• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN KOMUNIKASI PENDEKATAN KUALITA docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENELITIAN KOMUNIKASI PENDEKATAN KUALITA docx"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

Judul

METHODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF

UNIVERSITAS : MERCU BUANA (KRANGGAN) TA 2014-2015 FAKULTAS : IKMU KOMUNIKASI

JURUSAN :

MATA KULIAH : METODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF KELAS : PKK

DOSEN : DRS HASYIM ALI IMRAN , MSi.

SAP

Fakultas Program

Studi

Tatap

Muka Kode MK Disusun Oleh

Fakultas Ilmu Komunikasi

Program Studi Humas

14 85021 Nama : Drs. Hasyim Ali Imran,

(2)

PERTEMUAN

KE : MATERI AJAR OUT PUT OUTCOMES

1 Pengertian Penelitian Komunikasi Pendekatan Kualitatif

-asumsi filosofis -- -free Will -value – free value

-aphosteriori -konseptualisasi

-penggunaan teori sebatas konsep2 teoritik

Mahasiswa memahami Inti persoalan komunikasi Kualitatif

Mahasiswa bisa membedakan Penelitian Komunikasi Pendekatan Kualitatif dari Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif

2 Persimpangan dalam Penelitian kualitatif bersasis teks dan berbasis field.

3

4 Permasalahan dan merumuskan masalah

penelitian kualitatif Mahasiswa memahami dan mengerti cara merumuskan masalah penelitian dalam penelitian kualitatif

Mahasiswa dapat melakukan perumusan penelitian komunmikasi kualitatif

5 Paradigma Teori yang relevan dengan

penelitian pendekatan Kualitatif Mahasiswa memahami eksistensi teori yang relevan dengan Paradigma Teori yang relevan dengan penelitian

komunikasi pendekatan kualitatif

Mahasiswa dapat menerapkan penggunaaan teori-teori yang relevan dengan paradigma2 teori yang bersifat kualitatif

6 Paradigma Penelitian yang relevan dengan penelitian Pendekatan Kualitatif

7 Resume materi kuliah dan kisi-kisi soal

ujian UTS Mahasiswa ter-refresh terkait dengan materi kuliah yang sudah diberikan

Mahasiswa diharapkan mampu menjawab soal-soal ujian mid test.

8 UTS Bahan : Materi ajar K 1-7 Mahasiswa dapat Menguasai materi yang ditanyakan dalam UTS menurut materi K 1-7

9

Penelitian Komunikasi Pendekatan Kualitatif Berbasis Teks :

1) Semiotika :

Mahasiswa dapat memutuskan dengan tepat untuk mengadopsi suatu metode analisis teks yg relevan dengan subyek analisis teks dalam penelitian komunikasi kualitatif

10

Penelitian Komunikasi Pendekatan Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif : Model Saussure dan Model Pierce

Mahasiswa dapat memahami cara dalam menggunakan model analisis teks berbasis Model Saussure

Mahasiswa dapat melakukan analisis tesk dengan berbasiskan model analisis teks semiotika Model Saussure

11 Penelitian Komunikasi Pendekatan Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif : Model Semiotika Sosial MAK Halliday

Mahasiswa dapat memahami cara dalam menggunakan model analisis teks berbasis Model Pierce

Mahasiswa dapat melakukan analisis tesk dengan berbasiskan model analisis teks semiotika Model Pierce

12 Penelitian Komunikasi Pendekatan Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif : Model Semiotika Sosial Van Leuuween

Mahasiswa dapat melakukan analisis tesk dengan berbasiskan model analisis teks semiotika Sosial Van Leuuween

(3)

13 Pendekatan Kualitatif Berbasis

berbasiskan model analisis teks Analisis Teks Marxis

14 Penelitian Komunikasi Pendekatan Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif : Model Analisis Teks Framing Model Gamson-Modigliani

Mahasiswa dapat memahami cara dalam menggunakan model analisis teks berbasis Model Analisis Teks Framing Model Gamson-Modigliani

Mahasiswa dapat melakukan analisis teks dengan berbasiskan model analisis teks berbasis Model Analisis Teks Framing Model Gamson-Modigliani

15 Penelitian Komunikasi Pendekatan Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif : Critical Discourse

Mahasiswa dapat melakukan analisis teks dengan berbasiskan model Critical Discourse

Analysis : Norman Fairclough

16 UAS Bahan : Materi ajar : 9-12 Mahasiswa dapat Menguasai materi yang ditanyakan dalam UAS menurut materi K 9-15

Designed by hasyim ali imran

14 85021 Nama : Drs. Hasyim Ali Imran,

MSi.

(4)

Pembahasan

PENELITIAN KOMUNIKASI PENDEKATAN KUALITATIF BERBASIS TEKS : Aplikasi Model Analisis Teks Framing Model Gamson-Modigliani

Framing Model Gamson-Modigliani

Analisis teks dalam studi framing ini menggunakan model analisis teks Gamson dan Modigliani1. Penggunaan model tersebut diorientasikan untuk menjawab

permasalahan penelitian, sbb : “Bagaimana realitas kepentingan publik dikonstruksikan wartawan dalam pemberitaan website beritajakarta.com ?”

Model analisis teksGamson dan Modigliani sendiri berupa, sbb. :

Tabel : 1

Model Framing Gamson dan Modigliani

Frame

Central Organizing idea for making sense of relevant events, suggesting what is at issues

Framing Devices

(Perangkat framing)

Reasioning Devices

(Perangkat Penalaran) Methapors

Perumpamaan atau pengendalian

Roots

Analisis kausal atau sebab akibat. Catchapharases

Frase yang menarik, kontras menonjol dalam suatu wacana. Ini umumnya berupa jargon atau slogan

Appeals to principles

Premis dasar, klaim-klaim moral.

