• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN -(Telaah Surat Ad-Duha Ayat 9,10,11)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Geiar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Agama Islam

Jurusan Pendidikan Agama Isiam

Oleh:

DEDEN INDIARTO 11404006

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

(2)

DEPARTEMEN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

JL Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721

Dr. Mansur, M.Ag

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara;

Nama : Deden Indiarto

NIM : 11404006

Jurusan/Progdi : Tarbiyah / PAI

Judul : Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran (Telaah Surat Ad-Duha ayat 9,10,11)

Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan.

Demikian agar menjadi perhatian

Wassalamu'alaikum. Wr. Wb.

(3)

DEPARTEMEN AGAMA

JEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salaliga 50721

P E N G E SA H A N

JUDUL SKRIPSI : Pendidikan Akhlak dalam AI-Qur’an (Telaah Surat Ad-Dhuha ayat: 9, 10, dan 11)

NAMA : DEDEN INDIARTO

N1M : 114 04 006

Telah diuji di depan sidang Munaqasyah pada tanggal 28 Syaban 1428 H / 11 September 2007, dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Agama Dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Salatiga ^Syaban.428H

11 September 2007 M

Panitia Munaqosah

Sekretaris Sidang

Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

P 150 254 238 NIP 150 245 903

(4)

DEPARTEMEN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiea.ac.id E -m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali infomiasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari temyata terdapat meteri atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 5 Mei 2007 Peneliti

(5)

MOTTO

I ^ l_j 4i) I 1^>-^j 0 ^ Cr*^ 8_j-a< i 4i31 (J_j-mij (_j O >J-fi-l ijjjs' S y v j

"Sesungguhnya Telah ada pada (diri) R asulullah itu suri teladan yang baik bagim u (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahm at) A llah dan (kedatangan) hari kiam at dan dia banyak m enyebut A lla h ."

(QS. A1 Ahzab)

J l k 3 l & yJk jjSH

(6)

Sdripsi ini penuCis persem6addgn depada:

1. I6u dan 6apafi tercinta yang teCad meCimpaddgn dgsid sayangnya

serta doanya.

2. Istri dan p u tri tercinta yang teCad mem6eridan m otivasi dan

semangatnya.

3. Xflda/^dan adidjiang teCad mem6eridgn perdatiannya.

4. K f fvarga 6esar CPesantren Islam JlC-Irsyad<Butud Tengaran.

(7)

^Lalll J SvLuoll J ,<Ulb Vj o j 3 V J V J <& jfLui J ^ A*j Lai ,aul (J

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah £& yang telah memberikan berbagai nikmatnya, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad g£, keluarganya, para sahabatnya, dan orang- orang yang selalu beijalan di atas sunnahnya hingga akhir kelak. Tidak ada kemampuan dan kekuatan yang dimiliki penulis kecuali itu semua datang dari Allah dengan kehendak-Nya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik, mudah-mudahan skripsi ini bisa bermanfaat untuk penulis sendiri dan bagi yang lainnya.

Skripsi ini berjudul Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran (Telaah Surat Ad- Duha Ayat 9,10 dan 11), membahas tentang konsep pendidikan akhlak dalam Al- Quran lebih khususnya membahas nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Ad-Duha ayat 9,10 dan 11.

Berbagai pihak telah memberikan dorongan, bimbingan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besamya kepada:

1. Allah iSfe yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(8)

3. Ketua Progdi Ekstensi Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah memberikan kemudahan pada penulis untuk menyelesaikan semua mata kuliah.

4. Bapak Mansur Isna, selaku pembimbing skripsi, dengan kesabarannya telah membimbing penulis dan meluangkan waktunya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Ibu dan Bapak dosen Fakultas Agama Islam STAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis.

6. Segenap karyawan perpustakaan STAIN Salatiga, karyawan perpustakaan Pesantren Islam Al-Irsyad yang telah memberikan kemudahan dalam peminjaman buku.

7. Ibu dan Bapak yang telah memberikan doanya untuk penulis sehingga penulisan skripsi ini beijalan dengan lancar.

8. Istri dan putri tercinta yang telah memberikan motivasi dan semangatnya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Pimpinan Pesantren Islam Al-Irsyad yang telah memberikan tempat untuk penulis dalam menyelesaikan skrpsi.

10. Teman-teman di Pesantren Islam Al-Irsyad yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.

(9)

Akhimya dengan memohon kepada Allah agar membalas amal mereka yang tiada tara, dengan pahala yang sebesar-besamya, dengan demikian semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan mudah- mudahan skripsi yang telah penulis tulis bisa menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan dan perbaikan akhlak umat Islam sekarang ini.

Penulis

(10)

DAFTARISI

HALAMAN JUDUL...i

NOTA PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN... iii

DEKLARASI... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI... x

BAB I Pendahuluan... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Penegasan Istilah...7

C. Rumusan Masalah...8

D. Tujuan Penelitian...9

E. Manfaat Penelitian...9

F. Kajian Pustaka... 10

G. Metode Penelitian... 11

H. Sistematika Penulisan Skripsi...15

BAB 11 Akhlak dan Pendidikan Akhlak... 16

A. Akhlak... 16

1. Pengertian Akhlak...16

(11)

B. Pendidikan Akhlak 18

1. Pengertian Pendidikan Akhlak... 18

2. Tujuan Pendidikan Akhlak... 21

3. Materi Pendidikan Akhlak... 22

4. Metode Pendidikan Akhlak... 34

5. Faktor Penting yang mempengaruhi Pendidikan Akhlak... 34

BAB 111 Tafsir Surat Ad-Duha Ayat 9, 10, Dan 11...42

A. Surat Ad-Duha... 42

1. Tafsir Surat Ad-Duha Secara Umum... 42

2. Hubungan Surat Ad-Duha Dengan Surat Sebelumnya... 43

3. Hubungan Surat Ad-Duha Dengan Surat Sesudahnya... 43

B. Tafsir Surat Ad-Duha Ayat 9, 10 Dan 11 Menurut Ibnu Katsir dan Al-Maraghi...44

1. Tafsir Surat Ad-Duha Ayat 9, 10, Dan 11 Menurut Ibnu Katsir.... 45

2. Tafsir Surat Ad-Duha Ayat 9, 10, Dan 11 Menurut AI-Maraghi ...51

BAB IV Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat Ad-Duha Ayat 9, 10 Dan 11... 59

A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang Terdapat Dalam Surat Ad-Duha Ayat 9, 10, dan 11...59

(12)

BAB V Penutup... 63

A. Kesimpulan... 63

B. Saran-Saran...64

C. Penutup... 65

(13)

1

BAB I

PENDAH ULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah M telah menunmkan kitab-kitab suci-Nya kepada para nabi dan rasul sebagai pedoman hidup bagi umat manusia, di antara kitab-kitab suci itu adalah Al-Quran, Al-Quran merupakan mukjizat yang diturunkan untuk Nabi Muhammad Kelebihan dan keistimewaan Al-Quran yang ada di dalamnya dapat dilihat dari susunan bahasanya, isi serta makna yang terkandung di dalamnya yang sempuma. Isi kandungan Al-Quran mengajarkan beberapa prinsip dalam hidup untuk memperoleh kebahagiaan di dunia hingga kelak di akhirat, dan prinsip-prinsip paling pokok diantaranya adalah akidah, ibadah dan akhlak.

