• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM 3 DAN 4 ELEKTRONIKA KA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM 3 DAN 4 ELEKTRONIKA KA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM III DAN IV

KARAKTERISTIK DIODA DAN TRANSFORMATOR Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Elektronika Dibimbing oleh Bapak I Made Wirawan, S.T., S.S.T, M.T.

Asisten Praktikum: Muhammad Arif Syarifudin

Muhammad Bagus Arifin

Oleh :

Dwitha Fajri Ramadhani 160533611410

S1 PTI OFF B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

(2)

2 1.1 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui komponen elektronika dioda semikonduktor 2. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik dioda semikonduktor

3. Mahasiswa dapat menganalisis rangkaian forward bias dan reverse bias pada dioda semikonduktor

1.2 Pendahuluan

Dalam elektronika biasanya diperlukan alat yang dapat mengalirkan arus satu arah saja dan tidak mengalirkan arus pada arah yang berlawanan. Dikarenakan banyaknya alat alat elektronika yang memerlukan jenis arus satu arah bukannya dua arah. Maka untuk memenuhi kebutuhan ini dibuatlah sebuah komponen elktronika yang dapat melakukan tugas tersebut, yaitu dioda. Dimana dioda ini terbuat dari bahan semikonduktor biasanya berupa silikon.

Dioda berbahan dasar semikonduktor ini biasanya digunakan pada tegangan yang tidak terlalu tinggi sedangkan untuk tegangan tinggi biasanya digunakan dioda vakum (Arifin, 2015). Dioda merupakan komponen elektronika yang memiliki beragam fungsi selain sebagai penyearah arus, dimana sebagai penyerah ars dioda dapat digunakan di dalam catu daya arus DC, mendeteksi gelombang radio dan TV (Arifin, 2015) pengaman rangkaian listrik. Selain itu, dioda dapat juga digunakan sebagai penstabil tegangan, pelipat tegangan, penghasil cahaya, dan digunakan dalam solar sel, dll.

Dikarenakan banyaknya fungsi dioda ini maka perlulah diketahui berupa karakteristik dasar dioda sehingga dapat berfungsi sebagai hal hal yang telah dipaparkan, dioda berguna sebagai pelipat tegangan apabila dirangkan sebagai salah satu rangkaian listrik. Maka selanjutnya perlu diketahui cara merangkai rangkaian dioda tersebut. Untuk lebih memahami mengenai karakteristik dioda maka dilakukan praktikum ini.

1.3 Dasar Teori 1.3.1 Dioda (Diode)

(3)

3 Dioda memiliki dua kaki/kutub yaitu kaki anoda dan kaki katoda. Dioda terbuat dari bahan semi konduktor tipe P dan semi konduktor tipe N yang di sambungkan.

Gambar 1. Simbol Dioda, Struktur Dioda, Karakteristik Dioda

Gambar 2. Anoda, Katoda, dan Deplesi Dioda

Semi konduktor tipe P berfungsi sebagai Anoda dan semi konduktor tipe N berfungsi sebagai Katoda. Pada daerah sambungan 2 jenis semi konduktor yang berlawanan ini akan muncul daerah deplesi yang akan membentuk gaya barier. Gaya barier ini dapat ditembus dengan tegangan + sebesar 0.7 volt yang dinamakan sebagai break down voltage, yaitu tegangan minimum dimana dioda akan bersifat sebagai konduktor/penghantar arus listrik. Dioda bersifat menghantarkan arus listrik hanya pada satu arah saja, yaitu jika kutub anoda kita hubungkan pada tegangan (+) dan kutub katoda kita hubungkan dengan tegangan (–).

1.3.2 Karakteristik Dioda

(4)

4 anoda) yang sifatnya semikonduktor, jadi dengan sifatnya tersebut dioda tidak hanya memperbolehkan arus listrik mengalir ke satu arah, tetapi juga menghambat arus dari arah sebaliknya. Dioda dapat dibuat dari Germanium (Ge) dan Silikon atau Silsilum (Si). Komponen aktif ini mempunyai fungsi sebagai; pengaman, penyearah, voltage regulator, modulator, pengendali frekuensi, indikator, dan switch.

1.3.3 Zero Bias

Gambar 3. Zero Bias

Merupakan keadaan dimana dioda tidak dihubungkan dengan sumber tegangan sehingga tidak terjadi perpindahan elektron juga tidak ada pelebaran P-N Junction.