Exemplaars

Mengaitkan bingkai dengan contoh uraian (bisa teori, perbandingan) yang memperjelas bingkai.

Concequences

Efek atau konsekwensi yang didapat dari bingkai.

Depictions

Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depiction ini umumnya berupa kosa kata, leksikon untuk melabeli sesuatu.

Visual Images

Gambar, grafik citra yang mendukung bingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun, ataupun grafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan.

Sumber: Saleh, Rahmat, Potensi Media Sebagai Ruang Publik, Jakarta: Jurnal

Penelitian Ilmu Komunikasi, 2004.

Struktur framing devices yang mencakup metaphors, exemplars catchpharases, depictions dan visuals image menekankan aspek bagaimana “melihat” suatu isu, yakni

roots (analisis kausal) dan appels to principle (klaim moral).

Secara literal, metaphors dipahami sebagai cara memindah makna dengan merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana. Hendry Gundur tarigan menilai metafora sebagai jenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Didalamnya terlihat dua gagasan : pertama adalah suatu kenyataan, sesuatu yang

(5)

difikirkan, yang menjadi objek; keduanya merupakan perbandingan terhadap kenyataan tadi; dan kita menggantikan belakangan itu menjadi terdahulu tadi (Tarigan, 1990:15 dalam Sobur, 2004:179). Menurut John Fiske, metafora merupakan common sense,

pengalaman hidup keseharian yang di taken for granted masyarakat. Common sencse

terlihat alamiah (kenyataan diproduksi secara singkat arbitre) dan perlahan-lahan menjadi kekuatan ideologis kelas dominan dalam memperluas dan mempertahankan ide utnuk seluruh kelas. Metafora berperan ganda; pertama, sebagai perangkat diskursif dan ekspresi piranti mental; kedua, berasosiasi dengan asumsi atau penilaian, serta memaksa teks membuat sense tertentu.

Exemplars mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot makna lebih untuk dijadikan rujukan/pelajaran. Posisinya menjadi pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkan perspektif. Cathphrases, istilah, bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran atau semangat tertentu. Dalam teks berita, Cathphrases mewujud dalam bentuk jargon, slogan atau semboyan.

Defiction, menggambarkan fakta dengan memakai kata, istilah, kalimat konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Asumsinya, pemakaian kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangka, menyesatkan pikiran dan tindakan serta efektif sebagai bentuk aksi politik. Depictions dapat membentuk stigmatisasi, eufemisme serta akronimisasi.

Visual images, pemakaian foto-foto, diagfragma, grafis, tabel, kartun dan sejenisnya untuk mengekspresikan kesan, misalnya perhatian atau penolakan, dibesar-kecilkan, ditebalkan atau dimiringkan, serta pemakaian warna. Visual images bersifat sangat natural, sangat mewakili realitas yang membuat erat muatan ideology pesan dengan khalayak. Roots (analisis kausal), pembenaran isu dengan menghubungkan suatu objek atau lebih yang dianggapnya menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain. Tujuannya, membenarkan penyimpulan fakta berdasar hubungan sebab akibat yang digambarkan atau dibeberkan.

Appeal to principle, pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai argumentasi pembenar membangun berita, berupa pepatah, cerita rakyat, mitos, doktrin ajaran dan sejenisnya. Appeal to principle yang apriori, dogmatis, simplistik dan monokausal (nonlogis) bertujuan membuat khalayak tak berdaya menyanggah argumentasi. Fokusnya, memanupulasi emosi agar mengarah ke sifat, waktu, tempat cara tertentu, serta membuat tertutup/keras dari bentuk penalaran lain.

Selanjutnya, untuk kepentingan mencontohkan praktik analisis teks, tulisan ini mengacu pada pemberitaan kalangan wartawan melalui website beritajakarta.com

selama kurun waktu 1 Agustus 2012 - 5 Desember 2012 yang jumlahnya 12 kali upload. Sebagai bentuk contoh ptraktik, maka akan diambil dua contoh saja. Hasil analisis teks dimaksud, disajikan dalam bagian berikut ini, sbb. :

a. Konstruksi Realitas website beritajakarta.com Mengenai Kepentingan Publik

Website beritajakarta.com memberitakan masalah kepentingan Public menyangkut warga Jakarta antara tanggal 1 Agustus 2012 hingga 5 Desember 2012. Total peng-up load- an berita dalam kurun waktu tersebut sebanyak 12 kali. Dari total pemberitaan ini, maka realitas yang dikonstruksi wartawan terlihat lebih banyak (8)

yang sifatnya menyangkut kepentingan publik yang sumbernya berasal dari arus atas (Top down). Sementarayang sifatnya menyangkut kepentingan publik yang sumbernya berasal dari kalangan arus bawah (grassroot) sebanyak empat (4) kali.

Terhadap ragam realitas tadi, kalangan wartawan website beritajakarta.com ,

(6)

membedakannya hanya sumber asal masalah kepentingan publik itu, yakni lebih banyak berasal dari kalangan atas (Top Down) ketimbang dari kalangan bawah (bottom up) itu sendiri. Artinya, dalam kaitan pengkonstruksian realitas kepentingan publik itu, wartawan tampak lebih banyak menyuarakan kepentingan kalangan atas yang dalam hal ini pihak Pemprov DKI daripada kalangan bawah atau publik/warga DKI itu sendiri.

