• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAKTERI SELULOLITIK DARI TANAH GAMBUT DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAKTERI SELULOLITIK DARI TANAH GAMBUT DA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAKTERI SELULOLITIK DARI TANAH GAMBUT DAN EFEK FERMENTASINYA TERHADAP KOMPOSISI

MINYAK ASIRI KULIT JERUK PONTIANAK

(CELLULOLYTIC BACTERIA FROM PEAT LAND AND ITS FERMENTATION EFFECT TO PONTIANAK ORANGE PEEL VOLATILE OIL COMPOSITION)

Rizmahardian A. Kurniawan* dan Raudhatul Fadhilah

Prodi Pendidikan Kimia, Universitas Muhammadiyah Pontianak Jl. Ahmad Yani No. 111, Pontianak

*E-mail :rha_mipa@yahoo.com

ABSTRACT

Sample preparation using cellulolytic bacteria fermentation has been reported improving oil isolation from plants. Yet, the effect of fermentation to oil composition was not investigated. Therefore, in this research, we compared oil composition of Pontianak orange peel with and without cellulolytic fermentation. Bacteria used for cellulolytic fermentation were previously isolated from Pontianak peat land soil. The isolates were Yersinia pseudotuberculosis RAG25 and Proteus penneri RAG31. Analysis using GCMS showed major volatile compound, limonene, was unchanging, while minor volatile compound such as n-nonanal and n-dekanal, was not appeared after fermentation.

Key words: cellulolytic bacteria, fermentation, Pontianak orange, volatile compounds

ABSTRAK

Preparasi sampel menggunakan fermentasi bakteri selulolitik telah diketahui mampu meningkatkan rendemen minyak yang diisolasi dari tanaman. Walaupun demikian, pengaruh fermentasi tersebut terhadap komposisi minyak yang diperoleh masih belum banyak diinvestigasi. Dalam penelitian ini, komposisi minyak kulit jeruk Pontianak akan dibandingkan dengan sampel yang diawali tahap preparasi berupa fermentasi bakteri selulolitik. Bakteri yang digunakan untuk fermentasi adalah isolat Yersinia pseudotuberculosis RAG25 dan Proteus penneri RAG31 yang telah diisolasi dari tanah gambut Kota Pontianak. Analisis yang dilakukan menggunakan GCMS menunjukkan bahwa komponen utama minyak kulit jeruk yaitu limonen tidak berubah. Akan tetapi, komposisi minor minyak asiri kulit jeruk seperti n-nonanal dan n-dekanal, tidak muncul setelah dilakukan fermentasi.

Kata kunci: bakteri selulolitik, fermentasi, jeruk Pontianak, senyawa asiri

1. PENDAHULUAN

Rendemen minyak asiri kulit jeruk Pontianak dapat ditingkatkan dengan

memberikan perlakuan awal sebelum proses ekstraksi dilakukan. Salah satu cara yang

dapat digunakan adalah dengan memberikan perlakuan menggunakan enzim selulase

(2)

sebelumnya yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rendemen minyak nilam yang

diisolasi dengan perlakuan awal berupa delignifikasi dan fermentasi [1-3]. Dalam

penelitian lain dilaporkan pula bahwa fermentasi tersebut dapat meningkatkan komposisi

sitronelol dan metil eugenol dalam minyak bunga mawar [4]. Fermentasi diketahui dapat

meningkatkan rendemen minyak karena mikroorganisme yang terlibat mampu

menghasilkan enzim selulase dan lignoselulase yang dapat merusak dinding sel daun

sehingga minyak yang tersimpan pada vakuola sel dapat keluar dan mudah terekstraksi

[3],[5].

Bakteri tertentu dapat menghasilkan enzim selulase yang menghidrolisis selulosa

menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Bakteri yang diisolasi dari tanah diketahui

dapat menghidrolisis selulosa murni, seperti: karboksi metil selulosa, avicell dan kertas

whatman nomor 1 maupun selulosa kompleks, seperti: jerami padi, tongkol jagung dan

kulit pisang [6]. Bakteri Cellulomonas sp. menghasilkan enzim selulase dengan berat

molekul 64.000 Da dan memiliki aktivitas optimum pada suhu 50°C serta pH 5,5 [7].