Agama Islam menguatkan, bahwa agama atau risalah samawiyah

semuanya tidak datang kecuali untuk memperbaiki akhlak, menyempumakannya, dan membimbing manusia ke jalan yang terbaik menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.1

Dalam pembahasan pendidikan akhlak selayaknya kita memperhatikan dan memahami benar, bahwa Al-Quran telah memberikan standar yang paling tinggi yaitu Allah $§. Maka dari itu contoh yang paling luhur adalah Allah M.

Di sini manusia hanya diharapkan untuk berusaha meningkatkan dan

(14)

menyempumakan akhlaknya sesuai dengan kemampuan dan kekuatan yang telah dianugerahkan oleh Allah i f kepadanya.

Pengetahuan manusia tentang Allah i f akan menjadi baik, bila ia mengikuti petunjuk para utusan-Nya yang telah diberi rekomendasi oleh-Nya untuk ditaati dan ditiru, dari para utusan-Nya ialah Nabi Muhammad M- Allah

i f telah mengutus Nabi Muhammad $s kepada umat manusia untuk menjelaskan wahyu kepada mereka, mengeluarkan mereka dari kegelapan dan kebodohan kepada cahaya iman dan Islam serta menunjukkan mereka ke akhlak yang baik dan jalan yang lurus.

Allah i f mewajibkan kita sebagai umat Islam untuk tsat, patuh dan cinta kepada Rasui-Nya. Allah M berfirman:

'J j L ^ \ i 'M i^ j J \ i j £ i ;

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya."

(QS. An-Nisa: 59)

Umat Islam mengetahui dan memahami bahwa Nabi Muhammad M diutus a

kepada umat manusia bertujuan untuk menyempumakan akhlak. Pada prinsipnya akhlak itu mengatur pola tingkah laku hidup manusia melalui dua jalur yaitu jalur vertikal yang mempakan hubungan manusia dengan Allah i f sebagai Dzat pencipta alam semesta beserta isinya dan jalur horizontal dengan membina hubungan baik antara manusia dengan sesama makhluk ciptaan Allah if . 2

2Asmaran As, P engan tar Studi Akhlak, Raja Grafmdo Persada, Jakarta, 2002, him. 117.

(15)

Salah satu misi diutusnya Nabi Muhammad sebagai penyempuma

akhlak yang mulia telah ditegaskan dalam hadits Nabi Muhammad^ yang

diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasulullah % bersabda :

"Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang baik. "3 (HR. Ahmad)

Allah M berfirman :

"Dan sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekertiyangagung." (QS. Al-Qalam: 4)

Ayat di atas menggambarkan akan sosok Rasulullah dan ini merupakan keistimewaan yang diberikan Allah keoadanya, Rasulullah adalah sosok figur yang tidak keras, lembut, ramah, supel, suka menjawab panggilan, memberikan pertolongan terhadap orang yang membutuhkan, menyenangkan orang yang bertanya kepadanya. Ketika para sahabatnya mengharapkan sesuatu, Dia memberikannya, Dia menerima orang yang berbuat baik kepadanya dan memaafkan orang yang berbuat salah kepadanya.4

Pembinaan akhlak yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan menurut syariat Islam, yang pertama adalah pembinaan pada diri sendiri, kemudian dilanjutkan pembinaan akhlak di lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, semua anggota keluarga menjadi bagian yang harus diperhatikan pembinaan akhlaknya dalam bentuk hak serta tanggung jawab masing-masing. Rachmat Djatnika mengatakan:

3Imam Ahmad, Mausu 'ah MusnadAhmad, Ar-risalah, Beirut, 1998, him. 513.

4Khumais As-Sai'd, Hakadza ‘A/lamana An-Nabiyyu, Beginilah Rasidullah Mengajari Kami, Ali Fauzan, Darus Sunnah, Jakarta, 2005, him. 48.

(16)

"Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik dalam individu, maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya, jaya hancumya, sejahtera dan rusaknya suatu bangsa dan masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik maka sejahteralah lahir-batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk, maka rusaklah lahir ataupun batinnya."5

Akhlak merupakan masalah penting yang tidak bisa diabaikan oleh manusia. untuk mengetahui kebenaran hal itu, kita bisa bandingkan kondisi sekarang ini dengan kondisi generasi umat terbaik, generasi pertama yaitu para sahabat Nabi Muhammad yang konsisten dalam mempraktekkan akhlak mulia, tentu kita akan dapatkan perbedaan yang menyolok antara kondisi kita dengan kondisi mereka. Orang pun yakin bahwa kondisi kita dan mereka sangatlah jauh berbeda.

Kembali penulis tegaskan, bahwa sebab utama yang membawa kemerosotan dan kemunduran umat Islam adalah hilangnya akhlaqul karimah

(akhlak terpuji) dalam diri mereka dan sikap meniru pola hidup barat dengan berbagai bentuk keburukannya.

Kita hidup dalam kondisi krisis akhlak dengan pengertian yang luas, baik krisis akhlak secara individu maupun kelompok. Secara kelompok, kita bisa lihat adanya pertumpahan darah antar sesama kelompok umat Islam sendiri karena mereka merasa unggul dari yang lain, adanya peperangan, dan pengrusakan. Sedangkan krisis akhlak secara individu seperti: pemimpin yang angkuh dan sombong terhadap bawahan, berlaku sewenang-wenang dengan

5Rachmat Djatnika, Sistem E tika Islam, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1996, him. 11.

(17)

posisi jabatannya, sehingga tidak ada lagi kepercayaan dari para bawahan

yang dipimpinnya.

Para tetangga, mereka saling menuduh satu sama lainnya dengan

kedengkian, kebencian, menggunjing, adu domba, buruk perilaku dengan yang

lainnya, para sahabat atau teman, satu sama lainnya saling menuduh

berkhianat, dengki dan lainnya. Sudah dipastikan ini merupakan krisis akhlak

yang dialami umat Islam sekarang ini, bahkan merupakan musibah yang

menimpa umat Islam yang dapat membawa ke dalam medan peperangan.

Solusi dari fenomena yang menyedihkan ini dapat diakumulasikan dalam

satu kalimat, yaitu kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dengan penuh kejujuran dan keikhlasan Di dalam kedua sumber hukum ini terdapat obat mujarab dan ampuh yang mampu mengatasi krisis akhlak yang menimpa seluruh negeri.

Berangkat dari uraian di atas, maka penulis memberikan judul penelitian untuk skripsi ini ialah, "PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN (Telaah Surat Ad-Duha ayat 9,10, dan 11).

Alasan yang mendorong penulis memilih judul tersebut adalah sebagai berikut:

(18)

suatu negeri muslim yang terkenal dengan kebudayaan dan peradabannya

Cordoba, Istana Al-Hambra yang sampai sekarang berdiri megah dengan seni bangunan yang indah. Kini hanya menjadi museum dan tontonan turis-turis karena keindahannya, yang tidak lagi berfungsi sebagai masjid dan tidak pula sebagai Istana, karena sudah tidak dikuasai oleh orang- orang Muslim lagi. Tokoh-tokoh Muslim, seperti: Ibnu Rusyd (filosuf dan seorang ahli fiqih), Ibnu Hizm (ahli fiqih), Al-Qurthubi (ahli tafsir Al- Qur'an) dan lain-lainnya, merupakan bukti kejayaan Andalusia tempo dulu.

