• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN GULA REDUKSI SECARA SPEKTROFOT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENENTUAN GULA REDUKSI SECARA SPEKTROFOT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN GULA REDUKSI SECARA

SPEKTROFOTOMETRI

I.

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Belakangan ini, penentuan kadar gula reduksi banyak digunakan dalam aplikasi bidang kesehatan, terutama dalam bidang pemeriksaan kadar gula dalam darah dan dalam urin. Dengan pengembangan penentuan kadar gula reduksi dengan berbagai metoda diharapkan akan mempercepat penentuan kadar gula bagi seseorang. Penentuan kadar gula dalam darah dan urin digunakan untuk mengetahui penyakit diabetes mellitus.

I.2

Tujuan

1.

Menentukan gula reduksi dari sampel.

2.

Memahami prinsip spektrofotometri dalam biokimia.

I.3

Aplikasi

1. Menentukan gula darah dalam penentuan penyakit diabetes.

2. Menentukan kadar gula dalam sampel yang digunakan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

(2)

dihidrolisa. Nama karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini mempunyai rumus empiris , yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah karbon “hidrat”, dan memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen dan terhadap oksigen sebagai 1:2:1. Sebagai contoh,rumus empiris D-glukosa adalah C6H12O6, yang juga

dapat ditulis sebagai (CH2O)6 atau C6(H2O)6. Walaupun banyak

karbohidrat yang umum sesuai dengan rumus empiris (CH2O)n,

yang lain tidak memperlihatkan nisbah ini dan beberapa yang lain lagi juga mengandung nitrogen, fosfor, atau sulfur.

Karbohidrat dalam bentuk gula dan pati melambangkan bagian utama kalori total yang dikonsumsi manusia dan bagi kebanyakan kehidupan hewan,seperti juga bagi berbagai mikroorganisme. Karbohidrat juga merupakan pusat metabolisme tanaman hijau dan organisme fotosintetik lainnya yang menggunakan energi solar untuk melakukan sintesa karbohidrat dari CO2 dan H2O. Sejumlah besar pati dan karbohidrat lain yang dibuat oleh fotosintesa menjadi energi pokok dsan sumber karbon bagi sel non-fotosintetik pada hewan,tanaman dan dunia mikrobial.

Terdapat tiga golongan utama karbohidrat : monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida (kata “sakarida” berasal dari bahasa Yunani yang berarti gula). Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit polihidroksi aldehida atau keton. Monosakarida yang paling banyak di alam adalah D-glukosa 6-karbon.

Oligosakarida (bahasa Yunani oligos “sedikit” ) terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen. Diantaranya, adalah disakarida yang mempunyai dua unit monosakarida. Teristimewanya adalah sukrosa, atau gula tebu, yang terdiri dari gula

(3)

glukosa 6-karbon dan D-fruktosa yang digabungkan dengan ikatan kovalen. Kebanyakan oligosakarida yang mempunyai tiga atau lebih unit tidak terdapat secara bebas, tetapi digabungkan seebagai rantai samping polipeptida pada glikoprotein dan proteoglikan.

Polisakarida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida. Beberapa polisakarida seperti selulosa, mempunyai rantai linear,sedangkan yang lain seperti glikogen, mempunyai rantai bercabang. Polisakarida yang banyak dijumpai pada dunia tanaman, yaitu pati dan selulosa, terdiri dari unit berulang D-glukosa, tetapi senyawa-senyawa ini berbeda dalam hal cara unit D-glukosa dikaitkan satu sama lain. Nama semua monosakarida dan disakarida yang umum dikenal berakhir dengan akhiran –osa.

Monosakarida tidak berwarna, merupakan kristal padat yang bebas larut di dalam air, tetapi tidak larut

III.

METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Alat dan Bahan

No. Alat Fungsi

1. Labu ukur 100 mL

Untuk mengencerkan larutan

2. Tabung reaksi Untuk meletakkan sampel 3. Termometer Untuk mengukur temperatur 4. Rak tabung

reaksi

Untuk meletakkan tabung reaksi

5. Spektrofotomete r

(4)

6. Pipet takar Untuk memipet sampel secara akurat 7. Labu ukur 10 mL Untuk mengencerkan larutan

8. Kuvet Untuk meletakkan sampel yang akan diukur serapannya

9. Beaker gelas 250 mL

Untuk meletakkan sampel

No. Bahan Fungsi

1. Larutan standar glukosa 1000 ppm

Sebagai larutan induk

2. Reagen Nelson Sebagai oksidator

3. Larutan sampel Sebagai sampel

4. Akuades Sebagai pelarut

5. Reagen Fosfomolibdat Sebagai pengompleks

III.2

Cara Kerja

A.

Pembuatan Kurva Standar

1.

Dari larutan standar dibuat larutan glukosa dengan variasi 0,2,4,6,8,10,20,30,40 ppm.

2.

Disiapkan 9 tabung reaksi bersih. Ke dalam delapan tabung reaksi dimasukkan masing-masingnya 1 mL standar glukosa dan tabung satunya lagi diisi dengan akuades blanko.

3.

Ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 1 mL Reagen Nelson dan semua tabung dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 20 menit.

(5)

4.

Diambil semua tabung dan segera didinginkan dalam gelas piala berisi air dingin segingga suhu tabung mencapai 25°C.

5.

Setelah semua tabung cukup dingin,ditambahkan 1 mL Reagen Fosfomolibdat dan dikocok hingga endapan yang terbentuk larut kembali.

6.

Setelah endapan larut sempurna,ditambahkan 7 mL akuades dan dikocok sampai homogen.

7.

Serapan masing-masing larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm.

8.

Dibuat kurva larutan standar yang menunjukkan hubungan konsentrasi glukosa dan absorban.

B. Penentuan Gula Reduksi Pada Sampel 1. Diminta larutan sampel pada asisten

2. Diambil 1 mL larutan sampel tersebut dan ditambahkan 1 mL Reagen Nelson dan selanjutnya diperlakukan seperti larutan diatas.

(6)

III.3

Skema Kerja

A.

Pembuatan Kurva Standar

-

Dibuat variasi larutan 0,2,4,6,8,10,20,30,40 ppm

-

Disiapkan 9 tabung reaksi bersih

-

Dimasukkan masing-masing 1 mL standar glukosa pada 8 tabung reaksi,tabung lain diisi akuades

- Ditambah 1 mL Reagen Nelson - Dipanaskan 20 menit

- Didinginkan (T=25°C)

- Ditambah 1 mL Reagen Fosfomolibdat

- Dikocok hingga endapan larut kembali

- Ditambah 7 mL akuades - Dikocok sampai homogen

Penentuan Gula Reduksi Secara Spektrofotometri Larutan standar glukosa standar

Tabung reaksi berisi larutan standar

(7)

- Diukur serapan pada panjang gelombang 540 nm

B. Penentuan Gula Reduksi Pada Sampel

- Diambil 1 mL

- Ditambah 1 mL Reagen Nelson - Diberi perlakuan seperti larutan

diatas

- Jumlah gula reduksi dapat ditentukan berdasarkan serapan larutan sampel dan kurva standar.

Kurva larutan standar

Larutan sampel

(8)

IV.

HASIL dan PEMBAHASAN

IV.1 Hasil dan Pengamatan

A. Pengenceran larutan standar glukosa 1000 ppm 1. Konsentrasi 40 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.1000 ppm = 100 mL.40 ppm

V1 = 4 mL

2. Konsentrasi 30 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.40 ppm = 10 mL.30 ppm

V1 = 7,5 mL

3. Konsentrasi 20 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.40 ppm = 10 mL.20 ppm

V1 = 5 mL

4. Konsentrasi 10 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.40 ppm = 10 mL.10 ppm

V1 = 2,5 mL

5. Konsentrasi 8 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.40 ppm = 10 mL.8 ppm

V1 = 2 mL

6. Konsentrasi 6 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.40 ppm = 10 mL.6 ppm

V1 = 1,5 mL

7. Konsentrasi 4 ppm

V1.N1 = V2.N2

(9)

