www.tribun-bali.com
MINGGU
21 MEI 2017
REDITE UMANIS MERAKIH ÇAKA 1939
4
SENARAI SENI
PEMBACA yang budiman, Tribun Bali menerima kiriman tulisan berupa esai dan puisi. Esai dapat berupa ulasan akan
sebuah pertunjukan seni, pemutaran fi lm, pameran lukisan, fotografi , maupun tinggalan sejarah dan agenda seni lainnya. Tulisan dapat pula membahas perihal dinamika sosial kultural sebuah masyarakat. Panjang tulisan maksimal 700 kata. Karya
esai dan puisi dapat dikirim ke redaksi.tribunbali@gmail.com. Terimakasih.
Ita’ul Masruroh kini sedang menempuh studi di Universitas Udayana.
Open Talk : Share Your Pride
Komunitas tu.wa.ga menye-lenggarakan Open Talk: Share Your Pride. Dalam acara ini, Ko-munitas tu.wa.ga ingin menga-jak mahasiswa yang menekuni bidang arsitektur dan arsitektur lanskap untuk mempresenta-sikan hasil karya mereka. Aca-ra berlangsung Minggu, 21 Mei 2017 pukul 16.00 Wita di Pela-taran Uma Seminyak, Kuta, Ba-dung. Karya yang telah dipre-sentasikan akan dipamerkan dalam eksibisi pada Sabtu, 27 Mei 2017.
Pameran Seni Rupa:
Menjem-put Masa Lalu
Lima perupa Bali menggelar pameran bersama bertajuk “Menjemput Masa Lalu”. Pa-meran dibuka Minggu, 21 Mei 2017 pukul 19.00 Wita di Sika Gallery, Jalan Raya Campuhan Ubud, Gianyar. Seniman yang terlibat adalah I Putu Nova Rus-pika Yanto, I Gede Jaya Put-ra, Ngakan Putu Agus Arta Wi-jaya, I Made Putra Indrawan, I Nyoman Suarnata. Eksibisi ber-langsung hingga 28 Mei 2017.
Bali Mandara Nawanatya II:
Pa-rade Sastra
Serangkaian Bali Mandara Na-wanatya II, digelar Parade Sas-tra setiap akhir pekan Mei. Minggu, 21 Mei 2017 akan tampil Teater Topeng SMAN 2 Denpasar dan Sanggar Seni Galang Kangin Semandapura SMAN 2 Karangasem. Sedang-kan Sabtu, 27 Mei 2017 aSedang-kan tampil Pentas Teater Antarik-sa SMAN 7 DenpaAntarik-sar dan Mu-sikalisasi Puisi SMAK Soverdi Tuban. Acara digelar di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya, Denpasar pukul 19.30 Wita.
Maut Seru 29 Undiksha
Memperingati hari jadi Prodi Pendidikan Seni Rupa Undiks-ha ke-29, Gabungan MaUndiks-hasis- Mahasis-wa Seni Rupa menyelenggara-kan Maut Seru (Malam Ulang Tahun Program Studi Pendidik-an Seni Rupa). Acara berlPendidik-ang- berlang-sung Senin, 22 Mei 2017 pukul 18.30 Wita di Kampus Bawah Undiksha Singaraja. Agenda ini menampilkan pertunjukan seni seperti Tari Sama Sama Tak Sama, Calonarang Parodi, Crazy Dance, dan lainnya.
Workshop Fotogra
fi
“Bercerita
dengan Foto”
Workshop fotografi bertema “Bercerita dengan Foto” digelar di Avilla Bali, Jalan Patih Jelan-tik Central Park Kuta, Badung. Acara berlangsung Selasa, 23 Mei 2017 pukul 09.00 hingga 18.00 Wita. Workshop dipandu oleh Vifi ck Bolang (visual stor-yteller). Ia akan berbagi peng-alamannya dalam bidang foto story. Workshop ini dibagi men-jadi tiga sesi, yaitu teori, praktik (hunting foto), dan diskusi.
