• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang - Analisis Tentang Pernikahan Dini di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang - Analisis Tentang Pernikahan Dini di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang

Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun

yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga

merupakan masa yang rentan resiko kehamilan karena pernikahan dini (usia

muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia pada kehamilan, keracunan kehamilan, dan

kematian (Kusmiran, 2011). Remaja adalah masa transisi antara masa

kanak-kanak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun atau jika seseorang

menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, terangsang perasaannya

dan sebagainya (Sarwono, 2010).

Masa remaja yang perlu perhatian adalah pada usia 13-15 tahun

(Widyastuti, 2009). Usia remaja menimbulkan berbagai persoalan dari berbagai

sisi seperti remaja yang selalu ingin coba-coba, pendidikan rendah, pengetahuan

minim, pekerjaan semakin sulit di dapat yang berpengaruh pada pendapatan

ekonomi keluarga. Terlebih jika mereka menikah di usia muda karena

keterlanjuran hubungan seksual yang menyebabkan suatu kehamilan. Adanya

penolakan keluarga yang terjadi akibat malu, hal ini dapat menimbulkan stress

berat. Ibu hamil usia muda memiliki resiko bunuh diri lebih tinggi disebabkan

karena terajadinya kekerasan dalam rumah tangga (Manuaba,2010).

Organisasai kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 menunjukkan bahwa

(2)

dari seluruh kelahiran didunia yang mayoritas (95%) terjadi dinegara sedang

berkembang. Di Amerika Lati dan Karibia, 29% wanita muda menikah saat

mereka berusia 18 tahun. Prevalensi tertinggi kasus pernikahan usia dini tercatat

di Nigeria (80%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%)

(WHO, 2012).

Komplikasi dari kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama

kematian anak perempuan berusia 15 sampai 19 tahun dinegara – Negara

berkembang. Dari 16 juta remaja perempuan yang melahirkan setiap tahun

diperkirakan 90 % sudah menikah dan 50 ribu diantaranya telah meninggal. Selain

itu resiko terjadinya kematian ibu dan kematian bayi yang baru lahir. 50 % lebih

tinggi dilahirkan oleh ibu dibawah usia 20 tahun diantara ibu dibandingkan pada

wanita yang hamil di usia 20 tahun ke atas (WHO, 2012).

Menurut United Nations Development Economic and Social Affairs

(UNDESA, 2010), Indonesia merupakan Negara ke-37 dengan pernikahan dini

terbanyak mencapai 34% di dunia di tahun 2007 . Untuk level ASEAN, tingkat

pernikahan dini di Indonesia berada di urutan kedua terbanyak setelah Kamboja.

Menurut Riskesdas 2010, perempuan muda di Indonesia dengan usia 10-14 tahun

menikah sebanyak 0,2 persen atau lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14

tahun di Indonesia sudah menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia 15-19

tahun yang menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia

15-19 tahun (11,7 % perempuan dan 1,6 % laki-laki usia 15-19 tahun). Selain itu

(3)

Menurut UNICEF 2005, pernikahan sebelum usia 18 tahun terjadi

diberbagai belahan dunia, dimana orang tua juga mendorong perkawinan

anak-anaknya ketika mereka masih berusia dibawah 18 tahun dengan harapan bahwa

perkawinan akan bermanfaat bagi mereka secara finansial dan secara sosial, dan

juga membebaskan beban keuangan dalam keluarga. Pada kenyataanya,

perkawinan anak-anak adalah suatu pelanggaran hak asasi manusia,

mempengaruhi pengembangan anak-anak perempuan dan sering juga

mengakibatkan kehamilan yang beresiko dan pengasingan sosial, tingkat

pendidikan rendah dan sebagai awal dari kemiskinan (UNICEF,2005).

Sedangkan berdasarkan Angka Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2007, jumlah kasus pernikahan dini mencapai 50 juta

penduduk dengan rata-rata usia perkawinan di Indonesia yakni 19,1 tahun. Dan

berdasarkan SDKI tahun 2012 tercatat 4,8% menikah di usia 20-24 tahun dan

41,9% menikah pada usia 15-19 tahun atau 41 per 1000 pernikahan. Dari data

tersebut, dapat dilihat besarnya angka pernikahan dini di Indonesia.

Menurut Taufik (2008) dalam Damayanti (2012), angka statistik

pernikahan dengan pengantin wanita berusia dibawah 16 tahun secara keseluruhan

mencapai lebih dari seperempat dari total pernikahan di Indonesia. Bahkan di

beberapa tempat, angkanya jauh lebih besar, misalnya di Jawa Timur 39,43%,

Kalimantan Selatan 35,48%, Jambi 30,63%, Jawa Barat 36% dan Jawa Tengah

(4)

Menurut BkkbN (2011) faktor yang mempengaruhi rata-rata usia menikah

pertama perempuan adalah faktor social, ekonomi, budaya dan tempat tinggal

(desa/kota). Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan dini sering disebabkan

oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orang tua

(Puspitasari, 2009).

Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah

di usia yang tergolong muda. Orang tua beranggapan bahwa anaknya menikah

bisa mengurangi beban ekonomi keluarga dan calon suami si anaknya bisa

membantu perekonomian keluarga. Faktor kemauan sendiri bisa disebabkan

karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan adanya pengetahuan anak

yang diperoleh dari film atau media-media yang lain sehingga mereka terpengaruh

untuk melakukan seks sebelum menikah dan terjadi kehamilan diluar nikah

dimana remaja terpengaruh untuk melakukan pernikahan dini. Orang tua/keluarga

biasanya juga menyuruh anaknya menikah secepatnya padahal umur mereka

belum matang untuk melangsungkan pernikahan karena sudah turun-menurun.

(Mencher Siagian, 2012).

Pergaulan bebas atau bebas untuk melakukan apa saja, termasuk hubungan

intim bisa menyebabkan pernikahan dini. Masyarakat menganggap suatu aib

apabila seorang gadis belum menikah pada usia tertentu dan takut anak gadisnya

terlibat dalam pergaulan bebas sehingga orang tua cepat-cepat menikahkan

anaknya dan masyarakat menganggap pernikahan itu suatu kewajiban yang harus

(5)

karena orang tua dan keluarga kurang memberikan informasi tentang resiko

menikah dini dan terkadang orang tua dan keluarga sudah mengetahui resiko

menikah dini tetapi malah orang tua dan keluarga menyuruh anaknya segera

menikah ( Notoatmodjo, 2010).

Banyak remaja yang kurang mempertimbangkan aspek-aspek yang

berpengaruh jika ia menikah muda, terutama pada remaja putri. Hal ini tersebut

khususnya berkaitan dengan penyesuaian diri, baik yang berhubungan dengan

perubahan dirinya maupun dalam hubungan dengan lingkungan sekitarnya sesuai

dengan peran barunya dalam sebuah pernikahan (Gunadarma, 2008).

Menurut Adianingsih (2010), pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

pada remaja sangatlah minim, informasi yang kurang akurat dan benar tentang

kesehatan reproduksi sehingga memaksa remaja untuk melakukan eksplorasi

sendiri, baik melalui media (cetak dan elektronik) dan hubungan pertemanan,

yang besar kemungkinannya justru salah. Ternyata sebagian besar remaja merasa

tidak cukup nyaman curhat dengan orangtuanya, terutama bertanya seputar

masalah seks. Oleh karena itu, remaja lebih suka, mencari tahu sendiri melalui

sesama temannya dan menonton blue film. Selain itu pengetahuan tentang akibat

pernikahan dini dan kesiapan secara fisik merupakan salah satu hal yang harus

diperhatikan pada pasangan yang menikah diusia muda terutama pihak

wanitannya. Hal ini berkaitan dengan kehamilan dan proses melahirkan. Secara

fisik, tubuh mereka belum siap untuk melahirkan anak dan melahirkan karena

(6)

ini tersebut sangat mempengaruhi angka kematian ibu dan angka kematian bayi

sebagai standart derajat kesehatan suatu negara.

Salah satu isu terpenting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan

dalam konferensi kependudukan sedunia Internasional Conference Population and

Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan kesehatan

reproduksi. Isu ini diangkat sebagai salah satu pokok bahasan karena adanya

berbagai masalah reproduksi yang dihadapi dimasa kini. Saat ini kita sering

dihadapkan dengan umur rata-rata remaja yang menikah dibawah usia antara

14-19 tahun (Widyastuti dkk, 2009).

Undang-Undang perkawinan No.1 tahun 1974 memperbolehkan seorang

perempuan usia 16 tahun dapat menikah, sedangkan Undang-Undang Kesehatan

No.36 tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun, karena hubungan seksual yang

dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker serviks serta

penyakit menular seksual. Perkawinan usia dini menyebabkan terjadinya

komplikasi kehamilan dan persalinan antara lain pada kehamilan dapat terjadi

preeklamspsia, resiko persalinan macet karena besar kepala anak tidak dapat

menyesuaikan bentuk panggul yang belum berkembang sempurna. Pada

persalinan dapat terjadi robekan yang meluas dari vagina menembus ke kandung

kemih dan meluas ke anus. Pada bayi dapat terjadi berat badan bayi lahir rendah

(7)

Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan ada beberapa

hasil penelitian yang relevan yaitu hasil penelitian Astuty (2011) Faktor-Faktor

Penyebab terjadinya perkawinan usia muda dikalangan remaja di desa Tembung

Kecamatn Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa faktor penyebab remaja melakukan pernikahan muda antara

lain : faktor lingkungan masyrakat dan orang tua cukup berpengaruh terhadap

pembentukan konsep diri pada anak, karena si anak melihat kalau ibunya banyak

yang juga melakukan pernikahan dini. Faktor tingkat ekonomi orang tua yang

rendah banyak menyebabkan orang tua menikahkan anaknya di usia yang masih

muda.

