• Tidak ada hasil yang ditemukan

PHYLOSOPHY AND EDUCATION Prodi S3 Peneli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PHYLOSOPHY AND EDUCATION Prodi S3 Peneli"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PHYLOSOPHY AND EDUCATION

Matakuliah Filsafat Pendidikan

Oleh:

Adi Dewanto (17701261017) Yulvinamaesari (17701261011) Eko Ari Wijayanto (17701261001)

Prodi S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

(2)

Dalam istilah yang paling luas dan paling umum, filsafat adalah usaha manusia untuk berpikir secara paling spekulatif, reflektif, dan sistematis tentang alam semesta tempat dia tinggal dan hubungannya dengan alam semesta itu. Para filsuf membagi menjadi empat bidang dasar yaitu metafisika, epistemologi, aksiologi, dan logika.

Metafisika mempelajari tentang sifat realitas tertinggi, berhubungan dengan spekulasi manusia terhadap eksistensi. Seorang idealis mendefinisikan realitas dalam istilah spiritual nonmaterial, seorang realis melihat kenyataan sebagai tatanan benda-benda yang ada secara independen dari manusia. Seorang pragmatis berpendapat bahwa gambaran manusia tentang realitas ditentukan oleh pengalamannya. Subjek, pengalaman, dan keterampilan yang termasuk dalam kurikulum mencerminkan gambaran realitas yang dimiliki oleh masyarakat yang mendukung usaha sekolah. Sebagian besar sekolah formal mewakili usaha pembuat kurikulum, guru, dan penulis buku untuk menggambarkan aspek realitas kepada siswa. Misalnya, subjek seperti sejarah, geografi, dan kimia menggambarkan fase realitas tertentu kepada siswa.

(3)

Dengan demikian, pemecahan masalah merupakan metode pembelajaran yang tepat bagi mereka yang menerima pandangan pengetahuan pragmatis.

Aksiologi berkaitan dengan teori nilai dan usaha untuk menentukan apa yang baik dan benar. Subdivisi aksiologi adalah etika dan estetika. Etika adalah studi filosofis tentang nilai dan perilaku moral. Estetika berkaitan dengan studi nilai-nilai di alam keindahan dan seni. Sementara metafisika berkaitan dengan usaha untuk menggambarkan sifat realitas tertinggi, aksiologi mengacu pada perilaku moral dan kecantikan. Pendidik selalu memperhatikan pembentukan nilai-nilai pada kaum muda dan dengan dorongan beberapa jenis perilaku pilihan. Masing-masing orang menjadi sasaran orang-orang yang berusaha membentuk perilakunya sesuai dengan garis tertentu. Anak-anak terus-menerus diberi tahu bahwa mereka seharusnya atau tidak melakukan hal-hal tertentu. Pernyataan seperti "Anda harus mencuci tangan sebelum makan," "Anda seharusnya tidak memecahkan jendela sekolah," atau "Anda harus mencintai negara Anda" adalah semua pernyataan nilai yang jelas. Pada proses pendewasaan, seseorang akan menemukan banyak upaya untuk membentuk perilaku. Cara yang biasanya langsung digunakan oleh orang tua, guru, dan masyarakat dilakukan dengan memberikan penghargaan atau hukuman pada seseorang yang mampu menyesuaikan diri atau pada seseorang yang menyimpang dari gambaran kebenaran, kebaikan, atau keindahan mereka.

Logika berkaitan dengan aturan atau pola pemikiran yang benar dan sahih. Hal ini digunakan untuk menguji aturan kesimpulan yang sahih, untuk nantinya digunakan untuk menyusun perbandingan dan argumen dengan benar. Logika deduktif adalah penalaran yang berpindah dari pernyataan prinsip umum ke contoh dan aplikasi tertentu. Logika induktif adalah penalaran yang bergerak dari kasus tertentu ke generalisasi.

Pendidikan

(4)

pada akhirnya dia akan berpartisipasi penuh dalam budaya tersebut. Proses enkulturisasi kaum muda ini melibatkan berbagai pihak, antar lain keluarga, teman sebaya, masyarakat, media, kelompok keagamaan sampai dengan negara. Pihak-pihak tersebut mempunyai peran dalam pembentukan seseorang, terutama kaum muda.