Karena pentingnya kedudukan akhlak daiam kehidupan manusia, maka neliti mengambil pendidikan akhlak sebagai bahan penelitian.

-Quran adalah wahyu Allah M yang diyakini kebenarannya sebagai petunjuk bagi umat manusia. Kedudukannya sebagai kitab suci yang terakhir dan sumber agama yang telah dinyatakan sempuma, mengandung pengertian bahwa Al-Quran mampu memberikan jawaban terhadap berbagai persoalan hidup yang teijadi sepanjang masa.

3. Berbagai upaya yang dilakukan orang daiam berinteraksi atau bergaul dengan masyarakat, hal ini membutuhkan suatu metode atau cara-cara yang bisa menjaga atau mempererat hubungan antar sesama manusia, metode atau cara tersebut kita istilahkan dengan pendidikan akhlak.

4. Salah satu dari 114 surat yang ada di daiam Al-Quran ialah surat Ad-Duha, yang di dalamnya banyak mengandung pendidikan akhlak, antara lain:

dan tokoh-tokoh ahli ilmu pengetahuan muslim dari Andalusia. Masjid

(19)

akhlak orang mukmin kepada saudara-saudara mereka, sopan santun dalam pergaulan dan sikap mereka dalam mensyukuri nikmat Allah M.

Peneliti akan mengkaji lebih dalam tentang surat Ad-Duha ayat 9, 10, danll, karena ayat-ayat tersebut mengandung pelajaran yang sangat berharga bagi manusia erat kaitannya dengan mu'amalah (pergaulan) antar sesama mereka, sehingga manusia bisa mengambil pelajaran darinya dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini, antara lain :

1. Pendidikan Akhlak

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dan kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara perbuatan pendidik.6 *

n

Akhlak adalah, budi pekerti, kelakuan.

Pendidikan akhlak yang penulis maksudkan di sini adalah proses mengarahkan atau mendidik manusia mengenai ajaran baik dan buruk agar tercapai tujuan yang dicita-citakan, yaitu bahagia di dunia dan akhirat.

6Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, K am u s B esar B ahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003, him. 263.

(20)

2. Al-Quran

Al-Quran adalah, kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah M

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad $£ dengan perantaraan Malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.8

3. Duha.

Duha adalah, isi waktu menjelang tengah hari.9 Surat Ad-Duha terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan setelah Surat Al-Fajr. Nama Ad-Duha diambil dari kata "Adh-Dhuhaa" yang terdapat pad?, ayat pertama, artinya, waktu matahari sepenggalan naik.10

Penulis membatasi telaah surat Ad-Duha beberapa ayat. Dalam hal ini yang dimaksud adalah ayat 9, 10, dan 11, karena ayat tersebut aaa kaitannya dengan pendidikan akhlak.

C. Rumusan Masalah

Mengacu dari uraian di atas, maka selanjutnya penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut. Hal tersebut antara lain :

1. Bagaimanakah konsep pendidikan akhlak dalam Al-Quran?

2. Bagaimana pandangan para mufassir tentang surat Ad-Duha ayat 9, 10, 11?

sIbid., him. 33. 9Ibid., him. 278.

10KSA, A l-Q uran dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, Jakarta, 1971, him. 1069.

(21)

3. Nilai-nilai pendidikan akhlak apakah yang terkandung dalam surat Ad- Duha ayat 9,10, danl 1?

D. Tujuan Penelitian

Berangkat dari permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui konsep pendidikan akhlak dalam Al-Quran.

2. Mengetahui pandangan mufassir tentang surat Ad-Duha ayat 9, 10, 11. 3. Mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat

Ad-Duha ayat 9,10, dan 11. E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pendidikan Islam pada umumnya dan pendidikan akhlak pada khususnya terutama mengenai konsep pendidikan akhlak dalam Al-Quran dan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Ad-Duha ayat 9, 10, dan 11.

2. Manfaat Praktis

(22)

F. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah kegiatan mendalami, mencermati , menelaah dan

mengidentifikasi pengetahuan.11 Fungsi kajian pustaka di sini adalah untuk

mengemukakan hasil-hasil penelitian yang diperoleh peneliti dahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitian yang telah dilakukan yang penulis ketahui adalah penelitian tentang pendidikan akhlak yang dilakukan oleh saudari Fatchiyah Ariyani (Mahasiswi STAIN Salatiga) pada tahun 2001, dengan judul: Konsep Al-Quran Tentang Pendidikan Akhlak (Analisis Terhadap Surat Al-Furqan ayat 63, 64, 65, 67,

68, 72, 73, 74, 75, 76). Penelitian ini mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ibad Ar-Rahman adalah mereka hamba-hamba Allah M yang memiliki

sifat-sifat mulia dan istimewa, berupa kelurusan dan kesucian jiwa. 2. Pendidikan akhlak dalam sifat-sifat Ibad Ar-Rahman, adalah:

a. Pendidikan akhlak kepada Allah yang terkandung dalam 4 sifat, yaitu; banyak sujud di malam hari, tidak merasa aman dari Neraka Jahanam, tidak menyekutukan Allah M dan mendengar serta taat kepada ayat- ayat Allah $f.

Cb.) Pendidikan akhlak kepada diri sendiri, akhlak pribadi yang terkandung dalam 6 sifatnya, yaitu; rendah hati dan tidak sombong, bersikap bijaksana terhadap orang jahil, tidak boros dan tidak kikir, tidak berzina, tidak memberikan persaksian palsu dan meninggalkan yang sia-sia.

(23)

[cj Pendidikan akhlak kepada sesama manusia yang terkandung dalam 2

sifatnya, yaitu; tidak membunuh tanpa dasar yang benar, memohon

keluarga yang baik dan menjadi tauladan orang-orang yang takwa. 3. Peran pendidikan akhlak dalam sifat-sifat I bad Ar-Rahman dalam

mengatasi krisis moral sangat besar karena solusi dari kerusakan moral adalah memperkokoh keimanan atau akidah, mewujudkan lingkungan yang Islami dan menumbuhkan tanggung jawab mengemban amanah dakwah. Sedangkan sifat-sifat Ibad Ar-Rahman telah terwakili di dalamnya.

Sejauh pengamatan penulis, tidak ditemukan hasil penelitian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Apabila terdapat penelitian yang mirip atau bahkan sama dari penelitian yang penulis angkat, hal itu merupakan ketidaktahuan dan keterbatasan pengetahuan penulis. Semoga hasil penelitian ini menjadi pelengkap, tambahan dan pendukung penelitian mengenai pendidikan akhlak.

