• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAP IX&X Recent site activity teeffendi HAP IX&X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAP IX&X Recent site activity teeffendi HAP IX&X"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Alur Pemeriksaan Persidangan

Pelimpahan perkara oleh PU

(5)

Pembuktian

Pembuktian adalah proses utama dalam persidangan, dimana dalam proses ini merupakan usaha untuk

mempertahankan kebenaran. Melalui proses

pembuktian akan ditentukan nasib terdakwa apakah akan ditentukan bersalah, diputus bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum.

Oleh karena itu, dibutuhkan kecermatan dalam menilai setiap bukti yang diajukan untuk memperoleh

(6)

Sistem Pembuktian

Sistem pembuktian merupakan cara untuk

menilai alat bukti terhadap perkara yang sedang

diperiksa di persidangan.

Sebelum berbicara tentang sistem pembuktian

dalam KUHAP, maka ada baiknya dipelajari

(7)

Teori Sistem Pembuktian

Teori-teori sistem pembuktian antara lain:

1. Conviction in time

(berdasarkan keyakinan

belaka)

;

2. Conviction rasionee

(berdasarkan keyakinan yang

didukung dengan alasan yang jelas)

;

3. Pembuktian menurut undang-undang secara

positif;

(8)

Pembuktian menurut

undang-undang secara positif

Pembuktian menurut undang-undang secara

positif adalah sistem pembuktian yang

berpedoman pada alat-alat bukti yang ditentukan

secara limitatif oleh undang-undang.

Tidak ada peranan keyakinan hakim dalam sistem

pembuktian menurut undang-undang secara

(9)

Pembuktian menurut

undang-undang secara negatif

Sebetulnya, sistem pembuktian ini merupakan

gabungan dari sistem pembuktian menurut

undang-undang secara positif dan sistem

pembuktian

conviction in time

.

Salah tidaknya seorang terdakwa ditentukan oleh

keyakinan hakim yang didasarkan kepada cara

(10)

Sistem Pembuktian dalam

KUHAP

KUHAP menganut sistem pembuktian menurut

undang-undang secara negatif, hal ini dapat

dilihat dalam Pasal 183 KUHAP yang berbunyi,

Haki

tidak boleh menjatuhkan pidana kepada

seorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia

memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak

pidana benar-benar terjadi dan bahwa

(11)

Kekuatan Pembuktian

Pasal 184 ayat (1) KUHAP mengatur tentang jenis-jenis alat bukti yang sah, antara lain:

1. Keterangan saksi; 2. Keterangan ahli; 3. Surat;

4. Petunjuk;

5. Keterangan terdakwa.

(12)

Pembuktian dalam Pemeriksaan

Persidangan

Urutan alat bukti dalam Pasal 184 KUHAP tersebut

hanya semata-mata urutan dalam proses pemeriksaan di persidangan.

Dari lima macam alat bukti yang sah menurut Pasal 184 KUHAP, yang diperiksa pertama kali adalah keterangan saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 jo Pasal 160 ayat (1) huruf b KUHAP.

Dari sekian saksi, jika ada korban yang menjadi saksi, maka korban tersebut yang didengar pertama kali

(13)

Keterangan Saksi

Keterangan saksi yang memiliki nilai pembuktian sebagai alat bukti adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Disumpah (Pasal 160 ayat (3) jo Pasal 185 ayat (7) KUHAP; 2. Disampaikan pada sidang pengadilan (Pasal 185 ayat (1)

KUHAP);

3. Keterangan satu saksi bukanlah saksi (unus testis nullus testis) (Pasal 185 ayat (2) KUHAP, dikecualikan dengan Pasal 185 ayat (3) KUHAP);

4. Tentang keterangan yang dilihat sendiri, didengar sendiri dan dialami sendiri (Pasal 1 butir 27 KUHAP, dinyatakan tidak

(14)

Keterangan Saksi

Menjadi saksi dalam suatu persidangan adalah kewajiban hukum bagi setiap warga negara. Pengadilan dapat menghadirkan

secara paksa seorang saksi yang sudah dipanggil secara sah. Penjelasan Pasal 159 ayat (2) KUHAP menyebutkan, bahwa: 1. Menjadi saksi adalah kewajiban hukum;

2. Orang yang menolak memberi keterangan sebagai saksi dalam sidang pengadilan dianggap menolak kewajiban hukum;

3. Orang yang menolak kewajiban memberikan keterangan saksi dapat dikenakan pidana.

(15)

