• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL I KARAKTERISTIK DIODA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODUL I KARAKTERISTIK DIODA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA

LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN

ILMU

PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

(2)

MODUL I

KARAKTERISTIK DIODA

I. Tujuan Percobaan

Memahami prinsip kerja dari dioda dan karakteristiknya.

II. Alat dan Bahan 1. Breadboard

2. Power supply 5. Kabel penghubung 4. Multimeter

3. Dioda

III. Teori Dasar

Dioda adalah komponen elektronika yang memiliki 2 kutub yaitu kutub positif yang disebut anoda dan kutub negatif yang disebut katoda. Arus listrik DC hanya dapat mengalir dari anoda ke katoda dan tidak dapat mengalir dari katoda ke anoda. Fungsi dioda secara umum adalah sebagai penyearah arus listrik, oleh sebab itu dioda umum digunakan sebagai pengubah arus AC menjadi arus DC.

Dioda adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai penyearah. Bahan tipe-p akan menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n akan menjadi katode. Berdasar pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya, dioda bisa berlaku sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian anode mendapatkan tegangan positif sedangkan katodenya mendapatkan tegangan negatif) dan berlaku sebagi saklar terbuka (apabila bagian anode mendapatkan tegangan negatif sedangkan katode mendapatkan tegangan positif). Kondisi tersebut terjadi hanya pada dioda ideal-konseptual. Pada dioda faktual (riil), perlu tegangan lebih besar dari 0,7V (untuk dioda yang terbuat dari bahan silikon) pada anode terhadap katode agar dioda dapat menghantarkan arus listrik. Tegangan sebesar 0,7V ini disebut sebagai tegangan halang (barrier

voltage). Dioda yang terbuat dari bahan Germanium memiliki tegangan halang

kira-kira 0,3V.

terbagi menjadi beberapa macam antara lain : 1. Dioda silikon

Dioda silikon adalah dioda yang paling umum terdapat dipasaran dan banyak digunakan sebagai penyerah arus AC ke DC.

2. Cristal dioda (Cat’s Whisker)

Dioda ini biasanya disebut dioda germanium, umum digunakan pada radio sebagai alat demodulasi.

3. Varactor dioda

Varactor dioda adalah dioda yang digunakan untuk mengontrol tegangan listrik 4. Silicon Controler Rectifier (SCR)

(3)

SCR hampir sama dengan Varactor, namun SCR lebih baik kinerjanya bila dibandingkan dengan varaktor

5. Photodioda

Photodioda biasanya digunakan sebagai sensor 6. Laser dioda

Laser dioda adalah hasil pengembangan dari LED sehingga cahaya yang keluar menjadi cahaya monokromatik yang koheren

7. Dioda Zener

Dioda zener adalah dioda yang digunakan untuk menstabilkan tegangan listrik, dioda zener memiliki tegangan breakdown yang rendah.

8. Light emitting Dioda (LED)

LED adalah sejenis dioda yang dapat menghasilkan cahaya 9. Gunn dioda

Adalah dioda tegangan tinggi yang umum digunakan dalam mikrowave 10.Thermal dioda

Thermal dioda adalah yang dapat digunakan untuk mengatur temperatur dengan mengatur besarnya tegangan yang melawatinya. Dioda ini banyak digunakan dalam sistem pendingin termoelektrik.

Dioda tidak memiliki nilai yang spesifik, namun biasanya ukuran sebuah dioda dinyatakan dalam satuan berapa kuat arus dan tegangan maksimum yang dapat dilewatkan pada dioda. Dipasaran ukuran dioda dinyatakan dalam bentuk no tipe dioda yang telah ditetapkan oleh pabrik yang membuatnya. Contoh tipetipe dioda adalah1N4002, 1N4005, BY15 dan sebagainya.

Lambang untuk macam-macam dioda adalah sebagai berikut :

Forward Voltage (Panjar Maju)

Dioda berfungsi untuk membuat arus listrik mengalir pada satu arah saja. Seperti halnya orang yang mengeluarkan energi untuk membuka pintu dan melaluinya, listrik juga mengeluarkan energi saat melalui dioda. Tegangan listrik akan berkurang sekitar 0.7 Volt saat arus listrik melewati dioda (yang terbuat dari silikon). Tegangan sebesar 0.7 Volt ini disebut forward voltage.