V1.40 ppm = 10 mL.4 ppm

V1 = 1 mL

8. Konsentrasi 2 ppm

V1.N1 = V2.N2

V1.40 ppm = 10 mL.2 ppm

V1 = 0,5 mL

9. Konsentrasi 0 ppm

(10)

4 0,090 0,360 16

6 0,092 0,552 36

8 0,110 0,880 64

10 0,114 1,140 100

20 0,124 2,480 400

30 0,155 4,650 900

40 0,187 7,480 1600

sampel 0,132 -

-Jadi, persamaan regresinya adalah : y = A + Bx

= 0,0612 + 0,0033175x

E. Penentuan konsentrasi sampel y = Absorban pada sampel y = A + Bx

0,132 = 0,0612 + 0,0033175x x = 21,40 ppm

F. Penentuan volume sampel V1 . N1 = V2. N2

V1. 40 ppm = 10 mL . 21,40 ppm

V1 = 5,35 mL

G. Persen kesalahan

% kesalahan = V sebenarnyaV sebenanyaV percobaanx100 %

= 6.0mL6.0mL5,35mLx100 %

(11)

= 10,83 %

H. Grafik hubungan Konsentrasi dengan Absorban

IV.2

Pembahasan

Pada percobaan yang telah dilakukan,yaitu penentuan gula

(12)

gula reduksi dari sampel dan dapat memahami prinsip spektrofotometri dalam biokimia.

Gula reduksi merupakan gula yang mampu mereduksi senyawa pengoksidasi,dengan kata lain gula ini sendiri mengalami oksidasi. Sampel gula reduksi yang digunakan pada percobaan kali ini adalah glukosa. Sampel ini diperoleh dari larutan standar glukosa 1000 ppm.

Pada percobaan ini dilakukan penambahan reagen nelson. Reagen nelson merupakan reagen yang akan mengalami reduksi oleh gula reduksi, reagen ini berperan sebagai oksidator. Reagen nelson yang digunakan merupakan gabungan dari reagen nelson A dan reagen nelson B dengan perbandingan volume 25 : 1 (mL). Warna dari reagen nelson ini adalah biru. Gula pereduksi (glukosa) akan mereduksi senyawa pengoksidasi (CuSO4.5H2O) menjadi endapan

berwarna merah bata (Cu2O). Pada saat penambahan reagen

nelson, maka akan terlihat adanya endapan pada dasar tabung reaksi yang diasumsikan sebagai endapan merah bata Cu2O.

Dengan reaksi sbb :

Glukosa (aldehid) asam karboksilat (oksidasi)

Reagen nelson(CuSO4.5H2O) Cu2O

(reduksi)

Fungsi penambahan reagen fosfomolibdat pada percobaan ini adalah sebagai reagen pengompleks yang akan memperjelas intensitas warna dari larutan, agar dapat diukur menggunakan alat spektrofotometer. Hal ini dilakukan karena prinsip dari alat spektrofotometer yaitu pengukuran harus pada larutan yang berwarna. Pada pengukuran serapan, dilakukan pada panjang gelombang 540 nm, ini merupakan panjang gelombang maksimum dari larutan.

(13)

Analisa yang digunakan pada percobaan ini adalah analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif yaitu pada penentuan karbohidrat dengan menggunakan reagen nelson, sedangkan analisa kuantitatif yaitu pada pengukuran serapan menggunakan spektrofotometer untuk menentukan konsentrasi gula pereduksi.

Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi dari larutan maka semakin besar pula intensitas warna yang dihasilkan, dan semakin banyak pula gula reduksi yang mengalami oksidasi.

Setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan volume dari sampel sebesar 5,35 ml dengan % kesalahan 10,83%. Hasil yang didapatkan ini sudah cukup memuaskan karena % kesalahannya tidak terlalu besar.