Tata Cara Pemeriksaan

Keterangan Saksi

Sebelum ketua sidang melakukan pemeriksaan saksi, maka akan dilakukan:

1. Meneliti apakah semua saksi yang dipanggil sudah hadir (Pasal 159 ayat (1) KUHAP);

2. Memberi perintah agar antar saksi tidak saling

berhubungan satu dengan yang lain sebelum memberi keterangan (Pasal 159 ayat (1) KUHAP);

(16)

Tata Cara Pemeriksaan

Keterangan Saksi

4. Saksi yang menjadi korban adalah yang akan diperiksa pertama kali (Pasal 160 ayat (1) huruf b KUHAP);

5. Jika saksi tidak paham bahasa Indonesia atau bisu atau tuli maka disediakan penterjemah atau juru bahasa yang disumpah (Pasal 177 ayat (1) jo Pasal 178 ayat (1)

KUHAP);

6. Pemeriksaan identitas saksi dan hubungan antara saksi dengan terdakwa (Pasal 160 ayat (2) KUHAP);

7. Sebelum memberikan keterangan saksi wajib

(17)

Tata Cara Pemeriksaan

Keterangan Saksi

8. Pemeriksaan saksi dimungkinkan tanpa hadirnya terdakwa (Pasal 173 KUHAP);

9. Penuntut umum dan terdakwa atau penasihat hukum

dapat mengajukan pertanyaan dengan perantaraan ketua sidang (Pasal 164 ayat (2) jo Pasal 165 ayat (2) KUHAP)

10. Dilarang mengajukan pertanyaan yang bersifat menjerat (Pasal 166 KUHAP);

11. Setelah memberikan keterangan, hakim ketua

(18)

Tata Cara Pemeriksaan

Keterangan Saksi

12. Saksi dapat tetap hadir di persidangan atau

meninggalkan tempat persidangan dengan ijin ketua sidang (Pasal 167 KUHAP);

13. Saksi yang bersifat memberatkan (charge) atau saksi yang bersifat meringankan terdakwa (adecharge)

(19)

Penilaian keterangan saksi

Di dalam menilai keterangan saksi, hakim harus berpedoman pada hal-hal berikut:

1. Persesuaian antara keterangan saksi;

2. Persesuaian keterangan saksi dengan alat bukti lain; 3. Alasan saksi memberikan keterangan tertentu;

4. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya

keterangan itu dipercaya.

(20)

Keterangan Ahli

Menurut Pasal 186 KUHAP, keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. KUHAP tidak memberikan batasan mengenai kualifikasi seseorang dinyatakan ahli. Dalam Pasal 1 butir 28 jo Pasal 120 ayat (1) KUHAP, ahli hanyalah dinyatakan sebagai seseorang dengan keahlian khusus, namun tidak dijelaskan apa yang menjadi landasan atau kriteria ahli tersebut.

(21)

Keterangan Ahli

KUHAP tidak memberikan keterangan lebih lanjut

mengenai kriteria seseorang dapat dihadirkan

sebagai seorang ahli di persidangan.

Tata cara pemeriksaan ahli di persidangan sama

dengan tata cara pemeriksaan saksi.

Seorang ahli diperbolehkan untuk tidak memberikan

keterangannya apabila berkaitan dengan sumpah

(22)

Keterangan Palsu

Sebelum memberikan keterangan, saksi maupun ahli

mengucapkan sumpah dengan lafal diantaranya, …akan

memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain dari yang sebenarnya .

Konsekuensi dari sumpah tersebut adalah saksi akan

memberikan keterangan yang sebenarnya atau dengan kata lain tidak memberikan keterangan palsu.

Akan tetapi, sebagai manusia terkadang saksi atau ahli

(23)

Keterangan Palsu

Keterangan palsu dapat diperoleh berdasarkan:

1. Adanya perbedaan antara keterangan dalam berita acara pemeriksaan (Pasal 163 KUHAP);

2. Sangkaan dari hakim yang memeriksa perkara (Pasal 174 ayat (1) KUHAP);

Terhadap keterangan palsu tindakan hukum yang dapat dilakukan antara lain:

1. Memberikan teguran kepada saksi (Pasal 174 ayat (1) KUHAP);

(24)

Surat

Surat sebagai salah satu alat bukti menurut Pasal 184 KUHAP telah diatur secara terbatas mengenai hal-hal yang termasuk dalam pengerti surat sebagai alat bukti. Surat sebagai alat bukti yang sah menurut Pasal 187 KUHAP, adalah:

