• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) MELALUI PENDEKATAN INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS X MA AL-FATAH PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) MELALUI PENDEKATAN INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS X MA AL-FATAH PALEMBANG"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) MELALUI PENDEKATAN

INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI

KELAS X MA AL-FATAH PALEMBANG

SKRIPSI SARJANA SI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh : RITA SARI NIM. 09221708

Program Studi Tadris Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH

(2)

Hal : Pengantar Skripsi Kepada Yth.

Lamp. : - Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

IAIN Raden Fatah Palembang

Di

Palembang

Assalamualaikum Wr.Wb.

Setelah melalui proses bimbingan, arahan dan koreksian baik dari segi isi maupun tekhnik penulisan terhadap skripsi saudara :

Nama : Rita Sari

Nim : 09221708

Program : SI Tadris Matematika

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui Pendekatan Induktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa di Kelas X MA Al-Fatah Palembang.

Maka, kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara tersebut diajukan dalam Sidang Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.

Demikian harapan kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang, November 2013

Pembimbing I

Drs. M. Hasbi Ashidiqqi, M.Pd. I.

NIP. 19560220198503 1 002

Pembimbing II

Tutut Handayani, M.Pd. I.

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

TIM PENGUJI SKRIPSI

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui Pendekatan Induktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa di Kelas X MA Al-Fatah Palembang.

Nama : Rita Sari

Nim : 09221708

Program : SI Tadris Matematika

Telah Disetujui Tim Penguji Ujian Skripsi.

1. Ketua : Drs. M. Hasbi Ashidiqqi, M.Pd.I

19560220198503 1 002 ( ) 2. Sekretaris : Tutut Handayani, M.Pd.I

19781110200710 2 004 ( ) 3. Penguji I : Choirunniswah, M.Ag

19700821199603 2 002 ( )

4. Penguji I : Yuli Fitrianti, M.Pd

19830717200912 2 003 ( )

Diuji di Palembang pada tanggal 2013

Waktu : 09.00 – 10.00 WIB

Hasil/IPK :

Predikat : Amat Baik

Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Raden Fatah Palembang

Dr. Kasinyo Harto, M. Ag.

(4)

ABSTRAK

Penggunaan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika menyebabkan siswa belum terarah untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari. Salah satu pendekatan dan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat siswa lebih aktif serta memahami konsep dari materi yang diajarkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui pendekatan induktif. Sehingga peneliti mengangkat permasalahan apakah hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui pendekatan induktif lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan metode konvensional di kelas X MA Al-Fatah Palembang dengan tujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui pendekatan induktif lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan metode konvensional di kelas X MA Al-Fatah Palembang. Adapun sampel dari penilitian ini adalah kelas X1 yang berjumlah 32 siswa dan X2 berjumlah 33

siswa. Untuk menjawab permasalahan ini, peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data yaitu tes. Tekhnik analisis data tes menggunakan uji t. Dari hasil analisis data tes tersebut diperoleh 𝑥 1 = 79,5625, 𝑥 2= 63,075, s₁ = 12,916, s₂ = 13,92, thitung = 5,11. Dengan menggunakan uji t dengan taraf signifikan 5%

diperoleh harga ttabel = 1,999, dengan kriteria pengujian terima Ho jika thitung ≤ttabel.

Karena thitung > ttabel Ha diterima Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil

belajar siswa pada kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui pendekatan induktif dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X MA Al-Fatah Palembang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang diajar dengan metode pembelajaran konvensional. Jadi hipotesis dalam penelitian ini diterima kebenarannya.

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Matematika sebagai suatu mata pelajaran di sekolah dinilai memegang

peranan penting mengingat matematika kini menjadi salah satu mata pelajaran

yang melandasi berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Untuk

menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan

matematika yang kuat sejak dini. Pelajaran matematika merupakan bagian

ilmu-ilmu dasar yang berkembang pesat baik isi-isi maupun aplikasinya serta

dapat menumbuhkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, sistematis, logis,

kreatif dan kemampuan bekerja sama yang efektif. Berdasarkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam (Safitri, 2010) terdapat lima tujuan

mata pelajaran matematika yaitu :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan pelajaran matematika pada poin satu, diharapkan

(6)

konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah terhadap pelajaran matematika.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa bahwa siswa masih

menganggap matematika adalah pelajaran yang cenderung menghafal rumus,

sulit dan tidak bermanfaat dalam kehidupan mereka. Kemudian, hasil

wawancara singkat dengan guru matematika MA Al-Fatah Palembang pada

tanggal 31 Januari 2013, mengatakan bahwa hasil belajar matematika siswa

kelas X khususnya materi trigonometri tentang aturan sinus, kosinus dalam

suatu segitiga dan luas segitiga selalu rendah, dimana siswa selalu kesulitan

jika diberikan soal yang perlu penguasaan konsep untuk menjawabnya,

misalnya ketika di minta untuk menyelesaikan soal yang berbentuk cerita. Hal

ini mempengaruhi nilai yang mereka peroleh, dimana nilai rata-ratanya masih

rendah. Dikatakan demikian dilihat dari hasil nilai sehari-hari dan juga nilai

ulangan harian siswa.

Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa salah satu faktornya

adalah pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran pada materi trigonometri, yang mana pembelajaran

menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah melalui pendekatan

ekspositori sebagaimana yang biasa dilakukan oleh guru-guru di sekolah MA

Al-Fatah Palembang.

Melihat kondisi yang demikian, untuk meningkatkan dan memperbaiki

hasil belajar siswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,

membuat siswa lebih aktif dan berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar,

(7)

diajarkan guna mencapai tujuan belajar mengajar. Salah satu pendekatan dan

model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui pendekatan induktif.

Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung

dari khusus menuju ke yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat

tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa ciri-ciri

atau sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena. Pada materi aturan

sinus dan kosinus dalam suatu segitiga contoh berpikir induktif ialah guru

membimbing siswa untuk memperkirakan hipotesis (sifat umum) yang

terkandung dari materi tersebut dengan cara mengajak siswa melihat ciri-ciri,

fakta dan contoh-contoh yang ada pada materi aturan sinus, kosinus dan luas

segitiga misalnya dengan menggambarkan segitiga maka dapat kita lihat bahwa

jumlah sisi-sisi dan sudut yang ada, kemudian disajikan contoh-contohnya,

serta menghubungkan rumus-rumus yang terdapat pada perbandingan

trigonometri sehingga siswa memperkirakan sifat umum atau rumus dari aturan

sinus, kosinus dan luas segitiga tersebut.

