• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tahu dan tempe merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat kalangan bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang sehat, bergizi dan harganya murah. Hampir ditiap kota di Indonesia dijumpai industri tahu dan tempe. Umumnya industri tahu dan tempe termasuk ke dalam industri kecil yang dikelola oleh rakyat dan beberapa di antaranya masuk dalam wadah Koperasi Pengusaha Tahu dan Tempe (KOPTI).

Proses pembuatan tahu dan tempe masih sangat tradisional dan banyak memakai tenaga manusia. Bahan baku utama yang digunakan adalah kedelai (Glycine spp). Konsumsi kedelai Indonesia pada Tahun 1995 telah mencapai 2.287.317 Ton (Sri Utami, 1997). Sarwono (1989) menyatakan bahwa lebih dari separuh konsumsi kedelai Indonesia dipergunakan untuk diolah menjadi tempe dan tahu. Shurtleff dan Aoyagi (1979) memperkirakan jumlah pengusaha tahu di Indonesia sekitar 10.000 buah, yang sebagian besar masih berskala rumah tangga, dan terutama terpusat di Pulau Jawa, sebagai bandingan di Jepang sekitar 38.000 buah, di Korea 1.470 buah, Taiwan 2.500 buah dan Cina 158.000 buah. Sebagai contoh limbah industri tahu tempe di Semanan, Jakarta Barat, kandungan BOD 5 mencapai 1.324 mg/l, COD 6.698 mg/l, NH4 84,4 mg/l, nitrat 1,76 mg/l dan nitrit 0,17 mg/l (Prakarindo Buana, 1996). Jika ditinjau dari Kep-03/MENKLH/11/1991 tentang baku mutu limbah cair, maka industri tahu dan tempe memerlukan pengolahan limbah.

(2)

Pada saat ini sebagian besar industri tahu tempe masih merupakan industri kecil skala rumah tangga yang tidak dilengkapi dengan unit pengolah air limbah, sedangkan industri tahu dan tempe yang dikelola koperasi beberapa diantaranya telah memiliki unit pengolah limbah. Unit pengolah limbah yang ada umumnya menggunakan sistem anaerobik dengan efisiensi pengolahan 60-90%. Dengan sistem pengolah limbah yang ada, maka limbah yang dibuang ke peraian kadar zat organiknya (BOD) masih terlampau tinggi yakni sekitar 400 – 1 400 mg/l. Untuk itu perlu dilakukan proses pengolahan lanjut agar kandungan zat organik di dalan air limbah memenuhi standar air buangan yang boleh dibuang ke saluran umum

Proses produksi tahu dan tempe memerlukan banyak air yang digunakan untuk perendaman, perebusan, pencucian serta pengupasan kulit kedelai. Limbah yang diperoleh dari proses-proses tersebut dapat berupa limbah cair maupun limbah padat. Sebagian besar limbah padat pada tempe dan tahu berasal dari kulit kedelai, kedelai yang rusak dan mengambang pada proses pencucian serta lembaga yang lepas pada waktu pelepasan kulit. Selain itu juga limbah padat pada tahu dapat berupa ampas tahu. Limbah padat pada tempe dan tahu sudah banyak dimanfaatkan untuk makanan ternak seperti sapi, kambing, kelinci, ayam. Limbah cair berupa air bekas rendaman kedelai dan air bekas rebusan kedelai masih dibuang langsung diperairan sekitarnya. Jika limbah tersebut langsung dibuang keperairan maka dalam waktu yang relative singkat akan menimbulkan bau busuk dari gas H2S, amoniak ataupun fosfin sebagai akibat dari terjadinya fermentasi limbah organic tersebut. Adanya proses pembusukan, akan menimbulkan bau yang tidak sedap, terutama pada musim kemarau dengan debit air yang berkurang. Ketidakseimbangan lingkungan baik fisik, kimia maupun biologis dari perairan yang setiap hari menerima beban limbah dari proses produksi temped an tahu ini, akan dapat mempengaruhi kualitas air dan kehidupan organisme di perairan tersebut. (http://tiji.wordpress.com).

(3)

terdegradasi oleh mikroorganisme. Amoniak dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan sekitar perairan bila sudah diubah menjadi nitrat dan nitrit (Nusa, 1999).

Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai kadar BOD sekitar 5.000 -10.000 mg/l, COD 7.000 - 12.000 mg/l. Limbah tempe dengan kandungan protein merupakan salah satu limbah yang masih memiliki nilai ekonomis, karena kandungan senyawa organic dan nutrient yang terdapat di dalamnya masih relative tinggi jika dibandingkan dengan yeast extract. Pemanfaatan limbah cair tempe dari proses perebusan dan perendaman dapat dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair berisi bakteri yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah dan tanaman. Peran bakteri bermanfaat dalam pupuk cair ini adalah mengikat nitrogen (N), fosfor (P), Kalium (K) dan unsur lain untuk kebutuhan tanaman, sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Sedangkan limbah cair dari pencucian dapat didaur ulang kembali untuk perebusan dan perendaman dengan teknologi tepat guna dapat mengurangi pencemaran limbah tempe terutama kandungan DO, Zat Organic dan NH3 (Lilis, 2008).

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut : 1. Mengelola hasil buangan industri tahu dan tempe

2. Mengkaji dan mengembangkan teknologi pengolahan air limbah khususnya pengolahan air limbah industri tahu-tempe yang sederhana, murah dan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi di Indonesia, sehingga dapat digunakan langsung oleh masyarakat.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana cara pengolahan limbah tahu dan tempe ?

2. Apa dampak limbah pabrik tahu dan tempe terhadap lingkungan ? 3. Apa manfaat dari pengolahan limbah tahu dan tempe ?

4. Bagaimana proses pengolahan limbah tahu dan tempe menjadi produk ?

(4)

Manfaat penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut :

1. Sebagai acuan atau referensi bagi mahasiswa yang akan mempelajari tentang pengolahan limbah tahu dan tempe.

2. Sebagai sarana atau sumber pemberian informasi bagi pembaca tentang pengolahan limbah tahu dan tempe.

3. Dapat disebarluaskan dan dapat dimanfaatkan atau ditiru oleh masyarakat 4. Menghasilkan produksi sampingan dari limbah tahu dan tempe

5. Menambah pendapatan pegawai di industri tersebut

6. Mengurangi pencemaran lingkungan sekitar industri

1.5 METODE

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan yakni mengumpulkan data yang diperlukan dari bahan-bahan referensi seperti buku, makalah, dan jurnal yang bersangkutan dengan topik yang akan dibahas oleh penulis serta tambahan bahan dari internet.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 PENGERTIAN LIMBAH PANGAN

(5)

limbah anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau hasil samping proses industri. Limbah anorganik tidak mudah hancur/lapuk. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan bahkan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Ketiga, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), merupakan sisa suatu usaha yang mengandung bahan berbahaya/beracun, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lainnya. (http://www.sinarharapan.co.id).

Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara pengurangan sumber (source reduction), penggunaan kembali, pemanfaatan (recycling), pengolahan (treatment) dan pembuangan. Banyak jenis limbah dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang atau dikonversikan ke produk lain yang berguna. Limbah yang dapat dikonversikan ke produk lain, misalnya limbah dari industri pangan. Limbah tersebut biasanya masih mengandung: serat, karbohidrat, protein, lemak, asam organik, dan mineral, sehingga dapat mengalami perubahan secara biologis dan dapat dikonversikan ke produk lain seperti: energi, pangan, pakan, dan lain-lain. (http://www.menlh.go.id).

Limbah industri menjadi salah satu bagian lingkungan yang paling dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, apalagi limbah industri rumah tangga yang secara umum belum dikelola dengan baik. Jika penanganan limbah yang dihasilkan industri seperti industri rumah tangga tidak tepat, maka limbah dapat menurunkan kualitas dari lingkungan sekitarnya dan akhirnya dapat merugikan ekosistem. Oleh karena itulah maka pengelolaan limbah industri rumah tangga menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukan dan tidak bisa dihindari oleh para pemilik dan pengelola industri.

(6)

dengan kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang mengandalkan sumber protein nabati dari kacang-kacangan terutama kedele dan hasil olahnya seperti tahu dan tempe yang sama-sama menghasilkan limbah pangan.

2.2 KARAKTERISTIK LIMBAH TAHU DAN TEMPE

Untuk limbah industri tahu tempe ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, suhu, warna dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C sampai 46 0C. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan.

Baku Mutu Air Limbah Tahu

N

O Parameter

Industri Tahu

Kadar Max (mg/lt) Beban Pencemaran Max (kg/yon kedelai)

1. Temperature 38oC

-*) Perda Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004

Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 40oC sampai 46oC. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan.

(7)

zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tempe tersebut. Untuk menentukan besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD, COD dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga (Greyson, 1990; Welch, 1992).