G. Metode Penelitian

(24)

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini tergolong penelitian pustaka (library research),

karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka.12

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan obyek riset. Menurut Suharsimi Arikunto bahwa sumber data primer adalah sumber atau dokumen yang dikemukakan atau digambarkan oleh orang atau pihak yang hadir pada waktu kejadian yang digambarkan tei&ebut berlangsung.13 Dalam hal ini sumber primemya adalah: "Tafsir Al-Quranul Azhiim" karya Ibnu Katsir, "Tafsir Al-Maraghi" karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi, dan buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan akhlak seperti : "Minhaajul Muslim" karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, "Beginilah Rasulullah Jr Mengajari kami" karya Khumais As-Sa’id. Penulis menjadikan tafsir Ibnu Katsir dan tafsir Al- 1 Maraghi sebagai sumber data primer karena hendak membandingkan antara tafsir abad pertengahan (Ibnu Katsir yang terkenal dengan ahli

atsar dan kisah) dengan tafsir abad kontemporer atau modem (Al- Maraghi yang banyak mengambil tafsir dengan rasio atau tafsir bir

12Sutrisno Hadi, M eio d o lo g i R esearch /, UGM, Yogyakarta, 1981, him. 9. 13Suharsimi Arikunto, op. cit., him. 83.

(25)

ra'yi), dan tidak sedikit dikalangan orang Indonesia yang mengenal

dua tokoh tersebut, khususnya kaum terpelajar.

b. Sumber data sekunder

Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data

primer, menurut Suharsimi Arikunto bahwa sumber data sekunder

adalah bahan kajian yang digambarkan oleh orang yang tidak ikut atau

mengalami pada waktu kejadian berlangsung.14 Adapun sumber data

sekunder dalam penulisan skripsi ini adaiah buku-buku atau karya ilmiah lain yang isinya dapat melengkapi data penelitian yang penulis teliti, terutama buku-buku yang berkenaan dengan akhlak.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya.15 Karena obyek dalam penelitian adalah ayat-ayat suci Al-Quran, maka penulis menelaah dan memahami ayat-ayat yang dipilih sebagai bahan penelitian. Disamping itu juga, penulis memilih sumber-sumber yang lain yang dianggap menunjang terhadap penelitian ini, diantaranya adalah buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan akhlak.

4. Analisis Data

Dalam analisis data kualitatif, metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai kerangka berpikir pada penelitian ini adalah

u Ibid„ him. 83.

(26)

metode analisis deskriptif, yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan

menyusun data, kemudian diusahakan pula dengan analisis dan interpretasi

atau penafsiran terhadap data-data tersebut.16 17

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan beberapa metode, antara lain:

a. Metode deduktif

Digunakan untuk menganalisis pada bab ke dua tentang landasan 17 teori, yaitu analisis suatu permasalahan yang umum ke yang khusus, kemudian ditarik pada fakta yang bersifat khusus atau yang kongkrit teijadi.

b. Metode induktif

Digunakan untuk menganalisis pada bab ke tiga tentang permasalahan yang akan diteliti, yaitu analisis masalah yang khusus ke yang umum,18 kemudian diarahkan kepada penarikan kesimpulan yang umum.

c. Metode komparatif

Yaitu metode yang digunakan untuk membandingkan antara dua variabel,19 dan yang akan dibandingkan dalam skripsi ini adalah pendapat Ibnu Katsir dan Al-Maraghi.

16Winamo Surahmad, Pengantar P en elitian Ilm iah D a sa r M etode Teknik, Tarsito, Bandung, 1990, him. 139.

17Anton Bakker, M etode-m etode F ilsafat, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984, him. 17. l%Ibid., him. 17.

19Sumanto, M etodologi P enelitian S osial dan Pendidikan, Andi Offset, Yogyakarta, 1990, him. 7.

(27)

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini disusun dalam lima bab, yang secara sistematis dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Bab I: Membahas tentang pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,

penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II: Menjelaskanan tentang pendidikan akhlak dalam Al-Quran, yang meliputi: pengertian pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak, materi dan metode pendidikan akhlak, faktor penting dalam pendidikan akhlak dan rnacam-macam akhiak dalam Al-Quran. Bab ill: Membahas tentang tafsir Surat Ad-Duha, yang mencakup surat Ad-

Duha secara umum, tafsir ayat 9, 10, dan 11 surat Ad-Duha dan penafsirannya menurut beberapa mufassirin.

Bab IV: Menganalisis tentang Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran telaah surat Ad-Duha ayat 9, 10, dan 11, yang mencakup: pendidikan akhlak dalam Al-Quran dan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam surat Ad-Duha ayat 9,10, dan 11.

(28)

16

BAB II

AKHLAK DAN PENDIDIKAN AKHLAK

A. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

kata "akhlak" berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata

khulk yang berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat,20

menurut Ibnu Miskawaih dan al-Ghazali, akhlak adalah sesuatu dalam jiwa yang mendorong seseorang mempunyai potensi-potensi yang sudah ada sejak lahir,21 sedangkan menurut Abdullah Dirroj, akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam akhlak yang benar) atau pihak yang jahat (dalam akhlak yang jahat)22

Jadi pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbul berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran, maka dia dinamakan akhlak yang baik dan mulia

20Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak. Raja Grafindo, Jakarta, 2002, him. 2. ,• 2'Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, him. 222.

(29)

dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk maka disebutlah

akhlak yang buruk dan tercela.23

2. Macam-macam Akhlak dalam Al-Quran

a. Akhlak yang Baik (akhlaqul mahmudah)

Akhlak adalah satu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaannya, ia menerima pengaruh pendidikan, baik maupun jelek kepadanya.

Bila bentuk di dalam jiwa ini dididik tegas mengutamakan kemuliaai’i dan kebenaran, cinta kebajikan, gemar berbuat baik, dilatih mencintai keindahan, membenci keburukan sehingga menjadi wataknya, maka keluarlah darinya perbuatan-perbuatan yang indah dengan mudah tanpa keterpaksaan, inilah yang dimaksud dengan akhlak yang baik.24

Pada pokoknya akhlak itu ada dua macam, yaitu akhlak yang terpuji yang disebut akhlaqul mahmudah dan akhlak tercela yang disebut

akhlaqul madzmumah.25

b. Akhlak yang Tercela (.Akhlaqul Madzmumah)

Akhlak yang tercela adalah perbuatan dan perkataan tercela yang mengalir tanpa merasa terpaksa yang keluar dari diri seseorang disebut dengan akhlak tercela.26

23Asmaran As, op.cit., him. 3.

24Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, M inhaajul M uslim, P edom an H idup Seorang M uslim , Musthofa 'Aini dkk, Megatama Sofwa Pressindo, Jakarta, 1999, him. 223.

(30)

Akhlak tercela dan jahat adalah penyakit jiwa, penyakit batin,

penyakit hati. Penyakit ini lebih berbahaya dari penyakit jasmani. Orang

yang ditimpa penyakit jiwa akan kehilangan makna hidup yang hakiki,

hidup yang abadi.26 27

B. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak terbentuk atas dua kata yaitu kata "pendidikan"

dan "akhlak", dan untuk memudahkan dalam memahami pengertian

pendidikan akhlak membutuhkan terlebih dahulu pemahaman akan kedua

kata tersebui. Dalam kata pendidikan banyak sekali para ahli berpendapat dalam mengartikan kata pendidikan, baik para ahli pendidikan barat ataupun para ahli pendidikan Islam.

Jules Simon berpendapat "pendidikan" adalah jalan untuk merubah akal menjadi akal yang lain dan merubah hati menjadi hati yang lain.28 Sedangkan filosuf pendidikan bangsa Inggris Herbert Spencer berpendapat "pendidikan" adalah menyiapkan manusia supaya hidup dengan kehidupan yang sempuma.29

Islam memberikan pandangan bahwa "pendidikan" adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan

26Humaidi Tatapangarsa, A k h la q y a n g M u lia , Bina Ilmu, Surabaya, 1980, him. 223. 27Hamka, A khlaqul K arim ah,Pustaka Panjimas, Jakarta, 1992, him. 1.

28Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan P en gajaran, Hidakarya Agung, Jakarta, 1998, him. 5.

19Ibid., him. 5.

(31)

mengembangkan fitrah secara potensi (sumber daya) insani menuju

terbentuknya manusia seutuhnya (insan kam il)30

Dalam bahasa Arab "pendidikan" itu sama dengan "At-Tarbiyyah", kata At-Tarbiyyah berasal dari tiga bentuk. Pertama kata "robaa-yarbuu"

(’j j j j —U j ) yang berarti bertambah tumbuh. Kata kedua "robiya-yarba"

^ —j j ) yang berarti menjadi besar dan yang ketiga adalah kata

memelihara.31 32 33 Di sana ada juga yang mengatakan pendidikan berasal dari kata tarbiyah, ta'liim dan ta'diib32 Merujuk pada ayat dalam Al-Quran dan hadits Rasulullah

"Ya Allah, sayangilah keduanya (orang tuaku) sebagaimana mereka telah mengasuhku (mendidikku) sejak kecil. ” (QS. Al-Isra: 24)

"Dia yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."

(QS. Al-Alaq: 5)

"Jbunya telah mendidiknya dan kamu telah dididik oleh ibumu."

(HR. Muslim)

Dikaitkan dengan pendidikan dari kata bahasa Arab, bahwa pendidikan kepada anak itu mulai dari tumbuh, artinya mulai dari sejak ada di dalam

30Achmadi, Islam P aradigm a llm u Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta, 1992, him.

3'Abdurrahman an-Nahlawi, P rin sip-prin sip d an M eto d a Pendidikan Islam, CV. Diponegoro, Bandung, him. 31.

32Achmadi, op.cit., him. 13.

33Imam Muslim, Shahih M uslim (K itab M asajid), Dar As-Salam, Riyad, 1998, him. 226. "robba-yarubbu" (£_j j_j — ) yang berarti menuntun, menjaga dan

Misalnya

(32)

kandungan ibu hingga menjadi besar, lahir ke dunia dan berkembang

sehingga mencapai dewasa bisa menjaga diri dan bertanggung jawab.

Pendidikan bukanlah sekedar mengasuh, memelihara atau mendidik

anak didik, namun pendidikan merupakan pengembangan pengetahuan,

keterampilan maupun kepandaian yang melalui adanya pengajaran,

latihan-latihan atau pengalaman-pengalaman.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang disengaja, memberikan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan ajaran Islam yang berupa penanaman akhlak mulia, latihan moral, fisik sehingga menghasilkan perubahan yang dimanifestasikan dalam kenyataan bidup meliputi kebiasaan, tingkah laku, berfikir, dan bersikap mcnuju terbentuknya kepribadian utama

Dari pengertian-pengertian di atas yaitu pendidikan dan akhlak maka dapat dipahami bahwa pendidikan akhlak adalah suatu pendidikan penanaman akhlak yang mulia, moral yang baik, tabiat maupun perangai yang baik yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan, akhlak sejak ia masih kecil hingga dewasa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk membimbing dan mengarahkan kehendak seseorang untuk mencapai tingkah laku yang mulia dan menjadikannya sebagai kebiasaan.

(33)

2. Tujuan Pendidikan Akhlak

Nabi Muhammad M diutus dengan membawa risalah ajar an Islam

sebagai rahmat bagi semesta alam. Ajaran-ajaran yang dibawa itu bertujuan untuk menyempumakan akhlak umatnya. Dengan akhlak yang agung dan mulia, Rasulullah % dijadikan suri tauladan dan contoh bagi umatnya. Hal ini telah Allah i$g tegaskan dalam firman-Nya :

"Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang bagi bagimu." (QS. Al-Ahzab: 21)

Sesuatu yang akan dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, untuk mencapai kesempumaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan dan ketangguhan bagi masyarakat.34

Tujuan dari pendidikan dalam agama Islam adalah untuk mewujudkan orang-orang yang baik akhlaknya, keras kemauannya, sopan santun dalam berbicara dan perbuatan, bersifat bijaksana dan sempuma, sopan dalam beradab, ikhlas dan suci.

Al-Ghazali menyatakan bahwa pendidikan akhlak atau membentuk akhlak menjadi bagus adalah mungkin, melalui usaha dan latihan yang

(34)

sesuai. Menurutnya fungsi utama agama adalah membimbing manusia

untuk memperindah akhlak.35

3. Materi Pendidikan Akhlak

Dalam garis besamya, akhlak dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut: akhlak terhadap Khalik (Yang menciptakan) dan makhluk (yang diciptakan).36 Adapun uraian lebih jelasnya, sebagai berikut:

a. Akhlak manusia kepada Allah M.

b. Akhlak manusia kepada Rasulullah %.

c. Akhlak manusia kepada airi senairi. d. Akhlak manusia kepada sesama manusia. e. Akhlak manusia kepada alam sekitamya.

Dan penjelasan dari lima macam akhlak di atas adalah sebagai berikut: a. Akhlak manusia kepada Allah $i

Alam ini mempunyai pencipta dan pemelihara yang diyakini ada-Nya, yakni Allah M. Dialah yang menurunkan rahmat dan hidayah di dunia dan Dialah yang mengatur segala isi yang ada di alam ini. Kepada-Nya manusia berhutang budi besar, karena berkat kasih sayang-Nya la telah menganugerahkan nikmat yang diberikan pada

35Mansur Isna, Pendidikan A nak U sia D in i D alam Islam ,Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, him. 276.

36Rachmat Taufiq Hidayat, K hazanah Istilah A l-Q uran, Mizan, Bandung, 1989, him. 18.

(35)

manusia dengan tak terhitung nilainya, sehingga manusia harus

mengucapkan rasa syukur terhadap-Nya. Allah M berfirman:

-J j j i i i 41)1 ^ 41)1 <Uj u !j JLsu

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya." (QS. An-Nahl: 18)

Dan juga firman-Nya:

O jj& j % J ^5^51

"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu menginkari (nikmat)-Ku." (QS. Al-Baqarah: 152)

Abu Bakar Ja’bir Ai-Jazairi dalam bukunya "Minhaajul Muslim" menjelaskan bahwa syukumya seorang muslim kepada Rabbnya atas nikmat yang diberikan, yaitu sebagai berikut: rasa malu kepada-Nya untuk condong berbuat maksiat, kembali kepada-Nya secara benar, bertawakal kepada-Nya serta mengharap rahmat-Nya, kemudian takut terhadap siksa-Nya, berbaik sangka kepada-Nya akan kebenaran janji-Nya serta pelaksanaan ancaman bagi siapa yang dikehendaki di antara hamba-hamba-Nya, maka ini merupakan akhlak kepada Allah i f .37

Hubungan antara manusia dengan Allah iife telah diatur oleh agama, agamalah yang mengatur bagaimana cara manusia berinteraksi dengan Allah Hubungan manusia dengan Allah && merupakan

(36)

prioritas pertama yang merupakan hubungan vertikal antara makhluk

dan Khalik.