Nurulhayati dalam (Rusman, 2011) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa

dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar

yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam

model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk

dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa

belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya

(8)

Ada beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip

dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, salah satunya adalah tipe

Teams Games Tournaments (TGT). TGT adalah salah satu tipe pembelajaran

yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis

kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Oleh sebab itu peneliti memilih TGT

karena kelebihannya dengan tipe lain yaitu mengandung unsur permainan

sehingga menambah motivasi belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)

dapat dikombinasi dengan berbagai pendekatan, salah satunya ialah pendekatan

induktif. Oleh karena itu, peneliti memilih pendekatan induktif supaya siswa

lebih memahami konsep terhadap materi tersebut, karena melatih siswa untuk

berfikir dari sifat khusus menuju ke sifat umum.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) melalui pendekatan induktif ini terdapat beberapa tahap yang harus

dilalui selama proses pembelajaran. Tahap awal, siswa belajar dalam suatu

kelompok dan guru memberikan suatu konsep, prinsip, aturan dengan cara

menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan yang

memungkinkan siswa memperkirakan hipotesis (sifat umum) yang terkandung

dalam contoh-contoh tersebut. Kemudian setiap kelompok diberikan LKS

berupa soal-soal sederhana untuk dikerjakan secara bersama-sama dengan

anggota kelompoknya. Dan jika semua kelompok telah selesai mengerjakan

tugas yang diberikan guru meminta semua siswa bersaing pada meja turnamen

(9)

masing-masing. Setelah permainan selesai guru melakukan penilaian dan memberi

penghargaan kepada siswa atau kelompok yang kinerjanya bagus.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, jadi model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui

pendekatan induktif dapat meningkatkan dan memperbaiki hasil belajar siswa,

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, membuat siswa lebih aktif

dan berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa lebih

mengerti dan memahami konsep dari materi yang diajarkan guna mencapai

tujuan belajar mengajar. Untuk itu peneliti mengambil judul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

melalui Pendekatan Induktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa di Kelas X MA Al-Fatah Palembang”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah “Apakah

hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) melalui pendekatan induktif lebih baik dari pada hasil

belajar siswa dengan metode konvensional di kelas X MA Al-Fatah

Palembang?”.

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

“Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dengan model pembelajaran

(10)

lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan metode konvensional di kelas X

MA Al-Fatah Palembang”.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dari segi teoritis

Penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada

perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model

pembelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar di

kelas.

2. Dari segi praktis

a) Bagi siswa

Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengidentifikasi kelemahan,

mengetahui cara mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, dan untuk

meningkatkan hasil belajar.

b)Bagi guru

Dapat dijadikan sumber informasi dalam upaya meningkatkan

keefektifan pembelajaran, yang diimplementasikan dalam pembelajaran

matematika.

c) Bagi sekolah

Dapat memberikan masukan yang baik dalam meningkatkan mutu

pendidikan sekolah khususnya dalam belajar matematika.

d) Bagi peneliti

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan inspirasi untuk

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan

merekontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan

yang baik terhadap materi pembelajaran.

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjono, 2006).

Tinggih dalam (Suherman, 2001) menyatakan bahwa perkataan

matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. Hal

ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran,

akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dunia rasio

(penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau

eksperimen disamping penalaran.

James dan James dalam (Suherman, 2001) dalam kamus

matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika

mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu

dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi dalam tiga bidang

yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Sedangkan Johnson dan Rising dalam (Suherman, 2001) dalam

bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola

(12)

menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,

representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol

mengenai ide dari pada bunyi.

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh

karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Logika adalah

masa bayi dari matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari

logika. Pada permulaannya cabang-cabang matematika yang ditemukan adalah

Aritmatika atau Berhitung, Aljabar dan Geometri. Setelah itu ditemukan

Kalkulus yang berfungsi sebagai penopang terbentuknya cabang matematika

baru yang lebih kompleks, antara lain Statistika, Topologi, Aljabar (Linier,

Abstrak, Himpunan), Geometri (Sistem Geometri, Geometri Linier),

Analisis Vektor, dan lain-lain (Suherman, 2001)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika merupakan upaya yang dilakukan guru untuk

mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan pengetahuan

dan penguasaan tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat

dalam materi yang dipelajari.

B.Model Pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

1. Pengertian Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT), atau pertandingan permainan tim dikembangkan secara asli oleh

David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini siswa

memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

(13)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran yang menempatkan siswa

dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang

siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras

yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam

kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru

memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan

dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari

anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka

anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan

jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut

kepada guru (Rusman, 2011)

Sedangkan Slavin dalam (Taniredja, 2012) menyatakan bahwa

secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal: TGT

menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem

skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim

mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara

seperti mereka.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) adalah

salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah

diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan

status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur

permainan, serta menggabungkan kegiatan belajar kelompok dengan

(14)

2. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments

(TGT)

Menurut Slavin dalam (Taniredja, 2012) ada lima komponen utama

dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)

yaitu:

a) Penyajian Kelas (Class Presentation)

Penyajian kelas dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournaments (TGT) tidak berbeda dengan pembelajaran klasikal oleh

guru, hanya pengajaran lebih difokuskan pada materi yang sedang

dibahas saja. Ketika penyajian kelas berlangsung mereka sudah berada

dalam kelompoknya. Dengan demikian mereka memperhatikan

dengan serius selama pengajaran penyajian kelas berlangsung sebab

setelah ini mereka harus mengerjakan games akademik dengan

sebaik-baiknya dengan skor mereka akan menentukan skor kelompok

mereka.

b) Kelompok (Teams)

Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili

pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. Fungsi utama

mereka dikelompokkan adalah anggota-anggota kelompok saling

meyakinkan bahwa mereka dapat bekerja sama dalam belajar dan

mengerjakan game atau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk

(15)

c) Permainan (Games)

Pertanyaan dalam game disusun dan dirancang dari materi yang

relevan dengan materi yang telah disajikan untuk menguji

pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok.

Sebagian besar pertanyaan pada kuis adalah bentuk sederhana. Setiap

siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab

pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu.

d) Kompetisi/Turnamen (Tournaments)

Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan.

Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok

bahasan, setelah guru memberikan penyajian kelas dan kelompok

mengerjakan lembar kerjanya.

e) Pengakuan kelompok (Teams recognition)

Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan berupa

hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok

selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati

bersama.

Ada tiga penghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan tim.