Reverse Voltage (Panjar Mundur)

(4)

balik melebihi rating tegangan balik maksimum ini maka dioda akan rusak, kebocoran arus.

Dioda Signal

Dioda jenis ini digunakan untuk meneruskan arus dengan nilai arus kecil, yaitu hingga 100mA. Contoh dioda jenis ini adalah dioda 1N4148 yang terbuat dari bahan silikon.

Dioda Rectifier

Dioda jenis ini digunakan dalam rangkaian Power Supply. Dioda tersebut berfungsi untuk mengubah arus bolak-balik ke arus searah. Rating maksimum arus yang dapat dilewatkan sama dengan 1A atau lebih besar dan maximum reverse voltage sama dengan 50V atau lebih besar .

Dioda Zener

Dioda ini digunakan untuk memperoleh tegangan (dioda zener) yang tetap ketika reverse voltage sudah berada di daerah breakdown. Ketika reverse voltage, meski nilainya berubah-ubah, asalkan berada di daerah breakdown maka tegangan dioda zener tersebut akan tetap.

Karakteristik Dioda

Kita dapat menyelidiki karakteristik statik dioda, dengan cara memasang dioda seri dengan sebuah catu daya dc dan sebuah resistor. Kurva karakteristik statik dioda merupakan merukan fungsi dari arus ID, arus yang melalui dioda terhadap tegangan VD, beda tegangan antara titik a dan b ( lihat gambar 2).

Gambar 2. Kurva Karakteristik Dioda

Karakteristik ststik dioda dapat diperoleh dengan mengukur tegangan dioda Vab dan arus yang melalui dioda yaitu ID. Dapat diubah dengan dua cara yaitu mengubah VDD. Bila arus dioda ID kita plotkan terhadap tegangan dioda Vab, kita peroleh karakteristik dioda. Bila anoda berada pada tegangan lebih tinggi daripada tegangan katoda (VD positif) dioda dikatakan mendapatkan bias

forward.Bila VD negatif disebut bias reverse atau bias mundur. Dioda yang

biasa tidak akan mengijinkan arus listrik untuk mengalir secara berlawanan jika dicatu-balik (reversebiased) di bawah tegangan rusaknya. Jika melampaui batas tegangan rusaknya, dioda biasa akan menjadi rusak karena kelebihan arus listrik yang menyebabkan panas. Namun proses ini adalah reversibel jika dilakukan dalam batas kemampuan. Dalam kasus pencatuan-maju (sesuai dengan arah gambar panah), dioda ini akan memberikan tegangan jatuh (drop voltage)

(5)

IV. Prosedur Percobaan 1. Karakteristik Dioda

a. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3 di bawah ini menggunakan breadboard.

b. Atur resistor variabel (potensiometer) untuk mendapatkan nilai tegangan dc sebesar 1

V, 1.2 V, 1.4 V, 1.6 V dan 1.8 V

c. Ukur dan catat arus yang mengalir pada rangkaian dioda untuk setiap tegangan yang diberikan. Masukkan datanya ke dalam tabel 1.

d. Buat grafik hubungan arus dengan tegangan berdasarkan data tersebut. e. Posisikan resistor variabel sehingga didapat nilai tegangan sebesar 0 Volt. f. Pasangan Voltmeter dan Ampermeter pada dioda.

e. Naikkan perlahan nilai tegangan dengan merubah resistor variabel hingga nilai maksimum yang didapat.

g. Catat arus dan tegangan dioda.

h. Buatlah grafik arus dengan tegangan, amati perubahan nilai tegangan jatuh pada dioda. Tarik kesimpulan dari fenomena tersebut.

Tabel Pengamatan

Gambar 3. Rangkaian Dioda 2. Dioda Zener

a.Setting rangkaian seperti pada gambar berikut.

b.Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum

c.Atur nilai V dc pada nilai 4 Volt, tutup saklar. Ukur nilai arus yang mengalir dan tegangan pada dioda zener, catat harga yang didapat

d.Ulangi prosedur percobaan diatas untuk nilai 2 V, 3V, 4V, 5V dan 6V, catat harga yang didapat.

