• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TENTANG ADAB BERPAKAIAN DALAM IS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TENTANG ADAB BERPAKAIAN DALAM IS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu perbedaan sistem Islam dengan sistem Kapitalis adalah bahwa sistem Kapitalis memandang persoalan sosial dan rumah tangga dianggap sebagai masalah ekonomi, sedangkan sistem Islam masalah-masalah di atas dibahas tersendiri dalam hukum-hukum seputar interaksi pria-wanita (nizhâm al-ijtima’iyyah). Misalnya dalam sistem kapitalisme tidak ada istilah zina jika laki-laki dan perempuan melakukan hubungan suami isteritanpa ikatan pernikahan asal dilakukan suka-sama suka atau saling menguntungkan sebaliknya disebut pelecehan seksual dan pelakunya dapat diajukan ke pengadilan jika seorang suami memaksa dilayani oleh seorang isteri sementara isterinya menolak.

Karena itu alam persoalan pakaian antara penganut sistem kapitalis dan sistem Islam jelas perbeda. Dalam sistem kapitalis pakaian dianggap sebagai salah satu ungkapan kepribadian, sebagai unsur penarik lawan jenis dan karena itu memiliki nilai ekonomis. Bentuk tubuh seseorang apalagi wanita sangat berpengaruh terhadap makna kebahagiaan dan masa, depan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa isi dari surat al-a ‘raf ayat 26? 2. Apa adab berpakaian?

3. Apa batas-batas aurat wanita dan laki-laki?

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pakaian

Pakaian (sandang) adalah salah satu kebutuhan pokok manusia di samping makanan (pangan) dan tempat tinggal (papan). Selain berfungsi menutup tubuh, pakaian juga dapat merupakan pernyataan lambang status seseorang dalam masyarakat. Sebab berpakaian ternyata merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang mempunyai rasa malu sehingga berusaha selalu menutupi tubuhnya.

Busana menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menurut istilah, busana adalah pakaian yang kita kenakan setiap hari dari ujung rambut sampai ujung kaki berserta segala pelengkapannya, seperti tas, sepatu, dan segala macam perhiasan/aksesoris yang melekat padanya.

Dalam ajaran Islam, pakaian bukan semata-mata masalah budaya dan mode. Islam menetapkan batasan-batasan tertentu untuk laki-laki maupun perempuan. Khusus untuk muslimah, memiliki pakaian khusus yang menunjukkan jatidirinya sebagai seorang muslimah. Bila pakaian adat umumnya bersifat lokal, maka pakaian C muslimah bersifat universal. Dalam arti dapat dipakai oleh muslimah di manapun ia berada.

اا ِتاَيآ ْنِم َكِلَذ ٌرْيَخ َكِلَذ َىَوْقّتلا ُساَبِلَو ًاشيِرَو ْمُكِتاَءْوَس ييِراَوُي ًاساَبِل ْمُكْيَلَع اَنْلَزنَأ ْدَق َمَدآ يِنَب اَي

يَنوُرّكّذَي ْمُهّلَعَل

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Al-A’RAF 26)

Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa pakaian bani Adam ada itu ada tiga macam, yaitu:

Pertama, pakaian yuwaari sau-atikum, artinya pakaian sekedar penutup

(3)

Kedua, pakaian riisyan, artinya pakaian yang merupakan hiasan yang layak bagi manusia, jadi lebih daripada hanya menyembunyikan aurat saja. Ketiga, (dan yang terpenting) pakaian yang disebut libasut taqwa yang berarti pakaian yang merupakan ketakwaan, yang menyelamatkan diri, menyegarkan jiwa, membangkitkan budi pekerti dan akhlak yang mulia. Pakaian inilah yang menjamin keselamatan diri, dunia dan akhirat, menjamin kebahagiaan rumah tangga dan menjamin keamanan serta ketentraman dalam masyarakat dan negara.

