• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Manusia Ideal dalam Pandangan Etn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep Manusia Ideal dalam Pandangan Etn"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep Manusia Ideal dalam Pandangan Etnik Sunda

(Studi Kasus: Masyarakat Sunda, Desa: Tanjungkerta, Tasikmalaya, Jawa Barat. ) Oleh:

Milka M Miqdar, Nabilah Shalihah, Nurul Annisa, Nurul Budiarsih, Rifa’I Umami, Yoshinta Dimas Pratiwi1

Abstrak : Nabil Pendahuluan

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia memiliki ciri khas yang berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Manusia memiliki daya nalar, berpikir logis, dan menghubungkan ide-ide secara sadar. Setiap manusia memiliki potensi yang tertanam pada dirinya. Potensi tersebut mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu, baik bersifat positif maupun negatif. Dalam pekembangannya, manusia didorong oleh keinginannya untuk dapat menwujudkan sejarahnya. Manusia akan sadar dengan keberadaannya di dunia sehingga terdorong untuk berkreativitas sesuai dengan pilihan jalan hidup yang dipilihnya. Manusia cenderung bersifat tidak puas terhadap hasil yang telah diperolehnya. Hal itu menyebabkan manusia akan terus berusaha untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan karakteristik sosok manusia ideal, yaitu gambaran mengenai manusia yang sempurna.

Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” (Sanskerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah, manusia dapat diartikan sebagai sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.

(2)

Manusia seutuhnya adalah sebuah matriks yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui akalnya manusia dapat menciptakan dan mengembangkan teknologi, lewat jasmaninya manusia dapat menerapkan dan merasakan kemudahan yang diperolehnya dari teknologi tersebut sedangkan melalui rohani terciptalah peradaban. Lebih dari itu melalui ketiganya (akal, jasmani, rohani) manusia dapat membuat perubahan di berbagai bidang sesuai dengan perjalanan waktu yang dilaluinya sebagai upaya penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Aspek inilah yang menjadi pembeda antara manusia dengan mahluk lainnya dalam hal kemampuannya beradaptasi dengan alam. Manusia dalam kehidupannya mempunyai tiga fungsi, yaitu :

1. Sebagai makhluk tuhan 2. Sebagai makhluk individu 3. Sebagai makhluk sosial budaya

Sebagai makhluk pribadi, manusia terus melakukan interaksi dengan sesamanya sebagai jalan mencari pemahaman tentang dirinya, lingkungan dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat diperolehnya sendiri. Interaksi tersebut sebagai cikal terbentuknya suatu komunitas sosial yang selanjutnya melahirkan aturan-aturan dan norma yang disepakati bersama untuk mengatur interaksi yang terjadi tersebut.

Setiap masyarakat memiliki konsep manusia ideal sendiri sesuai dengan pemikirannya dan perkembangan yang terjadi di lingkungan tempat tinggal masyarakat itu sendiri . Konsep manusia ideal secara umum adalah Manusia Berakhlak Mulia sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003. Manusia ideal adalah manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Konsep ini mencakup semua ciri-ciri dasar manusia, yaitu memiliki kecerdasan fikiran, kecerdasan perasaan atau akhlak , kecerdasan spiritual, kecerdasan berbahasa atau komunikasi, kecerdasan berbudaya, dan kecerdasan dalam bekerja.