1.3.4 Forward Bias

Gambar 4. Forward Bias

(5)

5 melintasi daerah deplesi dan bergabung dengan hole yang ada pada tipe P, hal ini terjadi terus menerus selama rangkaian di gambar tersebut adalah rangkaian tertutup.

Karakteristik Forward Bias

Dioda yang dibias maju akan dapat menghantarkan arus sepenuhnya setelah melewati tegangan potensial barier atau knee voltage.

Gambar 5. Karakter Forward Bias

1.3.5 Reverse Bias

Gambar 6. Reverse Bias

Adalah kondisi ketika sebuah dioda disambungkan pada polaritas terbalik dimana kaki katoda disambungkan ke kutub positif dan kaki anoda disambungkan ke kutub negatif (rangkaian terbuka) maka dioda mengalami bias mundur/reverse bias. Sebuah dioda tidak akan menghantarkan arus listrik jika diberi bias mundur.

Karakteristik Reverse Bias

Dioda tidak menghantarkan arus listrik, setelah melewati tegangan breakdown arus akan dihantarkan.

(6)

6 1.3.6 Jenis-Jenis Dioda Semikonduktor

Dioda adalah alat elektronika dua-terminal, yang hanya mengalirkan arus listrik dalam satu arah apabila nilai resistansinya rendah. Bahan semikonduktor yang digunakan umumnya adalah silikon atau germanium. Jika dioda dalam keadaan konduksi, maka terdapat tegangan drop kecil pada dioda tersebut. Drop tegangan silikon ฀ 0,7 V; Germanium ฀ 0.4V.

Aplikasi Dioda

Sesuai dengan aplikasinya dioda, sering dibedakan menjadi dioda sinyal dan dioda penyearah. (a) Penyearah setengah gelombang dan (b). Penyearah Gelombang Penuh

a. Dioda Zener

Dioda zener adalah diode silikon, yang mana didesain khusus untuk

menghasilkan karakteristik “breakdown” mundur,. Dioda zener

sering digunakan sebagai referensi tegangan.

b. Dioda Schottky .

Dioda schottky mempunyai karakteristik “fast recovery”, (waktu

mengembalikan yang cepat, antara konduksi ke non konduksi). Oleh karena karakteristiknya ini, maka banyak diaplikasikan pada

rangkaian daya modus “saklar”. Dioda ini dapat membangkitkan

drop tegangan maju kira-kira setengahnya diode silikon konvensional, dan waktu kembali balik sangat cepat.

c. Optoelektronika

(7)

7 d. L E D

LED adalah sejenis dioda, yang akan memancarkan cahaya apabila mendapat arus maju sekitar 5 ฀ 30 mA. Pada umumnya LED terbuat dari bahan gallium pospat dan arsenit pospit. Didalam aplikasinya, LED sering digunakan sebagai alat indikasi status/kondisi tertentu, tampilan “Seven-segment, dan sebagainya.

e. Fotodioda

Foto dioda adalah jenis foto detektor, yaitu suatu alat optoelektronika yang dapat mengubah cahaya yang datang menjadi besaran listrik. Prinsip kerjanya apabila sejumlah cahaya mengena pada persambungan, maka dapat mengendalikan arus balik di dalam dioda. Di dalam aplikasinya, foto diode sering digunakan untuk elemen sensor/detektor cahaya.

f. Fototransistor

Fototransistor adalah komponen semikonduktor optoelektronika yang sejenis dengan fotodioda. Perbedaannya adalah terletak pada penguatan arus dc. Jadi, pada fototransistor akan menghasilkan arus dc kali lebih besar dari pada fotodioda.

g. Optokopler

(8)

8 h. LDR

LDR (Light Dependent Resistor) adalah komponenelektronik seringdigunakansebagai transduser/elemen sensor cahaya. Prinsip kerja LDR apabila cahaya yang datang mengena jendela LDR berubah, maka nilai resistansinya akan berubah pula. LDR disebut juga sel fotokonduktip.

i. S C R

SCR (Silicon Controlled Rectifier) disebut juga “thyristor”,adalah komponen elektronika tigaterminalyang keluarannya dapatdikontrol berdasarkan waktupenyulutnya. Di dalamaplikasinya, SCR

seringdigunakan sebagai alat“Switching” dan pengontrol daya AC.