Dari hasil analisis terhadap konstruksi realitas wartawan dalam pemberitaan melalui perangkat analisis Model Framing Gamson dan Modigliani sendiri, berhasil ditemukan 12 frame. Selengkapnya disajikan melalui tabel-tabel berikut. :

Dari ragam masalah kepentingan publik dimaksud, maka konstruksinya tentunya menjadi 12 bentuk konstruksi. Hasilnya sebagai berikut :

1. Konstruksi Wartawan Dalam Pemberitaan

a. Judul: DKI Bagikan Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun

(website beritajakarta.com, 01-08-2012) top down

Tabel : 1

(7)

Framing Devices

P.6: “Dengan kartu gratis wajib belajar 12 Tahun ini, ke depan tidak ada lagi anak dalam usia sekolah, tetapi tidak bersekolah karena terkendala biaya”.

Catchapharases :

Tidak ada

Appeals to principles :

p. 2: ”... Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sangat menaruh perhatian besar terhadap kemajuan pembangunan pendidikan, pembinaan generasi muda serta meningkatkan kualitas SDM warga DKI Jakarta.

Exemplaars

p.5: “...penghasilan guru di DKI Jakarta tergolong yang tertinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia”. P.5: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sederajat di DKI Jakarta tercatat sebanyak 183.266 siswa, dengan rincian 92.734 siswa SMA negeri dan 90.532 siswa SMA swasta. Sedangkan BOP yang diberikan untuk siswa SD sebesar Rp 60.000 per bulan per siswa dan SMP 110.000 per bulan per siswa. SMAN Rp 400.000 per bulan per siswa, SMK jurusan Administrasi Rp 400.000 per bulan per siswa, jurusan Pariwisata Rp 500.000 per bulan per siswa dan untuk jurusan SMA dan sederajat, kini dibebaskan dari semua biaya pendidikan”.

Depictions :

p.1: “Komitmen wajib belajar (wajar) gratis 12 tahun dibuktikan Pemprov DKI Jakarta dengan memberikan kartu gratis wajib belajar 12 tahun kepada seluruh siswa di DKI dari jenjang pendidikan SD, SMP, hingga SMA/SMK.

Visual Images :

(8)

Melalui realitas ”Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun” dalam pengonstruksiannya, melalui Element inti berita (idea element), maka dalam pandangan wartawan beritajakarta.com, Pemprov DKI diwacanakan sebagai peduli kepada masalah pendidikan rakyat dan ini tampak dari frame yang mereka coba utarakan dalam pemberitaan, yaitu “Pemprov DKI Bagikan Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun”.

Guna menguatkan frame dimaksud tadi dalam pengkonstruksiannya, maka wartawan melalui Framing Devices (Perangkat framing)-nya mencobanya melalui komponen, terutama Depictions , sbb. :

“p.1: “Komitmen wajib belajar (wajar) gratis 12 tahun dibuktikan Pemprov DKI Jakarta dengan memberikan kartu gratis wajib belajar 12 tahun kepada seluruh siswa di DKI dari jenjang pendidikan SD, SMP, hingga SMA/SMK”

Termasuk pula melalui komponen Visual Images dan Exemplaars-nya. Melalui Visual images, dalam konstruksinya wartawan tampak berupaya berjustifikasi terhadap apa yang telah diwacakannya tadi, yakni dengan cara memuat “Foto Gubernur Fauzi Bowo dengan siswa yang memegang kartu. Backdropnya bertuliskan pencanangan kartu gratis belajar 12 tahun oleh Gubernur DKI Jakarta”. Sementara untuk menguatkan argumentasi bahwa perlunya segera pihak Pemprov untuk menerapkan program “Bagikan Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun” tersebut, maka dalam konstruksinya wartawan mencoba memberikan sejumlah data anak sekolah di DKI sebagaimana tampak dalam paragraf 8, sbb. :

P.8: “saat ini untuk siswa SMA dan sederajat di DKI Jakarta tercatat sebanyak 183.266 siswa, dengan rincian 92.734 siswa SMA negeri dan 90.532 siswa SMA swasta. Sedangkan BOP yang diberikan untuk siswa SD sebesar Rp 60.000 per bulan per siswa dan SMP 110.000 per bulan per siswa. SMAN Rp 400.000 per bulan per siswa, SMK jurusan Administrasi Rp 400.000 per bulan per siswa, jurusan Pariwisata Rp 500.000 per bulan per siswa dan untuk jurusan Teknologi Rp 600.000 per bulan per siswa”.

Pewacanaan bahwa Pemprov DKI peduli kepada masalah pendidikan rakyat sebagaimana terlihat dari frame-nya berupa “Pemprov DKI Bagikan Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun”, dalam konstruksinya wartawan juga tampak berupaya menguatkan apa yang telah diwacakannya itu melalui Reasioning Devices (Perangkat Penalaran). Pada perangkat ini, maka melalui komponen Appeals to principles, sangat terlihat bahwa wartawan memang sangat berupaya untuk meyakinkan publik bahwa pihak Pemprov DKI memang benar-benar peduli terhadap masalah pendidikan warga DKI itu. Hal ini sebagaimana tampak pada :

p. 2: ”... Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sangat menaruh perhatian besar

terhadap kemajuan pembangunan pendidikan, pembinaan generasi muda serta meningkatkan kualitas SDM warga DKI Jakarta.

Demikian halnya pada komponen lain dalam Reasioning Devices, juga ditujukan untuk menguatkan apa yang telah diwacanakan wartawan tadi. Pada komponen Concequences, digambarkan bahwa bentuk kepedulian pihak Pemprov DKI tadi hingga sampai pada pengambilalihan beban orang tua murid. Hal ini terlihat dari paragraf 3, sbb. :

p. 3: “Dengan kartu gratis tersebut, biaya pendidikan yang selama ini dibebankan pada orang tua murid khususnya bagi siswa setingkat SMA dan sederajat,

kini dibebaskan dari semua biaya pendidikan”.