Dengan hidup bersama orang lain, kaum muda ini belajar tentang bagaimana bergaul dengan orang lain. Ia mempelajari bahasa, bersopan-santun, dan berperilaku. Para ahli pendidikan dan filsuf telah lama mengakui peran pendidikan pada interaksi manusia dan masyarakat. Mereka telah berupaya menunjukan garis-garis besar tatanan sosial yang didasarkan pada dan memenuhi potensi manusia.

Pendidikan formal terjadi di sekolah, untuk mempelajari berbagai macam keterampilan, pengetahuan, dan juga potensi yang dimiliki oleh siswa. Sekolah dikelola oleh para guru yang dianggap ahli dalam proses pembelajaran. Selain pendidikan formal di sekolah, pendidikan juga terjadi di lingkungan sekitar. Pendidikan di luar sekolah ini merupakan pendidikan informal yang ternyata mempengaruhi pendidikan formal di sekolah. Dengan demikian apabila sekolah ingin berhasil dalam program pembelajarannya, kurikulum dan metode pembelajarannya harus terkait pada terminologi yang ada di masyarakat.

Kurikulum

Kurikulum merupakan hal yang sangat penting dan menjadi fokus dalam pendidikan di sekolah. Pembuatan kurikulum harus mempertimbangkan, memeriksa, dan merumuskan tujuan dari pendidikan. Pertanyaan-pertanyaan berikut menjadi perhatian bagi pembuat kurikulum :

● Pengetahuan apa yang paling berharga?

● Pengetahuan apa yang harus diperkenalkan kepada pelajar? ● Apa kriteria dalam pemilihan suatu pengetahuan?

● Nilai-nilai berharga apa yang harus dimiliki oleh pelajar sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat?

(5)

Dahulu, kurikulum meliputi keterampilan dalam membaca, menulis, dan berhitung di sekolah-sekolah, baik tingkat dasar, menengah maupun tingkat atas. Bagi banyak pendidik, kurikulum pada dasarnya merupakan program studi, keterampilan, dan mata pelajaran yang ditawarkan secara formal. Akan tetapi sejak munculnya pendidikan dengan pendekatan berdasarkan aktivitas atau pengalaman di abad ke-20, pendidik mulai beralih ke konsep kurikulum yang lebih umum dan luas. Bagi mereka, kurikulum mencakup semua pengalaman peserta didik dimana sekolah harus merespon hal tersebut.

Terdapat dua definisi kurikulum, yaitu (1) dalam arti luas kurikulum dapat diartikan sebagai pengalaman yang terorganisir yang dimiliki oleh seorang siswa di bawah bimbingan dan kontrol sekolah dan (2) kurikulum merupakan serangkaian mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk membentuk program pembelajaran formal di sekolah.

Semua pembuat kurikulum berusaha mencari apa yang paling berharga bagi pelajar. Hal ini tidak terbantahkan lagi. Permasalahan yang muncul adalah kesepakatan dalam mengidentifikasi dan menyetujui apa yang merupakan kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang utama. Permasalahan ini memiliki dimensi metafisik, epistemologi, dan aksiologi. Para ahli memberikan jawaban yang berbeda-beda tentang hal tersebut sehingga munculkan kurikulum dengan berbagai macam variasi.

(6)

alternatif tindakan. Kurikulum mata pelajaran disusun dalam hirarki yang memprioritaskan pada pelajaran-pelajaran yang dipandang lebih umum, dan lebih signifikan di banding pelajaran lainnya. Penyusunan hirarki mata pelajaran bergantung pada konsep tertentu tentang realitas dan nilai yang menjadi latar belakang konstruksi kurikulum.

Berbeda dengan desain materi pelajaran, bentuk kurikulum lain telah lama diajukan para ahli. Kalangan eksperimentalis, progresif, maupun rekonstruksionis telah lama lebih memperhatikan proses belajar daripada tentang bagaimana membentuk informasi yang meliputi berbagai disiplin yang dipelajari. Desain kurikuler yang berorientasi proses telah lama disebuah sebagai aktivitas, pengalaman atau kurikulum pemecahan masalah. Menurut metode pembelajaran eksperimental aliran John Dewey, terdapat sejumlah metode inquiri ilmiah yang dapat diterapkan pada semua permasalahan manusia. Kurikulum yang sesuai gagasan ini adalah serangkaian episode pemecahan masalah yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan ketertarikan siswa. Kurikulum yang berorientasi proses menaruh perhatian pada pengembangan keterampilan metodologis yang berguna dalam berbagai situasi. Kandungan disiplin ilmu digunakan ketika dibutuhkan untuk memecahkan masalah.