Begitu hebatnya pengaruh budaya dan mode dalam berpakaian, membuat manusia lupa memahami hakekat dari fungsi adanya pakaian. Dalam hal ini Islam sebagai agama yang salih li kulli zaman wa makan memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi berpakaian. Menurut ajaran Islam, - sebagaimana dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl : 81 dan Surat Al-A’raaf : 26-, pakaian itu mempunyai tiga fungsi utama yaitu:

1. Sebagai penutup aurat.

2. Sebagai perhiasan. Maksudnya adalah sebagai perhiasan untuk memperindah penampilan dihadapan Allah dan sesama manusia. Sebagai perhiasan, seseorang bebas merancang dan membuat bentuk atau mode serta warna pakaian yang dianggap indah, menarik, serta menyenangkan, selama tidak melanggar batas-batas yang telah ditentukan.

3. Sebagai pelindung tubuh dari hal-hal yang merusak, seperti panas, dingin, angin kencang, sengatan matahari dan sebagainya.

Demikianlah tiga fungsi utama pakaian dalam pandangan Islam, mudah-mudahan dalam berpakaian kita bisa menyadari apa sebenarnya fungsi yang kita inginkan dari pakaian kita, sehingga kita termasuk hamba-hamba Allah yang mensyukuri nikmat-Nya dan terhindar dari sifat kufur terhadap karunia-nikmat-Nya

B. Ketentuan Berbusana Muslim dan Muslimah

1. Busana muslim, begitu sering disebut saat ini.

(4)

kafir atau pakaian orang fasik. Berikut penjelasannya yang dikutip dari buku Jilbab Al Mar'ah Al Muslimah fil Kitabi wa Sunnah (Syaikh Al Albany), beberapa syarat yang wajib dipenuhi agar dapat berbusana harmonis dan tentunya syar'i:

Menutupi seluruh tubuh selain yang dikecualikan Syarat. Terdapat dalam surat An Nuur ayat 31 Allah berfirman: "Katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan Prhiasan mereka.'"

Juga firman Allah dalam surat Al-Ahzab:59 yang berbunyi: "Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin: 'Hendaklah mereka mengulurkann jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.'" Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa menutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap wanita muslimah (mukminah) dan merupakan tanda keimanan mereka. Menutup aurat adalah salah satu dari kewajiban yang telah ditetapkan bagi muslimah, sedangkan menuntut ilmu adalah kewajiban lain yang berlaku untuk seumur hidup.

Al-Qurthubi berkata: "Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya: "Wahai Asma! Sesungguhnya jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini.' Kemudian beliau menunjuk wajah dan (telapak) tangannya. Allah Pemberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya."

2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan.

Ini berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nuur ayat 31 yang berbunyi: "Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka." Secara umum kandungan ayat ini juga mencakup pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu, yang menyebabkan kaum laki-laki melirikkan pandangan kepadanya.

(5)

segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).

3. Tidak tembus pandang.

Dalam sebuah hadits Rasulullah telah bersabda: "Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat bongkol (punuk) unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang terkutuk." Di dalam hadits lain terdapat tambahan: "Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan mencium baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan sekian dan sekian." (HR. Muslim dari riwayat Abu Hurairah).

Atsar di atas menunjukkan bahwa pakaian yang tipis atau yang mensifati dan menggambarkan lekuk-lekuk tubuh adalah dilarang. Oleh karena itu Aisyah pernah berkata: "Yang namanya khimar adalah yang dapat menyembunyikan kulit dan rambut." Saat ini banyak diproduksi bahan-bahan lenan yang tipis dan berbahan lembut. Dengan sentuhan teknologi jahit menjahit mungkin bisa disiasati dengan menambahkan lapisan (yang agak tebal/senada) didalam bahan baju ketika menjahitnya atau memakainya, sehingga kita tetap bisa mengenakan busana yang kita inginkan.