(9)

anak yang berusia sekolah tidak akan sekolah. Ini sebagaimana tampak pada paragraf 6, sbb. :

P.6: “Dengan kartu gratis wajib belajar 12 Tahun ini, ke depan tidak ada lagi anak dalam usia sekolah, tetapi tidak bersekolah karena terkendala biaya”.

b. Judul: Warga Nikmati Layanan Kesehatan Gratis (Bottom up) (website beritajakarta.com, 18-09-2012)

Tabel : 2

Frame: Pemprov DKI berikan warga layanan kesehatan gratis. Frame: Pemprov DKI berikan warga layanan kesehatan gratis.

Framing Devices

(Perangkat framing)

Reasioning Devices

(Perangkat Penalaran)

Methapors:

P.1: “Pelayanan kesehatan gratis bagi warga kurang mampu yang digencarkan Pemprov DKI Jakarta gubernur berpengalaman dan

paham akan problematika dan masalah yang dihadapi warga Jakarta”.

Exemplaars

p.5: “selama ini, khususnya selama pemerintahan Fauzi Bowo, Pemprov DKI Jakarta lebih cepat dan tanggap dalam menangani permasalahan warga. Contohnya, saat berlangsung musim hujan tahun lalu, penanganan yang diberikan Pemprov DKI Jakarta terhadap korban banjir cukup layak dan manusiawi sehingga bisa menghibur dan membantu beban penderitaan yang dialami korban banjir.

Concequences

P.3: “, Berkat penyelesaian KBT dalam lima tahun terakhir ini, banjir yang terjadi di pemukimannya jauh lebih berkurang dibanding saat KBT belum dibangun”.

P.4: “rampungnya KBT, juga dibarengi dengan proyek penempatan rumah pompa dan perbaikan turap hingga mengurangi terjadinya potensi banjir maupun munculnya genangan di pemukiman warga.

Depictions :

P.2: “Kami sangat menikmati layanan kesehatan gratis dari Pemprov DKI Jakarta. Pemberian kartu Gakin maupun Jamkesda serta mudahnya pengajuan surat keterangan tidak mampu sangat membantu warga di sini yang perekonomiannya menengah ke bawah”

Visual Images :

(10)

Melalui realitas ”Layanan Kesehatan Gratis” dalam pengonstruksiannya, maka melalui Element inti berita (idea element), maka dalam pandangan wartawan

beritajakarta.com, Pemprov DKI diwacanakan sebagai pihak yang peduli terhadap

masalah kesehatan warga tak mampu dan ini tampak dari frame yang mereka coba utarakan dalam pemberitaan itu, yaitu “Pemprov DKI berikan warga layanan kesehatan gratis”.

Guna menguatkan frame dimaksud tadi dalam pengkonstruksiannya, maka wartawan melalui Framing Devices (Perangkat framing) dalam model Gamson dan Modigliani mencobanya melalui komponen Methapors, yakni sebagaimana tampak dalam paragraf 1, sbb. :

P.1: “Pelayanan kesehatan gratis bagi warga kurang mampu yang digencarkan

Pemprov DKI Jakarta mendapat sambutan positif dari warganya”.

Demi kepentingan penguatan wacana melalui frame yang mereka bangun, maka melalui komponen Depictions digambarkan juga bahwa apa yang dilakukan pihak Pemprov DKI sebagai pihak yang peduli kesehatan itu, memang benar-benar disambut warga. Komponen ini sendiri tampak penyajiannya di dalam paragraf 2, sbb. :

P.2: “Kami sangat menikmati layanan kesehatan gratis dari Pemprov DKI Jakarta. Pemberian kartu Gakin maupun Jamkesda serta mudahnya pengajuan surat keterangan tidak mampu sangat membantu warga di sini yang perekonomiannya menengah ke bawah”

Begitu juga pada komponen lainnya, wartawan dalam konstruksinya juga mencobanya melalui sejenis succes story telling melalui komponen Exemplaars

sebagaimana tampak dalam paragraf 5, sbb. :

p.5: “selama ini, khususnya selama pemerintahan Fauzi Bowo, Pemprov DKI Jakarta lebih cepat dan tanggap dalam menangani permasalahan warga. Contohnya, saat berlangsung musim hujan tahun lalu, penanganan yang diberikan Pemprov DKI Jakarta terhadap korban banjir cukup layak dan manusiawi sehingga bisa menghibur dan membantu beban penderitaan yang dialami korban-banjir.

Sementara melalui Reasioning Devices (Perangkat Penalaran), frame yang mereka buat melalui konstruksinya mengenai realitas ”Layanan Kesehatan Gratis”, yakni berupa “Pemprov DKI berikan warga layanan kesehatan gratis”, coba dikuatkan wartawan melalui komponen-komponen Appeals to principles dan Concequences.

Pada komponen Concequences, terlihat di sini melalui konstruksinya wartawan berupaya menunjukkan bahwa pihak Pemkot DKI itu adalah memang pihak yang benar-benar peduli terhadap persoalan warga, tidak hanya terbatas pada persoalan kesehatan belaka, tetapi juga termasuk pada persoalan-persoalan lain seperti masalah banjir. Hal ini dalam konstruksi wartawan tampak pada paragraf 3 dan 4. Sebagaimana tampak dalam kedua paragraf dimaksud, masalah banjir itu diteksasikan menjadi sbb.,:

P.3: “, Berkat penyelesaian KBT dalam lima tahun terakhir ini, banjir yang terjadi di pemukimannya jauh lebih berkurang dibanding saat KBT belum dibangun”.