Metodologi Pengajaran

Metode pengajaran sangat erat terkait dengan tujuan atau muara yang ditetapkan pada kurikulum. Metodologi adalah proses belajar mengajar yang membawa siswa terhubung dengan keterampilan atau pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Di sekolah, metode adalah alat atau prosedur yang digunakan guru untuk membantu siswa mendapatkan pengalaman, menguasai keterampilan atau proses, atau memperoleh sebuah ranah pengetahuan. Jika dilakukan secara efisien dan efektif, metode pengajaran akan mencapai tujuan yang diinginkan.

(7)

pengalaman sebelumnya, (3) konten, atau substansi atau isi pelajaran, (4) kesimpulan untuk memperkuat pembelajaran tertentu, (5) evaluasi, untuk menentukan sejauhmana siswa mencapai tujuan yang ditetapkan.

Oleh karena pengajaran menyiratkan penggunaan teknik atau metode instruksional untuk menjamin tujuan yang diinginkan, guru pada segala level terlibat dalam pertanyaan-pertanyaan metodologis. Program pendidikan guru mengajarkan teknik dan metode mengajar. Sebagai contoh, terdapat kuliah tentang mengajar membaca, bahasa, ilmu alam, ilmu sosial, matematika, musik dan seni. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi guru yang berpengalaman dalam menyatukan konten dan metodologi di ruang kelas. Guru yang berpengalaman dilibatkan dalam program magang untuk mengenalkan mahasiswa calon guru dengan berbagai metode baru. Administrator sekolah menyediakan banyak waktu dan sumber daya untuk memperkenalkan dan mengeksperimenkan inovasi metodologi. Bahkan kajian literatur pendidikan profesional membuktikan tentang ketertarikan mendalam pada metodologi. Terdapat sejumlah artikel tentang metode Socratik, metode penugasan, metode discovery, metode inquiri, dan pendekatan-pendekatan lainnya dalam mengajar.

Metode mengajar belajar berkaitan paling erat dengan epistemologi, atau pengetahuan, dan dengan logika, yaitu pola berpikir yang benar. Kajian pemikiran-pemikiran sistematis tentang filsafat pendidikan memberikan petunjuk tentang strategi belajar yang terkai dengan konsep mengetahui yang merupakan bagian dari sistem filsafat. Jika pengetahuan atau gagasan merupakan bawaan yang muncul di pikiran, maka strategi belajar paling efektif akan menjadi alat untuk menjembatani pada kesadaran. Metode Socratic adalah sebuah contoh yang menstimulasi siswa untuk mengingat kembali gagasan. Jika belajar adalah sebuah transaksi antara manusia dan lingkungannya, sebagamana dinyatakan oleh Dewey, maka metode mengajar paling efektif akan menjadi alat utntuk membentuk pengalaman sebagai instrumen untuk membantu memecahkan masalah di lingkungannya. Meskipun metode mengajar sangat beragam tergantung pada konten dan sekuens yang diharapkan, kesemuanya memiliki seperangkat prosedur yang dilakukan untuk mencapai sejumlah tujuan.

(8)

Ada tiga aliran filsafat pendidikan paling mengemuka dalam sejarah peradaban Eropa, yakni: Idealisme, Realisme, dan Thomisme. Aliran-aliran itu masih begitu vital, khususnya sebagai dasar, pengantar mengenai proses pendidikan yang menyumbangkan ragam desain kurikulum. Hal paling dekat dengan hal di atas adalah teori pendidikan Perenialisme. Perenialisme menekankan karakter manusia rasional, esensialis, dalam dunia pendidikan.

Bertolakbelakang dari aliran pemikiran di atas, filsafat pragmatisme eksperimental John Dewei menekankan proses pendidikan sebagai bentuk transaksi antara manusia dan lingkungannya. Lebih lanjut, pertalian teori eksperimental itu kemudian melahirkan aliran pemikiran progresivisme dan rekonstruksionisme.

Progresivisme merupakan reaksi dari pemikiran tradisional dalam pendidikan, yang menitikberatkan pada pembebasan keinginan (ketertarikan) dan kebutuhan peserta didik. Rekonstruksionisme mendorong peranan sekolah dalam membentuk perubahan dan budaya kritis.