Workshop Linocut dan Diskusi
Seni Gra
fi
s
Serangkaian Pameran Stu-dio Grafi s Undiksa “Explora(c) tion”, digelar workshop dan diskusi seni grafi s. Workshop berlangsung Selasa, 23 Mei 2017 pukul 15.00 Wita, dilan-jutkan diskusi bertajuk “Seni Grafi s dalam Pendidikan Seni” pukul 18.00 Wita. Sebagai pembicara adalah Hardiman Adiwinata (pengajar seni, ku-rator) dan Susanta Dwitanaya (kurator). Acara berlangsung di Bentara Budaya Bali, Jalan Prof IB Mantra 88A, Ketewel, Gianyar.
Bali Blues Festival 2017
Festival musik blues tahunan, Bali Blues Festival kembali di-gelar. Acara berlangsung Jumat (26/5) dan Sabtu (26/5) di Pe-ninsula Island Kawasan Pariwi-sata Nusa Dua, Badung. Festi-val ini menghadirkan beberapa musisi blues semisal Krakatau Reunion, Gugun Blues Shel-ter, Six String, Balawan, Dialog Dini Hari, serta beberapa musi-si lainnya.
Pameran Seni Rupa: Vague
Me-mories
Pameran Seni Rupa berta-juk “Vague Memories” digelar pada 19 Mei-30 Juni 2017 di Santrian Gallery, Jalan Danau Tamblingan, Sanur, Denpasar. Eksibisi ini menampilkan kar-ya Ida Bagus Putu Purwa sela-ma satu tahun terakhir. Dalam karya-karyanya Purwa men-coba untuk mengeksplora-si persoalan yang berkelindan dalam dirinya maupun di seki-tarnya yang menjadi stimula-si gagasan kreatifnya sebagai seniman.
Puisi-puisi Ita’ul Masruroh
Saban petang suara rantai sepeda tua baru tiba kayuhannya tak pernah menyerah
pada matahari yang menghitamkan punggungnya atas jarak yang tak biasa-biasa saja
ia tetap memasang wajah bahagia menemui kembali tawa anak-anaknya
ada yang cemburu di ketinggian sana pada sosok yang tak banyak bicara
selalu menampakkan senyuman meski banyak beban yang lelah dalam kebisuan
bulan menunduk di antara kilau yang bertebaran malu padanya
setiap pucuk mentari mulai merekah ia sudah siap dengan sepeda tuanya sampai senja mulai melepaskan pesonanya ia tak memelas pada dunia
ia
sebuah cinta yang tak banyak bicara
Ayah
Di sana dulu berlomba mengayuh sepeda menyapu rata padang-padang ilalang
terus mengayuh di atas jem-batan tua yang telah reot paku-pakunya berkarat, lelah disekap
memberikan kemerdekaan bagi papan-papannya
tidak diperhitungkan tidak juga ditakutkan hanya untuk siapa cepat sampai di sekolah kebang-gaan
sayang itu dulu
ketika mainan masih cukup tanah liat
dan ketika bibir masih bisa tertarik ke dalam
meski hanya damar pene-rang belajar
kini berbeda
pergolakan zaman mengge-rogoti mereka yang tak siap dan mereka yang berpura-pura siap
janjinya dulu menggelora mengundang senyum ayah ibu
mengumbar kata ke berba-gai penjuru
dikata menuntut ilmu
pergi jauh dari rimbunan ila-lang
terbiasa dengan batu-bata yang dikokohkan
sudah tak lagi selera dengan makanan pedesaan
gaya hidup terus menuntut ada kemajuan
tidak memikirkan ayah me-nelan ludah menahan da-haga
tidak peduli ibu mengikat perut membisukan keron-congan
hanya untuk sampul hidup kepalsuan di perantauan
nyatanya tidak ada hasilnya hanya mampu menggeliat ketika kartu ATM sudah tak lagi bisa berkata
ketika lapar sudah memba-bi buta
ketika keteguhan telah terge-rus peradaban
jalan ironi menjadi pilihan mengotori janji yang telah di-sematkan
menancapkan belati pada hati ayah ibu sendiri yang telah lama menanti di kampung halaman
mungkinkah, Kau lupa ingat-an sayingat-ang?