P.4: “rampungnya KBT, juga dibarengi dengan proyek penempatan rumah pompa dan perbaikan turap hingga mengurangi terjadinya potensi banjir maupun

(11)

c. Judul: Contra Flow di Jl Yos Sudarso Efektif Cairkan Lalin (website beritajakarta.com, 22-09-2012) Top down

Tabel : 3

Frame: Satlantas Atasi Kepadatan lalu lintas dengan Strategi Contra Flow

(12)

Framing Devices

(Perangkat framing)

Reasioning Devices

(Perangkat Penalaran)

Methapors: Roots :

P.3: Strategi contra flow ini efektif karena mampu mencairkan arus lalu lintas sehingga tidak terjadi kemacetan

Catchapharases :

Tidak ada

Appeals to principles :

P.1: “Untuk mendukung pelaksanaan pembangunan jalan bebas hambatan Tanjungpriok, North South (NS), pihak Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Wilayah Jakarta Utara menerapkan pengendalian lalulintas (lalin) contra flow atau lawan arus di Jalan Yos Sudarso arah selatan.

Exemplaars Concequences

p. 2: “Penerapan pengendalian lalu lintas dengan sistem lawan arus ini mampu mengurai kepadatan yang diakibatkan oleh pembangunan jalan bebas hambatan Tanjungpriok NS tersebut”.

P.3: Ini (strategi contra flow) dapat mendukung kegiatan ekspor-impor yang melibatkan kendaraan-kendaraan besar yang melewati Jalan Yos Sudarso”.

Depictions :

P.3: “Dalam

penerapannya sendiri, Kasat Lantas Jakarta Utara Kompol Tri Suhartanto dan Kanit Dikyasa AKP Endang Katmiati, selalu berkoordinasi dengan

pihak pelaksana

pembangunan jalan bebas hambatan Tanjungpriok NS tersebut. Sehingga, segala sesuatu tentang atribut contra flow mulai dari marka, rambu, lampu penerangan, sosialisasi, dan juga dampak-dampak

lainnya sudah

diperhitungkan dengan matang.

Visual Images :

Foto jalan raya yang mengilustrasikan

kelancaran jalan.

(13)

Kepadatan lalu lintas itu diketahui bahwa frame wartawan berupa “Satlantas Atasi Kepadatan lalu lintas dengan Strategi Contra Flow”.

Dari frame dimaksud tampak bahwa pihak wartawan berupaya mewacanakan pihak Satlantas Jakarta tidak tutup mata terhadap persoalan kemacetan di Jakarta, khususnya di Jakarta Utara. Hal ini terbukti dari adanya teksasi yang menggambaran upaya yang dilakukan pihak Satlantas itu sendiri dalam mengatasi kemacetan berupa Strategi Contra Flow. Untuk memperkuat wacana mereka dalam frame itu, mereka dalam konteks analisis Gamson dan Modigliani, menteksasinya melalui perangkat

Reasioning Devices (Perangkat Penalaran) pada komponen Appeals to principles. Hal ini sebagaimana terlihat dalam paragraf 1, sbb. :

P.1: “Untuk mendukung pelaksanaan pembangunan jalan bebas hambatan Tanjungpriok, North South (NS), pihak Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Wilayah Jakarta Utara menerapkan pengendalian lalulintas (lalin) contra flow atau lawan arus di Jalan Yos Sudarso arah selatan.

Guna mempertajam pewacanaan tersebut, maka dalam konstruksinya pada perangkat framing dalam komponen Depictions, wartawan mencobanya melalui teksasi penggambaran “how” pelaksanaan strategi contra flow itu. Hal ini sebagaimana tampak pada paragraf 3 berikut ini :

P.3: “Dalam penerapannya sendiri, Kasat Lantas Jakarta Utara Kompol Tri Suhartanto dan Kanit Dikyasa AKP Endang Katmiati, selalu berkoordinasi dengan pihak pelaksana pembangunan jalan bebas hambatan Tanjungpriok NS tersebut. Sehingga, segala sesuatu tentang atribut contra flow mulai dari marka, rambu, lampu penerangan, sosialisasi, dan juga dampak-dampak lainnya sudah diperhitungkan dengan matang”.

Lebih jauh, upaya-upaya yang dilakukan wartawan dalam konstrruksinya guna penguatan wacana, yaitu dengan cara menteksasi hal-hal yang berhubungan dengan realitas Kepadatan lalu lintas di Jakarta Utara” melalui perangkat dan komponen-komponen lainnya dalam konteks model Gamson dan Modigliani. Pada

Framing Devices melalui komponen Visual Images misalnya, dijumpai upaya visualisasi melalui pemuatan foto yang mengilustrasikan kelancaran jalan. Demikian juga pada perangkat lainnya, yaitu perangkat Reasioning Devices. Pada perangkat tersebut, yaitu dalam komponen Roots, tampak di sini upaya wartawan untuk semakin memperkuat wacana yang dibangunnya melalui frame. Upaya perkuatan itu sifatnya berupa dampak penerapan strategi terhadap lalu lintas secara umum. Hal itu seperti terlihat dalam teksasi mereka pada paragraf 3, sbb.:

P.3: Strategi contra flow ini efektif karena mampu mencairkan arus lalu lintas sehingga tidak terjadi kemacetan.

Sementara pada komponen lainnya dalam perangkat yang sama, teksasi wartawan itu tampak berupaya merepresentasikan dampak positip secara khusus dari penerapan strategi contra flow itu sendiri bagi lalu lintas di Jakarta. Sebagaimana tampak dalam komponen Concequences, yakni dijumpai pada paragraf 2 dan 3, teksasinya berupa :

p. 2: “Penerapan pengendalian lalu lintas dengan sistem lawan arus ini mampu mengurai kepadatan yang diakibatkan oleh pembangunan jalan bebas hambatan Tanjungpriok NS tersebut”.