Penghargaan tim dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1

Tabel Penghargaan Tim

Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan

40

45

Tim Baik

(16)

50 Tim Super

Slavin dalam (Taniredja, 2012)

3. Langkah-langkah Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Seperti pada model

STAD, pada TGT siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan

empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis

kelamin, dan suku. Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa

bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota

tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai

kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu (Trianto,

2010).

Menurut Slavin dalam (Rusman, 2011) mengungkapkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu

tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok

(teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan

kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh

Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil;

2. Games tournament;

3. Penghargaan kelompok;

Berdasarkan uraian diatas maka langkah-langkah pembelajaran kooperatif

tipe TGT adalah :

(17)

2. Penyajian kelas (class presentation)

3. Permainan (games)

4. Kompetisi/turnamen (Tournaments)

5. Penghargaan kelompok (teams recognition)

4. Aturan (Skenario) Permainan

Trianto (2010) menyatakan bahwa dalam satu permainan terdiri

dari: kelompok pembaca, kelompok penantang I, kelompok penantang II,

dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada. Kelompok pembaca,

bertugas: (1) Ambil kartu bernomor dan cari pertanyaan pada lembar

permaianan; (2) Baca pertanyaan keras-keras; dan (3) beri jawaban.

Kelompok penantang kesatu bertugas: menyetujui pembaca atau

memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang kedua:

(1) Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda; dan (2) Cek

lembar jawaban. Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran (Games Ruler).

Gambar 1. Games Rulers

C.Pendekatan Ekspositori

Makmun dalam (Sagala, 2012) mengungkapkan bahwa pendekatan

ekspositori adalah guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah

dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal

Pembaca

(18)

menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Menurut Sagala ( 2012)

secara garis besar prosedur pendekatan ekspositori ialah (1) persiapan

(preparation) yaitu guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematik

dan rapi; (2) pertautan (apperception) singkat untuk mengarahkan perhatian

siswa kepada materi yang telah diajarkan; (3) penyajian (presentation)

terhadap bahan yang baru, yaitu guru menyajikan dengan cara memberi

ceramah atau menyuruh siswa membaca bahan yang telah dipersiapkan diambil

dari buku, teks tertentu atau tertulis oleh guru; dan (4) evaluasi (recitation)

yaitu guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari,

atau sisa yang disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri

pokok-pokok yang telah dipelajari lisan atau tulisan.

D.Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof Inggris

Prancis Bacon yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas

fakta-fakta yang konkrit sebanyak mungkin. Berpikir induktif ialah suatu

proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum.

Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai fenomena,

kemudian menarik kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada

semua jenis fenomena (Sagala, 2012).

Tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang diambil secara

induktif ini menurut Purwanto dalam (Sagala, 2012) bergantung pada

representatif atau tidaknya sampel yang diambil mewakili fenomena

keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang diambil berarti makin

(19)

kesimpulan itu, dan sebaliknya. Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih

ditentukan pula oleh obyektivitas dari si pengamat dan homogenitas dari

fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam konteks pembelajaran pendekatan

induktif adalah pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan

sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu fakta,

prinsip atau aturan.

Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan Induktif

adalah: (1) memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan

pendekatan Induktif; (2) menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip

atau aturan itu yang memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat

umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu; (3) disajikan bukti-bukti

yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal perkiraan

itu; dan (4) disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti

berdasarkan langkah-langkah yang terdahulu. Pada tingkat ini Syamsudin

Makmun dalam (Sagala, 2012) menyatakan bahwa siswa belajar mengadakan

kombinasi dari berbagai konsep atau pengertian dengan mengoperasikan

kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi,

diferensiasi, komparasi, dan kausalitas), sehingga siswa dapat membuat

kesimpulan (kongkulasi) tertentu yang mungkin selanjutnya dapat dipandang

sebagai “rule” (prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah, dan sebagainya).

Berdasarkan uraian di atas maka pendekatan induktif adalah proses

pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir

siswa, yaitu proses berfikir dari spesifik ke umum, dengan cara menyajikan

(20)

memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh

tersebut.

E.Model Pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

melalui Pendekatan Induktif

Langkah-langkah dan aktivitas model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournaments (TGT) melalui pendekatan induktif adalah sebagai

berikut:

1. Guru mengumumkan kepada siswa bahwa akan melaksanakan pembelajaran

kooperatif tipe TGT melalui pendekatan induktif, dan siswa diminta

memindahkan bangku untuk membentuk tim. Kepada siswa disampaikan

bahwa mereka akan bekerja sama dengan kelompok belajar selama beberapa

pertemuan, mengikuti turnamen akademik untuk memperoleh poin bagi

nilai tim mereka serta diberitahukan tim yang mendapat nilai tinggi akan

mendapat penghargaan.

2. Pembelajaran diawali dengan memberikan pelajaran, yaitu guru memilih

konsep, prinsip, atau aturan yang akan disajikan melalui pendekatan

induktif, menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu

yang memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang

terkandung dalam contoh-contoh itu. Pembelajaran mengacu pada apa yang

disampaikan guru agar kelak dapat membantu siswa dalam mengikuti

turnamen.

3. Guru memberikan game, yaitu Setiap kelompok diberikan LKS berupa

soal-soal sederhana untuk dikerjakan secara bersama-sama dengan anggota

(21)

4. Kemudian melakukan turnamen, kegiatan dalam turnamen adalah

persaingan pada meja turnamen yang beranggotakan perwakilan

masing-masing kelompok dengan tingkat kemampuan yang relatif setara. Pada

permulaan turnamen diumumkan penetapan meja bagi siswa. Siswa diminta

mengatur meja turnamen yang ditetapkan. Nomor meja turnamen bisa

diacak. Setelah kelengkapan dibagikan dapat dimulai kegiatan turnamen.

5. Pada akhir putaran pemenang mendapat satu kartu bernomor, penantang

yang kalah mengembalikan perolehan kartunya bila sudah ada namun jika

pembaca kalah tidak diberikan hukuman. Penskoran didasarkan pada jumlah

perolehan kartu, misalkan pada meja turnamen terdiri dari 3 siswa yang

tidak seri, peraih nilai tertinggi mendapat skor 60, kedua 40, dan ketiga 20.

6. Dengan model yang mengutamakan kerja kelompok dan kemampuan

menyatukan intelegensi siswa yang berbeda-beda akan dapat membuat

siswa mempunyai nilai dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor secara

merata satu siswa dengan siswa yang lain.

F. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne,

hasil belajar berupa:

(1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara

spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan

(22)

(2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengkategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

(3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan

kaidah dalam memecahkan masalah.

(4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinator, sehingga terwujud otomatisme

gerak jasmani.

(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan

kemampuan menjadikan niali-nilai sebagai standar perilaku

Berdasarkan uraian di atas maka hasil belajar siswa adalah tingkat

kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran selama kurun waktu tertentu.

Aspek yang dinilai dari hasil belajar adalah aspek kognitif, dimana aspek

kognitif biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.

G.Materi Trigonometri

(23)

C

Gambar 2 Segitiga aturan sinus

Pada setiap segitiga ABC berlaku aturan sinus:

𝑎

Dalam ∆ACD (Gambar 2.) ditarik garis tinggi CD.

Pada ∆ACD :

Dari persamaan (1) dan (2):

(24)

Dari persamaan (3) dan (4):

2. Aturan Cosinus dalam Suatu Segitiga

Selain menggunakan aturan sinus seperti pada pembahasan sebelumnya,

jika dalam suatu segitiga diketahui dua sisi dan sudut apit dari kedua sisi

itu, maka sisi ketiga dapat dicari menggunakan aturan kosinus, sehingga

pada setiap segitiga ABC berlaku aturan kosinus:

a2 = b2 + c2 - 2bc . cos 𝛼

Gambar 3 Segitiga aturan cosines

Bukti :

Pada ∆ABC jika AD = x maka BD = c-x

(25)

∆ADC : 𝐶𝐷2 = 𝑏2 - 𝑥2

Dengan cara yang sama dapat dibuktikan :

b2 = a2 + c2 - 2ac . cos 𝛽

c2 = a2 + b2 - 2ab . cos 𝛾 3. Luas Segitiga

Luas segitiga = 1

2 alas x tinggi

Rumus luas tersebut dilihat dengan menggunakan aturan trigonometri

(26)

Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa untuk setiap segitiga ABC

Apabila diketahui ketiga sisinya pada segitiga ABC sembarang, maka luas

segitiga ABC tersebut dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

L ∆ABC = 𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐) dengan s = 1

2 (a+b+c)

s = 1

2 keliling segitiga

H.Penelitian Terdahulu yang Relevan

Pada penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, dan

menunjukan hasil yang positif, antara lain :

Pada tahun 2009, Aprilia melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Matematika melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Menggunakan Buku Pegangan Siswa di Kelas VII SMP Negeri 1 Palembang”. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) yang dilakukan pada peneliti ini ternyata efektif, yaitu memahamkan siswa dalam materi bangun ruang sisi datar pada pokok bahasan kubus dan balok di SMP Negeri I Rambang. Adapun respon siswa tehadap model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) kelas VII Negeri I Rambang menunjukkan sangat positif.

(27)

disimpulkan bahwa melaui penerapan belajar kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Palembang pada pokok bahasan trigonometri. Hal ini dilihat dari hasil test pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 66,625 dengan persentase ketuntasan belajar kelas sebesar 55%. Kemudian pada test siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,5 dengan persentase ketuntasan belajar kelas mencapai 72,5%. Hasil test siklus II menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Satria Afriani (2010) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pendekatan Induktif Menggunakan LKS terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010”, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif menggunakan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa terbukti dari prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan induktif menggunakan LKS lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Tabel 2

Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Peneliti yang Terdahulu

No Peneliti Tahun Jenis penelitian Materi Fokus

2 Aprilia 2009 Eksperimen Bangun ruang sisi datar pada

(28)

I. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas, hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah “siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui

pendekatan induktif lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan metode

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen, tentang

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui

pendekatan induktif pada materi trigonometri di kelas X MA Al-Fatah

Palembang.

B.Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan posstest-Only Control Design. Adapun pola dari posstest-Only

Control Design dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3

Rancangan Penelitian

Kelompok Treatment Posttest

Eksperimen X T1

Kontrol T2

Keterangan :

T1 = Nilai posstest kelompok eksperimen

T2 = Nilai posstest kelompok kontrol

X = Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) melalui pendekatan induktif.

C. Variabel Penelitian

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

(30)

adalah variabel dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas (Sugiyono, 2012).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas : Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) melalui pendekatan induktif

2. Variabel terikat : Hasil belajar matematika siswa

D. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas : Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) melalui pendekatan induktif

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) melalui pendekatan induktif ialah salah satu tipe belajar kooperatif

yang terdiri dari 4-6 orang siswa dengan tingkat kemampuan heterogen

yang dalam proses pembelajaran melatih siswa untuk berpikir dari khusus

menuju ke yang umum, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(a) Guru membagi kelompok belajar siswa

(b) Guru menyajikan materi pembelajaran melalui pendekatan induktif

(c) Guru memberikan game dengan membagikan LKS

(d) Setelah game selesai maka siswa diminta untuk membentuk meja

tournaments untuk melakukan kompetisi

(e) Penghargaan kelompok

2. Variabel terikat : Hasil belajar matematika siswa

Hasil belajar matematika siswa adalah penguasaan dan perubahan

tingkah laku setelah dilaksanakannya proses pembelajaran yang

(31)

belajar adalah aspek kognitif, dimana aspek kognitif ini dinyatakan dalam

bentuk nilai atau angka.

Materi dalam penelitian ini adalah aturan sinus dan kosinus dalam

suatu segitiga, luas segitiga. Indikator hasil belajarnya adalah siswa dapat

menggunakan aturan sinus dan kosinus suatu segitiga dalam pemecahan

masalah dan siswa dapat menggunakan rumus luas segitiga dalam

pemecahan masalah. Sedangkan kemampuan kognitif hasil belajarnya

adalah knowledge (ingatan), comprehension (pemahaman), application

(menerapkan), analisys (menentukan hubungan), dan synthesis

(mengorganisasikan).

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA

Al-Fatah Palembang Tahun ajaran 2012/2013 yang tercatat 95 siswa yang

terdiri dari 46 siswa laki-laki dan 49 siswa perempuan.

Tabel 4

Populasi Penelitian

No Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah siswa Laki-laki Perempuan

1 X1 15 17 32

2 X2 16 17 33

3 X3 15 15 30

J u m l a h 46 49 95

(32)

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cluster

sample atau sampel kelompok. Penulis mengambil sampel 2 kelas dari 3

kelas yang ada, yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas X1 yang

berjumlah 32 siswa dan yang menjadi kelas kontrol adalah kelas X2 yang

bejumlah 33 siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes

adalah serentetan pertanyaaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang

di miliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010). Bentuk tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar tertulis bentuk uraian.

