TRANSAKSI THERAPIUTIK DAN INFORMED CONCENT DALAM KEBIDANAN
Neng Kurniati, 1337424707152 Poltekkes Kemenkes Semarang
A. Latar Belakang
Angka kesakitan dan kematian dapat menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan khususnya kebidanan. Tingginya angka kematian di Indonesia dapat menjadi pertanda masih perlunya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terutama kebidanan. Kebidanan merupakan salah satu profesi yang sangat lekat dengan masyarakat dan ujung tombak pelayanan kesehatan. Oleh karenanya bidan tidak dapat melepaskan diri dari orientasi sosial dalam memberikan pelayanan. Namun demikian, Bidanpun tak luput dari jeratan hukum jika menyebabkan kefatalan dalam proses pelayanannya.
Kebidanan merupakan salah satu profesi yang memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar asuhan kebidanan dan kode etik kebidanan yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif baik kepada individu maupun kelompok. Seorang bidan dapat memberikan pelayanan tersebut tentunya harus terlebih dahulu memenuhi kriteria legalitas sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya seorang bidan yang profesional akan memberikan pelayanan yang berkualitas kepada klien atau pasiennya dengan acuan pelayanan yang terstandar minimal ditingkat nasional. Sejauh ini, pelayanan kebidanan di Indonesia distandarisasi melalui program bidan Delima.
Dalam pelayanannya bidan delima memberikan acuan standar mulai dari informed concent hingga dokumentasi menyeluruh setiap tindakan. Setiap kali seorang klien atau pasien yang minta dilayani oleh Bidan terkait dengan kesehatan dan direspon oleh Bidan dengan pelayanan dengan diawali informed concent maka sebuah transaksi terkait dengan therapi atau pengobatan dan pelayanan kesehatannya pun dimulai.
B. Rumusan Masalah
Dalam proses memberikan
pelayanannya, seorang bidan wajib memenuhi kriteria legalitas sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku. Salah satu komponen asuhan kebidanan yang tidak dapat diabaikan adalah informed concent melalui transaksi therapinya. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam paper ini adalah bagaimanakah transaksi therapiutik dan informed concent dalam kebidanan?
C. Tujuan
Secara umum tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan informed concent dan transaksi therapiutik dalam kebidanan.
PEMBAHASAN A. Transaksi Therapiutik
antara pemberi pelayanan dengan orang atau klien yang diberi pelayanan dalam bidang kesehatan. Secara implisit transaksi ini dimulai ketika terjadinya sebuah hubungan antara pemberi layanan dengan orang yang diberi layanan. Therapiutik dalam hal ini tidak hanya dalam lingkup pengobatan saja namun lebih luas dari itu yaitu meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan yang diberikan tentunya sesuai dengan standar kompetensi dan kode etik profesi pemberi pelayanan. Bidan merupakan salah satu profesi pemberi pelayanan kesehatan terbatas yang secara hukum telah di legalisasi praktiknya sejak tahun 1963 melalui peraturan menteri kesehatan nomor 5380/hukum tahun 1963 tentang ketentuan wewenang terbatas bagi bidan. Hingga saat ini payung hukum bagi penyelenggaran praktik bidan terus berkembang, dicabut dan direvisi melalui permenkes nomor 1464/menkes/per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaran praktik bidan yang pada tahun 2017 direvisi menjadi PMK atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik Bidan.
Transaksi therapiutik dalam kebidanan ini dimulai ketika seorang pasien datang dan minta diberikan pelayanan kebidanan oleh seorang Bidan secara profesional. Transaksi ini meliputi
tiga unsur yaitu adanya subyek, obyek dan kewajiban. Unsur subyek adalah bidan yang memberikan pelayanan profesionalnya, unsur objek adalah klien atau pasien yang diberi pelayanan oleh bidan dan unsur kewajiban adalah adanya biaya yang diberikan pasien atau klien. Dalam kode etik kebidanan bab 1 butir ke 6 dapat diuraikan mengenai hubungan antara klien dan bidan bahwa bidan wajib menciptakan suasana serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
B. Informed Concent
Informed concent adalah salah satu langkah penting yang wajib dilakukan seorang Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanannya. Informed concent adalah persetujuan yang diberikan klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap klien atau pasien. Persetujuan ini di dokumentasikan melalui lembar persetujuan tindakan dengan pembubuhan tanda tangan dari klien atau keluarganya.