Elegi Sebuah Janji
B
ELAKANGAN
ini, ada
perubahan besar akan
keberadaan Pasar
Ba-dung yang kini
lokasin-ya berpindah alamat di
gedung eks Tiara Grosir,
Jalan Cokroaminoto. Pasar ini
meny-impan beribu cerita, dan dari sanalah
asal muasal kata Denpasar.
Tercatat dalam sejarah sebagai
tempat peristirahatan Raja Badung,
Kyai Jambe Ksatrya, dari Puri Jambe
Ksatrya yang letaknya di utara pasar.
Maka dinamakanlah “Den” artinya
Utara dan Pasar. Tempat
peristira-hatan tersebut berubah menjadi Puri
Denpasar sewaktu Puri Jambe
Ksa-trya diambil alih oleh Puri Kaler
Pe-mecutan, dan juga menjadikannya
kota pusat pemerintahan pada tahun
1788.
Pasar tersebut awalnya terletak di
Lapangan Puputan Badung -pada
masa perang Kerajaan Badung tahun
1906-, sangat dekat dengan kilometer
nol Kota Denpasar – jantung kota ini.
Setelah Puputan Badung, pasar
terse-but direlokasi di atas Tukad Badung
dan sejak itu dikenal sebagai Pasar
Badung.
Walau zaman kian mengalami
pe-rubahan, namun sejatinya pasar masih
memiliki makna yang sama. Hanya
saja mungkin tampilannya kini jauh
lebih tertata dan modern. Contohnya,
area Puri Jambe Ksatrya di Jalan
Vet-eran dikenal sebagai Pasar Burung
Satria yang menjual berbagai hewan
peliharaan terutama binatang burung.
Pasar Kereneng yang menjual
pa-kaian dan keperluan
persembahyan-gan, masih dalam bentuk pasar
tra-disional. Sedangkan pusat kain tekstil
di Jalan Sulawesi dan perhiasan emas
di Jalan Hasanudin lebih pada bentuk
pertokoan.
Pada halaman
website
pemerin-tah Kota Denpasar, denpasarkota.
go.id, kita bisa menemukan toko-toko
dan pasar-pasar ini di bawah menu
‘Kawasan Bisnis’. Ini menunjukkan
bagaimana Denpasar merupakan
pu-sat ekonomi yang penting.
Wadah Alternatif
CushCush Gallery, galeri yang
dib-uka pertengahan tahun 2016 dan
ter-letak di Jalan Teuku Umar, mencoba
merespon fenomena ini. CushCush
Gallery didirikan dengan visi menjadi
“wadah alternatif untuk seni dan
de-sain kontemporer.”
Berada di tengah hiruk pikuk kota
Denpasar, galeri ini memiliki
ekspedi-si baru pada pasar di Denpasar. Pasar
dinilai sebagai tempat yang penting
untuk mengetahui karakter dan jiwa
suatu kota, karena di sanalah semua
berbincang, melihat-lihat, dan
ber-interaksi. Termasuk pula geliat dan
gelagat masyarakatnya.
Ekspedisi baru tersebut adalah
DenPasar 2017, pameran bersama
yang mengajak seniman dan
komu-nitas kreatif untuk mengobservasi,
memahami, dan mempelajari kembali
arti dari ‘Pasar’ dan Denpasar”
den-gan tema ‘Bahasa Pasar’.
Membaca kembali arti dari
Den-pasar, sangat meyakinkan bahwa
pasar
merupakan hal signifikan
da-lam perkembangan Denpasar sebagai
kota.
Pameran ini segaris dengan Visi
Kota Denpasar yakni “Denpasar
Kreatif Berwawasan Budaya dalam
Keseimbangan Menuju
Keharmon-isan.” Partisipan yang terlibat dari
berbagai disiplin kreativitas, senior
maupun muda.
Pemilik CushCush Gallery,
Suri-awati Qiu, menekankan, DenPasar
2017 bertujuan untuk mengangkat sisi
kreatif dari Kota Denpasar. Melalui
interpretasi, pikiran-pikiran, resapan
yang berbeda-beda dari para
parti-sipan, diharapkan dapat
memperke-nalkan Denpasar lebih jauh lagi pada
masyarakat luas dan juga generasi
muda.
Melali dan Bercerita