Hubungan antara makhluk dengan Khalik telah menempatkan

manusia pada posisi yang jauh lebih rendah daripada Khaliknya. Untuk

itu Al-Quran mengajarkan kepada makhluk untuk selalu patuh kepada- Nya, sebagaimana firman Allah :

"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa."

(QS. Al-Baqarah: 21)

b. Akhlak manusia kepada Rasulullah ^

Setiap umat Islam yakin, bahwa Muhammad M adalah Rasul Allah dan merupakan kewajiban bagi muslim dan muslimah untuk beriman kepada Allah $g dan para rasul-Nya.

Iman bukan hanya sekedar percaya terhadap sesuatu yang diyakini, tetapi haras pula dibuktikan dengan amal perbuatan yang dijelaskan di dalam Al-Quran dan Al-Hadits tentang bagaimana bersikap kepada Rasulullah Itulah yang dinamakan akhlak kepada Rasulullah

M-Nabi Muhammad adalah manusia istimewa dari yang lainnya, karena Beliau seorang nabi dan rasul Allah $6, seorang manusia pilihan Allah M yang haras dicintai, diikuti dan ditaati oleh setiap muslim dan muslimah. Kedudukan sebagai nabi dan rasul inilah yang menjadikan Nabi

(37)

Muhammad mempunyai posisi tersendiri diantara manusia lainnya.

Ajar an Islam memberikan tuntunan kepada setiap muslim dan muslimah

untuk berperilaku baik terhadap Nabi Muhammad sebagai nabi dan

rasul Allah M. Di antara perilaku atau akhlak yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah $£ ialah sebagai berikut: 1) Menerima dan mengamalkan ajaran yang dibawanya.

1 *' 1' „ A l - - * *•*.'• *\ * •'A -I' T"'

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (QS. Al-Hasyr: 7) 2) Mengikuti dan mengamalkan sunnahnya.

Merupakan keharusan bagi umatnya yaitu umat Islam untuk mengikuti jejaknya baik dalam ibadah maupun akhlak. karena di sana ada jaminan dari Rasulullah barang siapa yang mengikuti Beliau akan dicintai Allah M dan diampuni dosanya.

3) Mengucapkan shalawat dan salam kepadanya.

Setiap muslim dan muslimah diperintahkan untuk membaca shalawat dan salam kepada Rasulullah terutama diwaktu mereka melakukan shalat.

Sesungguhnya tidak berakhlak seseorang diantara umat Islam yang tidak mengucapkan shalawat dan salam atas Rasulullah sedangkan dirinya diberi Allah M rahmat agama yang tidak temilai harganya melalui Rasulullah

(38)

!j JL^5 \j La\s. j4X^=ulLij a uT o]

^ ^ 9/

©

<?

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapakanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56)

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam bukunya "Minhaajul Muslim" menjelaskan bahwa berakhlak terhadap Rasulullah W, dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Mentaatinya, menelusuri jejaknya, dan mencontoh segenap langkah-langkahnya di dalam seluruh aktivitas, baik ui dalam urusan aunia maupun agama.

2. Mengutamakan kecintaan kepadanya, menghormatinya dan mengagungkannya melebihi kecintaan, penghormatan dan pengagungan kepada makhluk lainnya.

3. Membela dan menolong orang yang membela dan menolongnya. 4. Mengagungkan dan memuliakan namanya ketika disebut.

5. Membenarkan setiap apa-apa yang Beliau kabarkan. 6. Menghidupkan sunnahnya dan menyebarkan dakwahnya. 7. Merendahkan suara di sisi kuburannya.

8. Mencintai orang-orang shaleh, membela dan menolong mereka dengan kecintaannya.

(39)

c. Akhlak manusia kepada diri sendiri

Konsep akhlak pada diri sendiri di dalam Al-Quran cukup luas jangkauannya, bersifat positif dan aktif yang dengan sendirinya dapat menumbuhkan suatu kepercayaan diri sendiri dalam berbagai aktivitas hidup individu manusia. Karena pada prinsipnya akhlak kepada diri sendiri merupakan kontrol diri yang harus dilaksanakan demi keselamatan diri sendiri, baik itu berupa perintah atau kewajiban yang erat hubungannya dengan tanggung jawab individu maupun kalangan-kalangan yang harus dihindari. Allah ffl berflrman:

i ll

"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."

(QS. Al-Maidah: 105)

Ayat di atas menunjukkan bahwa setiap individu manusia mempunyai hak kewajiban untuk memperhatikan kesejahteraan pribadinya, memelihara keselamatan jiwanya, mencari jalan perkembangan dan kemajuan dirinya, memiliki suatu kepribadian luhur sebagai manifestasi dari perbuatannya yang terpuji.

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam bukunya "Minhaajul Muslim”

(40)

1) Taubat

Yaitu membersihkan diri dari segenap dosa dan maksiat, menyesali

atas setiap dosa yang telah dilakukannya, bertekad untuk tidak

mengulangi perbuatan dosa itu di dalam sisa umumya. Hal ini

berdasarkan firman Allah M dalam surat At-Tahrim : ' ^ “1 • A * 0 A**

lj Ajy 4Ul J ] \ y y \j Xa\]

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surgayang mengalir di bawahnya sungai-sungai." (QS. At-Tahrim: 8)

j~ h o ' is* * ' ^ y *

a ,’r

2) Muraqabah

Yaitu seorang musiim merasa dirinya diawasi oleh Allah jg, ia senantiasa merasakannya di setiap saat dari kehidupannya sehingga keyakinannya menjadi sempuma bahwa Allah M selalu melihatnya, mengetahui rahasia-rahasianya, memperhatikan amal-amalnya, menegakkan putusan terhadapnya dan terhadap jiwa-jiwa dengan apa yang telah dilakukan. Inilah makna "menyerahkan diri" di dalam firman Allah M

^L? >*3 ^ dr*-? Cr®^

^ U > - ^0)1 1 ^ -lj

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan diri kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambilIbrahim menjadi kesayangan-Nya. "(QS. An-Nisa: 125)

(41)

3) Muhasabah (introspeksi diri)

Introspeksi diri salah satu metode memperbaiki diri, melatih,

mensucikan dan membersihkan diri. Allah ffl berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hedaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesunggunya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr: 18)

4) Mujahadah (perang terhadap nafsu atau jiwa)

Yaitu hendaknya seorang muslim mengetahui bahwa musuh bebuyutannya adalah nafsu (diri)nya sendiri. Nafsu menurut tabiatnya selalu condong kepada keburukan, dan lari dari kebaikan serta senantiasa menyuruh kepada kejelekan. Allah $g berfirman:

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Yusuf: 53)

(42)

mengangkat senjata untuk memeranginya, bercita-cita tetap untuk melawan kebodohannya dan memerangi nafsunya.38

d. Akhlak manusia kepada sesama manusia

Ajaran sosial dan pembinaan akhlak dalam Al-Quran bertujuan untuk memperkuat keijasama dalam lingkungan keluarga dengan mengatur anggota-anggota keluarga melalui pembentukan kepribadian individu yang baik sebagai salah satu bagian dari masyarakat, untuk lebih jelasnya kondisi masyarakat itu ada beberapa uraian:

' 1) Akhlak di lingkungan keluarga

Pembinaan akhlak di lingkungan keluarga secara umum adalah pembinaan kasih sayang ui antsra sesama anggota keluarga yang beijalan dengan keutuhannya, karena paaa prinsipnya Allah M telah melengkapi sikap tersebut diantara anggota keluarga masing-masing, sehingga masing-masing individu hanya tinggal mengembangkannya di dalam lingkungan masyarakat yang dijelaskan dalam Al-Quran firman Allah f g :

^ ’ f

-"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialuh Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS. Ar-Ruum: 21)

38Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, M inhaajul M uslim , P edom an H idup S eorang M uslim , Musthofa 'Aini dkk, Megatama Sofwa Pressindo, Jakarta, 1999, him. 137-143.