P.3: Ini (strategi contra flow)dapat mendukung kegiatan ekspor-impor yang melibatkan kendaraan-kendaraan besar yang melewati Jalan Yos Sudarso”.

d. Frame Kepentingan Pemerintah Versus Kepentingan Publik

(14)

dilihat dari tema-tema minor yang mereka munculkan dalam frame-frame yang terbentuk melalui hasil konstruksi realitas mereka dalam pemberitaan. Guna maksud tersebut, maka langkah pertama yang ditempuh adalah dengan cara

mengidentifikasikan tema-tema minor yang muncul dalam frame-frame yang dibentuk wartawan melalui konstruksi-konstruksi mereka atas suatu realitas. Lalu langkah kedua, membandingkan arah pewacanaan yang dikonstruksi wartawan melalui formasi frame demi frame. Dari sini akan terindikasi arah pewacanaannya, apakah akan merepresentasikan kepentingan publik atau kepentingan pihak Pemkot DKI Jakarta sendiri.

Guna menjawab masalah tersebut, pemaparannya akan dilakukan dalam sub bab ini. Pemaparannya sebagai berikut :

Tabel 4

Tema Minor Yang Muncul Dalam Konstruksi Realitas Wartawan Mengenai Masalah-Masalah Kepentingan Publik

Dalam Pemberitaan website beritajakarta.com

Nomor;Berita; Judul; Edisi Tema Minor/Frame beritajakarta.com

1. Judul: DKI Bagikan Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun

2. Judul: Warga Nikmati Layanan Kesehatan Gratis (Bottom up) Sudarso Efektif Cairkan Lalin (website beritajakarta.com, 22-09-2012) Top down

Frame:Satlantas Atasi Kepadatan lalu lintas dengan Strategi Contra Flow

4. Judul: Relokasi Sekolah Bukan Solusi Atasi Tawuran (Top down )

(website beritajakarta.com, 25-09-2012)

Frame: Pemda DKI dan DPRD DKI bahas solusi Tawuran Pelajar di

5. Judul : 2013, Dinkes Tambah 10 Puskesmas Rawat Inap website beritajakarta.com, 27-09-2012) top down

Frame : Pemda DKI Rencanakan Tambah Puskesmas Berfasilisas Rawat Inap

(15)

masyarakat

6. Judul: DPRD: Stop Kegiatan MOS di Sekolah

7. Judul: Besok, KRL Khusus Wanita Beroperasi (Top down)

8. Judul: Kebutuhan Air Bersih Korban Banjir Terjamin (Top down)

(website beritajakarta.com, 06-11-2012)

Frame: Pemprov DKI Jamin Kebutuhan Air Bersih Korban

9. Judul : 514 Warga Tambora Terima Kartu Jakar-ta Sehat

Frame: Luapan Kali Banjiri

Puluhan Rumah 11)Banjir bukankarena hujan semata, tetapi

12. Judul : Putaran Di Kolong Tol Jorr W1 Picu Kemacetan

(16)

pihak Pemprov DKI diwacanakan sebagai pihak yang peduli terhadap masalah kesehatan warga tak mampu (positive). Pewacanaan berikut dimunculkan wartawan melalui konstruksi realitas tentang masalah ‘tawuran Pelajar di Jakarta’. Di sini pihak

Pemprov. DKI diwacanakan sebagai pihak yang tidak tinggal diam dalam mengatasi masalah tawuran di kalangan pelajar di DKI. (positiv). Begitu pula pada konstruksi realitas menyangkut ‘Rencanakan penambahan Puskesmas Berfasilisas Rawat Inap di DKI’, pihak Pemprov DKI juga diwacanakan sebagai pihak yang peduli terhadap masalah kesejahteraan masyarakat (positiv).

Selanjutnya, wartawan tampak kembali melakukan konstruksi realitas mengenai masalah tawuran pelajar di DKI Jakarta. Melalui framenya terlihat bahwa pihak Pemprov DKI diwacanakan sebagai pihak yang tidak tinggal diam terhadap masalah tawuran pelajar di DKI Jakarta (positiv). Kemudian, wartawan beranjak kepada realitas lain, yaitu menyagkut realitas pasca banjir. Melalui konstruksi realitasnya, wartawan tampak berupaya membangun wacana bahwa pihak Pemprov DKI sebagai pihak yang baik hati dan bertanggung jawab terhadap warganya yang terkena musibah banjir dengan cara menjamin terpenuhinya Kebutuhan Air Bersih warga Korban Banjir (positiv).

Pada edisi berikutnya, tampak wartawan kembali mengangkat realitas ‘kesehatan masyarakat, yakni pembagian kartu sehat’ sebagai objek konstruksinya. Untuk itu, maka di sini wartawan mencoba membangun wacana bahwa pihak Pemprov DKI Jakarta sebagai pihak yang mempedulikan masalah kesejahteraan masyarakat di bidang kehidupan kesehatan. Jadi, pihak Pemprov tetap diwacanakan secara positiv.

