GAMBARAN RESISTEN DALAM PENGOBATAN MALARIA SECARA
GLOBAL DI BEBERAPA NEGARA DI DUNIA
Oleh:
Andi N, Alfiyani S,Aljariah, Andrie F, Angga S, Anggi P, Anike P,Annisa P
Program Studi Kedokteran FK Universitas Malahayati
Abstrak
Malaria adalah penyakit yang banyak di derita di dunia terutama negara berkembang. Namun
pengobatan terhalang oleh semakin banyaknya kasus resistensi pada pengobatan anti-malaria.
Resistensi pada pengobatan malaria yang saat i ni masih menjadi masalah utama di beberapa
negara di dunia. Banyak penelitian yang meneliti mengenai resistensi ini, namun semakin
banyaknya kasus malaria membutuhkan penelitian lebih mendalam untuk menetukan solusi
ini, oleh karena itu penulis melakukan meta-analisis untuk memperoleh gambaran global
mengenai kasus resistensi pengobatan malaria di beberapa negara di dunia. Meta analisis ini
mengumpulan sepuluh jurnal penelitian yang membahas mengenai kejadian resistensi pada
pengobatan malaria dari sumber beberapa negara. Hasil dari meta analisis ini membuktikan
hipotesis bahwa pengobatan malaria dengan beberapa obat anti-malaria lebih tinggi kejadian
resistensinya di beberapa negara di dunia.
Kata kunci: Malaria, meta analisis, resistensi.
PENDAHULUAN
Malaria adalah penyakit akut yang
berkembang dengan cepat menjadi parah dan
bahkan kematian. Penyakit malaria ini masih
merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat dunia yang utama. Malaria
menyebar di berbagai negara, terutama di
kawasan Asia, Afrika,dan Amerika Latin).
Malaria termasuk masalah
kesehatan utama di negera-negara
berkembang. Indonesia merupakan salah satu
negara yang masih berisiko terhadap malaria.
Pada tahun
2007 di Indonesia terdapat 396 kabupaten
endemis malaria dari 495 kabupaten
yang ada. Diperkirakan sekitar 45% penduduk
Indonesia berdomisili di daerah
yang berisiko tinggi tertular malaria. Jumlah
kasus malaria pada tahun 2006
sebanyak 2.000.000 dan pada tahun 2007
mengalami penurunan menjadi
1.774.845 (Kementerian Kesehaatan RI,
2009). Selain itu, terdapat juga malaria saat
hamil. Malaria pada saat kehamilan adalah
masalah terbesar dalam asosiasi kesehatan
dan bayinya.
Manajemen kasus malaria adalah komponen
penting dari strategi program untuk
pengendalian malaria dan eliminasi.
Manajemen kasus malaria meliputi pengobatan
yang tepat dan efektif untuk meminimalkan
morbiditas dan mortalitas, mengurangi
penularan dan mencegah munculnya dan
penyebaran resistensi obat anti-malaria.
Resistensi terhadap obat anti-malaria
terbukti akan menantang masalah dalam
pengendalian malaria di sebagian besar dunia.
Resistensi klorokuin telah muncul secara
independen kurang dari dalam 50 tahun
terakhir dan sebagian besar target resistensi
klorokuin di lokalisasi dalam vakuola
makanan asma malaria. Resistensi terhadap
Plasmodium falciparum mungkin karena peningkatan kapasitas parasit untuk klorokuin,
untuk mencapai tingkat yang di perlukan untuk
inhibisis dari heme-polimerisasi. Resistensi
terhadap sufadoxime-pirimentamin,kina dan
meflokuin jauh lebih tinggi dari klorokuin. Di
Indonesia , semua provinsi telah melaporkan
adanya kasus resistensi plasmodium
falciparum terhadap obat anti-malaria klorokuin.
in-vivo dan in-vitro(mikro atau makro tes).
Kelebihan in-vivo adalah dapat menentukan
tingkat atau derajat resistensi, sedangkan cara
in-vitro dapat dilakukan terhadap beberapa
jenis obat dalam saat yang bersamaan.
walaupun sampai saat ini sudah cukup banyak
obat anti-malaria yang ada dan di teliti, tetapi
tidak ada yang merupakan obat obat
anti-malaria yang ideal, yaitu antara lain efektif
terhadap semua jenis dan stadium parasit serta
mempunyai efek samping yang ringan.
Data-data perkembangan kasus resistensi
dan adanya penelitian-penelitian terhadap obat
anti-malaria baru, di harapkan dapat
bermanfaat untuk pengambilan keputusan
dalam pencegahan meluasnya penyebaran
kasus resistensi dan mempertimbangkan
penting tidaknya pemakaian obat-obat baru
untuk menanggulangi masalah dan di fokuskan
Dalam beberapa negara resistensi obat
anti-malaria paling tinggi terdapat pada chloroquin.
Di sebabkan oleh Plasmodium falciparum
meningkatakan efek samping paling berbahaya
pada kematian ibu dan bayinya. Pada
penelitian Jeanne Rini Poespoprodjo (januari,
2014) mengubah anti-malaria ke
Dihydroartemisinin-piperaquine dan semua
pasein meningkat berat badannya menjadi dari
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arjen M. Dondorp,Dkk.Artemisinin
Resistensi Plasmodium Falciparum
Malaria. Jurnal Kedokteran
Bangkok :Faculty of Tropical
Medicine, Mahidol University,
Bangkok.Oktober 2009.
2. I S Ukpe,Dkk. Case Management of
Malaria: Treatment Chemoprophylaxis
.Jurnal Kedokteran Pretoria:
University of Pretoria,South Africa.
Oktober 2013
3. Poespoprodjo Jeanne Rini,Dkk.
Dihydroartemisin Piperaquine
Treatment of Multidrug resistant
Falciparum and Vivax Malaria in
Pregnancy. Jurnal Kedokteran
Barcelona: University of Barcelona,
Spain, january 2014
4. Frosch Anne EP, Dkk. Patterns of
choloroquine use and resistance in sub
sahara Afica: a systematic review of
household survey and molecular data.
Jurnal Kedokteran Maryland:
University of Maryland School of
5. Achan Jane, Dkk. Quinine, an old anti
malarial drug in a modern world: role
in the tratment of malaria. Jurnal
Kedokteran College: University
College of Health Sciences, P.O. Box
7475, Kampala, Uganda.January 2011
6. Tyne Darian Van, Dkk. Changes in
drug sensitivity and anti malaria drug
resistance mutations over time among
Plasmodium Falciparum parasites in
Senegal. January 2013
7. Hdye John E, Dkk. Drug resistant
malaria an insight. 2007
8. Olliaro Piero, Dkk. Drug resistance
Hampers Our capacity to Back
Malaria. 2005
9. Elyazar Iqbal R.F, Dkk. Malaria
Distribution, Prevalence, Drug
Resistance and Control in Indonesia.
2013