Selain bakteri-bakteri tersebut, ada dugaan bahwa enzim selulase dapat diperoleh dari

bakteri tanah gambut.

Tanah gambut dibentuk oleh pelapukan sisa jaringan tanaman. Tanah gambut

disusun oleh 65% senyawa organik yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa, lilin,

tanin, suberin, protein, dan senyawa humat [8]. Tanah gambut merupakan habitat yang

sulit ditempati oleh makhluk hidup. Akan tetapi beberapa jenis bakteri dapat hidup dan

tumbuh di tanah gambut, seperti Arthrobacter sp., Aquaspirillum sp., Cellulomonas sp.,

Curtobacterium sp. dan Rhodococcus sp. [9] Bakteri gambut dapat hidup dengan cara

menguraikan senyawa organik yang terdapat di gambut. Bakteri gambut menghasilkan

enzim pengurai seperti: enzim selulase [10], [11], xylanase dan protease [12].

Bakteri selulolitik dari tanah gambut kota Pontianak berpotensi dimanfaatkan pada

tahap preparasi sampel sebelum isolasi minyak asiri kulit jeruk Pontianak dilakukan.

Dalam pemanfaatan tersebut diperlukan informasi awal mengenai pengaruh fermentasi

terhadap komposisi minyak asiri yang diperoleh. Dalam penelitian ini, isolat bakteri

selulolitik diisolasi dan diidentifikasi. Pengaruh fermentasinya terhadap komposisi minyak

asiri kulit jeruk diselidiki.

2. METODE PENELITIAN

2.1 Alat dan Bahan

(3)

identifikasi bakteri. Air gambut diperoleh bersamaan dengan pengambilan sampel sekitar

1 m dari lokasi. Seperangkat reagen uji identifikasi bakteri disediakan oleh Laboratorium

Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, sedangkan bahan lain diperoleh dari Merck

Milipore. Media padat dan cair yang digunakan pada penelitian ini dimodifkasi dari media

nutrient agar dan nutrien cair [13]. Pertama, media NG, yaitu media nutrient agar yang

diperkaya oleh air gambut. Kedua, media NG-1, yaitu media NG yang diencerkan

menggunakan air gambut dengan perbandingan 1:9. Ketiga, media NG-1+1%CMC, yaitu

media NG-1 yang diperkaya 1% CMC.

2.2 Prosedur Penelitian

2.2.1 Isolasi, skrining, dan identifikasi bakteri selulolitik tanah gambut

Isolasi, skrining, dan identifikasi bakteri selulolitik tanah gambut kota Pontianak telah

dilaporkan pada literatur sebelumnya [14]. Bakteri diisolasi dari tanah gambut yang

terdapat di Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak,

Kalimantan Barat. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 17 April 2014 pukul

13.00. Isolasi bakteri tanah gambut dilakukan dengan metode tuang pada media nutrien

agar yang diperkaya dengan air gambut (media NG padat). Bakteri yang memiliki rasio

terbesar dilanjutkan untuk digunakan pada tahap fermentasi dan diidentifikasi

berdasarkan pengamatan mikroskopik dan mikroskopik, serta uji biokimia.

2.2.2 Fermentasi kulit jeruk Pontianak

Fermentasi dilakukan dengan menggunakan isolat bakteri selulolitik tanah gambut.

Sebanyak 20 g kulit jeruk Pontianak dicampurkan dengan 1 mL kultur isolat. Campuran

diinkubasi pada suhu kamar selama 3, 5 dan, 7 hari pada suhu kamar [2].

2.2.3 Ekstraksi minyak asiri kulit jeruk Pontianak

Ekstraksi minyak kulit jeruk Pontianak dilakukan dengan distilasi uap. Dalam

metode ini sebanyak 20 g serbuk kulit jeruk Pontianak dan dibungkus dalam kertas saring

dan kemudian ditempatkan pada bagian pangkal labu distilasi yang sudah diisi dengan

400 mL aquades. Distilasi dilakukan pada suhu 100°C selama 5 jam.