j. TRIAC

Triac adalah pengembangan dari SCR, yang mana mempunyai karakteristik dua arah (bidirectional). Triac dapat disulut oleh kedua tegangan positip dan negatip. Aplikasinya, triac sering diguna- kan sebagai pengontrol gelombang penuh.

k. DIAC

Diac adalah saklar semikonduktor dua-terminal yang sering digunakan berpasangan dengan TRIAC sebagai alat penyulut (trigger).

l. Dioda biasa

(9)

9 ditumpuk untuk mempertinggi ketahanan tegangan terbalik), dan memerlukan benaman bahang yang besar (kadang-kadang perpanjangan dari substrat logam dari dioda), jauh lebih besar dari dioda silikon untuk rating arus yang sama.

m. Dioda Bandangan

Dioda yang menghantar pada arah terbalik ketika panjar mundur melebihi tegangan dadal. Secara listrik mirip dengan dioda Zener, dan kadang-kadang salah disebut sebagai dioda Zener, padahal dioda ini menghantar dengan mekanisme yang berbeda yaitu efek bandangan. Efek ini terjadi ketika medan listrik terbalik yang membentangi pertemuan p-n menyebabkan gelombang ionisasi, menyebabkan arus besar mengalir, mengingatkan pada terjadinya bandangan. Dioda bandangan didesain untuk dadal pada tegangan terbalik tertentu tanpa menjadi rusak. Perbedaan antara dioda bandangan (yang mempunyai tegangan dadal terbalik diatas 6.2 V) dan dioda Zener adalah panjang kanal yang melebihi rerata jalur bebas dari elektron, jadi ada tumbukan antara mereka. Perbedaan yang mudah dilihat adalah keduanya mempunyai koefisien suhu yang berbeda, dioda bandangan berkoefisien positif, sedangkan Zener berkoefisien negatif.

n. Dioda Arus Tetap

Ini sebenarnya adalah sebuah JFET dengan gerbangnya disambungkan ke sumber, dan berfungsi seperti pembatas arus dua saluran (analog dengan Zener yang membatasi tegangan). Peranti ini mengizinkan arus untuk mengalir hingga harga tertentu, dan lalu menahan arus untuk tidak bertambah lebih lanjut.

o. Diode Gunn

Dioda ini mirip dengan dioda terowongan karena dibuat dari bahan seperti GaAs atau InP yang mempunyai daerah resistansi negatif. Dengan penjar yang semestinya, domain dipol terbentuk dan bergerak melalui dioda.

(10)

10 1.4 Data dan Analisis (Foto)

1.4.1 Tugas Pendahuluan

1. Jelaskan istilah-istilah : Tegangan Breakdown, Tegangan Knee, Forward Bias, Reverse Bias  Tegangan Breakdown

Suatu keadaan dimana dioda tidak dapat menahan aliran electron dilapisan deplesi yang disebabkan karena reverse bias pada dioda yang tidak dapat mengalirkan arus pada tegangan puluhan sampai ratusan volt.

Tegangan Knee

a. Tegangan pada saat arus mulai membesar dengan cepat dikarenakan forward bias pada dioda yang dapat mengalirkan arus dengan mudah.

b. Apabila tegangan dioda lebih besar dari tegangan knee maka dioda akan menghantar dengan mudah dan sebaliknya bila tegangan dioda lebih kecil maka dioda tidak menghantar dengan baik.

c. Tegangan dioda pada bahan silicon diatas 0,7 volt dan pada bahan germanium diatas 0,3 volt.

Forward Bias (Bias Maju)

Suatu keadaan dimana dioda dapat mengalirkan arus listrik dari sisi P (kaki anoda) ke sisi N (kaki katoda) tanpa adanya suatu hambatan. Pada keadaan ini dioda bisa dianggap sebagai saklar tertutup.

Gambar 11. Forward Bias

Reverse Bias (Bias Balik)

Suatu keadaan dimana tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran hole dari P ke N maupun sebaliknya, dikarenakan baik hole dan elektron masing-masing tertarik kearah kutub berlawanan sehingga menyebabkan lapisan deplesi (depletion layer) semakin besar dan menghalangi terjadinya arus. Pada keadaan ini dioda bisa dianggap sebagai saklar terbuka.