(25)

Surat

Surat yang dibuat atas sumpah jabatan maupun surat yang dikuatkan dengan sumpah sebagai alat bukti antara lain:

1. Berita acara dan surat lain dalam bentuk yang resmi yang dibuat pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri disertai dengan alasan yang jelas dan tegas

tentang keterangannya itu;

(26)

Surat

3. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai

sesuatu hal atau keadaan yang diminta secara resmi daripadanya;

4. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada

hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain

(27)

Petunjuk

Alat bukti petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 KUHAP merupakan satu-satunya alat bukti yang

bentuknya secara abstrak, tidak jelas bentuknya dan seperti apa penilaiannya.

Alat bukti petunjuk sebagaimana diatur dalam Pasal 188 ayat (1) KUHAP adalah perbuatan, kejadian atau

keadaan karena persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain maupun dengan tindak pidana itu

(28)

Petunjuk

Jika melihat rumusan Pasal 188 ayat (1) KUHAP tersebut, terdapat kata persesuaian baik antara satu dengan yang

lai .

Persesuaian tersebut hanya dapat diperoleh secara terbatas dari:

1. Keterangan saksi; 2. Surat;

3. Keterangan terdakwa.

(29)

Petunjuk

Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 ayat (1) KUHAP hendaknya dipergunakan oleh hakim yang memeriksa perkara secara arif lagi bijaksana serta harus terlebih dahulu mengadakan pemeriksaan dengan

penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya (Lihat Pasal 188 ayat (3) KUHAP).

Jadi alat bukti petunjuk hanya dapat diperoleh apabila ada persesuaian antara keterangan saksi, surat dan

keterangan terdakwa serta hakim telah mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan

(30)

Keterangan Terdakwa

Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa

nyatakan di sidang pengadilan tentang perbuatan yang dia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami

sendiri (Pasal 189 ayat (1) KUHAP).

Keterangan terdakwa merupakan alat bukti baru dalam KUHAP karena pada masa HIR, keterangan terdakwa

tidak dikenal, yang ada adalah alat bukti pengakuan terdakwa.

Pada era KUHAP, keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan

(31)

Tata Cara Pemeriksaan

Keterangan Terdakwa

1. Setelah keterangan saksi dan ahli selesai dilakukan, keterangan terdakwa mendapat kesempatan terakhir untuk diperiksa;

2. Jika terdakwa tidak paham bahasa Indonesia, bisu dan atau tuli maka akan disediakan penterjemah atau juru bahasa yang

disumpah untuk menterjemahkan (Pasal 177 ayat (1) jo Pasal 178 ayat (1) KUHAP;

3. Jika terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, hakim ketua sidang menganjurkan untuk menjawab dan setelah itu pemeriksaan dilanjutkan (Pasal 175

KUHAP);

4. Tidak boleh mengajukan pertanyaan yang bersifat menjerat (Pasal 166 KUHAP);

(32)

Daftar Bacaan

1. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009

2. KUHAP

(33)

Omnium rerum Principia Parva Sunt

Joyo-joyo wijayanti, manggiho nugroho dateng kito sami

_/|\_

Referensi

Dokumen terkait

Ketika melihat seorang laki-laki yang sedang menuju ke arahnya muncullah keinginannya untuk mengobati gundah hati si laki-laki dengan mengubah diri menjadi anjing persis seperti

Bayngkan kalian berjalan dalam kondisi apa, jalan berapi kah, atau ada ular yang mengejarmu, atau jalan yang penuh ranjau sehingga kau begitu pelan untuk berjalan dengan hati-hati

Perlakuan ang dirinci dalam Pasal ini akan di t a mbahkan d an tanpa rasangka terhadap hal-hal dimana masing - masing Pihak Be janj i mempunyai kewa ji ban untuk

[r]

Akibatnya, peserta didik akan menjadi pendengar yang lebih baik untuk berpikir peserta didik lain dan juga dengan pemikiran mereka sendiri. (Costa,

Premis 2: Sebagian yang mengulang ujian adalaipem.U;, Simpulan dari pernyataan ini adalah.... A' Sebagian mahasiswa yang pemaras

Setelah umurnya Khojan maimun lima tahun, maka di serahkan oleh bapaknya mengaji kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun, ia

Klasifikasi pertama adalah rekomendasi yang harus disiapkan sebelum tindakan dilaksanakan dan rekomendasi kedua adalah rekomendasi yang harus dilaksanakan