4. Tidak ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuh.

Usamah bin Zaid pernah berkata: Rasulullah pernah memberiku baju Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku: "Mengapa kamu tidak mengenakan baju Quthbiyah?" Aku menjawab: "Aku pakaikan baju itu pada istriku." Nabi lalu bersabda: "Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad Hasan).

Aisyah pernah berkata: "Seorang wanita dalam shalat harus mengenakan tiga pakaian: baju, jilbab dan khimar." Adalah Aisyah pernah mengulurkan izar-nya (pakaian sejenis jubah) dan berjilbab dengannya.

(6)

Dari Abu Hurairah berkata: "Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria." Dari Abdullah bin Amru yang berkata: "Saya mendengar Rasulullah bersabda: 'Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita.'"

Dari Abdullah bin Umar yang berkata: "Rasulullah bersabda: 'Tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan memandang mereka pada hari kiamat; Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang bertingkah kelaki-lakian dan menyerupakan diri dengan laki-laki dan dayyuts (orang yang tidak memiliki rasa cemburu).'"

Dalam hadits-hadits ini terkandung petunjuk yang jelas mengenai diharamkannya tindakan wanita menyerupai kaum pria, begitu pula sebaiknya. Tidak menyerupai pakaian pria disini, misalnya seorang muslimah memakai celana panjang yang layaknya dipakai oleh seorang laki-laki, memakai kemeja laki-laki dll. Sehingga secara psikologis terpengaruh pada pribadi pemakainya, misalnya merasa sekuat pria, merasa tomboy dll.

6. Tidak menyerupai pakaian 'khas' orang kafir atau orang fasik.

(7)

mumin, sedangkan tindakan menyerupakan diri secara lahiriah merupakan hal yang dicurigai sebagai wujud kecintaan, oleh karena itu diharamkan.

7. Memakai busana bukan untuk mencari popularitas.

Berdasarkan hadits Ibnu Umar yang berkata: "Rasulullah bersabda: 'Barangsiapa mengenakan pakaian (libas) syuhrah di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka.'" (Abu Daud II/172; Ibnu Majah II/278-279).

Libas Syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakain tersebut mahal, yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah, yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya. Ibnul Atsir berkata: "Syuhrah artinya terlihatnya sesuatu. Maksud dari Libas Syuhrah adalah pakaiannya terkenal di kalangan orang-orang yang mengangkat pandangannya mereka kepadanya. Ia berbangga terhadap orang lain dengan sikap angkuh dan sombong.

Demikianlah syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang muslimah dalam menentukan busana yang akan dikenakannya. Semakin kita mengetahui dengan jelas syarat-syarat berbusana muslimah, kita akan lebih dapat berkreasi dengan busana kita. Berbusana muslimah yang harmonis merupakan salah satu tanda ke syukuran kita kepada Allah .

C. Perintah berjilbab bagi wanita muslim Muslimah hendaknya kembali pada fitrah islam.

Dan tak layak bagi mereka mengingkari perintah Allah SWT ketika Allah mensyari’atkan suatu kewajiban, tidak ada pilihan lain kecuali menaatinya. Begitu pula ketika jilbab disyari’atkan, tidak ada pilihan lain Kecualimengenakannya dengan penuh ketaatan, tidak setengah-setengah dan tidak

dicampurkan denagn mode-mode yahudi. An-Nur Ayat 31

(8)

ْتَكَلَم اَم ْوَأ ّنِهِئاَسِن ْوَأ ّنِهِتاَوَخَأ يِنَب ْوَأ ّنِهِناَوْخِإ يِنَب ْوَأ ّنِهِناَوْخِإ ْوَأ ّنِهِتَلوُعُب ءاَنْبَأ ْوَأ ّنِهِئاَنْبَأ

ِتاَر ْوَع ىَلَع اوُرَهْظَي ْمَل َنيِذّلا ِلْفّطلا ِوَأ ِلاَجّرلا َنِم ِةَبْرِ ْلا يِلْوُأ ِرْيَغ َنيِعِباّتلا ِوَأ ّنُهُناَمْيَأ