Pendidikan kontemporer menjadi saksi lahirnya dua pendekatan baru dalam teori pendidikan, yakni: eksistensialisme dan filsafat analisis. Eksistensialis mempertanyakan tentang masyarakat massa dan keterlibatan sekolah dalam proses dehumanisasi, yang mereduksi subjek menjadi objek semata. Sedangkan filsafat analisis mencari makna dalam bahasa yang keduanya digunakan secara umum dalam wacana ilmu pengetahuan.

Memahami filsafat pendidikan sangatlah berfaedah bagi mahasiswa (pendidikan), selain mampu mengidentifikasi program-program pendidikan, kurikulum, dan metode-metode yang hubungannya dengan posisi filosofis yang lebih khusus. Hal ini dapat membantu para mahasiswa menguji dan mengeritisi usulan serta kebijakan dalam dunia pendidikan. Selain itu, basis pengetahuan dalam filsafat pendidikan sangat memungkinkan kita menguji konsekuensi dari hasil implementasi suatu kurikulum atau suatu desain metodologi tertentu.

(9)

setidaknya dapat menolong para pengajar menguji dan merumuskan secara lebih luas, baik sebagai tujuan personal dan sosial yang dapat mengantarkan penerapan praktisnya dalam dunia pendidikan.

Peyelidikan secara filososfis diharapkan membantu pengajar menguji masalah-masalah dan segera mengambil suatu keputusan. Sebagai gantinya, mereka dapat mengambarkan beragam pengalaman, praktik, dan pengamatan terhadap pendidik (guru). Sebagai contoh, tujuan pendidikan, praktik, dan metode-metodenya, bisa diramalkan melalui filsafat pendidikan, seperti: idealisme, realisme, dan thomism. Juga sebaliknya. Hal ini memungkinkan menciptakan filsafat pendidikan yang diuji melalui filsafat praktis, dan generalisasi melalui orang per-orang atau dalam pertumbuhan sebuah masyarakat, baik secara esensialis, progresif atau perenialist yang telah dilakukan sebelumnya.

Dalam perjalanan sejarah, pendidikan merupakan suatu hal yang paling diperdebatkan. Jika menyimak perdebatan dalam dunia pendidikan beserta kontroversinya, sangat banyak menginginkan untuk mereformasi sekolah. Ada yang menyarankan bahwa sekolah mestinya tidaklah harus terlembagakan dan dijadikan hal pokok dalam masyarakat. Sekolah harus menjadi penanaman nilai-nilai agama dan spiritual bagi remaja; lainnya mengharapkan penekanan hukum dan ketertiban; lainnya lagi mekankan untuk kembali pada keutamaan intelektualitas, liberal arts dan sains, yang menjadi basis pendidikan. Lebih lanjut, ada juga yang melihat sekolah sebagai pembentukan ulang daya kritis, sosial maupun politik. Untuk masing-masing gagasan dan platform terjadi reaksi dan debat gagasan. Namun dari semua itu, alam, manusia, kehidupan, dan masyarakat menjadi perhatian sekolah. Oleh karena itu, dari semua asumsi di atas dapat diuji dari matriks-matriks filosofisnya, sehingga berbagai varian alternatif dalam pendidikan dapat diuji dan dijelaskan.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

RIAT PRO=INSI SULAWESI TENGA4 BULAN : $ Januari s/d 1 D!s!"#!r $01% BULAN : $ Januari s/d 1 D!s!"#!r

Suksesi pegawai yang dimaksud yaitu setelah pegawai mendapatkan promosi, dengan menempati posisi yang lebih tinggi dalam struktural, beban kerja dari posisi yang

Limas adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi-n ( yang disebut dengan bidang alas) dan beberapa segitiga (sisi tegak) yang memiliki satu titik sudut

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Penelitian ini dilakukan di LAZ PT Semen Padang dnagan tujuan untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui pelaksanaan dari pengelolaan serta pengunaan dana yang

Oleh karena itu, pemerahan yang dilakukan oleh orang yang berganti-ganti tidak termasuk faktor risiko mastitis subklinis pada kambing.. Pemerahan yang dilakukan oleh orang

Media sosial dapat digunakan dengan sebaik mungkin oleh siswi MTsN 2 Kota Malang, bahkan dengan adanya instagram, youtube dan whatsapp memberikan kemudaham

Terdapat tiga aturan keserasian yang digunakan dalam penelitian ini, oleh karena itu pengujian ini dilakukan untuk mengetahui aturan keserasian mana yang sangat