Berdasarkan gambaran diatas maka penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang “Konsep Manusia Ideal dalam Pandangan Etnik Sunda” (Studi Kasus: Desa TanjungKerta, Tasikmalaya). Untuk itu kelompok akan menggunakan Teori Identitas untuk mendeskripsikan bagaimana manusia ideal dalam etnik sunda. Pertanyaan penelitian dari masalah yang dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melihat bagaimana konsep manusia ideal dalam etnik sunda, yang akan menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah:

(3)

2. Bagaimana Teori Identitas memandang individu dalam etnis sunda?

Metodologi Penelitian : Yoshi - Lokasi dan Waktu

Penelitian kuliah lapangan ini dilakukan di Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageng, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Desa tersebut peran pesantren sangatlah berpengaruh terhadap masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di pesantren Suryalaya yang berada di Tasikmalaya, Jawa Barat. Lokasi penelitian kami tertuju pada kepala dusun dan masayarakat disekitar pesantren Suryalaya yang berada di Tasikmalaya. Waktu penelitian kuliah lapangan dilakukan pada tanggal 8 sampai 10 April 2016. Pencarian data melalui Observasi dan wawancara langsung pada tanggal 8 dan 10 April 2016 dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 15.30 WIB

- Subjek Penelitian

Subyek penelitian atau reponden dari penelitian ini diambil dari Populasi dan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang yang berada di dalam kawasan sekitar Pesantren Suryalaya. Sedangkan sampelnya adalah sebagian dari populasi yang diambil secara purposive sesuai data yang dibutuhkan peneliti. Subjek penelitian ini berjumlah 5 responden

- Jenis Penelitian

(4)

- Teknik Pengumpulan Data

a) Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui realita yang ada.

b) Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada narasumber atau informan, dengan maksud untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kajian dalam penelitian ini. Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian. Dalam hal ini wawancara secara mendalam lebih diutamakan dilakukan untuk mendapatkan keterangan dari informan yang dianggap mengerti tentang permasalahan yang menyangkut masalah penelitian. Wawancara ditujukan pada informan yang telah terpilih secara purposive sampling

- Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari nara sumber/informan dengan cara wawancara mendalam (Indepth Interview).

1. Kepala Dusun 2. Masyarakat

3. Ibu PKK

b) Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan dari studi kepustakaan atau dokumentasi yang berupa buku-buku bacaan terkait dengan masalah penelitian, seperti:

1. Buku 2. Jurnal 3. Skripsi 4. Tesis 5. Artikel

Pengertian Etnis Sunda : Milka

Masyarakat Sunda di Desa Tanjungkerta, Tasikmalaya :Pai

(5)

Secara epistimologi, kata identitas berasal dari kata identity, yang berarti (1) kondisi atau kenyataan tentang sesuatu yang sama, suatu keadaan yang mirip satu sama lain; (2) kondisi atau fakta tentang sesuatu yang sama diantara dua orang atau dua benda; (3) kondisi atau fakta yang menggambarkan sesuatu yang sama diantara dua orang (individualitas) atau dua kelompok atau benda; (4) Pada tataran teknis, pengertian epistimologi diatas hanya sekedar menunjukkan tentang suatu kebiasaan untuk memahami identitas dengan kata “identik”, misalnya menyatakan bahwa “sesuatu” itu mirip satu dengan yang lain.2

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Identitas adalah simbolisasi ciri khas yang mengandung diferensiasi dan mewakili citra organisasi. Identitas dapat berasal dari sejarah, filosofi atau visi atau cita-cita, misi atau fungsi, tujuan, strategi atau program. Unsur umum identitas antara lain adalah: (1) Nama, logo, slogan dan mascot, (2) Sistem grafis dan elemen visual yang standar: warna, gambar, bentuk huruf dan tata letak. (3) Aplikasi pada media resmi (official) dan media, komunikasi, publikasi dan promosi (komersial). Identitas dibagi menjadi tiga bentuk yaitu:3 identitas budaya, identitas sosial dan identitas diri atau

pribadi.

1. Identitas Budaya

Identitas budaya merupakan ciri yang muncul karena seseorang itu merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu, itu meliputi pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, dan keturunan dari suatu kebudayaan.