Menggunakan lembar tes butir soal / instrument soal yang berguna untuk

mengukur hasil belajar siswa dilakukan akhir pembelajaran setelah penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui

pendekatan induktif.

G. Prosedur Penelitian

Adapun Prosedur Penelitian adalah :

1. Tahap Persiapan

a) Menghubungi sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian

b) Menentukan subjek penelitian dengan menggunakan teknik cluster

sampling dan menentukan waktu penelitian

c) Menetukan SK, KD dan indikator pembelajaran

(33)

e) Menentukan langkah-langkah pembelajaran

2. Tahap Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran

yang telah disusun yaitu pembelajaran dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui

pendekatan induktif pada kelas eksperimen, dan Peneliti menerapkan

model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Serta

mengumpulkan data yang diperlukan pada sampel dengan memberikan

posttest.

3. Tahap Penyelesaian

Pada tahap ini terdiri dari proses analisis data dan penyususunan

laporan penelitian. Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka data

tersebut akan dianalisis, sehingga dari hasil analisis itu nantinya dapat

disusun laporan penelitian dan ditarik kesimpulannya.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data tes didapat dari hasil pemberian tes akhir dan

diberi nilai dari tiap-tiap responden penelitian. Tes yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes bentuk essay. Dengan kriteria hasil belajar siswa

adalah sebagai berikut .

Tabel 5

Kriteria Pengolahan Hasil Belajar Siswa

Nilai Kategori

86−100

71−85

Baik Sekali

(34)

56−70

41−55

0−40

Cukup

Kurang

Sangat Kurang

(Modifikasi Arikunto, 2010)

Sedangkan langkah-langkah teknik analisis data tes tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Membuat kunci jawaban

2. Memeriksa jawaban siswa

3. Memberikan skor hasil jawaban siswa sesuai dengan skor dari hasil

jawaban berdasarkan patokan yang telah ditentukan

4. Membuat analisis hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika

Untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk

mendapatkan suatu kesimpulan maka hasil posttest dianalisa dengan

menggunakan rumus uji normalitas data, uji homogenitas data, dan uji

hipotesis.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang

digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Adapun

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

(1) Merumuskan hipotesis

H0 : data sampel yang diambil berasal dari populasi yang

berdistribusi normal

H1 : data sampel yang diambil berasal dari populasi yang tidak

(35)

(2) Merumuskan Statistik yang digunakan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

i. Data disusun dalam tabel distribusi frekuensi

Tabel distribusi frekuensi dapat dibuat dengan langkah sebagai

berikut.

a) Tentukan rentang, yaitu data tertinggi dikurangi data terendah.

b) Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan.

Banyak kelas = 1 + (3,3) log n

c) Tentukan panjang kelas interval p.

Panjang kelas p dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝑝= 𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 (Sudjana, 2005)

d) Setelah memperoleh panjang kelas, kemudian susun kelas interval

sesuai dengan panjang kelas yang diperoleh.

(3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku dengan rumus sebagai

berikut.

Nilai rata-rata:

𝑥

=

fi.xi fi

(Sudjana, 2005)

Keterangan :

x = nilai rata-rata

i = 1, 2, 3, …, k.

fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi.

xi = nilai tengah kelas interval ke-i

(36)

S12 = 𝑛

fi.xi2 –( fi.xi )2

𝑛 (𝑛−1) Keterangan:

s = Nilai simpangan baku

s2 = Nilai varians

fi = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi

xi = Nilai tengah kelas interval ke-i

n = Jumlah frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi

(4) Menentukan daftar distribusi frekuensi yang diharapkan dan frekuensi

pengamatan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan batas kelas (xi)

2. Menghitung Z untuk batas dengan rumus:

Z = 𝑋−𝑥

𝑠1

3. Menghitung kelas interval dengan melihat tabel F.

4. Menghitung frekuensi yang diharapkan (Ei) dengan mengalikan

luas tiap kelas dengan banyaknya data, yaitu : Li . n

(5) Menghitung frekuensi teoritis dengan rumus Chi-Kuadrat sebagai

berikut :

X2 = 𝑂ᵢ−𝐸ᵢ 2

𝐸ᵢ 𝑘 𝑖=1 Keterangan :

X2 = Chi kuadrat

K = banyaknya kelas interval

(37)

E = frekuensi yang diharapkan

(Sudjana, 2005)

(6) Menentukan kriteria pengujian

Kriteria uji:

Tolak H0 jika X2≥ X (1- 𝛼)(k – 1)

(Sudjana, 2005)

b) Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa

sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama, yang selanjutnya

untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam pengujian

hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua

sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Untuk menguji

homogenitas digunakan langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Rumus hipotesis

H0 :𝜎₁2 = 𝜎₂2 ( kedua sampel mempunyai varians yang sama /

homogen)

H1 :𝜎₁2≠ 𝜎₂2 (kedua sampel mempunyai varians yang berbeda)

(2) Rumus statistik

F = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

(3) Kriteria uji

Tolak H0 hanya jika F ≥ 𝐹1 2𝛼 (𝑣1,𝑣2)

(38)

c) Uji Hipotesis

Setelah uji normalitas data dan uji kesamaan dua varians

dilakukan, selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan statistik uji t

dengan rumus sebagai berikut.

t = 𝑥1 −𝑥2

𝑠 𝑛₁1+1

𝑛₂

Dimana :

s2 = 𝑛1−1 𝑠1

2+(𝑛2−1)𝑠22 𝑛1+𝑛2−2 Keterangan :

𝑡 = Perbedaan rata-rata nilai kedua simpangan

𝑥1

= Rata-rata hitung nilai kelas eksperimen

𝑥2

= Rata-rata hitung nilai kelas kontrol

𝑠 = simpangan baku gabungan

𝑠1 = Simpangan baku nilai kelas eksperimen

𝑠2 = Simpangan baku nilai kelas kontrol

𝑛1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

𝑛2 = Jumlah siswa kelas control

Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah “terima H0

jika –t(1-1/2𝛼) < t < t(1-1/2𝛼) dan tolak jika t mempunyai harga-harga lain.

Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah ( n1 + n2 – 2 ) dengan

peluang ( 1- 1/2 𝛼)” dan 𝛼 yang digunakan 5% (0,05) (Sudjana , 2005).

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kegiatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MA Al-Fatah Palembang

terhitung mulai tanggal 30 Maret sampai 8 April 2013. Penelitian ini dilakukan

dengan tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap

penyelesaian.