Meskipun wartawan tampak lebih banyak memposisikan pihak Pemprov DKI sebagai pihak yang positiv dalam konstruksi realitasnya menyangkut masalah kepentingan publik di DKI, namun tidak berarti mereka itu ‘melulu’ mewacanakan pihak Pemprov DKI dalam konstruksi realitasnya. Akan tetapi, mereka sekali-sekali terlihat juga berupaya memposisikan pihak-pihak di luar Pemprov DKI dalam pewacanaannya. Pihak-pihak dimaksud yaitu pihak pemerintah juga, namun instsitusi pemerintah yang sifatnya non Pemprov DKI Jakarta. Pihak-pihak dimaksud yaitu seperti Pihak Satlantas Jakarta Utara. Pewacanaan pihak tersebut muncul melalui ‘Frame: Satlantas Atasi Kepadatan lalu lintas dengan Strategi Contra Flow’ . Pihak Satlantas sendiri dalam pewacanaan itu diposisikan sebagai pihak yang positip. Wacananya sendiri berupa ‘Pihak Satlantas Jakarta tidak tutup mata terhadap persoalan kemacetan di Jakarta’.

Selain pihak Satlantas, maka pihak pemerintah lainnya yang turut diwacanakan adalah Pihak PT KAI, sebuah perusahaan BUMN di bawah naungan Kementerian Perhubungan RI. Dalam pewacanaan, pihak ini dimunculkan wartawan melalui konstruksi realitas wartawan mengenai ‘beroperasinya KRL Khusus Wanita’. Dengan frame bahwa ‘Kaum Wanita Diperlakukan Istimewa oleh PT KAI’, maka di sini , melalui wacana yang coba mereka muncuklkan, bahwa ‘PT KAI istimewakan wanita dalam bertransportasi’, terlihat pihak PT KAI diposisikan juga sebagai pihak yang

positip dalam hal ‘memperlakukan kaum perempuan’.

Jika sebelumnya sudah dipaparkan temuan-temuan menyangkut posisi pihak-pihak pemerintah dalam pewacanaan melalui konstruksi wartawan mengenai realitas berbagai masalah menyangkut kepentingan publik, maka temuan lainnya juga memperlihatkan adanya beberapa pemosisian pihak publik (warga) dalam pewacanaan wartawan.

(17)

pemberitaan berjudul ‘Ribuan Sayuran Mati Terendam Air ‘ , website beritajakarta.com, 05-12-2012. Dengan konstruksi ini frame yang dimunculkan yaitu ‘Petani Sayur di Jakarta Keluhkan Banjir’. Lalu, dari frame tersebut pihak publik/warga diwacanakan sebagai pihak yang menjadi korban dalam realitas tersebut. Wacananya sendiri berupa ‘Derita yang dialami petani ‘sayur Di DKI Jakarta’.

Wacana lain yang dimunculkan wartawan menyangkut pihak publik/warga tersebut, yaitu wacana yang dimunculkan melalui konstruksi realitas mereka mengenai ‘keberadaan Putaran Di Kolong Tol Jorr W1 yang memacetkan’. Realitas ini sendiri mereka konstruksikan melalui pemberitaan berjudul ‘Putaran Di Kolong Tol Jorr W1 Picu Kemacetan ‘ (website beritajakarta.com, 4 -12-2012).

Berdasarkan konstruksi mereka, terlihat frame-nya berupa “Kekecewaan Warga terhadap keberadaan putaran di kolong tol JORR W1”. Dari frame tersebut, terlihat mereka berupaya mewacanakan pihak publik/warga pemanfaat lalu lintas itu sebagai pihak yang berposisi tidak menguntungkan atau jadi korban akibat keberadaan putaran di kolong tol JORR W1 itu.

Kemudian, wacana terakhir yang dimunculkan wartawan menyangkut pihak publik/warga tersebut, yaitu wacana yang dimunculkan melalui konstruksi realitas mereka mengenai ‘Luapan Kali Cakunglama yang membanjiri Puluhan Rumah’. Wacananya sendiri berupa ‘Banjir bukan karena hujan semata, tetapi lebih karena tidak didukung kondisi kali yang mampet dan dangkal. Jadi di sini, dengan pewacanaan tersebut, kepentingan pihak publik/warga, cenderung disuarakan sendiri oleh wartawan, bukan disuarakan oleh publik/warga yang dimediasi oleh wartawan melalui konstruksi realitas yang ia buat dalam pemberitaan.

e. Dominasi Kepentingan Pemerintah (Pemprov DKI) atas Kepentingan Publik

Mengacu pada hasil analisis sebelumnya menyangkut arah pewacanaan wartawan sebagaimana tampak dalam format-format frame yang terbangun melalui konstruksinya mengenai berbagai realitas kepentingan publik, dengan mana memperlihatkan adanya keberagaman pihak-pihak yang mereka wacanakan, yakni bukan hanya pihak Pemprov DKI, maka ini membuktikan bahwa apa yang dikatakan Althuser (2004:47). bahwa watak dasar manusia itu adalah sebagai binatang ideology, menjadi benar adanya. Status binatang ideologi sebagai mana disandang wartawan atau awak media (website beritajakarta.com), dalam pandangan Althuser, ideologi yang diembannya itu diartikan sebagai ketidaksadaran yang begitu mendalam (profoundly unconciousness) yang dalam praktiknya dalam diri manusia berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. (Althusser, 1994: 151). Dalam kaitan rutinitas wartawan atau awak media seperti website beritajakarta.com, keberlangsungannya tentu persis seperti apa yang digambarkan oleh Althuser tadi. Dalam keadaan seperti itu, makanya para wartawan itu dalam mengkonstruksi realitas mengenai kepentingan publik, temuan penelitian menunjukkan tidak hanya pihak Pemprov DKI saja yang mereka wacanakan, namun termasuk pula pihak-pihak yang bukan pihak Pemprov DKI, seperti pihak Satlantas Polri, PT KAI dan pihak publik/warga DKI.