ْمُكّلَعَل َنوُنِم ْؤُمْلا اَههيَأ ًاعيِمَج ِ ّا ىَلِإ اوُبوُتَو ّنِهِتَنيِز نِم َنيِفْخُي اَم َمَلْعُيِل ّنِهِلُجْرَأِب َنْبِرْضَي َلَو ءاَسّنلا

َنوُحِلْفُت

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera-putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

Al-Ahzab 59

ُ ّا َناَكَو يَنْيَذ ْؤُي َلَف َنْفَرْعُي نَأ ىَنْدَأ َكِلَذ ّنِهِبيِب َلَج نِم ّنِهْيَلَع َنيِنْدُي َنيِنِمْؤُمْلا ءاَسِنَو َكِتاَنَبَو َكِجاَو ْزَ ّل لُق هيِبّنلا اَههيَأ اَي ًاميِحّر ًاروُفَغ

(9)

D. Ketentuan pria berbusana dan berdandan :

1. Untuk kebersihan dan kebutuhan

“ Kebersihan adalah sebagian dari iman “ menurut hadist tersebut jika seseorang hidup bersih berarti orang itu beriman, begitu juga untuk laki – laki yang senang pergi ke salon dan menjaga penampilannya itu diperbolehkan selam untuk menjaga kebersihan diri. Pria berdandan juga diperbolehkan selama untuk kebutuhan, misalnya seorang pembicara publik, presenter, salesman dan profesi lain yang menuntut banyak interaksi dengan banyak orang harus bernampilan rapi, sehingga hal tersebut merupakan hal yang mahfum. Dalam lingkup pribadi berdandan juga kebutuhan suami

untuk menyenangkan isteri.

2. Tak berlebihan Allah tidak menyukai apapun yang berlebihan, termasuk berdandan bagi pria. Boleh berdandan rapi, memakai wangi – wangian, pergi kesalon, creambath, pedicure, manicure dan lain – laian asal tidak berlebihan dan sifat lelakinya masih ada.

3. Tidak menyerupai perempuan Dalam hadits marfu’ riwayat Ibnu Abbas radhiallahu’anhu disebutkan “ Rasulullah SAW melaknat laki – laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki – laki “. ( HR al Bukhori Fathul Bari : 10/332 ).

Menyerupai dalam hal ini bisa dari pakaian, perhiasa, cara berdandan, cara berbicara dan tingkah laku lainnya. Peniruan pria terhadap wanita atau sebaliknya menyalahi fitrah dan akan membuka pintu keburukan.

4. Tidak berbahan sutera Hadits riwayat Hudzaifah bin yaman ra, bahwasanya rasulullah saw bersabda :

(10)

5. Emas Rasulullah bersabda, “ diharamkan memakai sutera dan emas bagi kalangan laki – laki umatku dan diperbolehkan bagi kalangan wanitanya “ ( HR Abu Dawud, tirmidzi, An – Nasa’I dan Ibnu Majah ), jadi walau bagaimanapun indahnya emas laki – laki tidak boleh memakainya, tapi perak boleh dipakai.

6. Menyemir Rambut Seorang muslim diperkenankan untuk menyemir rambut, menurut halal haram dalam islam, untuk orang tua yang rambutnya telah memutih semuanya semestinya dihindari semir rambut warna hitam, sementara yang masih muda diperkenankan semir rambut warna hitam.

E. Implementasi Berbusana Menurut Islam Dalam Era Globalisasi

Dengan kemajuan tekhnologi seperti ini banyak bermunculan model – model dan trend baju muslim pria wanita yang tidak kalah modern. Bahkan sekarang banyak wanita yang memakai kerudung dengan baju tertutup dan gaya yang sepadan, sehingga tidak akan mengurangi rasa percaya diri dan mengganggu aktivitas sehari - hari. Dengan begitu tidak ada lagi istilah ‘ketinggalan zaman’ untuk wanita atau pria yang berbusana menurut kaidah islam. Tidak hanya semata – mata ikut – ikutan trend, kita berpakaian muslim karena Allah SWT.