(11)

11 2. Apakah Dioda dapat bekerja seperti Saklar? Jelaskan!

Dioda akan menghantarkan arus bila diberi tegangan sumber lebih besar dari tegangan idealnya. Dan dioda tidak akan menghantarkan arus apabila tegangan yang melaluinya lebih kecil dari tegangan idealnya. Tetapi mungkin akan ada tegangan yang akan dialirkan oleh dioda itu, dan besarnya hanya sebesar tegangan ideal dan besarnya tegangan ideal yang akan dialirkan tergantung dari jenis dioda yang digunakan. Oleh karena itu dioda juga dapat digunakan sebagai saklar pada rangkaian elektronika selain digunakan sebagai mana fungsinya yaitu sebagai penyearah tegangan.

1.4.2 Dioda

1.4.2.1 Mengukur Dioda dengan Ohmmeter a. Alat dan Komponen yang digunakan : 1. Multimeter Analog : 1 Buah

2. Dioda : 2 Buah

b. Langkah Percobaan Praktikum : 1. Lakukan Kalibrasi

2. Putar Range Selector Switch ke Posisi Ohm ( Ω ) x100

3. Tempelkan Probe Merah pada bagian kaki Anoda dan Probe Hitam pada bagian kaki Katoda 4. Tempelkan Probe Merah pada bagian kaki Katoda dan Probe Hitam pada bagian kaki Anoda

c. Hasil Praktikum :

Dioda Resistansi (Ohm)

Probe (+) di Anoda, Probe (-) di Katoda IN5592 Nilai resistansi = ∞ (mendekati tak

hingga)

(12)

12 IN4002 Nilai resistansi = ∞ (mendekati tak

hingga)

Hasil pengukuran resistanti ohm pada dioda IN4002 dengan probe + di Anoda dengan probe – di Katoda tersebut bernilai mendekati tak hingga.

Dioda Resistansi (Ohm)

Probe (+) di Katoda, Probe (-) di Anoda IN5592 Nilai resistansi = 180Ω

Hasil pengukuran resistanti ohm pada dioda IN5592 dengan probe + di Katoda dan probe – di Anoda yaitu Jarum pada skala menunjukkan nilai 1,8, karena yang dipakai adalah Range

Selector Switch Posisi Ohm ( Ω ) x100

jadi nilai dari skala tersebut dikalikan

100, memperoleh hasil : 1,8x10 = 180Ω

IN4002 Nilai resistansi = 180Ω

Hasil pengukuran resistanti ohm pada dioda IN4002 dengan probe + di Katoda dan probe – di Anoda yaitu Jarum pada skala menunjukkan nilai 1,8, karena yang dipakai adalah Range

Selector Switch Posisi Ohm ( Ω ) x100

jadi nilai dari skala tersebut dikalikan

(13)

13 1.4.2.2 Dioda dengan Forward Bias

a. Alat dan Komponen yang digunakan : 1. Multimeter Analog : 1 Buah

2. Dioda : 2 Buah 3. Catu Daya : 1 Buah 4. Kawat Penghubung : Beberapa utas 5. Resistor : 1 Buah

b. Langkah Percobaan Praktikum :

1. Mengatur Catu daya sebesar 0, 0,1, 0,3, 0,5, 0,7, 0,9, 1, 2, 4, 6, 8, 10 V

2. Lakukan Kalibrasi

3. Pasang kawat penghubung diujung kaki dioda dan diujung kaki resistor 4. Putar Range Selector Switch ke Posisi DCV

5. Mengukur Tegangan Dioda

(14)

14 7. Kemudian menghitung Arus Dioda, dengan memutus rangkaian (Open Circuit) dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik yang telah terputus tersebut

c. Hasil Praktikum : Tabel Dioda ke – 1 ( IN4001 )

Vsumber (Volt) VD (Volt) ID (Ampere)

0 0 V 0 A

0.1 0,3 V 4 µA

0.3 0,35 V 16 µA

0.5 0,37 V 31 µA

0.7 0,4 V 43 µA

0.9 0,4 V 0,05 mA

1 0,4 V 0,06 mA

2 0,45 V 0,15 mA

4 0,48 V 0,35 mA

6 0,5 V 0,55 mA

8 0,5 V 0,75 mA

10 0,52 V 0,95 mA

Praktikum Pengukuran Dioda Ke – 1 ( IN4001 ) Vsumber

(Volt) VD IN4001 (Volt) ID IN4001 (Ampere)