1. Deskripsi Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai pada hari kamis 31 Januari 2013, pada

tahap ini peneliti melakukan observasi ke sekolah dan konsultasi dengan

wakil kepala sekolah dibidang kurikulum, untuk mengambil penelitian di

kelas X MA Al-Fatah Palembang. Dari hasil observasi diketahui bahwa

kelas X terdiri dari tiga kelas yaitu kelas X1 dan X2, dengan populasi 95

siswa yaitu kelas X1 berjumlah 32 siswa dan X2 berjumlah 33 siswa.

Setelah itu, peneliti mendapatkan izin dari kepala sekolah untuk

melakukan penelitian di kelas X MA Al-Fatah Palembang, dengan

berkonsultasi kepada guru mata pelajaran matematika di kelas X MA

Al-Fatah Palembang yaitu Ibu Dra. Yayang Sari Aprilda, M.Pd.I. Dari hasi

konsultasi dengan Ibu Yayang, peneliti diizinkan melakukan penelitian

sebanyak 3 kali pertemuan di kelas eksperimen (X1) dengan menggunakan

model pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)

melalui pendekatan induktif dan 3 kali pertemuan di kelas kontrol X2

(40)

dimulai pada tanggal 30 Maret sampai 8 April 2013 dengan tahapan pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 6

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Pada Kelas Eksperimen

Pertemuan Hari, Tanggal Pukul Kegiatan Pembelajaran 1 Sabtu,

30 maret 2013

07.10-08.40 Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok,

10.30-12.00 Siswa kembali

berkelompok seperti

kelompok yang telah dibagi sebelumnya dan melaksanakan

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Pada Kelas Kontrol

Pertemuan Hari, Tanggal pukul Kegiatan pembelajaran 1 Senin,

1 April 2013

07.10-08.40 Guru melaksanakan pembelajaran dengan

07.10-08.40 Guru melanjutkan

pembelajaran dengan

(41)

instrument penelitian, serta melakukan validasi instrument penelitian

kepada beberapa pakar, diantaranya teman sejawat, dosen, dan guru

matematika.

a) Deskripsi Hasil Validasi Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan validasi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Soal Latihan dan Soal Posttest. Validasi ini

menggunakan pengujian validitas konstrak (construct validity), dimana

peneliti menyusun terlebih dahulu instrumen penelitian dengan

berdasarkan pada aspek-aspek yang akan divalidasi. Kemudian

instrumen penelitian tersebut dikonsultasikan dengan para ahli. Para

ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para

ahli akan memberikan keputusan bahwa instrumen dapat digunakan

tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total. Adapun

pemilihan validator berpedoman pada ketersediaan waktu antara

validator dengan peneliti.

Berikut ini adalah saran atau komentar dari validator mengenai

instrumen penelitian.

Tabel 8

Validasi Instrumen Penelitian

Nama

Validator Komentar/Saran

1. Validasi Instrumen Penelitian RPP

Yuli Fitrianti, M. P.d

(Dosen IAIN Raden Fatah Palembang)

Valid namun tambahkan subjek pada indikator

dan deskripsikan bimbingan guru/peneliti dalam

(42)

Dra. Yayang

1. Aspek isi Sangat valid.

2. Struktur dan navigasi valid.

3. Bahasa yang digunakan sangat valid.

2. Validasi Instrumen Penelitian Soal Latihan dan Soal

Posttest

1. Aspek isi sangat valid.

2. Struktur dan navigasi valid.

3. Bahasa yang digunakan valid.

Instrumen penelitian yang disusun oleh peneliti mendapatkan

beberapa saran dari validator. Saran-saran ini digunakan peneliti untuk

memperbaiki instrumen penelitian sebelum digunakan untuk meneliti

dilapangan. Adapun saran-saran dari validator, perbaikan instrumen

penelitian yang dilakukan peneliti, sebagai berikut.

(1) Instrumen Penelitian RPP

Pada RPP terdapat dua orang validator, yaitu ibu Yuli Fitrianti,

M.Pd (Dosen IAIN Raden Fatah Palembang) dan Dra.Yayang Sari

Aprilda (Guru Matematika MA Al-Fatah Palembang). Kedua

validator ini berpendapat bahwa RPP yang disusun peneliti telah

mencapai kategori valid. Adapun saran yang diberikan terdapat pada

aspek isi dan struktur navigasi, pada aspek isi saran yang diberikan

yaitu untuk menambahkan subjek pada indikator, dan pada aspek

(43)

deskripsikan bimbingan guru/peneliti dalam memahamkan konsep

pada siswa. Berdasarkan saran tersebut peneliti mengadakan

perbaikan, yaitu menambahkan subjek pada indikator, konsistensi

dalam pembuatan gambar dan menggambarkan adanya games pada

kegiatan inti.

(2) Instrumen Penelitian Soal Latihan dan Soal Posttest

Pada soal latihan dan soal posttest terdapat satu orang

validator, yaitu ibu Dra.Yayang Sari Aprilda (Guru Matematika MA

Al-Fatah Palembang). Menurut validator ini instrumen yang disusun

peneliti telah mencapai kategori valid, dan tanpa pemberian saran.

Dari penjelasan pendapat dan beberapa saran validator di atas,

dapat disimpulkan bahwa keseluruhan instrumen penelitian yang

disusun peneliti telah mencapai kategori valid, dengan beberapa saran

yang diberikan. Kemudian dengan beberapa saran tersebut peneliti

melakukan perbaikan dan pengembangan sedemikian rupa, agar

instrumen penelitian tersebut dapat digunakan peneliti untuk

menyampaikan materi dan untuk memberikan tes.

2. Deskripsi Tahap Pelaksanaan

a) Deskripsi Tahap Pelaksanaan di Kelas Eksperimen

Model pembelajaran kooperatip tipe TGT melalui

pendekatan induktif ini memiliki beberapa langkah, yaitu membagi

siswa menjadi beberapa kelompok, penyajian kelas melaui

pendekatan induktif, permaiann (Games), kompetisi (Tournaments)

(44)

pada kelas eksperimen dalam 3 kali pertemuan dan pada setiap

pertemuan memuat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Berikut disajikan penjelasan pada setiap pertemuan.

(1) Pertemuan Pertama

Pada tahap pendahuluan diawali dengan salam untuk

seluruh siswa yang telah duduk, mengabsensi siswa kemudian

peneliti memperkenalkan diri kepada siswa kelas X1 dan

menyampaikan maksud untuk mengadakan penelitian tersebut.