2. Identitas Sosial

Pengertian identitas harus berdasarkan pada pemahaman tindakan manusia dalam konteks sosialnya. Identitas sosial adalah persamaan dan perbedaan, soal personal dan sosial, soal apa yang kamu miliki secara bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakanmu dengan orang lain.4

Ketika kita membicarakan identitas di situ juga kita membicarakan kelompok. Kelompok sosial adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama atau sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama;

2 Alo Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Angkasa, 2007),

Hlm.69

3Ibid., Alo Liliweri, hlm. 95

(6)

hubungan-hubungan yang diatur oleh norma-norma; tindakan-tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peranan (role) masing-masing dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain.5

Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain: Kelompok Primer adalah kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.

Menurut Sherman (1994), setiap orang berusaha membangun sebuah identitas social (social identity), sebuah representasi diri yang membantu kita mengkonseptualisasikan dan mengevaluasikan siapa diri kita. Dengan mengetahui siapa diri kita, kita akan dapat mengetahui siapa diri (Self) dan siapa yang lain (Others).6

Identitas sosial secara umum dipandang sebagai analisa tentang hubungan-hubungan inter-group antar kategori sosial dalam skala besar selain itu identitas sosial juga diartikan sebagai proses pembentukan konsepsi kognitif kelompok sosial dan anggota kelompok.

Lebih sederhana lagi identitas sosial adalah kesadaran diri secara khusus diberikan kepada hubungan anatar kelompok dan hubungan antar individu dalam kelompok. Pembentukan kognitif sosial banyak dipengaruhi oleh pertemuan antara anggota individu dalam kelompok, orientasi peran individu dan partsipasi individu dalam kelompok sosial.

3. Identitas Diri

Identitas umumnya dimengerti sebagai suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, suatu kesatuan unik yang memelihara kesinambungan arti masa lampaunya sendiri bagi diri sendiri dan orang lain; kesatuan dan kesinambungan yang mengintegrasikan semua gambaran diri, baik yang diterima dari orang lain maupun yang diimajinasikan sendiri tentang apa dan siapa dirinya serta apa yang dapat dibuatnya dalam hubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Identitas diri seseorang juga dapat dipahami sebagai keseluruhan ciri-ciri fisik, disposisi yang dianut dan diyakininya serta daya-daya kemampuan yang dimilikinya. Kesemuanya merupakan kekhasan yang membedakan orang tersebut dari orang lain dan sekaligus merupakan integrasi tahap-tahap perkembangan yang telah dilalui sebelumnya.

5Jabal Tarik Ibrahim, Sosiologi Pedesaan (Malang: UMM Press, 2003), hlm.64

(7)

Identitas personal didasarkan pada keunikan karakteristik pribadi seseorang. Perikalu budaya, suara, gerak-gerik anggota tubuh, warna pakaian, dan guntingan rambut menunjukkan ciri khas seseorang yang tidak dimiliki seseorang.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Identitas 1. Terbentuknya Identitas

Secara teoritis pembentukan identitas merupakan pemberian makna dari (self-meaning) yang ditampilkan dalam relasi antarmanusia. Identitas budaya dikembangkan melalui proses yang meliputi beberapa tahap antara lain:7

 Identitaas Budaya Yang Tak Disengaja

Pada tahap ini, identitas budaya terbentuk secara tidak disengaja atau tidak disadari. Individu terpengaruh oleh tampilan budaya dominan hanya karena individu merasa budaya milik individu kurang akomodatif, lalu individu tersebut ikut-ikutan membentuk identitas baru.

 Pencarian Identitas Budaya

Pencarian identitas budaya meliputi sebuah proses penjajakan, bertanya, dan uji coba atas sebuah identitas lain. Agak berbeda dengan identitas yang diwariskan dan dipelajari oleh generasi berikutnya secara tanpa sadar, cultural identity search membutuhkan proses pencarian identitas budaya, pelacakan, dan pembelajaran budaya.

 Identitas Budaya Yang Diperoleh

Yang selanjutnya adalah cultural identity achievement, yaitu sebuah identitas yang dicirikan oleh kejelasan dan keyakinan terhadap penerimaan diri individu melalui internalisasi kebudayaan sehingga budaya tersebut membentuk identitas individu.