F. Berpakaian yang menyimpang dari ajaran Islam

Semakin berkembangnya zaman, malah semakin rusak moral masyarakat. Perzinaan di mana-mana. Pornografi yang sudah semakin marak. Bahkan hal-hal porno semacam ini bukan hanya digandrungi oleh orang dewasa, namun juga anak-anak. Mode pakaian dan barang-barang lain yang semakin berkembang membuat semua tak menghiraukan lagi peraturan yang berlaku baik secara umum maupun agama. Saat ini sangat berbeda dengan beberapa tahun silam. Sekarang para wanita sudah banyak yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak yang berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis. Ya Allah, kepada Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang semakin rusak ini.

(11)

yang transparan dan sangat memamerkan aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum muslimin dari musibah ini.

G. Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٌتَليِمُم ٌتاَيِراَع ٌتاَيِساَك ٌءاَسِنَو َساّنلا اَهِب َنوُبِرْضَي ِرَقَبْلا ِباَنْذَأَك ٌطاَيِس ْمُهَعَم ٌمْوَق اَمُهَرَأ ْمَل ِراّنلا ِلْهَأ ْنِم ِناَفْنِص اَذَكَو اَذَك ِةَريِسَم ْنِم ُدَجوُيَل اَهَحيِر ّنِإَو اَهَحيِر َنْدِجَي َلَو َةّنَجْلا َنْلُخْدَي َل ِةَلِئاَمْلا ِتْخُبْلا ِةَمِنْسَأَك ّنُهُسوُءُر ٌتَلِئاَم

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)

Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275). Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah.

An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun. Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.

(12)
(13)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pakaian untuk menutupi aurat yaitu perkara yang dianggap buruk bila terlihat. Perhiasan ialah perkara untuk keindahan lahiriah. Akramah berkata bahwa pakaian takwa ialah busana yang dipakai oleh orang-orang yang takwa pada hari kiamat.Kata zinah yang secara bahasa berarti perhiasan, tetapi bukanlah perhi asan yang biasa dipakai orang tetapi makna zinah di sini adalah anggotabadan yang merupakan tempat perhiasan (mahaluzzinah), karena illa mâzhahara minha yang dimaksud adalah yang biasa nampak pada saat itu (saat ayat ini turun) yaitu muka dan telapak tangan.

B. Penutup

(14)

DAFTAR PUSTAKA

http://ariesjubed.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal %2Fitem

http://blog.re.or.id/hukum-berpakaian-muslimah.htm http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/202.html

Referensi

Dokumen terkait

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya

Masyarakat di Gampong Per- lak Asan sering pergi ke luar sehingga mere- ka menarik melihat pakaian yang dipakai oleh orang luar dan mereka juga ingin memakai pakaian

orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah

Dengan melihat pendapat para ulama dan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian tabarruj dalam hadis adalah keluarnya wanita yang telah berhias dari rumahnya yang

Dari penafsiran beberapa mufasir di atas, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan khalifah disini ialah setiap orang (tidak hanya Nabi Adam) yang diangkat menjadi

Beliau juga mengatakan bahwa jilbab adalah kain yang diletakkan seorang perempuan di atas kepala dan badannnya untuk menutupi wajah dan badan, sebagai pakaian tambahan untuk

Air semakin tinggi dan mulai mencapai tempat keempat orang yang berada di atas pohon kapak, dengan berteriak mereka memohon ampun pada Mbui Bungale, wanita itu kemudian

1abda rasulullah$ “ &rang yang paling rugi ' sengsara pada hari kiamat ialah orang yang punya kesempatan untuk menuntut ilmu pengetahuan , tetapi tidak mau menuntutnya.. an orang