Lebih jauh, sejalan dengan temuan penelitian sebelumnya, di mana pihak Pemprov DKI (Pemerintah) sendiri terlihat menjadi pihak yang paling dominan

dimunculkan wartawan dalam pewacanaan mereka secara positip. Dilihat dari sini, maka ini dapat diartikan bahwa pihak media terindikasi pula sebagai pihak yang memainkan fungsinya secara ideal. Disebut ideal karena para awak media

website beritajakarta.com itu memang merupakan bagian dari bentuk ideological stateapparatus /ISA sebagaimana dimaksudkan oleh Althusser2.

(18)

Dengan memainkan fungsinya secara ideal itu, maka pihak awak media di sini, berdasarkan pandangan Sam Black3 menyangkut fungsi humas pemerintah, mereka

berarti telah mewujudkan dua dari empat tujuan Humas Pemerintah itu sendiri, yaitu menyangkut tujuan : 1). To keep citizens informed of the council’s policy and its day-by-day activities (memelihara penduduk agar tahu jelas mengenai kebijaksanaan lembaga beserta kegiatannya sehari-hari); dan 3). To enlighten citizens on the way in which the systems of local goverment works and inform them of their rights and responsibilities (memberikan penerangan kepada penduduk mengenai cara pelaksanaan sistem pemerintahan daerah dan mengenai hak-hak dan tanggung jawab mereka).

Seiring dengan berjalannya dua tujuan Humas Pemerintah tadi, maka terkait pendapat Eriyanto (Eriyanto, 2002 : 167) yang mengutip pendapat Edelman mengenai pentingnya peranan bahasa dalam pembentukan sebuah citra, maka temuan penelitian ini yang menunjukkan begitu dominannya pihak Pemprov DKI muncul dalam pewacanaan secara positip, dengan sendirinya pewacanaan ini bertendensi akan dapat membentuk citra positive Pemprov DKI dalam kaitan realitas kepentingan publik di wilayah DKI Jakarta.

Jika sebelumnya telah ditunjukkan bahwa wartawan dalam konstruksinya itu lebih dominan mewacanakan pihak Pemprov DKI secara positive, di sisi lain pihak wartawan tampak juga berupaya mewacanakan pihak-pihak lain di luar pihak Pemprov DKI, yang sifatnya juga cenderung positive. Ini dialami oleh pihak Polri cq pihak Satlantas Pemkot Jakarta UItara. Termasuk pula di sini dialami pihak PT KAI. Keduanya termasuk pihak yang diuntungkan oleh pihak wartawan dalam pewacanaan media sehubungan pihak wartawan tanpa sadar terjebak memainkan fungsi yang dalam bahasa Althusser tadi disebut sebagai “binatang ideologis’.

Selanjutnya, jika ditelaah menyangkut kepentingan publik/warga sendiri, dari temuan penelitian menunjukkan bahwa kalangan wartawan tampak memarginalisir kalangan publik/warga Jakarta dalam pewacanaannya. Indikasi marginalisasi itu terlihat dari begitu sedikitnya kalangan warga/publik dimunculkan dalam pewacanaan wartawan. Tercatat, kalangan warga/publik ini hanya dimunculkan wartawan dua kali dalam pewacanaan. Pertama pada konstruksi realitas menyangkut realitas ‘Derita yang dialami petani sayur Di DKI Jakarta’ dan kedua pada realitas menyangkut’Luapan Kali Cakunglama yang banjiri Puluhan Rumah warga’. Jadi, dengan minimnya pewacanaan pihak publik/warga ini dalam pewacanaan wartawan melalui konstruksi realitas menyangkut masalah ‘kepentingan publik’, dengan sendirinya ini membuktikan bahwa dalam konstruksi realitas wartawan menyangkut masalah-masalah kepentingan publik/warga DKI, pihak wartawan berindikasi cenderung lebih berpihak kepada pihak Pemprov DKI itu sendiri sebagai “tuannya’.

ooo

Daftar Pustaka :

bentuk dari ISA tadi, itu berarti media di sini bisa menjadi “badan ideologis” yang dapat digunakan sebagai alat praktek ideologis oleh para pihak ISA

(19)

Althusser, Louis. 1984. Tentang Ideologi : Marxisme Strukturalis, Psikoanalisis, Cultural Studies (terjemahan), Yogyakarta, Jalasutra.

Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikologis, Remaja Rosdakarya Bandung, 2002, h. 37

Gambar

Gambar, grafik citra yang mendukung bingkai secara
Tabel : 2Frame: Pemprov DKI berikan warga layanan kesehatan gratis.
Tabel 4Tema Minor Yang Muncul

Referensi

Dokumen terkait

Akademi Keperawatan (AKPER) Aisyiyah Palembang merupakan lembaga pendidikan yang dalam kegiatan aktivitas akademik khususnya berhubungan dengan pengolahan data

The management plan and supporting documents shall provide: a) Management objectives. b) Description of the forest resources to be managed, environmental limitations, land use

 Arti komunikasi itu sendiri berbeda-beda salah satunya yaitu pengertian komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk data, melakukan pertukaran

Se para Lyotard, as escolas existentes, ainda assim não atendem as necessidades do mercado, para Habermas é preciso instaurar “uma razão comunicativa que reconstrua

Kelebihan peneliian ini adalah dilakukan di RS kecamatan yang merupakan rujukan primer pasien hipertensi sehingga dapat diketahui secara mendasar faktor yang

Berkaitan dengan hal ini, bank syariah yang melakukan kegiatan operasinya berdasarkan prinsip Islam, diharapkan untuk mengungkapkan informasi CSR yang relevan

 Guru menekankan kegiatan membaca Al-Qur’an Surat Al-‘Ashr difokuskan terutama cara membacanya baik tanda baca atau syakal dan mahrojnya, guru memberi contoh

Superego dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah dari luar (khususnya orang tua) sedemikian rupa sehingga akhirnya terpencar