Menurut hasil penelitian Damayanti (2012) gambaran pengetahuan remaja

putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi siswi kelas XI di

SMK Batik 2 Surakarta. Hasil ini ditemukan masih rendahnya pengetahuan

remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Hal ini

dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat, baik dari institusi sekolah

maupun dari keluarga serta petugas kesehatan.

Hasil penelitian Rafiddah, dkk (2009) Faktor-faktor yang berhubungan

dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah (Studi Kasus 3

Pasangan Suami Istri Muda). Hasil penelitian ini mununjukkan bahwa secara

umum masyarakat di Kabupaten Purworejo memiliki tanggapan yang negatif

terhadap pernikahan usia muda, hal ini dibuktikan dari jawaban-jawaban yang

diberikan subjek pada angket. Dan diketahui pula bahwa subjek memiliki

(8)

sebuah pernikahan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek biologis, psikologis, dan

sosial ekonomi.

Dari ketiga penelitian yang relevan diatas, secara teoritis memiliki

hubungan atau relevasi dengan penelitian ini, secara konseptual dapat dijadikan

sebagai acuan teori umum bagi penelitian dalam melakukan penelitian, karena

kajian sama-sama ingin mengetahui tentang pernikahan dini pada remaja.

Penelitian yang relevan memfokuskan kepada faktor serta dampak

pernikahan dini remaja, sedangkan studi penelitian ini lebih memfokuskan kepada

pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah

menikah. Jadi kajian teori penelitian yang relevan dapat dijadikan pedoman

penelitian dalam memahami fenomena-fenomena yang ditemukan di lapangan.

Berdasarakan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kecamatan

Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan, tercatat jumlah pernikahan remaja

ditahun 2014 –Maret 2015 yang menikah dibawah usia 20 tahun sebanyak 30

orang dari 25 orang ditahun 2014 dan pada awal Januari sampai Maret 2015

sebanyak 5 orang remaja telah menikah dibwah usia 20 tahun dan rata-rata

menikah setelah lulus SMA ataupun sebelum lulus SMA. Pada saat dilakukan

survei awal dari 5 orang remaja putri di kecamatan kota Pinang melakukan

pernikahan dini akibat dari hamil di luar nikah. Dari hasil wawancara dengan

nara sumber, didapatkan informasi bahwa ada sebagian yang menikah dini

(9)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penelitian baik itu

berupa observasi maupun wawancara dengan beberapa masyarakat di Kecamatan

Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan, penelitian menemukan bahwa

sebagian warga yang menikah di usia remaja ada yang mengalami hamil diluar

nikah dan ada juga faktor dari orang tua.

Dari data-data tentang pernikahan dini di Indonesia dan faktor-faktor yang

telah disebutkan sebelumnya, serta melihat fakta yang terjadi di Kecamatan Kota

Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut

tentang apa yang dirasakan remaja putri setelah menikah melalui pendekatan

kualilatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah di

Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu Faktor-faktor apa yang mendorong remaja melakukan

pernikahan dini dan bagaimana dampak melakukan pernikahan dini pada remaja

putri di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2015?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tentang

pernikahan dini pada remaja dan apa-apa saja dampak dalam melakukan

pernikahan dini di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan

(10)

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk menganalisis secara mendalam tentang terjadinya pernikahan dini

pada remaja putri di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan

tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Remaja

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan

memberikan pengetahuan kepada remaja tentang pernikahan dini dan

dampak-dampak tentang pernikahan dini.

2. Bagi Orang Tua

Diharapkan kepada keluarga terutama orang tua remaja lebih mengetahui tentang

informasi dan dampak tentang pernikahan dini sehingga dapat mengurangi

terjadinya penikahan dini pada remaja.

3. Bagi Instansi Kesehatan

Diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan dan instansi yang terkait

untuk memberikan informasi dan dapat mengurangi terjadinya resiko pernikahan

dini pada remaja, orang tua dn masyarakat.

4. Bagi Peneliti lain

Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitan

Referensi

Dokumen terkait

diketahui apakah ada perbedaan dari hasil keaktifan belajar siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol. g) Kesimpulan : Setelah melakukan analisis / evaluasi yang

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan agar keputusan yang diambil oleh otoritas yang berwenang dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, diajukan satu sistem IFFN

This study investigated the pyrolysis of waste oils in the presence of a spent catalyst, as well as the regeneration properties of the spent catalyst, such as the type of

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah lantai bangunan berpengaruh pada efisiensi biaya bekesting semi modern terhadap bekesting konvensional.Pada bangunan

a. Kemampuan motorik halus. a) Stimulasi yang perlu di lanjutkan. 1) Memasukan benda kedalam wadah. 2) Bermain dengan mainan yang mengapung di air. 3) Menggambar, menyusun kubus

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan menu olahan daging sapi menurut konsumen dan menganalisis

Begitu penting dan urgennya korban mendapatkan perlindungan hukum, maka dalam hukum acara pidana dikenal beberapa prinsip perlindungan saksi dan korban, yakni

Beberapa ahli yang mencoba meneliti pengaruh dari tayangan agresif terhadap anak menemukan bahwa tayangan yang mengandung kekerasan mempengaruhi anak