2.2.4 Penentuan komposisi kimia minyak asiri kulit jeruk Pontianak

Penentuan komposisi kimia minyak kulit jeruk Pontianak dilakukan dengan GC-MS

(Gas Chromatogaphy-Mass Spectrometry). Penentuan ini dilakukan di Laboratorium

(4)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Isolasi, Skrining, dan Identifikasi

Hasil isolasi, skrining, dan identifikasi isolat bakteri selulolitik secara detail telah

dipublikasikan pada literatur sebelumnya [14]. Sebanyak dua isolat bakteri selulolitik

terbaik diidentifikasi dan digunakan dalam fermentasi kulit jeruk Pontianak. Adapun dua

isolat tersebut adalah isolat Yersinia pseudotuberculosis RAG25 dan Proteus penneri

RAG31.

Adanya aktivitas selulolitik isolat Proteus penneri RAG31 dan Yersinia

pseudotuberculosis RAG25 diketahui berdasarkan adanya zona hidrolisis di sekitar koloni

bakteri yang ditumbuhkan pada media NG-1+CMC 1%. Rasio antara diameter zona

hidrolisis terhadap koloni isolat Proteus penneri RAG31 dan Yersinia pseudotuberculosis

RAG25 berturut-turut sebesar 4,140,30 dan 2,610,15.

3.2 Pengaruh Fermentasi terhadap Komposisi Minyak Asiri

Pengaruh fermentasi terhadap komposisi minyak asiri kulit jeruk dipelajari

berdasarkan hasil analisis GCMS. Hasil interpretasi kromatogram dan spektra massa

yang diperoleh pada tiap puncak pada kromatografi tersebut diringkas dalam Tabel 2.

Berdasarkan data tersebut, secara umum fermentasi tidak mengubah komposisi minyak

asiri kulit jeruk. Komponen utama minyak asiri jeruk Pontianak yaitu limonen yang

mencapai 91%. Senyawa lain merupakan komponen minor dengan konsentrasi kurang

dari 5%. Hasil ini sesuai dengan analisis pada literatur sebelumnya yang menemukan

bahwa limonen adalah komponen utama minyak asiri jeruk [15]. Setelah fermentasi,

limonen tetap merupakan komponen major dalam minyak asiri jeruk. Perubahan terjadi

pada komponen minor, yaitu pada dua aldehid rantai lurus, yaitu dekanal dan

(5)

Tabel 2. Hasil Kromatogram dan Interpretasi Spektra Massa Minyak Asiri Kulit jeruk

Nama Senyawa RAG25 RAG31 Kontrol

Waktu

Dalam penelitian ini, diketahui bahwa fermentasi bakteri selulolitik tanah gambut yaitu

isolat Proteus penneri RAG31 dan isolat Yersinia pseudotuberculosis RAG25 tidak

mengubah komposisi mayor minyak asiri kulit jeruk Pontianak. Kedua isolat ini berpotensi

untuk dapat digunakan sebagai pretreatment dalam isolasi minyak asiri kulit jeruk

Pontianak.

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini dapat diselenggarakan dengan Hibah Bantuan Penelitian Dosen UM

(6)

6. PUSTAKA

[1]. Nasruddin, Priyanto G, Hamzah B. Mempelajari proses penyulingan minyak nilam

melalui delignifikasi daun. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.

2005;16(3):247-253.

[2]. Raharjo SJ, Retnowati R. Karakteristik Minyak Nilam Hasil Optimasi Waktu Distilasi

Uap, Dewaxing Dan Fermentasi. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 2012;8(3).

[3]. Basuni H, Gatot P, Nasruddin U. Pengaruh Deliknifikasi Daun Nilam (Pogostemon

Cablin Benth) Dengan Larutan NaOH dan Fermentasi Dengan Kapang Trichoderma

viride Terahadap Minyak Hasil Penyulingan. Jurnal Riset Industri Online. 2009;3(3).