(6)

3. LED

a. Setting rangkaian seperti pada gambar berikut,

b. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum

c. Biarkan S1 dalam posisi terbuka, naikan perlahan nilai V AC variabel (pada posisi R2 minimum), amati perubahan kecemerlangan dari LED merah. Buat kesimpulan atas pengamatan tersebut.

d. Setting V AC sebesar 6 Volt, naikan perlahan nilai resistor variabel (R2), amati

perubahan kecemerlangan dari LED merah. Buat kesimpulan atas fenomena tersebut dan amati fenomena yang terjadi. Pada V AC 6 Volt ini, balik polaritas dari LED Merah, ulangin prosedur (e) dan amati fenomena yang terjadi. Kembalikan pada posisi semula.

e. Tutup saklar S1, lakukan prosedur (d) dan (e). Amati kecemerlangan dari kedua LED tersebut.

(7)

MODUL II

PENGUAT OPERASIONAL

A. Tujuan

 Mempelajari karakteristik penguat

 Menganalisis penguat pembalik OpAmp.

 Menganalisis penguat non pembalik OpAmp.

B. Dasar Teori

Operational Amplifier atau di singkat op-amp merupakan salah satu komponen analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp yang paling sering dipakai antara lain adalah rangkaian inverter, non-inverter, integrator dan differensiator.

Penguat operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp merupakan suatu rangkaian terintegrasi atau IC yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal, dengan beberapa konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang tak berhingga serta impedansi keluaran sama dengan nol. Dalam prakteknya, Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang besar serta impedansi keluaran yang kecil. Op-amp memiliki simbol seperti yang terlihat pada gambar (1).

Gambar 1

Simbol Op-Amp

Secara garis besar, terdapat 4 pin utama dari Op-Amp, yaitu masukan inverting (tanda minus), masukan noninverting (tanda plus), masukan tegangan positif, masukan tegangan negatif dan pin keluaran. Di samping pin tersebut terdapat satu pin untuk adjustment. Beberapa penerapan Op-Amp diantaranya adalah:

A.Penguat Inverting

Rangkaian untuk penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (2).

Gambar 2. Rangkaian Penguat Inverting

(8)

dengan 0 dan impedansi masukan tak terhingga. Sehingga dari rangkaian tersebut dapat diperoleh rumus penguat adalah sebagai berikut :

Substitusi persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1) sehingga diperoleh

Tanda (-) negatif menunjukkan terjadi pembalikan pada keluarannya atau memiliki beda fasa sebesar 1800 dengan masukannya.

Penguat Non-inverting,

Rangkaian untuk penguat non-inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (3).

Gambar 3. Rangkaian Penguat Non-Inverting

Penguat tersebut dinamakan penguat non-inverting karena masukan dari penguat tersebut adalah masukan non-inverting dari Op Amp. Tidak seperti penguat inverting, sinyal keluaran penguat jenis ini sefasa dengan sinyal masukannya. Seperti pada rangkaian penguat inverting syarat ideal sebuah penguat adalah tegangan masukan sama dengan 0 dan impedansi masukan tak terhingga. sehingga dari rangkaian tersebut dapat diperoleh rumus penguat adalah sebagai berikut :

Substitusi persamaan (5) dan (6) ke persamaan (1) sehingga diperoleh dimana i - = 0, maka

(9)

Rangkaian penguat inverting maupun non-inverting biasanya menggunakan IC Op-Amp 741. Dengan memahami prinsip kerja dari rangkaian ini, maka rangkaian pengembangan dari rangakaian Op-Amp ini seperti rangkaian ADC (Analog to Digital Converter), DAC (Digital to Analog Converter), Summing (penjumlahan) dan yang lainnya juga dapat dipahami. Berikut datasheet dari IC 741:

Gambar 4. Confiurasi Pin Out Op-Amp741

C. Peralatan yang digunakan 1. Logic circuit trainer.

2. Kabel seperlunya. 3. Multimeter. 4. Osiloskop.

5. Power Supply, function generator. 6. IC OpAmp 741 dan resistor.

D. Prosedur praktikum

Penguat Pembalik (Inverting)

1. Rangkailah rangkaian penguat pembalik seperti pada gambar 5.1.

Gambar 5.1. Rangkaian penguat pembalik OpAmp.