 Konformasi: Internalisasi

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

Menurut Pak Mamat budaya sunda kental dengan agama, masyarakatnya bersatu. Di dusun godebak banyak pendatang seperti dari sumatera, aceh dll. Yang menaikan harga tanah juga orang pendatang. Masyarakat disini bersatu karena adanya pesantren suryalaya. Satu aliran yaitu tarekat Qhodiriyah Naqsyabandiyah. Kalau dikampung bojong benteng 100% penganut aliran tarekat Qhodiriyah Naqsyabandiyah. Ada pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak dilaksanakan jam 4 sore. Kalo ada acara keagaman seperti Maulidan masyaraktnya berapartisipasi untuk mengikuti acara tersebut. rajaban atau maulidan dilaksanakan dengan meriah. Untuk memeriahkan acara tersebut anak-anak Desa menampilkan aksi panggung seperti kesenian tari, pencak silat, hadroh, dll. Pengajian dilaksanakan pada tanggal 23 Hijriyah. Sedangkan sarana keagamaan di Desa ini lengkap, bukan karena adanya Pesantren tetapi memang dari nenek moyang itu sudah ada. Perilaku etnis sunda dalam masyarakat di Desa ini sunda asli. Tapi banyak anak-anak zaman sekarang ini sudah membawa bahasa sunda dengan tidak pantas, seperti kata-kata hewan keluar. Bahasa sunda di Desa ini masih menggunakan sunda halus. Kemudian ketika ada pendatang atau tamu sangat disambut dengan baik dengan bahasa sunda yang halus. Kesenian Sunda di Desa ini disambungkan dengan sarana keagamaan, seperti rebana. Pada tahun 2011 kesenian sunda pernah dipanggil jasanya di TMII. Diawal buan Rajab diadakannya acara mapak bulan. Mapak bulan ini diadakan sebelum tgl 1 Rajab untuk menyambut bulan Rajab. Dalam rangka mau maulid kesenian Terbang ini masih digunakan di masjid-masjid. Kesenian Terbang ini menggunakan ayat-ayat Al-quran untuk melantunkan syairnya.

(14)

tidak ada perpecahan, kepercayaan yang ada disini, karena lingkungan ini suralaya, suralaya adalah tanjung kerta, jadi kita mengikuti ajaran yg ada di suralayya, jadi nasabanniyahnya lekat gada yang lain-lainnya. Sifat-sifat masyarakat/kehidupan sehari-hari, karna lekat dengan agama segala sesuatu penuh pertimbangan, jadi selalu memikirikan sebab akibat karana punya pegangan, ada aturan, apa yang dilakukan apa menyenangkan atau menyakitkan orang lain, jd selalu hati-hati selalu waspada. Nentuin keputusan tidak berdasarkan agama , karna itu adalah amal, ibadah, kalau ibadah itu masing-masing individu.

Selain Pak Mamat dan Pak Jajat kami juga mewawancarai warga sekitar yaitu Ibu Desi dan Teh Oca. Menurut mereka kebiasaan orang sunda sehari-sehari ada yang ke kebun, ke sawah. Kebiasaan yang berbau dengan agama ada pengajian ada yang harian, seminggu sekali, sebulan sekali. Sifat masyarakat sunda disini baik, ramah, komunikasi dengan tetangga baik, tidak bersaing. Disini hampir semua menganut tarekat nasabanniyah, jadi gatau yang menganut lain dimana-mananya, mungkin ada tapi ga keliatan. Ciri khas masyarakat tanjung kerta, dengan masyarakat lain, gada yang beda. Masyarakat yang baik menurut masyarakat sunda, ya kalo ada pendatang bersikap yang baik, disambut, terbuka , tidak membeda-bedakan. Kalo disini masyarakat yang udah masuk suryalaya disebut ikhwan, yang udah diisi disana, di bersihin jadi inget zikir terus, inget allah terus,