(43)

Pembinaan akhlak di lingkungan keluarga sangatlah mendasar

sekali dalam pola hidup yang penuh kasih sayang di antara sesama

anggota keluarga, hormat meughormati, sopan saniun dan tanggung

jawab diantara suami dan istri atau sebaliknya orang tua dengan anak.

2) Akhlak di lingkungan keluarga dan kerabat

Manusia diciptakan Allah M di dunia ini sebagai makhluk sosial

yang selalu membutuhkan hubungan komunikasi atau saling

ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, untuk itu mereka

membentuk suatu wadah yang biasa dinamakan dengan istilah

masyarakat. Masyarakat itupun mempunyai ciri khas dalam

menciptakan rasa persaudaraan dan ukhuwah antar sesama individu. Di dalam AJ-Quran Allah M berfirman:

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnn sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." (QS. An-Nisa : 36 )

(44)

dan lainnya, baik itu miskin atau kaya kita harus berbuat baik dan tidak

membeda-bedakannya.

3) Akhlak kepada manusia secara umum

Terbentuknya suatu masyarakat manusia yang luas di mana satu sama lainnya saling melengkapi kebutuhan masing-masing, saling menolong, saling menghormati, saling komitmen dalam kebersamaan sehingga terwujudnya hubungan komunikasi yang harmonis serta tumbuh sikap persaudaraan. Manusia yang bersatu dan menggalang agar terciptanya kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan yang dapat menjadikan masyarakat yang diidamkan.

e. Akhlak manusia kepada alam sekitar

Allah 31 tidak hanya menciptakan manusia saja di muka bumi ini, tetapi juga menciptakan makhluk-makhluk yang lain seperti: tumbuh- tumbuhan, binatang, semuanya itu membutuhkan perlindungan dan pemeliharaan dari manusia. Karena manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang paling sempuma dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Tugas manusia adalah mensyukuri karunia Allah 3S, berbuat baik dan dapat membudidayakan serta dilarang untuk merusak maupun memusnahkan juga tidak boleh menyia-nyiakan makhluk yang lainnya. Dapat disimpulkan bahwa materi maupun teori dalam pendidikan akhlak itu mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan di dunia ini. Karena manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempuma, diharapkan

(45)

dengan kesempumaannya dapat mengembangkan amanat yang diberikan

oleh Sang Pencipta dengan berakhlak baik terhadap sesama makhluk dan

makhluk lainnya.

Untuk itu dibutuhkan keteladanan dalam pendidikan dengan metode

inklusif sehingga dapat mempersiapkan dan membentuk anak dalam

moral, spiritual dan sosial. Hal ini dikarenakan pendidikan akhlak adalah

contoh terbaik dalam pandangan anak, dalam tindak tanduknya dan tata

santunnya baik yang disadari maupun tidak. Tentunya yang lebih penting

bagi yang bersifat material maupun spiritual.

Allah mengutus Nabi Muhammad % sebagai suri tauladan yang baik untuk

umat manusia sepanjang sejarah dan bagi umat manusia disetiap saat dan

tempat, sebagai pelita yang menerangi dan memberi petunjuk.

Pendidikan dengan mengajarkan dan pembiasaan adalah pilar terkuat

untuk pendidikan dan metode yang paling efektif dalam membentuk iman

anak dan meluruskan akhlaknya. Metode lain yang juga penting dalam

pendidikan akhlak adalah pemberian nasehat. Sebab itu dapat

membukakan mata anak pada hakekatnya sesuatu untuk mendorongnya

menuju situasi luhur dan menghiasnya dengan akhlak yang mulia dan

(46)

4. Metode Pendidikan Akhlak

Menurut Athiyah al-Abrasyi ada tiga metode mendidik akhlak, yaitu:

a Pendidikan akhlak secara langsung, yaitu dengan cara memberi petunjuk, tuntunan nasehat, menyebutkan manfaat dan bahaya-bahayanya sesuatu. b. Pendidikan akhlak secara tak langsung, yaitu dengan jalan sugesti, seperti:

mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmah kepada anak-anak dengan memberikan nasehat-nasehat dan berita berharga.

c. Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak dalam rangka pendidikan akhlak. Secagai contoh mereka memiliki kesenangan meniru ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan gerak-genk orang-orang yang berhubungan erat dengan mereka.39

5. Faktor Penting yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlak

Ada dua faktor utama yang mempengaruhi akhlak atau moral yaitu faktor intern dan faktor ekstem.

a. Faktor intern.

Yang dimaksud dengan faktor intern adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir dan mengandung pengertian tentang kesucian anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh luar sebagaimana firman Allah M :

39Mohammad Athiyah Al-Abrasy, D asar-dascir P okok Pendidikan, Bulan Bintang, Jakarta, 1970, him. 106.

(47)

J j -Cj y ^ u T ^ a3 j j T i i i ^ j j J

b j X Z ' l ^ \ j j j - O J ’S "AT j & J

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Ar-Ruum: 30)

Dengan demikian setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki naluri keagamaan yang nantinya akan mempengaruhi dirinya, seperti unsur-unsur yang ada dalam dirinya turut membentuk akhlak atau moral, antara lain : akal, adat istiadat, kepercayaan, keinginan-keinginan, hawa nafsu, hati nurani.

b. Faktor ekstem.

Faktor ekstem adalah faktor yang mempengaruhi kelakukan atau perbuatan manusia yang meliputi:

1) Pengaruh keluarga.

Setelah manusia lahir, maka akan terlihat dengan jelas fungsi keluarga dalam pendidikan, yaitu memberikan pengalaman kepada anak, baik melalui pemeliharaan, pembinaan dan pengarahan yang menuju pada terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua.

(48)

berfikir itu akan kelihatan. Keluarga pun sebagai pelaksana

pendidikan Islam yang akan mempengaruhi dalam pembentukan

akhlak yang mulia.

2) Pengaruh sekolah

Sekolah adalah merupakan lingkungan pendidikan yang

kedua setelah pendidikan keluarga, yang mana sekolah dapat

mempengaruhi akhlak anak.

Mahmud Yunus mengatakan Bahwa:

"Kewajiban sekolah ialah melaksanakan pendidikan yang tak dapat dilaksanakan di rumah-tangga. Pengalaman anak-anak di rumah dijadikan dasar untuk pelajaran di sekolah. Kelakuan anak-anak yang kurang baik diperbaiki tabiatny?. yang salah dibetulkan. Perangainya yang kasar diperhalus, tingkah lakunya yang tak senonoh diperbaiki dan begitulah seterusnya."40

3) Pengaruh masyarakat

Masyarakat dalam pengertian yang sederhana adalah kumpulan individu dalam kelompok yang diikat dalam ketentuan negara, kebudayaan dan agama.