Dan peneliti menjelaskan kepada siswa tentang model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) dan cara pelaksanaanya, karena model pembelajaran

tersebut belum pernah dilaksanakan di kelas mereka. Kemudian

peneliti mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari

sebelumnya yaitu ketentuan dalam mencari sinus dan kosinus

pada perbandingan trigonometri, serta menyampaikan indikator

pembelajaran, dan memotivasi siswa dengan menjelaskan

manfaat dari mempelajari materi trigonometri bila dikaitkan

dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya peneliti membagi

siswa menjadi beberapa kelompok belajar yang dibagi

menjadi 6 kelompok.

Kemudian pada tahap penyajian, peneliti bertindak

sebagai guru di sini peneliti menyampaikan materi mengenai

aturan sinus dan kosinus suatu segitiga melalui pendekatan

(45)

kemudian mengajak siswa untuk melihat fakta dan ciri-ciri

yang ada pada segitiga tersebut, misalnya jumlah sudut, jumlah

sisi-sisi dari suatu segitiga. Kemudian dengan kelompok belajar

yang telah dibentuk, guru memberikan permainan (games),

yaitu setiap kelompok diminta untuk memperkirakan sifat

umum yang terkandung dari materi aturan sinus dan kosinus

tersebut, dengan bimbingan guru yaitu dengan melihat gambar

segitiga yang telah disajikan, pertama guru meminta siswa

untuk menentukan kembali rumus mencari sinus dan kosinus

dari masing-masing sudut yang terdapat pada gambar tersebut

dengan menggunakan perbandingan trigonometri.

Setelah siswa dapat menentukan rumus mencari sinus

dan kosinus perbandingan trigonometri tersebut, guru meminta

siswa untuk mengoperasikan rumus tersebut, dengan

menghubungkannya terhadap aturan sinus dan kosinus, dan

kemudian dapat memperkirakan sifat umum dari materi aturan

sinus dan kosinus suatu segitiga yaitu : 𝑎 sin𝛼 =

Setelah dibimbing guru dalam menentukan sifat umum

(46)

𝛽, dan c2 = a2 + b2 - 2ab . cos 𝛾, sedangkan 2 kelompoknya

masih menjawab salah yaitu hasil jawaban mereka, b sin 𝛼 = a

sin𝛽 = b sin 𝛾.

Bagi kelompok yang lebih dahulu menemukan konsep

tersebut maka diminta untuk menuliskannya dipapan tulis, dan

jika benar kelompok tersebut mendapat poin nilai. Setelah itu

guru meminta siswa untuk melanjutkan games. Dengan

memberikan pertanyaan berupa soal-soal sederhana untuk

menguji pengetahuan yang diperoleh masing-masing kelompok

dan untuk mempersiapkan dalam mengikuti turnamen. Setelah

masing-masing kelompok selesai mengerjakan soal games

dengan batasan waktu yang diberikan, guru meminta

masing-masing kelompok untuk mengumpulkan hasil diskusi mereka.

Kemudian, setelah games pada kelompok belajar

tersebut selesai, guru meminta siswa untuk membentuk meja

turnamen, untuk mengadakan games pada meja turnamen

tersebut. Sambil menunggu siswa membentuk meja turnamen,

guru mengoreksi hasil games masing-masing kelompok dan

akan diumumkan pada akhir pelajaran. Setelah itu guru

meminta siswa untuk memulai turnamen dengan mengambil

kertas bernomor dan menjawab pertanyaan sesuai dengan

nomor, dan kemudian langsung menjawabnya, dilakukan secara

bergiliran dengan meja-meja turnamen yang lain. Jika terjawab

(47)

dengan memegang kertas bernomor yang telah diambil dan

telah ditulis poin nilainya, dan jika tidak terjawab maka nilai

kelompok mereka dikurangi sesuai dengan poin yang telah

ditulis pada kertas bernomor yang diambilnya dan

mengembalikan kertas bernomor tersebut pada guru. Setelah

turnamen selesai dilakukan guru memberikan penilaian, dan

setelah itu memberikan penghargaan kepada siswa atau

kelompok yang kinerjanya bagus. Kinerja tersebut dilihat dari

perolehan nilai yang telah dikumpulkan baik dari games pada

kelompok belajar maupun games pada meja turnamen dan

memberikan penegasan tentang pokok permasalahan serta

menambahkan materi yang belum diungkapkan para siswa.

Adapun hambatan yang terjadi pada saat pembelajaran

berlangsung yaitu masih ada siswa yang tidak memperhatikan

dan main-main dalam belajar karena mereka belum terbiasa

dengan metode yang diterapkan yaitu model pembelajaran

kooperatif tipe TGT melalui pendekatan induktif, serta masih

ada satu kelompok yang mendapat nilai rendah yaitu kurang

dari KKM yang telah ditetapkan.

Dari soal games dan tournaments yang diberikan pada

pertemuan I, Tim super diraih oleh kelompok 2 dengan anggota

kelompoknya, Andi Asril, Asista, Defi Kusuma Wijaya, Martia

dan Theffsa Natesia Fani. Sedangkan tim sangat baik diraih

(48)

Setiawan, Efi Susanti, Mifta Nurjanah, M. Zulfikar, dan Romi.

Dan kemudian tim baik diraih oleh kelompok 1 dengan angota

kelompoknya, Ahmad Muiz Muttaqin, Ayu Martina,

Khairunnisa, M. Nurachman, Purwanti, dan Sari Indah.

Pada akhir pembelajaran atau penutup, guru bersama

siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan meminta

siswa mempelajari materi selanjutnya tentang luas suatu

segitiga.

(2) Pertemuan Kedua

Pada tahap pendahuluan diawali dengan salam untuk

seluruh siswa yang telah duduk, mengabsensi siswa kelas X1

dan menyampaikan maksud untuk mengadakan penelitian

tersebut. Kemudian peneliti mengingatkan kembali materi

yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengingat kembali

materi yang telah dipelajari di SMP, yaitu dengan cara

menanyakan kepada siswa rumus mencari luas dan keliling

segitiga, dan menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi

yang akan dibahas yaitu materi luas suatu segitiga,

memotivasi siswa dengan menyebutkan kegunaan mempelajari

materi luas segitiga dalam kehidupan sehari-hari misalnya

mengukur luas suatu lahan, serta mengumumkan kepada siswa

bahwa akan melanjutkan pembelajaran sebagaimana yang telah

dilakukan sebelumnya, yaitu pembelajaran kooperatif tipe

(49)

yang telah dibentuk dan dengan aturan permainan yang sama

seperti pertemuan sebelumnya.