Air buangan industri tahu tempe kualitasnya bergantung dari proses yang digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air buangannya biasanya rendah (Nurhasan dan Pramudya, 1987). Pada umumnya konsentrasi ion hidrogen buangan industri tahu tempe ini cenderung bersifat asam. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein (N-total) sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l. sehingga masuknya limbah cair tahu tempe ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di peraian tersebut.

Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah gas nitrogen (N2 ), oksigen (O2 ), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3 ), karbondioksida (CO2 ) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan.

2.3 JENIS LIMBAH TAHU 2.3.1 Limbah Padat

(8)

2.3.2 Limbah Cair

Limbah cair tahu adalah limbah yang ditimbulkan dalam proses pembuatan tahu dan berbentuk cairan. Limbah cair mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia dan biologis yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman tersebut dapat berupa kuman penyakit ataupun kuman yang merugikan baik pada tahu sendiri maupun tubuh manusia. Selain itu, limbah cair yang berasal dari industri tahu merupakan masalah serius dalam pencemaran lingkungan, karena menimbulkan bau busuk dan pencemaran sumber air.

Limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang disungai akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Limbah cair : sisa air tahu yang tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur pada saat proses karena kurang sempurnanya proses penggumpalan. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia dan biologi. (www.menlh.go.id).

Perkiraan jumlah limbah cair = 100 kg kedelai bahan baku akan menimbulkan 1,5 – 2 m3 limbah cair. (Pramudyanti, 1991). Diantara limbah cair dari proses produksi tahu, whey memberikan beban pencemaran terbesar (Wuryanto, 1998), karena whey masih mengandung zat-zat organic seperti protein, karbohidrat dan lemak (Nurhassan, 1991).

2.4 LIMBAH TEMPE

(9)

medium fermentasi dan makanan ternak yang baik dan ekonomis karena nilai proteinnya (Murti dan Nasution, 1996).

Air limbah rendaman kedelai banyak mengandung bakteri penghasil asam laktat seperti Lactobacillus sp organic dan bakteri lain seperti bakteri pembusuk yang secara alami terdapat dalam air rendaman (http://www.jevuska.com). Kandungan bahan organic dan mikroorganismedalam air limbah rendaman kedelai meningkatkan nilai BOD dan menghabiskan oksigen terlarut dalam air. Apabila suplai oksigen terus menurun, keseimbangan ekologi air terganggu bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya (http://karya.ilmiah.um.ac.id)

Air limbah rendaman kedelai juga bersifat asam (pH 3,5 – 5,2), karena pada tahap perendaman terjadi proses pengasaman. Selain mengganggu kehidupan hewan air disekitarnya juga bersifat korosif dan dapat menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi (Fardiaz, 1992). Namun demikian limbah hasil pengasaman kimiawi dapat digunakan kembali sebagai bahan pengasam untuk proses pengasaman berikutnya. Selain itu limbah hasil pengasaman kimiawi tidak mengandungbahan organic dan mikroorganisme sebanyak limbah cair hasil perendaman alami. Bahan organic dan mikroorganisme menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan meningkatkan BOD sehingga mengganggu kehidupan biota air (http://www.klair.bppt.go.id)

2.5 DAMPAK LIMBAH PABRIK TAHU DAN TEMPE (INDUSTRI PANGAN) TERHADAP LINGKUNGAN

Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik industri pangan (jangka pendek) yaitu :

(10)

2. Ditinjau dari segi kesehatan, kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit dari yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa cacat genetic pada anak cucu dan generasi berikut.

3. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri. 4. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di

musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.

5. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah .

6. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan debu. Limbah industri pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand (BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.

Kondisi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sektor industri berpengaruh besar terhadap kondisi pencemaran di Indonesia. Saya sangat berharap agar para pelaku industri mulai melakukan perbaikan dan pembenahan dalam hal pembuangan limbah sehingga kegiatan industri dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PENANGANAN LIMBAH CAIR TAHU

(11)

mengakibatkan bau busuk dan akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Disamping upaya untuk penanganan limbah cair sebagaimana yang sudah dilakukan tentu saja perlu dicari upaya lain. Untuk itu perlu dicoba alternatif pemanfaatan limbah tahu (whey) menjadi nata de soya dengan harapan bisa mengurangi limbah yang mengganggu lingkungan sekitar pabrik.