(10)

2. Atur frekuensi generator sebesar 50 Hz dengan Vin = 0,5 Vpp, R1 = 1 Kohm dan R2 =

10 Kohm.

3. Hubungkan oscilloscope pada input dan output Op-Amp. 4. Amati bentuk gelombang yang dihasilkan dari input dan output. 5. Bandingkan nilai pengukuran Vout dan perhitungan Vout.

Penguat Non Pembalik (Non-Inverting).

1. Rangkailah rangkaian penguat nonpembalik seperti pada gambar 5.2.

2. Atur frekuensi generator sebesar 50 Hz dengan Vin = 1 Vpp, R1 = 1 Kohm dan R2 =

10 Kohm.

3. Hubungkan oscilloscope pada input dan output Op-Amp. 4. Amati bentuk gelombang yang dihasilkan dari input dan output. 5. Bandingkan nilai pengukuran Vout dan perhitungan Vout.

E.Tabel Pengamatan

Tabel 1. Rangkaian Inverting

Tegangan Sumber Frekuensi Hambatan Penguatan

V1= R1= R2=

Tabel 1. Rangkaian Non-Inverting

Tegangan Sumber Frekuensi Hambatan Penguatan

V1= R1=

R2=

Gambar 5.2. Rangkaian penguat nonpembalik OpAmp.

(11)

MODUL III

TRANSISTOR BIPOLAR

I. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui karakteristik transistor bipolar

2. Menentukan pengaruh bias maju dan bias balik pada junction basis-emiter. 3. Menguji dan mengukur penguatan arus pada transistor NPN dan PNP

II. Alat dan Bahan

1. Power supply 2. Transistor BD139 3. Mult meter

4. Resistor 5. Breadboard 6. Kabel penghubung

III. Teori Dasar

Karakteristik Transistor Bipolar

Salah satu cara untuk membayangkan bagaimana transistor bekerja, yaitu dengan membuat grafik yang menghubungkan arus dan tegangan transistor. Dapat diperoleh kurva kolektor CE dengan membentuk suatu rangkaian seperti gambar 3.1, yaitu dengan mengubah-ubah tegangan VBB dan VCC untuk memperoleh tegangan dan arus transistor yang berbeda-beda.

Gambar 3.1 Rangkaian untuk mengatur arus dan tegangan kolektor

Untuk mendapatkan hasil yang baik, prosedur yang biasa digunakan yaitu dengan menentukan suatu nilai dari IB dan menjaganya tetap stabil sambil VCC diubah. Dengan mengukur IC dan VCE, diperoleh data untuk menggambar grafik IC dan VCE. Misalkan seperti gambar 3.1, kita tentukan IB konstan sebesar 10 uA.

(12)

Gambar 3.2 Kurva transistor dengan IB = 10 Ua

Kurva pada gambar 3.2 menggambarkan penjelasan tentang kerja transistor. Jika VCE = 0, dioda kolektor tidak terbias balik, karena itu arus koletor sangat kecil. Untuk VCE antara 0 dan mendekati 1 V, arus kolektor naik dengan cepat dan kemudian menjadi hampir konstan. Ini berhubungan dengan gagasan membias balik dioda kolektor. Dibutuhkan kira-kira 0,7 V untuk membias dioda kolektor. Jika digambarkan beberapa kurva untuk IB yang berbeda-beda, diperoleh grafik seperti gambar 3.3. Karena menggunakan transistor dengan βdc kira-kira 100, maka arus kolektor 100 kali lebih besar daripada arus basis. Kurva ini seringkali disebut kurva kolektor statik karena yang digambarkan arus dan tegangan DC.

Gambar 3.3 Kurva transistor dengan IB variabel

Juga diperhatikan tegangan breakdown, tegangan breakdown menjadi lebih kecil pada arus yang lebih besar. Ini berarti bahwa voltage compliance dari transistor berkurang untuk arus yang lebih besar. Semuanya ini dibutuhkan untuk mencegah breakdown pada segala keadaan. Ini menjamin bahwa transistor akan bekerja pada daerah aktif. Bias Transistor

Prinsip dasar transistor bipolar merupakan pengembangan dari dioda, yakni rangkaian sambungan dua buah dioda. Pada transistor NPN, pembiasan maju dioda emiter mengendalikan jumlah elektron-elektron bebas yang diinjeksikan ke basis. Makin besar VBE, maka makin banyak jumlah elektron yang diinjeksikan sehingga arus yang dapat dihantarkan akan lebih besar.