Begitu juga dengan Ibu Ntin dan Pak Surya, menurut mereka manusia yang bai adalah manusia yang bersahaja dan mau saling tolong menolong, taat beribadah dan terbuka dengan siapa saja termasuk pendatang yang ingin bertamu. Masyarakat di desa tersebut termasuk masyarakat yang saling tolong menolong antar sesame. Desa yang hampir 99% Tareekat Naqsyabandiyah ini juga memiliki sifat yang didasari oleh nilai-nilai agama. Kegiatan agama pun sering dilakukan dengan adanya pengajian rutin dalam seminggu, sebulan dan tahunan. Tidak hanya orang tua saja yang mengikuti kegiatan tersenut tetapi pemuda-pemuda di Desa tersebut juga aktif dalam menjalankan kegiatan keagamaan tersebut.

(15)

mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan yang diatur oleh norma-norma; tindakan-tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peranan (role) masing-masing dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain. Identitas adalah simbolisasi ciri khas yang mengandung diferensiasi dan mewakili citra organisasi. Identitas dapat berasal dari sejarah, filosofi atau visi atau cita-cita, misi atau fungsi, tujuan, strategi atau program. Masyarakat sunda yang mayoritas terdapat di tanah Jawa Barat juga memiliki identitas yang khas dan memiliki konsep tersendiri tentang manusia ideal dalam pandangan masyarakat sunda..

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan, identitas sosial, adalah sebuah representasi diri yang membantu mengkonseptualisasikan dan mengevaluasikan siapa diri individu dalam masyarakat. Pak Mamat sebagai Kepala Dusun Bojong Benteng memandang bahwa seorang manusia itu seharusnya adalah individu yang menjalankan ibadah-ibadah dengan baik. Hal itu merupakan suatu kewajiban bagi seorang manusia sebagai bentuk menghormati dan mengimani agamanya. Sedangkan dalam masyarakat sunda seharusnya manusia yang memiliki etnis sunda mempunyai akhlak yang baik, sopan terhadap orang lain, saling menghargai, dan terbuka terhadap pendatang yang datang atau sekedar berkunjung ke Desa Tanjungkerta.

Sifat sifat masyarakat sunda dalam pandangannya sebagai kepala dusun dan tokoh informal adat melihat bahwa masyarakat sunda adalah masyarakat sunda yang menjalankan ibadah-ibadah agama dan melestarikan tradisi yang dimiliki dan diturunkan oleh nenek moyang mereka seperti kebiasaan melaksanakan pengajian setiap tanggal 23 Hijriah yang biasa disebut dengan Manakiban dan kebiasaan Ziarah atau berkunjung ke maqam yang disertai dengan tradisi membawa makanan atau seserahan serta ritual mensucikan atau memandikan benda benda gaib yang sudah turun-menurun.

(16)

Berdasarkan data yang didapatkan dari Desa Godebag yang didalamnya terdapat Pesantren Suralaya mengungkapkan bahwa seharusnya seorang manusia bersifat bersahaja terhadap sesasam sebagai bentuk manusia yang baik. masyarakat etnis sunda memandang manusia harus memiliki sikap yang baik dan harus bisa menolong sesamanya, karena apabila kita bisa berperilaku baik kepada orang lain maka orang lain akan berperilaku baik juga terhadap kita. bagi pak surya, masyarakat sunda terdari dari individu-individu yang terbuka kepada orang lain dan berperilaku baik baik dari orang tua hingga yang muda harus bisa saling bergaul satu sama lain. solidaritas masyarakat sunda terlihat dari aktifnya mereka dalam setiap keagamaaan yang dilaksanakan oleh desa, dusun maupun pesantren Suralaya khususnya dalam pelaksanaan pengajian dan penghormatan terhadap leluhurnya.

