• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pembinaan UKM yang efektif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Pembinaan UKM yang efektif"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN SISTEM PEMBINAAN UKM YANG EFEKTIF

Oleh : Abdillah Sani

Latar Belakang

Menghadapi era persaingan global, sistem pembinaan terhadap dunia usaha merupakan salah satu bagian dari rencana kerja Pemerintah yang penting. Berbagai kegiatan pembinaan selama ini memang sudah dilakukan oleh berbagai unit dalam pemerintahan, baik Kementerian maupun lembaga, namun semua orang juga mengetahui bahwa kegiata-kegiatan yang dialakukan masih belum memiliki fokus yang tinggi, koordinasi yang baik maupun tingkat relevansi satu sama lain, sehingga masih perlu ditingkatkan lagi baik kuantitas, apalagi kualitasnya.

Ego sektoral, ego daerah, ego lembaga, masih amat kental mewarnai pelaksanaan kegiatan pembinaan dunia usaha, khususnya UKM, sehingga tidak heran jika UKM malah terjebak untuk terus mengikuti kegiatan-kegiatan yang nyaris substansinya hampir sama tapi diselenggarakan oleh banyak Kementerian/lembaga. Pada gilirannya pembinaan dimaksud bukan saja tidak efektif, menyebabkan pemborosan uang negara, tapi lebih jauh malah menyebabkan UKM memiliki ketergantungan terhadap fasilitasi dari Pemerintah. Padahal, dalam upaya memenangkan persaingan di pasar global, UKM seharusnya memiliki ketangguhan sendiri, bukan karena proteksi Pemerintah.

Mengingat hal tersebut, dalam era Kabinet Kerja yang konon memasukkan kemandirian ekonomi sebagai salah satu prioritas programnya, maka layak jika masalah pembinaan UKM dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini lebih difokuskan, didukung oleh koordinasi yang erat antar Kementerian/Lembaga, sebagaimana perintah Pasal 73 UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, yang menyebutkan ketentuan-ketentuan pembinaan dunia usaha sebagai berikut:

(2)

(2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pemberian fasilitas, insentif, bimbingan teknis, akses dan/atau bantuan permodalan, bantuan promosi, dan pemasaran.

(3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam melakukan pemberdayaan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah di sektor Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat bekerja sama dengan pihak lain.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberdayaan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah di sektor Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.

Beberapa Usulan

Terkait dengan hal tersebut, dalam rangka optimalisasi out put pembinaan dunia usaha menghadapi globalisasi perdagangan, saya ingin mengusulkan beberapa hal, yakni:

1. Penanganan masalah pembinaan terhadap dunia usaha yang dilakukan oleh aparatur Pemerintah hendaknya dilandasi oleh suatu program sistematis dan integratif yang melibatkan semua pihak terkait, termasuk Pemerintah Daerah dan pihak swasta, mulai dari hilir sampai ke hulu. Perlu ada suatu grand design

yang menjadi cetak biru pedoman bagi semua pihak.

2. Ketegasan dalam penetapan anggaran untuk menghindari duplikasi program juga diperlukan, agar pemborosan anggaran tidak terjadi. Usulan anggaran dari tiap unit di dalam suatu lingkungan Kementerian/Lembaga yang berbeda judul tapi substansinya sama harus disaring secara ketat. Tiap usulan kegiatan pembinaan pelaku usaha harus memiliki specific out put yang tajam dan saling menunjang satu sama lain.

3. Kegiatan pembinaan hendaknya merupakan serial berkelanjutan seperti proses pembuatan produk di suatu pabrik, dimana semua unit memiliki konsentrasi dan tanggungjawab penuh pada bagiannya sendiri-sendiri, sementara proses terus berjalan secara berkelanjutan sampai mendapatkan produk akhir yang optimal.

(3)

4. Pembinaan terhadap pelaku usaha dalam negeri ditujukan kepada pencapaian daya saing kuat dalam menghadapi serbuan produk-produk asing yang masuk ke Indonesia, sedangkan pelaku usaha yang produknya memiliki potensi untuk diekspor dapat dilanjutkan pembinaannya sehingga mampu menembus pasar internasional.

5. Pembinaan SDM pelaku ekspor dilakukan sejalan dengan pembinaan tenaga kerja terampil bersertifikasi kompetensi, yang akan mendukung kinerja perusahaan.

6 Fasilitasi hanya diberikan kepada pelaku usaha yang sudah atau tengah menjalani kegiatan pembinaan dan memiliki tenaga kerja yang tersertifikasi setidaknya 1 (satu) orang, demi mendukung optimalisasi kinerja perusahaan dan untuk memicu keseriusan mereka dalam menjalani program pembinaan dari Pemerintah.

(4)

PEMBINAAN UKM PERDAGANGAN MENGHADAPI PASAR GLOBAL MELALUI KEGIATAN SERIAL INTEGRATIF DAN PENDAMPINGAN (COACHING)

- HAKI dan sertifikasi lain - Pemasaran/pameran - Kemitraan dengan usaha

besar.

FASILITASI

UKM BERDAYAOUTPUT:

SAING UNTUK - Incoterms, asuransi dan

transportasi ekspor - kalkulasi dan penetapan

harga ekspor - Pemeran di luar negeri. - Buyers meeting

OUTPUT: EKSPOTER

(5)

Pembinaan terintegrasi bagi UKM potensial melalui program pendampingan, sebagaimana diuraikan di atas, juga membutuhkan dukungan serius dan kerjasama yang erat dari berbagai unit yang tersebar di seluruh Kementerian/Lembaga, terutama yang terkait dengan masalah promosi, diplomasi perdagangan serta fasilitasi lain.

Tanpa adanya dukungan dan kerjasama dimaksud, maka kemungkinan banyak produk potensial Indonesia yang semestinya bisa bertahan di pasar dalam negeri dan menembus pasar luar negeri, menjadi terkendala untuk memiiki daya saing yang baik di pasar global, karena program pembinaan yang dilakukan hanya berputar-putar di tempat yang sama.****

Penulis adalah Widyaiswara Madya pada Balai Besar Diklat Ekspor Ditjen PEN, Kementerian Perdagangan

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Metode Analisis Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 186 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Hasil penelitian ini menunjukkan Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Keputusan Pendanaan secara simultan maupun parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai

Pada diri manusia terdapat kebutuhan pokok selain kebutuhan jasmani dan rohani, yakni kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwa agar tak.. mengalami

Data hasil penelitian jawaban 95 orang responden mengenai variabel kepuasan pelanggan(Y) dikumpulkan melalui pernyataan yang terdiri dari 15butir

terdapat dalam penelitian ini, sebanyak tiga keluarga lintas agama beserta anaknya. Tidak ada batasan secara khusus dalam penentuan jumlah informan dalam penelitian

dengan Capital Adequacy Ratio , yang berarti bank yang memiliki tingkat aset bermasalah ( risky assets ) yang lebih tinggi memiliki kecukupan modal yang lebih rendah,

Sebagai NGO yang mencoba masuk ke ranah social entrepreneurship merasa agak gamang karena misalnya, ketika mereka mencoba menjual produk dan jasa, masyarakat kemudian