0

Jarum pada skala menunjukkan nilai 0 V

(15)

15 0.1

Jarum pada skala menunjukkan nilai 30, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 30/100 = 0,3 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 4, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 50µA dan yang dilihat adalah skala 0-50 maka nilai arus 4 µA

0.3

Jarum pada skala menunjukkan nilai 35, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 35/100 = 0,35 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 16, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 50µA dan yang dilihat adalah skala 0-50 maka nilai arus 16 µA

0.5

Jarum pada skala menunjukkan nilai 37, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 37/100 = 0,37 V

(16)

16 0.7

Jarum pada skala menunjukkan nilai 40, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 40/100 = 0,4 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 43, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 50µA dan yang dilihat adalah skala 0-50 maka nilai arus 43 µA

0.9

Jarum pada skala menunjukkan nilai 40, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 40/100 = 0,4 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 5, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 2,5mA dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 5/100 = 0,05 mA

1

Jarum pada skala menunjukkan nilai 40, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 40/100 = 0,4 V

(17)

17 2

Jarum pada skala menunjukkan nilai 45, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 45/100 = 0,45 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 15, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 2,5mA dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 15/100 = 0,15 mA 4

Jarum pada skala menunjukkan nilai 48, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 48/100 = 0,48 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 35, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 2,5mA dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 35/100 = 0,35 mA 6

Jarum pada skala menunjukkan nilai 50, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 50/100 = 0,5 V

(18)

18 8

Jarum pada skala menunjukkan nilai 50, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 50/100 = 0,5 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 75, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 2,5mA dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 75/100 = 0,75 mA 10

Jarum pada skala menunjukkan nilai 52, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 52/100 = 0,52 V

(19)

19

Jarum pada skala menunjukkan nilai 20, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 20/100 = 0,2 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 0.

0.1

Jarum pada skala menunjukkan nilai 30, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 30/100 = 0,3 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 4, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 50µA dan yang dilihat adalah skala 0-50 maka nilai arus 4 µA

0.3

Jarum pada skala menunjukkan nilai 35, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan

(20)

20 yang dilihat adalah skala 0-250 maka

nilai 35/100 = 0,35 V

50µA dan yang dilihat adalah skala 0-50 maka nilai arus 16 µA

0.5

Jarum pada skala menunjukkan nilai 38, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 38/100 = 0,38 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 31, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 50µA dan yang dilihat adalah skala 0-50 maka nilai arus 31 µA

0.7

Jarum pada skala menunjukkan nilai 40, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 40/100 = 0,4 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 43, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 50µA dan yang dilihat adalah skala 0-50 maka nilai arus 43 µA

0.9

Jarum pada skala menunjukkan nilai 40, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 40/100 = 0,4 V

(21)

21 1

Jarum pada skala menunjukkan nilai 42, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 42/100 = 0,42 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 6, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 2,5mA dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 6/100 = 0,06 mA

2

Jarum pada skala menunjukkan nilai 45, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 45/100 = 0,45 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 15, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 2,5mA dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 15/100 = 0,15 mA 4

Jarum pada skala menunjukkan nilai 50, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 50/100 = 0,5 V

(22)

22 6

Jarum pada skala menunjukkan nilai 52, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 52/100 = 0,52 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 55, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 2,5mA dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 55/100 = 0,55 mA 8

Jarum pada skala menunjukkan nilai 55, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 55/100 = 0,55 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 75, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCA 2,5mA dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 75/100 = 0,75 mA 10

Jarum pada skala menunjukkan nilai 55, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 2,5 dan yang dilihat adalah skala 0-250 maka nilai 55/100 = 0,55 V

(23)

23 1.4.2.3 Dioda dengan Reverse Bias

a. Alat dan Komponen yang digunakan : 1. Multimeter Analog : 1 Buah

2. Dioda : 2 Buah 3. Catu Daya : 1 Buah 4. Kawat Penghubung : Beberapa utas 5. Resistor : 1 Buah

b. Langkah Percobaan Praktikum :

1. Mengatur Catu daya sebesar 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 V

2. Lakukan Kalibrasi

3. Pasang kawat penghubung diujung kaki dioda dan diujung kaki resistor 4. Putar Range Selector Switch ke Posisi DCV

5. Mengukur Tegangan Dioda

(24)

24 7. Kemudian menghitung Arus Dioda, dengan memutus rangkaian (Open Circuit) dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik yang telah terputus tersebut

c. Hasil Praktikum : Dioda Kecil

Praktikum Pengukuran Dioda Reverse Bias Vsumber

(Volt) VD Kecil (Volt) VD Besar (Volt)

0

Jarum pada skala menunjukkan nilai 0.