V.

KESIMPULAN

V.1 Kesimpulan

(14)

1. Glukosa merupakan gula reduksi karena mempunyai gugus aldehid bebas yang dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat

2. Nilai absorban berbanding lurus dengan konsentrasi

3. Semakin besar nilai konsentrasi,maka akan semakin pekat intensitas warna yang dihasilkan dikarenakan semakin banyak gula reduksi yang teroksidasi.

4. Reaksi yang terjadi adalah reaksi redoks

5. % kesalahan yang didapatkan sebesar 10,83%

V.2

Saran

Agar praktikum berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi maka diharapkan agar :

1. Pahami terlebih dahulu prinsip dan prosedur pengerjaan sebelum melakukan percobaan.

2. Teliti dan berhati-hati dalam melakukan proses pengenceran.

3. Kuvet yang akan digunakan untuk pengukuran spektrofotometer harus benar-benar bersih.

4. Cermat dalam menggunakan dan membaca nilai dari alat spektrofotometri.

JAWABAN PERTANYAAN

1.

Berdasarkan gugus yang dipunyai,sebutkanpembagian karbohidrat!

1.

Aldosa : Karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid

2.

Ketosa : Karbohidrat yang mempunyai gugus keton 2. Sebutkan kelompok karbohidrat berdasarkan

penguraiannya!

(15)

1. Monosakarida : atau gula sederhana adalah karbohidrat yang tidak dapat diuraikan lagi.

2. Polisakarida : Karbohidrat rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida. 3. Oligosakarida : Karbohidrat yang dapat diuraikan

menjadi dua

Monosakarida.

3. Mengapa sukrosa termasuk gula nonpereduksi?

Sukrosa termasuk gula nonpereduksi disebabkan sukrosa tidak mengandung aton karbon anomer bebas,karena karbon anomer kedua komponen unit monosakarida pada sukrosa berikatan satu dengan yang lain.

4. Sebutkan contoh-contoh gula pereduksi! - Glukosa

5. Apa fungsi reagen fosfomolibdat?

Reagen fosfomolibdat berfungsi sebagai reagen pengompleks atau pewarna yang dapat memberikan warna pada larutan sehingga dapat diukur menggunakan metode spektrofotometri.

6. Tuliskan prinsip kerja spektrofotometri!

Prinsip kerja metode spektrofotometri adalah pengukuran berdasarkan serapan sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna pada panjang gelombang tertentu.

(16)

 Metoda DNS :

 Metoda Somogi Nelson dan Lowry :

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Grafik HubunganKonsentrasi VS Absorban

Referensi

Dokumen terkait

Intensitas warna yang ada dalam sampel, yang kemudian ditentukan secara spektrofotometris (Vogel, 1951), reagen nessler ini sangat umum dipakai untuk menganalisis

peningkatan intensitas warna yang diukur menggunakan M-TCF dan jumlah sel kromatofor pada lapisan epidermis komet karena penambahan tepung kepala udang dalam pakan

dalam corak, warna atau translusensi pada permukaan email gigi setelah diberi perlakuan perendaman pada larutan kopi yang dapat diukur menggunakan shade

Uji spesifik dilakukan dengan penambahan reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan warna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion

Kadar vitamin C dalam larutan dapat diukur menggunakan titrasi redoks iodimetri, dengan menggunakan larutan indikator kanji (starch) yaitu denganmenambahkan sedikit

Dalam percobaan, penentuan kadar protein pada putih telur ayam dilakukan dengan cara biuret dan digunakan alat berupa spektrofotometer.sebelumnya, larutan putih

Larutan dari serbuk pewarna dengan penambahan maltodekstrin 5% memiliki intensitas warna merah yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan maltodekstrin 10%

Data yang diperoleh dalam penelitian adalah intensitas komponen warna RGB Red, Green, dan Blue kemudian didapatkan nilai absorbansi dari masing-masing larutan menggunakan persamaan