Limbah tahu (whey) yang dihasilkan dari industri pengolahan tahu memiliki potensi untuk dimanfaatkan menjadi nata de soya. Sebagaimana diketahui bahwa limbah tahu (whey) merupakan limbah cair hasil pemisahan curd serta limbah cair yang keluar saat pengepresan curd. Nurhassan (1991) mengatakan bahwa whey memberikan beban pencemaran terbesar dibandingkan limbah cair yang lain. Pemanfaatan whey menjadi nata de soya dengan pertimbangan : pertama, kontinuitas ketersediaannya cukup terjamin, kedua, ketersediaan nutrisi hampir sama dengan air kelapa dan pH cukup rendah yang mendekati pH optimal untuk pertumbuhan bakteri A.xylinium.

Pembuatan nata de soya selain menghasilkan produk yaitu nata, namun juga menimbulkan limbah. Nutrisi media fermentasi akan menentukan pertumbuhan A. xylinium dan kemampuannya mengubah komponen dalam media menjadi nata, sehingga komposisi nutrisi dalam media fermentasi juga akan berpengaruh terhadap karakteristik nata yang dihasilkan serta karakteristik limbah yang ditimbulkan dari proses pembuatan nata. Pemilihan yang tepat terhadap sumber nitrogen yang merupakan faktor penting untuk pertumbuhan A. xylinium maka akan didapatkan karakteristik nata yang maksimal serta beban pencemaran limbah yang minimal sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan industri nata de soya.

3.1.1 PROSES PEMBUATAN NATA DE SOYA WHEY TAHU

Diendapkan dan disaring beberapa lapis kain kassa 

Dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk-aduk 

Ditambah asam asetat glacial 10 ml/L whey 

(12)

WHEY ASAM BERGULA

dipindah dalam wadah plastik yang ditutup kertas 

ditambah starter (50-100 ml starter/L media nata) 

disimpan selama 10 hari pada suhu kamar 

NATA DE SOYA

Gambar 3. Diagram alir fermentasi nata de soya

Panen dan Pencucian

LEMBARAN NATA DE SOYA 

Dicuci dengan air bersih 

Direndam dalam air yang diganti-ganti dengan air segar (3 hari) 

Dipotong-potong kecil-kecil dan direbus 5-10 menit 

Dicuci dan direbus lagi 10 menit 

Berbau asam 

NATA DE SOYA SIAP OLAH

(13)

Alat yang digunakan :

- Bak kontrol berfungsi menyaring ampas yang berasal dari pengepresan limbah tahu

- Pipa penyalur - Bak digester - Bak peluap

Bahan yang digunakan : - Limbah cair tahu

Cara kerja :

- Limbah cair tahu disalurkan ke bak kotor untuk disaring

- Kemudian masuk kedalam bak penampungan digester yang lama-lama akan menjadi biogas

- Bak penampung akan dialiri limbah cair industri secara terus menerus hingga luber yang nantinya akan mengalir ke bak peluap

- Biogas siap untuk digunakan

- Awal pembuatan biogas bisa digunakansetelah 2 bulan dari pengisian

(14)

Teknik-teknik pengolahan air buangan secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu pengolahan secar fisika, pengolahan secara kimia dan pengolahan secara biologi. Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organic, padatan tersuspensi, mikroba pathogen, dan senyawa organic yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat dialam.

3.2.1 PEMBUATAN PUPUK CAIR

Limbah rebusan air kedelai  Analisis pH dan NH3

Proses pembuatan pupuk dengan wadah/ember. 1 liter limbah cair rebusan kedelai

Dedak 1,0 %, gula 1 %, tanpa EM4 (control)

Proses pembuatan pupuk dengan wadah/ember. 1 liter limbah cair rebusan kedelai

Dedak 10 %, gula 1 %, EM4 0,5 %

Proses pembuatan pupuk dengan wadah/ember. 1 liter limbah cair rebusan kedelai

(15)

Inkubasi 0,3 dan 6 hari

Pengamatan pH dan NH3

Limbah cucian kedelai rebus Analisis pH dan NH3

Aerasi

Aerasi 10 menit Aerasi 30 menit Aerasi 60 menit Aerasi 90 menit

Tekanan 10, 20 dan 30 Psi 

Analisis pH dan NH3 

Pengolahan Data

3.3 PEMANFAATAN AMPAS TAHU

Teknologi pengawetan dapat diterapkan pada tahu dan limbahnya, yaitu: Pembekuan, yaitu penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku untuk mempertahankan kualitas dan memperbaiki penampilan makanan. Suhu pembekuan yang digunakan adalah -24 sampai -40 derajat celcius. Pengeringan, yaitu suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan melalui penggunaan energi panas baik alami (sinar matahari) maupun buatan (cabinet dryer). Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga menguntungkan dalam penyimpanan, pengepakan dan tranportasi. Fermentasi, yaitu teknologi pengolahan menggunakan bantuan bahan lain berupa mikroorganisme baik jamur maupun bakteri.

