediator yang sosoknya berpengaruh besar dan dihormati oleh kedua kubu. SDA yang sudah menyatakan bahwa PPP berkoalisi dengan Gerindra pun belum bisa memperoleh kepastian akan koalisinya tersebut. Prabowo Subiyanto, menyebutkan bahwa PPP sebaiknya menyelesaikan ulu konflik internal partainya untuk bisa secara resmi diterima sebagai kawan koalisi Gerindra. Di lain pihak, KPU menyebutkan bahwa parpol yang berkoalisi akan mendaftarkan koalisinya sebagai salah satu syarat untuk maju ke bursa pemilihan capres dan cawapres. Memang untuk aturan koalisi yang sah sangat ditentukan oleh AD/ART parpol yang bersangkutan. Namun demikian koalisi diakui secara sah, bilamana setidaknya disetujui, ditandatangai, dan disahkan oleh ketua umum dan sekjen parpol. Itupun dalam prakteknya harus berdasarkan kebulatan suara parpol, bukan hanya elit parpolnya saja. Dualisme kepengurusan parpol jelas-jelas akan menghambat parpol untuk menyatakan koalisinya. Masyarakat berharapa agar para elit politik yang berdiri di panggung politik secara bijaksana menghadapi pilpres Juni mendatang. Segala bentuk konflik baik eksternal maupun internal tidak terjadi secara berlarut-larut dan menemukan solusi yang bijak yang terbaik untuk semua pihak terutama rakyat.

Masyarakat berharap agar bagaimanapun komposisi koalisi yang ada, semua bertujuan untuk kepentingan bangsa dan negara. Bukan semata kepentingan parpol. Parpol sebagai representasi kekuasaan dan kekuatan rakyat seharusnya mengembang amanah dengan benar.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Pemasangan Dynamic Voltage Restorer dapat memperbaiki kedip tegangan yang terjadi pada saat starting motor induksi tiga fasa. Ketika melakukan starting motor

peta pikiran dapat menghubungkan antara satu ide dengan ide lainnya dengan memahami konteksnya. Sehingga dapat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap

Penelitian ini menemukan bahwa stres yang dialami perawat antara lain perawat merasakan lelah dan frustasi dalam bekerja, merasa kesal/jengkel

Strategi pengembangan pelayanan parkir melalui electronic parking di tepi jalan umum oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya dikaji menggunakan strategi pengembangan

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap

APP produced data on the blocks of natural forest that it referred to as “the small part of the moratorium land that consists of natural forest.” According to APP, the said area

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang Posyandu sebagian besar dikategorikan baik sebanyak 19 orang (63,33%), keaktifan ibu mengikuti Posyandu sebagian

Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan rancangan desain yang lebih baik dengan jumlah variabel tertentu dan metode yang lebih mendalam untuk meneliti