(13)

arus kolektor, namun jumlah elektron yang tiba pada lapisan pengosongan kolektor akan tetap.

Gambar 3.4 Rangkaian dasar transistor NPN

3.5. Karena dioda emiter dan kolektor menunjuk ke arah berlainan, semua arus dan tegangan dibalik.

Transistor PNP dikatakan komplemen dari transistor NPN. Kata “komplemen” menandakan bahwa semua tegangan dan arusnya berlawanan dengan yang dimiliki transistor NPN. Semua rangkaian NPN mempunyai rangkaian komplementer. Untuk

NPN dengan PNP.

mendapatkan trasnsistor PNP komplementer:

yang

3.6 PNP komplementer,

Gambar memperlihatkan rangkaian transistor

dilakukan adalah mengkomplemenkan tegangan dan arusnya serta mengganti transistor 1 . Gantilah transistor NPN dengan transistor PNP

2 . Balik lah semua tegangan dan arusnya

(14)

Gambar 3.6 Rangkaian dasar transistor PNP III Prosedur Percobaan

Karakteristik Transistor

1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 3.7 di bawah ini.

2. Pasang power supply pada VBB = 5 V (variabel) dan VCC = 5 V. 3. Mengatur VBB sebesar 0 V dengan membuka S2.

4. Mengatur RC bernilai 5 kΩ. Menutup S1.

5. Mencatat IB, IC, VRC, VBE, VCE pada Tabel 3.1. Membuka S1 6. Menutup S2, mengatur VBB=0,5 V

7. Mengatur RC bernilai 5 kΩ. Menutup S1.

8. Mencatat IB, IC, VRC, VBE, VCE pada Tabel 3.1. Membuka S1

9. Mengulangi langkah 4-8 dengan nilai RC diubah secara berturut-turut 4 kΩ, 3 kΩ, dan 2 kΩ.

10.Masing-masing data IB, IC, VRC, VBE, VCE dicatat pada Tabel 3.1.

11.Mengulangi langkah 6-10, namun mengatur VBB secara berturut-turut 4V dan 5 V. 12.Membuat grafik karakteristik transistor IC terhadap VCE dengan masing-masing IB

konstan

(15)

Tabel pengamatan

VBB Rc (kΩ) IB IC VBE VRC VCE

0 V 5 0,5 V 5

4

3

2

4 V 5

4

3

2

5 V 5

4

3

2

(16)

MODUL IV

DASAR GERBANG LOGIKA dan KOMBINASI

4.1. Tujuan Praktikum

Setelah melaksanakan praktikum ini, anda diharapkan dapat:

1. Menuliskan hubungan antara masukan dan keluaran pada piranti logika AND, OR, dan NOT.

2. Menggunakan tabel kebenaran untuk menyatakan hubungan piranti logika tersebut. 3. Dapat membuat suatu logika dengan mengkombinasikan sejumlah piranti logika

lainnya. 4.2. Pendahuluan

Gerbang logika adalah piranti yang mempunyai keluaran dengan dua keadaan. Dalam logika positif, logika 0 (rendah) mempunyai tingkat tegangan yang rendah. TTL tegangan ini berkisar 0 sampai dengan 0,5 volt. Logika 1 (tinggi) menggunakan tingkat tegangan yang paling tinggi. TTL tegangan ini berkisar 2,4 volt sampai dengan 5 volt.

Gerbang logika digunakan untuk melakukan operasi-operasi khusus, seperti: AND, OR, dan NOT. Hubungan masukan dan keluaran untuk operasi-operasi tersebut biasanya dituliskan dalam suatu tabel yang disebut tabel kebenaran.