Hal yang serupa diungkapkan oleh Ketua PKK Dusun Bojong Gede yaitu Ibu Ntin yang memiliki pendapat serupa dengan pendapat sebelumnya bahwa manusia itu harus memiliki kebaikan dalam dirinya dan senantiasa berbuat baik terhadap orang lain. Ibu Ntin sebagai seorang tokoh formal berpendapat bahwa dalam masyarakat sunda manusia itu harus memiliki akhlak yang baik, span santun, berperilaku baik, senantiasan dekat dengan Allah dan Hormat kepada orang tua. masyarakat sunda erat kaitannya dengan sifat saling berbagi satu sama lain, berbuat baik dan senantiasa mengingat dan menghormati leluhurnya. masyarakat di desa tanjungkerta semua beraliran Tareekat Qodiriyah Naqsyabandiyah yang membuat masyarakat terikan dengan ajaran-ajaran keagamaan didalamnya dan dekat kaitannya dengan nilai-nilai keagamaan.

(17)

Kesimpulan

Dalam masyarakat sunda Desa Tanjungkerta, masyarakat sunda dalam sehari-hari tidak lepas dari kegiatan keagamaan. Hal ini dapat diketahui karena hampir 99% masyarakat Desa Tanjungkerta adalah aliran Tareekat Naqsyabandiyah. Karena itu, masyarakat sunda di Desa Tanjungkerta menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam diri mereka untuk menjalankan aktifitas sehari-hari. Konsep Manusia Ideal menurut masyarakat sunda adalah manusia yang baik perilakunya, taat beragama, bersahaja dan tidak lupa dengan leluhur mereka. Identitas sosial adalah sebuah representasi diri yang membantu mengkonseptualisasikan dan mengevaluasikan siapa diri individu dalam masyarakat. Seorang manusia itu seharusnya adalah individu yang menjalankan ibadah-ibadah dengan baik. Hal itu merupakan suatu kewajiban bagi seorang manusia sebagai bentuk menghormati dan mengimani agamanya. Sedangkan dalam masyarakat sunda seharusnya manusia yang memiliki etnis sunda mempunyai akhlak yang baik, sopan terhadap orang lain, saling menghargai, dan terbuka terhadap pendatang yang datang atau sekedar berkunjung ke Desa Tanjungkerta.

(18)

F. Referensi

 Alo Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Angkasa, 2007

 Cris Barker, Cultural Studies Teori dan Praktik (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka)

 Jabal Tarik Ibrahim, Sosiologi Pedesaan (Malang: UMM Press, 2003)

 Robert A. Baron dan Don Byrne, Psikologi Sosial Jilid I (Jakarta. Erlangga, 2003),

Gambar

Tabel Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Nilai signifikansi sebesar 0.000 (lebih kecil dari 0.05), sehingga diambil kesimpulan Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara harapan dan

These institutions including Faculty of Nursing and Midwifery Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Faculty of Health Science Universitas Muhammadiyah Surabaya, STIKES Ngudia

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Januarti (1998) jumlah anggota berpengaruh negatif terhadap permintaan audit, hal ini bisa disebabkan karena jumlah anggota

Merumuskan adanya pengaruh jadwal dan tarif terhadap kualitas pelayanan penumpang PT KCJ rute Bekasi-Jakarta (pp) dengan adanya perubahan jadwal dan tarif baru dan

kadar beta karoten, total asam, dan sifat sensorik yoghurt labu kuning. Mengukur dan menganalisis kadar beta karoten dan total

Suatu perpustakaan elektronik, divisi atau bagman yang harus ada minimal adalah bagian yang mengurus tentang hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak),

dianalisa dengan metode GC maupun SNI, proses pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dapat dilakukan menggunakan bantuan iradiasi gelombang mikro dengan katalis heterogen Na 2

Hal ini sesuai dengan pernyataan Syahrir dan Abdeli (2005) bahwa peningkatan kandungan serat kasar diduga disebabkan karena makin lama fermentasi, maka miselium