Kemudian pada tahap penyajian, peneliti bertindak

sebagai guru di sini peneliti menyampaikan materi mengenai

menyampaikan materi dalam penyajian kelas melalui

pendekatan induktif, dengan cara menyajikan gambar suatu

segitiga dan membimbing siswa dengan cara mengajak siswa

untuk melihat fakta dan ciri-ciri yang ada pada segitiga

tersebut, misalnya jumlah sudut, jumlah sisi-sisi dari suatu segitiga,

dengan cara melihat fakta dan ciri-ciri yang ada pada segitiga

yang berhubungan dengan luas segitiga, misalnya segitiga

tersebut terdiri dari sisi alas dan tinggi, yang mana yang

dinamakan sisi alas dan tinggi tersebut.

Dengan kelompok belajar yang telah dibentuk, guru

memberikan permainan (games), yaitu setiap kelompok

diminta untuk memperkirakan sifat umum yang terkandung

dari materi luas segitiga tersebut dengan bimbingan guru, yaitu

guru mengarahkan siswa untuk menggunakan rumus luas

segitiga yang telah dipelajari di SMP yaitu 1

2 alas x tinggi dan

keliling segitiga yaitu (a+b+c) dengan menghubungkannya

dengan aturan trigonometri yang telah dipelajari sebelumnya.

Setelah dibimbing guru dalam menentukan sifat umum dari materi luas suatu segitiga, semu kelompok dapat

menjawab dengan benar yaitu: Luas ∆ABC = 1

(50)

ab. sin 𝛾, 1

2 ac. sin 𝛽, dan apabila segitiga pada gambar diketahui ketiga sisi-sisinya maka rumus luasnya, yaitu: L

∆ABC = 𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐) dengan s = 1

2 (a+b+c), s = 1

2 keliling segitiga.

Bagi kelompok yang lebih dahulu menemukan konsep

tersebut maka diminta untuk menuliskannya dipapan tulis, dan

jika benar kelompok tersebut mendapat poin nilai. Setelah itu

guru meminta siswa untuk melanjutkan games. Dengan

memberikan pertanyaan berupa soal-soal sederhana untuk

menguji pengetahuan yang diperoleh masing-masing

kelompok dan untuk mempersiapkan dalam mengikuti

turnamen. Setelah masing-masing kelompok selesai

mengerjakan soal games dengan batasan waktu yang diberikan,

guru meminta masing-masing kelompok untuk mengumpulkan

hasil diskusi mereka.

Kemudian, setelah games pada kelompok belajar

tersebut selesai, guru meminta siswa untuk membentuk meja

turnamen, untuk mengadakan games pada meja turnamen

tersebut. Sambil menunggu siswa membentuk meja turnamen,

guru mengoreksi hasil games masing-masing kelompok dan

akan diumumkan pada akhir pelajaran. Setelah itu guru

meminta siswa untuk memulai turnamen dengan mengambil

kertas bernomor dan menjawab pertanyaan sesuai dengan

nomor, dan kemudian langsung menjawabnya, dilakukan

(51)

terjawab maka mendapat tambahan skor bagi kelompok

belajarnya dengan memegang kertas bernomor yang telah

diambil dan telah ditulis poin nilainya, dan jika tidak terjawab

maka nilai kelompok mereka dikurangi sesuai dengan poin

yang telah ditulis pada kertas bernomor yang diambilnya dan

mengembalikan kertas bernomor tersebut pada guru. Setelah

turnamen selesai dilakukan guru memberikan penilaian, dan

setelah itu memberikan penghargaan kepada siswa atau

kelompok yang kinerjanya bagus. Kinerja tersebut dilihat dari

perolehan nilai yang telah dikumpulkan baik dari games pada

kelompok belajar maupun games pada meja turnamen dan

memberikan penegasan tentang pokok permasalahan serta

menambahkan materi yang belum diungkapkan para siswa.

Pada pertemuan kedua ini tidak begitu mengalami

kesulitan pada saat pembelajaran berlangsung, karena mereka

sudah mengerti dengan metode diterapkan yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pendekatan

induktif. Kemudian nilai rata-rata yang didapat, sedikit

meningkat.

Pada pertemuan II, Tim super diraih oleh kelompok 2

dengan anggota kelompoknya, Andi Asril, Asista, Defi

Kusuma Wijaya, Martia dan Theffsa Natesia Fani. Sedangkan

tim sangat baik diraih oleh kelompok 3 dengan anggota

(52)

Mukhlash Sabdo Warsito, dan Tanzila Mawaddah. Dan

kemudian tim baik diraih oleh kelompok 6 dengan angota

kelompoknya, Annisa Dwi Rahma Putri, Arief Jaya Kusuma,

Devi Apriana, Jeki Aryan, dan Junia Hayatun.

Pada akhir pembelajaran atau penutup, guru bersama

siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu luas

suatu segitiga.

(3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 6 april

2013, dimana peneliti hanya melakukan tes akhir yang terdiri

dari 6 soal essay yang mencakup materi pertemuan pertama dan

kedua dan mengacu pada indikator hasil belajar. Tes akhir ini

diberikan dengan tujuan untuk mengukur hasil belajar siswa

setelah mengikuti keseluruhan proses pembelajaran melalui

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournaments (TGT) melalui pendekatan induktif dalam

pembelajaran matematika.

Dari 6 soal posttest yang diberikan, mencakup

kemampuan kognitif yang meliputi knowledge (ingatan),

comprehension (pemahaman), application (menerapkan),

analisys (menentukan hubungan), dan synthesis

(mengorganisasikan) sudah tercapai semua, hanya saja

Gambar

Tabel Penghargaan Tim
Gambar 1. Games Rulers
Gambar  2 Segitiga aturan sinus
Gambar 3 Segitiga aturan cosines
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

POLITEKNIK UNIVf, RSITAS NNDAIAS

This year seminar officially picked up a theme: Research in Teacher Education: What, How, and Why?as a response to the professionalism demand of English teachers..

INSIDEN INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN HITUNG LEUKOSIT PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2015 DI RUMAH SAKIT

US,II]A AYAM LAS PEDAGING DI

Serta apabila dilihat pada paragraf di samping juga menekankan bahwa Australian Wool Inovation Limited merupakan perusahaan dengan global supply chain sehingga diperlukan

Catatan : Membawa Dokumen Penawaran Asli sesuai dengan yang di Upload ke SPSE LPSE Kabupaten Simalungun , Data – Data perusahaan Asli, bagi yang diwakilkan membawa surat kuasa