[4]. Baydar H, Schulz H, Krüger H, Erbas S, Kineci S. Influences of Fermentation Time,

Hydro-distillation Time and Fractions on Essential Oil Composition of Damask Rose

(Rosa damascena Mill.). Journal of Essential Oil Bearing Plants.

2008;11(3):224-232.

[5]. Puri M, Sharma D, Barrow CJ. Enzyme-assisted extraction of bioactives from plants.

Trends in biotechnology. 2012;30(1):37-44.

[6]. Meryandini A, Widosari W, Maranatha B, Sunarti TC, Rachmania N, Satria H. Isolasi

Bakteri Selulolitik dan Karakterisasi Enzimnya. Makara Sains. 2009;13:33-38.

[7]. Han DP, Kim TY. Isolation and Characterization of a Cellulase from Cellulomonas

sp. ATCC 21399. Korean Biochemistry Journal. 1987;20:273-278.

[8]. Notohadiprawiro T. Pencirian Gambut Indonesia untuk Inventarisasi. Yogyakarta:

Ilmu Tanah UGM; 2006.

[9]. Dobrovolskaya TG, Golovchenko AV, Pozdnaykov AI. Vertical Structure of Bacterial Communities in Peats of the Yakhroma River Floodplain. Biol Bul. 2007;34 526– 531.

[10]. Pankratov TA, Dedysh SN. Cellulolytic streptomycetes from Sphagnumpeat bogs

and factors controlling their activity. Microbiology. 2009;78:227-233.

[11]. Pankratov TA, Dedysh SN, Zavarzin GA. The leading role of actinobacteria in

aerobic cellulose degradation in Sphagnum peat bogs. Doklady Biological Science.

2006;410:564-567.

[12]. Pankratov TA, Kulichevskaya IS, Liesack W, Dedysh SN. Isolation of aerobic,

gliding, xylanolytic and laminarinolytic bacteria from acidic Sphagnum peatlands and

emended description of Chitinophaga arvensicola Ka¨mpfer. International Journal

Systematic Evolution Microbiology. 2006;56:2761-2764.

[13]. Atlas RM. Handbook of Media for Environmental Microbiology. 2 ed. Florida: CRC

(7)

[14]. Kurniawan RA, Fadhilah R. Peatland Bacteria As Alternative Sources For Cellulase.

Under Publication. Majalah Ilmiah Al-Ribaath. 2015;12(1):1-7.

[15]. Dharmawan J, Kasapis S, Sriramula P, Lear MJ, Curran P. Evaluation of

Aroma-Active Compounds in Pontianak Orange Peel Oil (Citrus nobilis Lour. Var. microcarpa Hassk.) by Gas Chromatography−Olfactometry, Aroma Reconstitution, and Omission Test. Journal of Agricultural and Food Chemistry.

Gambar

Tabel 2. Hasil Kromatogram dan Interpretasi Spektra Massa Minyak Asiri Kulit jeruk

Referensi

Dokumen terkait

(2000) bahwa semakin banyak biomassa bakteri, semakin cepat minyak yang dikonsumsi oleh bakteri sebagai sumber karbon, sehingga berat residu minyak yang terukur

2014 juga telah melakukan sintesis basa Schiff menggunakan metode konvensional dari berbagai macam hidrazin dan aldehida, diketahui dari berbagai produk yang dihasilkan terdapat

Namun diluar kenyataan ini, tidak terlihat jelas perbedaan spesimen normal dengan spesimen anterior yang sedang dalam proses regenerasi dari pada dengan spesimen

Selain itu, alat ini dilengkapi dengan kipas yang berguna untuk memisahkan antara kulit ari dengan kacang tanah yang telah dikupas sehingga hasil akhir berupa

Hal ini sesuai dengan pendapat Tondeur et al (dalam Selwyn, 2011) yang menyatakan bahwa teknologi digital kini sudah mulai digunakan di dalam lembaga pendidikan

Animal Savior adalah boardgame yang dirancang untuk mengenalkan hewan endemik Indonesia berdasarkan habitatnya serta status konservasi dari hewan-hewan tersebut. Media ini

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pemberian pakan fitoplankton ( Tetraselmis sp., Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp.) terhadap kepadatan