4.3. Alat dan Bahan

1. Bread Board 2. Jumper

3. Sumber Tegangan 4. LED

(17)

4.4. Prosedur Kerja Percobaan 1

1. Buatlah rangkaian pada breadboard menggunakan IC 7408,IC 7432,IC 7404

2. Ujilah IC tersebut dengan cara memberi masukan – masukan A dan B logika 0 atau 1 sesuai tabel kebenaran.

3. Catatlah dan lengkapi tabel logika keluaran Y yang teramati sesuai dengan penunjukan LED pada keluaran tersebut.

Tabel 1

A B Y LED

0 0

1 0

0 1

1 1

Percobaan 2

a) Buatlah rangkaian sesuai Gambar rangkaian menggunakan breadboard

b) Ujilah rangkaian tersebut dengan cara memberi masukan A logika 0 atau 1 sesuai dengan tabel kebenaran.

c) Catatlah logika keluaran X dan Y yang teramati sesuai dengan penunjukkan LED. d) Membangun fungsi NOR menggunakan kombinasi Gerbang NAND (Gunakan Tabel 2)

e) Gerbang OR (Gunakan Tabel 3)

Tabel 2

A B Y

0 0

(18)

0 1

1 1

Tabel 3

Masukan Keluaran

A B C X Y

0 0 0

0 0 1

0 1 0

0 1 1

1 0 0

1 0 1

1 1 0

(19)

MODUL V

ALJABAR BOOLE

5.1. Tujuan

Setelah melaksanakan praktikum ini, diharapkan praktikan dapat: 1. Menggunakan ungkapan aljabar boole dalam rangkaian logika

2. Menyatakan rangkaian-rangkaian logika menggunakan rotasi-rotasi seperti yang dipakai dalam aljabar boole

5.2. Pendahuluan

Hubungan antara keluaran dan masukan satu atau kombinasu beberapa buah gerbang dapat dinyatakan dalam suatu ungkapan logika yang disebut ungkapan boole. Cara ini memanfaatkan aljabar boole dengan notasi-notasi khusus. Fungsi-fungsi AND, OR, NOT, dan XOR berturut-turut dinyatakan dengan notasi titik (dot), plus (+), garis atas (over line) dan O.

5.3. Alat dan Bahan

1. Breadboard 2. Jumper

3. Sumber tegangan 4. IC 7404

5. IC 7408 6. IC 7432

5.4. Prosedur Kerja

a) Buatlah rangkaian seperti pada Gambar a.

b) Ujilah rangkaian tersebut dengan memberikan masukan logika 0 atau 1 sesuai tabel. c) Catatlah logika keluaran X pada tabel sesuai dengan penunjukan LED.

d) Ulangilah langkah kerja diatas untuk Gambar b, dan catat logika keluaran Y pada tabel. e) Buatlah kesimpulan mengenai hubungan X dan Y.

1. Hukum Asosiatif

Gambar 1. Rangkaian Hukum Asosiatif

A B C X Y

0 0 0

0 0 1

(20)

0 1 1

1 0 0

1 0 1

1 1 0

1 1 1

2. Hukum Idempotent

Gambar 2. Rangkaian Hukum Idempotent

3. Hukum Komplementasi

Gambar 3. Rangkaian Hukum Komplementasi

A A X = Y =

0 1

4. Hukum Absorbsi

Gambar 4. Rangkaian Hukum Absorbsi

A B X = Y =

0 0 0 1 1 0 1 1

A X = Y =

(21)

5. Hukum Distribusi

(22)

MODUL VI

FLIP – FLOP

6.1. Tujuan

1. Menunjukkan cara kerja gerbang NOR dan NAND sebagai rangkaian dasar flip-flop 2. Mengetahui cara kerja dari RS flip-flop, D flip-flop dan Master-Slave JK flip-flop.

6.2. Pendahuluan

Flip flop adalah rangkaian logika yang bersifat sekuensial. Artinya, kondisi yang dihasilkan oleh keluarannya bergantung pada kondisi masukan sebelumnya. Rangkaian flip flop pada umumnya digerakkan dengan clock (pulsa).

(23)

7. Breadboard 8. Jumper

9. Sumber tegangan 10.LED

11.IC 7404 12.IC 7408 13.IC 7432

6.4. Prosedur Kerja

f) Buatlah rangkaian seperti pada Gambar Rangkaian.

g) Ujilah rangkaian tersebut dengan memberikan masukan logika 0 atau 1 sesuai tabel. h) Catatlah logika keluaran X dan Y pada tabel sesuai dengan penunjukan LED. i) Buatlah kesimpulan mengenai hubungan X dan Y.