3.3.1 TEPUNG AMPAS TAHU

Pembuatan tepung ampas tahu dapat dilakukan jika ampas yang dihasilkan berlimpah dan belum sempat digunakan. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran langsung dibawah sinar matahari ataupun dalam alat pengering “cabinet dryer” dengan suhu sesuai suhu matahari. Cara pengeringan cukup mudah, dimana ampas padat diletakkan diatas tampah atau

Inkubasi 0,3 dan 6 hari Limbah rebusan air

kedelai

(16)

loyang dan keringkan sampai betul-betul mongering sempurna. Setelah ampas tahu kering maka dapat dilanjutkan dengan penghalusan dan pengayakan sehingga diperoleh tepung halus yang dapat digunakan untuk pembuatan kue kering atau kerupuk dan stick tahu.

3.3.2 KERUPUK AMPAS TAHU Bahan-bahan yang digunakan :

500 g ampas tahu yang telah diperas dan dikukus 250 g tepung tapioka

7 g garam halus 5 g gula pasir 25 g bawang putih 5 g merica halus 10 g udang kering 3 g soda kue

Cara pembuatan :

1. Persiapkan ampas tahu, peras dengan menggunakan serbet atau kain bersih sampai airnya berkurang. Kukus selama 30 menit.

2. Haluskan bumbu: bawang putih dan udang kering.

3. Campur ampas tahu, tapioka dan bumbu-bumbu lain. Uleni sampai kalis rata, licin dan kalis.

4. Masukkan adonan dalam plastik silinder dengan diameter sekitar 5-6 cm dan panjang 20 cm. Kukus sekitar 2 jam supaya bagian tengah adonan matang. Adonan ini disebut dodolan.

5. Angkat dan dinginkan. Biarkan adonan tersebut selama 3-5 hari supaya mengeras dan dapat dipotong.

6. Iris dodolan dengan ketebalan 2-3 mm. Hasil irisan ini disebut kerupuk basah.

7. Jemur kerupuk basah sampai benar-benar kering sambil dibolak-balik. 8. Hasil penjemuran ini disebut kerupuk kering.

(17)

3.3.3 KECAP AMPAS TAHU

1. Penyiapan ampas tahu. Dalam usaha pembuatan kecap ampas tahu, ampas tahu direndam dengan air bersih selama 12 jam. Setelah itu bahan dipres dengan alat pres sehingga airnya keluar. Ampas yang telah berkurang airnya dikukus selama 60 menit, kemudian didinginkan di atas tampah sampai suam-suam kuku.

2. Fermentasi menjadi tempe gembus. Ampas ditaburi laru tempe (1 gram untuk 1 kg ampas), dan diaduk-aduk sampai rata. Setelah itu ampas dihamparkan di atas tampah setebal 2 cm dan ditutup dengan daun pisang. Tampah diletakkan diatas para-para yang terhindar dari serangga dan cahaya matahari langsung selama 4-5 hari sampai kapang cukup tebal menutupi tempe gembus.

3. Penjemuran tempe gembus. Tempe gembus dipotong-potong 0,5 x 0,5 x 0,5 cm, kemudian dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kering (kadar air dibawah 12%)

(18)

dengan air sedikit demi sedikit ambil diaduk, sampai volumenya menjadi 1 liter.

5. Fermentasi garam. Butiran tempe yang telah kering dimasukkan ke dalam larutan garam. Tiap 1 kg butiran tempe kering membutuhkan 3 liter larutan garam. Perendaman dilakukan di dalam wadah perendam selama 10-15 minggu. Pada siang hari mana kala langit tidak tertutup awan, atau tidak hujan, wadah dipindahkan ke udara terbuka , dan penutup wadah dibuka. 6. Proses selanjutnya dalam pembuatan kecap ampas tahu, ekstraksi kecap

mentah. Hasil fermentasi disaring dengan kain saring. Ampas diperas dengan kain saring atau dipres dengan mesin pres. Cairan kental hasil penyaringan dan pemerasan/ pres disatukan. Cairan ini disebut dengan kecap mentah. Selanjutnya kecap mentah ditambah dengan air. Tiap 1 liter kecap mentah ditambah dengan 1 liter air.