diberikan sehingga klien dan keluarganya memiliki pengetahuan yang cukup untuk memilih dan menentukan keputusan terhadap tindakan medik yang akan diterimanya. Hal ini memerlukan kesadaran dari klien atau keluarga dan diupayakan semaksimal mungkin peran dari klien langsung dalam pengambilan keputusan. Seorang pasien yang
mengalami ketidakmampuan
berkomunikasi dapat menyampaikannya melalui bahasa tubuh (non verbal) dan dibantu kelurganya yang dapat mengerti apa yang diinginkan klien. Namun pada kasus pasien yang mengalami penurunan kesadaran dituntut andil yang besar dari keluarga yang terdekat dan terpercaya untuk menerima informed choice yang kemudian dilanjutkan dengan informed concent sebelum dilakukan tindakan medik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara implisit transaksi therapiutik dalam kebidanan berlangsung setiap kali dimulainya sebuah pelayanan kebidanan secara profesional. Transaksi ini bermula dari uraian hukum mengenai hubungan antara bidan dengan kliennya berdasarkan kode etik kebidanan bab 1 butir ke 6. Transaksi therapiutik ini adalah serangkaian proses pelayanan kebidanan secara menyeluruh termasuk
informed choice dan informed concent therapiutik. Pelayanan kebidanan yang dapat memenuhi kriteria legal tentunya harus memenuhi standar kompetensi dan mematuhi kode etik serta sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Idealnya seorang bidan tentunya dapat menjadi seorang subyek pelayanan yang profesional dan tidak mengabaikan sosial oriented
DAFTAR PUSTAKA
Aaron J et al, 2015, Mengoptimalkan Kepatuhan terhadap Preexposure dan Post exposure Profilaksis: Kebutuhan
untuk Pendekatan Terpadu
biobehavioral, Download dari https://academic.oup.com/cid/article-abstract/60/suppl_3/S187/374427/Optim izing-Adherence-to-Preexposure-and oleh tamu pada 5 Oktober 2017
Anonim, 2015, Pengertian Transaksi Terapeutik Definisi Tujuan Dasar Hukum dalam
Pelayanan Medis,
http://www.landasanteori.com/2015/10/p engertian-transaksi-terapeutik.html
Conference Report, Komunikasi antara pasien dan penyedia layanan kesehatan di oncologyi, Laporan ini didasarkan pada presentasi yang diberikan pada
Konferensi Internasional ke-4 pada Kanker Serviks., Ginecologic oncology 99 (2005) S137-S138.
Donsu A, dkk, 2013, Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan Desa dalam penerapan Informed Choice dan Informed Concent pada pelayanan kontrasepsi di kabupaten Minahasa Utara, Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, vol1,02
Faria V et al, 2016, Sikap Parental Tentang Placebo Gunakan pada Anak, The Pediatric Journal
Felix et al, 2013, Sebuah platform terbuka untuk protocolization rumah pengawasan medis,
Elsevier Ltd All rights reserved, Sistem Pakar dengan Aplikasi 40 (2013) 2607-2614
Levison J, 2014, HIV / AIDS sudut pandang Menyusui dan Wanita terinfeksi HIV di Amerika Serikat: Harm Reduction Konseling Strategi, Download dari https://academic.oup.com / cid / tulisan-abstrak / 59/2 / 304/2895695 / Menyusui-dan-HIV-Infected-Wanita-in-the-disatukan oleh tamu pada 5 Oktober 2017
Paul R Et Al, Informed Consent Dalam Penelitian Psychiatric: Temuan Awal Dari Ansedang
Investigation , Med. Vol. 20, Nomor 12, Pp. 1331-1341, 1985 Dicetak Di Britania Raya.