(25)

25 1

Jarum pada skala menunjukkan nilai 1, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 1 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 1, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 1 V

2

Jarum pada skala menunjukkan nilai 1,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 1,8 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 1,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 1,8 V

3

Jarum pada skala menunjukkan nilai 2,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV

(26)

26 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10

maka nilai 2,8 V

10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 2,8 V

4

Jarum pada skala menunjukkan nilai 3,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 3,8 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 3,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 3,8 V

5

Jarum pada skala menunjukkan nilai 4,7, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 4,7 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 4,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 4,8 V

(27)

27 Jarum pada skala menunjukkan nilai

5,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 5,8 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 5,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 5,8 V

7

Jarum pada skala menunjukkan nilai 6,9, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 6,9 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 6,6, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 6,6 V

8

Jarum pada skala menunjukkan nilai 7,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 7,8 V

(28)

28 9

Jarum pada skala menunjukkan nilai 8,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 8,8 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 8,6, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 8,6 V

10

Jarum pada skala menunjukkan nilai 9,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 9,8 V

Jarum pada skala menunjukkan nilai 9,8, karena yang dipakai adalah Range Selector Switch Posisi DCV 10 dan yang dilihat adalah skala 0-10 maka nilai 9,8 V

Arus Dioda Reverse Bias

(29)

29 1.4.2.4 Light Emitting Diode (LED)

LED (Light Emitting Dioda) adalah dioda yang dapat memancarkan cahaya pada saat mendapat arus bias maju (forward bias). Untuk menguji LED berfungsi atau tidak, kita beri hambatan 10Ω kemudian probe merah ditempelkan pada kaki positif LED sedangkan probe hitam ditempelkan pada kaki negatif LED, LED akan menyala.

a. Alat dan Komponen yang digunakan : 1. Multimeter Analog : 1 Buah

2. Dioda : 1 Buah

3. LED : 1 Buah

4. Catu Daya : 1 Buah 5. Kawat Penghubung : Beberapa utas 6. Resistor : 1 Buah

b. Langkah Percobaan Praktikum :

1. Susun rangkaian seri antara dioda, led, dan resistor

2. Beri tegangan sumber sebesar 5 Volt, ukur arus yang mengalir pada rangkaian

(30)

30 4. Mengubah arus catu daya menjadi 0,24, Lampu LED menyala.

5. Catu daya matikan, lalu ubah posisi kaki diode D1 (dibalik)

6. Beri tegangan sumber sebesar 5 Volt, ukur arus yang mengalir pada rangkaian. Maka Arus bernilai 0 dan lampu LED mati.

1.5 Laporan Akhir

1.5.1 Gambar bentuk kurva dari tabel hasil pengukuran di atas dan Buktikan kurva karakteristik dioda tersebut

0 1

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55

Forward Bias IN4001

(31)

31

0 1

0 2 4 6 8 10 12

Reverse Bias IN4001

ID (mA)

0 1

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

Forward Bias IN4001

ID (mA)

0 1

0 2 4 6 8 10

Reverse Bias IN4002

(32)

32 1.5.2 Lakukan analisis dan berikan kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terlihat bahwa dioda berguna menyearahkan arus pada satu arah karena pada sifat dioda yaitu mengalirkan arus hanya dalam satu arah. Untuk arah yang searah tegangan (Forward bias), sedangkan pada arah balik (Reverse Bias) arus yang di lewatkan sangat kecil, sehingga dapat diabaikan atau dianggap 0. Praktikum ini mempelajari hubungan perubahan tegangan dan arus listrik sehingga semakin besar tegangan dioda maka semakin besar pula arus diodanya, namun dari grafik terlihat hubungan antara tegangan dioda dan arus dioda tidak linear, hal ini disebabkan karena adanya potensial penghalang (Potensial Barier). Ketika tegangan dioda lebih kecil dari tegangan penghambat tersebut maka arus dioda akan kecil, ketika tegangan dioda melebihi potensial penghalang maka arus dioda akan naik.