7. Penyiapan bumbu. Bumbu yang digunakan dalam pembuatan kecap ampas tahu adalah : Keluwak, dan lengkuas digiling sampai halus, Gula merah disayat, kemudian digiling sampai halus, dan Sereh dipukul-pukul sampai memar.

8. Pembumbuan dan pemasakan kecap manis. Cairan kecap dipindahkan ke panci, kemudian ditambahkan keluwak, lengkuas, sereh, daun salam. Kecap dipanaskan sampai mendidih. Kecap yang masih panas disaring dengan kain saring. Bahan-bahan yang tertinggal di kain saring dibuang. Setelah itu, kecap ditambah dengan gula merah diaduk-aduk sampai seluruh gula larut. Setiap 1 liter kecap ditamabh dengan 750 gram gula merah. Kecap ini disaring kembali.

9. Pengentalan. Kecap yang telah dingin ditambah dengan tepung tapioka. Setiap 1 liter kecap ditambah dengan 20 gram tapioka dan diaduk sampai rata. Setelah itu kecap ini dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk- aduk. 10. Penambahan pengawet. Sebelum kecap diangkat dari api, natrium benzoat

ditambahkan sebanyak 1 gram untuk setiap 1 liter kecap.

(19)

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

- Limbah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu limbah organic, limbah anorganik dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

- Jenis limbah pada tahu tempe terbagi menjadi dua yaitu limbah cair dan limbah padat

- Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara pengurangan sumber (source reduction), penggunaan kembali, pemanfaatan (recycling), pengolahan (treatment) dan pembuangan

- Untuk limbah industri tahu tempe ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni karakteristik fisika dan kimia

- Limbah tahu tempe dapat dimanfaatkan dalam pembuatan makanan, dan energy.

(20)

Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah alangkah lebih baiknya makalah ini mendapat kritik yang membangun agar dalam penyusunannya dapat lebih sempurna lagi. Dan alangkah baiknya jika isis dari makalah ini dapat dikoreksi oleh dosen pengampu agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami materi tentang Sistem Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe ini.

DAFTAR PUSTAKA

Kaswinarni, Fibria. Kajian Teknik Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu.

Wiryani, Erry. Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe. Lab. Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi F MIPA. UNDIP. Semarang

Auliana, Rizqie. 2012. Pengolahan Limbah Tahu menjadi Berbagai Produk Makanan. Yogyakarta.

Jurnal Imiah. Satya Negara Indonesia. Vol.4. 2011

Rahayu, dkk. Rekayasa Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dan Tempe dalam Upaya Mendapatkan Sumber Energi Pedesaan. Politeknik Negeri Semarang.

Subekti, Sri. Pengolahan Limbah Cair Tahu menjadi Biogas sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNPAND

(21)

http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html

Gambar

Gambar 3. Diagram alir fermentasi nata de soya

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang diteliti dalam PTK ini adalah meningkatkan kemampuan menghafal siswa dengan metode Tikrari pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits “Mari Menghafal Surah

signifikan antara butir-butir angket dalanr liktorr' yang ditunjukkan tnelalui angka faktor loadr dengan terendalt 0.40 dan terlinggi 0.70. pi: diu jicobakarr pada

Mengapresiasi karya seni musik 13.1 Mengidentifikasi makna dan peranan musik non tradisional Nusantara dalam konteks kehidupan budaya masyarakat. 13.2 Menunjukkan nilai-nilai dari

Renstra ini akan menjadi pedoman dan arahan bagi seluruh civitas akademika di Poltekkes Kemenkes Jayapura dalam penyelenggraan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam

LAMP MPIR IRAN AN KE KE PU PUTU TUSAN SAN KE KEPA PALA LA UP UPTD TD PUSKESMAS DOMPU BARAT.. PUSKESMAS

Tetapi pada satu segi, pemikiran Al-Faruqi sangat modernis (terutama tentang Islamisasi ilmu pengetahuan), maka Al-Faruqi juga termasuk golongan revivalis, kaum

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diharapkan STIKES Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto selalu memberi pembinaan yang baik kepada mahasiswa salah satunya

Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Wamenkes RI) di Hari Osteoporosis Sedunia tahun 2012 mengatakan bahwa upaya pencegahan osteoporosis terutama dengan gaya