6. Menggunakan gerbang NOR

Gambar 1. Flip flop menggunakan gerbang NOR

A B X Y Keterangan

0 0

1 0

0 0

0 1

0 0

1 0

0 1

1 1

(24)

Gambar 2. Rangkaian Flip Flop gerbang NAND

A B X Y Keterangan

0 0

1 0

0 0

0 1

0 0

1 0

0 1

1 1

8. RS Flip Flop

Gambar 3. Rangkaian Hukum Komplementasi

9. Hukum Absorbsi

Gambar 4. Rangkaian Hukum Absorbsi

A B X = Y =

0 0

0 1

1 0

(25)

10.Hukum Distribusi

Gambar 5. Rangkaian Hukum Distribusi

A B C Y =

0 0 0

0 0 1

0 1 0

0 1 1

1 0 0

1 0 1

1 1 0

(26)

Tugas Pendahuluan

Modul Elektronika Dasar

Modul I

1. Apa pengertian dan fungsi dioda?

2. Sebutkan Jenis-jenis dioda serta fungsinya dalam rangkaian elektronik! 3. Jelaskan yang dimaksud dengan bias maju, bias mundur, tegangan drop! 4. Sebutkan

Modul II

1. Apa yang dimaksud dengan penguat operational (OP AMP)? 2. Sebutkan golden rules ideal dari op amp yang wajib dipenuhi! 3. Jelaskan perbedaan penguat inverting dan non inverting! 4. Apa manfaat rangkaian penguat operational?

Modul III

1. Sebutkan Jenis-jenis transistor beserta fungsinya!

2. Jelaskan beberapa keadaan pada rangkaian transistor berikut : a. Saturasi

b. Cut Off

3. Bagaimana prinsip kerja dari rangkaian transistor sebagai saklar

Modul IV

1. Buatlah gambar dan tabel kebenaran dari persamaan Logika berikut : a. Y = (A.B) (A+B)

b. Y = (A.B).C

2. Sederhanakan persamaan Y=AB (B.C) + ABC

3. Buatlah persamaan dan tabel kebenaran dari gambar

Modul V

(27)

Modul VI

1. jelaskan apa yang dimaksud dengan flip flop!

2. Gambarlah rangkaian RS flip flop serta buatlah tabel kebenarannya!

3. Gambarlah rangkaian hukum absorbsi menggunakan gerbang AND dan OR serta buat tabel kenenarannya!

Gambar

Gambar 2.    Kurva Karakteristik Dioda
Gambar 2. Rangkaian Penguat Inverting
Gambar 3. Rangkaian Penguat Non-Inverting
Gambar 5.1. Rangkaian penguat pembalik OpAmp.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyearah dioda tiga fasa jenis full-bridge yang tersambung pada tegangan sumber dengan mempertimbangkan impedansi ... Gelombang arus dioda D1 dan D3 serta tegangan fasa-fasa

Bila dioda diberi tegangan maju, maka dengan tegangan kecil saja (umumnya kira-kira 0.6 volt) akan mengalir arus maju atau arus akan mengalir dari anoda ke katoda.

Cara kerja rangkaian adalah sebagai berikut: selama setengah siklus positip tegangan input dioda konduksi, dengan demikian kita dapat membayangkan dalam kondisi ini dioda

Tegangan dengan menggunakan perata lebih kecil daripada tidak menggunakan perata, karena arus yang mengalir ditahan atau disimpan, dimana perata atau kapasitor

Lalu alat dirangkai setelah itu dinyalakan power supply lalu diatur tegangan keluaran power supply pada 3 volt, lalu diatur tegangan masuk pada dioda

Semua Arus Dioda Reverse Bias bernilai 0 karena tegangan dengan hubungan arah balik menyebabkan timbul medan listrik yang arahnya menolak elektron, sehingga dioda

Contoh kasus gambar 1b, saat sinyal input bernilai positif (mengarah ke atas) maka dioda akan berada dalam keadaan reverse bias sehingga tidak ada arus yang mengalir pada R,

 Bila arah dioda kekanan, maka bagian positif dari sinyal input akan dilewatkan, dan bagian negatif akan dipotong, berarti clippernegatif.  Bila arah dioda kekiri, maka