1.6 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan membuktikan bahwa :

- Bila tegangan anoda nol terhadap katoda, maka anoda tidak menghisap elektron dari katoda. Sebenarnya ada beberapa elektron dengan kecepatan tinggi dapat mencapai anoda, dan eloran elektron ini menghasilkan arus listrik yang sangat kecil sekali, tidak terlihat pada ampere meter, sehingga dapat diabaikan.

- Bila tegangan anoda negatif terhadap katoda (tegangan dengan hubungan arah balik), maka akan timbul medan listrik yang arahnya menolak elektron, sehingga dioda tidak menghantarkan arus listrik.

- Bila tegangan anoda positif terhadap katoda (tegangan yang diberikan adalah arah maju), maka timbul medan listrik yang arahnya menghisap elektron, sehingga dioda menghantarkan arus listrik.

- Semakin besar tegangan dioda maka semakin besar pula arus dioda

- Ketika tegangan dioda lebih kecil dari tegangan penghambat maka arus dioda akan kecil

- Ketika tegangan dioda melebihi potensial penghalang maka arus dioda akan naik - LED (Light Emitting Dioda) yang dapat memancarkan cahaya pada saat mendapat

(33)

33 1.7 Daftar Pustaka

Kho, Dickson, 2014 Fungsi Dioda dan Cara Mengukurnya,

http://teknikelektronika.com/fungsi-dioda-cara-mengukur-dioda/, diakses pada tanggal 14 Oktober 2016, pukul 18:45

_______, 2013 Karakteristik Dioda, http://komponenelektronika.biz/karakteristik-dioda.html, diakses pada tanggal 14 Oktober 2016, pukul 19:08

_______, 2012 Dioda, http://penunjangbelajar.blogspot.co.id/2012/07/dioda.html, diakses pada tanggal 15 Oktober 2016, pukul 06:52

Saputra, Devan, Dioda, https://www.academia.edu/5189398/Dioda, diakses pada tanggal 15 Oktober 2016, pukul 07:08

________, 2013 Dioda, https://www.coursehero.com/file/p5fac2h/, diakses pada tanggal 15 Oktober 2016, pukul 07:11

Kesuma, Herman, 2012 Macam-macam Dioda Semikonduktor

Gambar

Gambar 1. Simbol Dioda, Struktur Dioda, Karakteristik Dioda
Gambar 3. Zero Bias
Gambar 5. Karakter Forward Bias
Gambar 11. Forward Bias
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk hasil pengamatan kuat arus dan tegangan dioda pada panjar mundur ditemukan bahwa dengan tegangan Vs = 9 V dan 12 V tidak dapat melewatkan arus namun terkadang

Spesifikasi yang harus diperhatikan terutama adalah batas ukur dan skala pada setiap besaran yang diukur arus, tegangan searah atau tegangan bolak-balik dan resistansi.. Serta

Hal ini bisa dilakukan mengingat karakteristik bias maju dioda biasa hampir sama dengan karakteristik reverse bias dioda zener, hanya berbeda pada nilai tegangan..

Pada rangkaian penguat ini, arus keluaran lebih kecil dibanding arus masukan, sehingga nilai penguatan arusnya lebih kecil dari 1, sementara nilai penguatan tegangan

Ulangi pengamatan arus DC, penguatan mode diferensial, dan penguatan mode bersama ini untuk rangkaian dengan resistansi bias dan tegangan bias negatif yang lebih tinggi

Ulangi pengamatan arus DC, penguatan mode diferensial, dan penguatan mode bersama ini untuk rangkaian dengan resistansi bias dan tegangan bias negatif yang lebih tinggi

Maka dari percobaan ini akan didapatkan data nilai tegangan dan nilai arus yang masuk pada dioda dengan menggunakan dua sifat dioda, yaitu  forward   bias dan

Ketepatan Nilai Tertentu:Jika pengujian dilakukan untuk mengukur nilai-nilai tertentu seperti tegangan ambang atau arus mundur bocor, kesimpulan harus mencakup seberapa baik dioda