Ahmad Marimba mengatakan:

"Bahwa corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali; meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian (pengetahuan) sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan."41

40Mahmud Yunus, P okok-pokok Pendidikan dan P engajaran, Hidakarya, Bandung, 1978, him. 31.

41 Ahmad Marimba.D, P engantar F ilsafat Pendidikan Islam, Al-Ma'arif, Bandung, 1989, him. 63.

(49)

Dengan demikian pembentukan akhlak mulia membutuhkan pendidikan, baik dari keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat dengan diterapkannya kebiasaan-kebiasaan, latihan- latihan serta contoh-contoh yang baik, sehingga anak dapat memahami dan mengetahui berbagai corak kegiatan tingkah laku lebih-lebih dalam pembentukan akhlak mulia.

Di antara contoh-contoh akhlaqul mahmudah yang ada dalam Al- Quran, antara lain :

a. Sabar.

« ! 1J & J I j L j j j 1 i j usi l I jXa I

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung."

(QS. Ali Imran: 200) b. Malu.

C|p} ^ ^ O ^ J ^ ly* y

"Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS. An-Nisa: 108)

(50)

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)." (QS. At-Taubah: 119)

d. Rendah hati.

"Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati."

(QS. Al-Furqan: 63) e. Keberanian.

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan(musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-barryaknya agar kamu beruntung." (QS. Al-Anfal: 45) f. Bersikap lemah lembut.

i j ya yJLfiJl JaJLp ijaS o d ^

© ytii4 f i j > A i y

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu."

(QS. Ali Imran: 159) g. Kasih sayang.

(f^j) L) I I y)J J L I I ^ J J \y^» I £ I 0 ^ C i

"Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang".

(QS. Al-Balad: 17) h. Pemaaf dan Lapang dada.

jli IjjiL ijj I yiu u (Jlj

38

(51)

"Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS. At-Taghabun: 14)

Menghidupkan makna persaudaraan seiman.

<• •f • ^ f ' ^ - -* ’ •* '('J' , ,

"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)

j. Amanah.

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepaau yang berhak menerimanya. " (QS. An-Nisa: 58)

k. Berbuat adil.

• IV t * sC-* < • * ’ f

0 a )l 4l)l Ql

"Dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Hujurat: 9)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan tentang akhlak yang baik.

Di antara contoh-contoh akhlak tercela dalam Al-Quran dan hams dijauhi oleh seorang muslim, antara lain :

a. Zalim.

LI JLP A3JLj ^ '•■av a

(52)

b. Iri dengki.

"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya. "(QS. An-Nisa: 54) c. Menipu.

*5i

"Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri." (QS. Fathir: 43)

d. Riya'.

"Maka kecelakaanlah bagi orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalainya, dan orang-orang-orang-orang yang berbuat riya'."

(QS. Al-Maun: 4-6)

"i/az orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang dimengolok-olok-mengolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita-wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita-wanita (yangmengolok-olok)"(QS. Al-Hujurat: 11)

f. Berprasangka buruk kepada orang lain.

cj}} % \ ( j A I ^ • jj c^riaJi (j* J i j j l l^JSj

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa"

(QS. Al-Hujurat: 12)

tfvA . '

(53)

g- Kikir

A f ^ f ^ T * ' ' .f"f ^ -" '"’'J v"*^ jv® > ^-AJ^a3 ^ >ig La j 0 “?^ •*_?

(54)

42

BAB III

TAFSIR SURAT A D -D U H A A Y AT 9, 10, DAN 11

A. Surat Ad-Duha

@ j i C j i i i S j a q iSj j j i j ©

& & i i * 2 i f j j l © ^ © j ,Vt i u

3 # Sii^*jT ilS 0 Jil»

0 &i«jVu> illLjj ©

( ^ j JLofc5 jix j L*lj 0 > u & j r f U r t d f j 0

1. Tafsir Surat Ad-Duha

Surat Ad-Duha terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat-surat

Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al-Fajr. Nama "Ad-Duha" diambil dari perkataan "Adh-Dhuhaa" yang terdapat pada ayat pertama surat ini, artinya: waktu matahari sepenggalan naik.42

Dalam sebuah riwayat imam Ahmad mengatakan bahwa sebab turunnya surat Ad-Duha adalah, bahwa Rasulullah pemah bersedih hati dan bingung sehingga beliau tidak bangun satu atau dua malam. Kemudian datang seorang perempuan berkata, 'Wahai Muhammad aku tidak melihat syaitanmu melainkan dia telah meninggalkanmu.' Kemudian Allah menurunkan surat Ad-Duha untuk menghibumya, Allah sekali-kali tidak

(55)

akan meninggalkan Rasulullah dan akan selalu memberikan petunjuknya

pada Beliau, sedangkan pokok-pokok isi dari surat Ad-Duha antara lain : a. Allah Jfe tidak akan meninggalkan Nabi Muhammad

b. Kehidupan dan dakwah Nabi Muhammad M akan bertambah baik. c. Larangan menghina anak yatim.

d. Larangan menghardik yang meminta-minta.

e. Perintah menyebut-nyebut nikmat yang diberikan Allah M sebagai tanda syukur.43

2. Hubungan surat Ad-Duha dengan surat sebelumnya

Hubungan antara surat Ad-Duha dengan surat sebelumnya (surat Al-Lail) adalah sebagai berikut:

a. Pada surat Al-Lail disebutkan bahwa orang yang bertakwa akan dimudahkan Allah ,3% mengerjakan perbuatan takwa sehingga memperoleh kebahagiaan.

b. Pada surat Ad-Duha diterangkan bahwa keberuntungan di akhirat lebih baik dari keberuntungan di dunia.44

3. Hubungan surat Ad-Duha dengan surat sesudahnya

Hubungan antara surat Ad-Duha dengan surat sesudahnya (surat Alam Nasyrah) ialah sebagai berikut:

a. Kedua surat ini erat hubungannya karena sama-sama ditujukan kepada Nabi Muhammad

A,Ibid. him. 1069.

“ Ibid., him. 1068.

(56)

b. Kedua surat ini sama-sama menerangkan nikmat-nikmat Allah M dan memerintahkan kepada Nabi Muhammad M untuk mensyukuri nikmat- nikmat itu.45

B. Tafsir Surat Ad-Duha Ayat 9, 10, dan 11 Menurut Ibnu Katsir dan

Al-Maraghi

Tafsir adalah kunci untuk membuka gudang simpanan yang tertimbun dalam Al-Quran. Tanpa tafsir, orang tidak akan bisa membuka gudang yang ada di dalamnya, sekalipun ia berulang kali mengucapkan lafadz Al-Quran dan membacanya sepanjang pagi dan petang.46

Untuk memahami serta mengctahui isi kandungan Al-Quran, kita bisa mempelajarinya melalui kitab-kitab karya para Wi&Tii'.i uh !i iafsir yang beraneka ragam diantaranya adalah tafsir lbnu Katsir dan tafsir Al-Maraghi.

Penulis dalam hal ini akan mengambil banyak dari dua ahli tafsir tersebut, karena ingin membandingkan dan memadukan antara tafsir abad pertengahan (Ibnu Katsir yang terkenal dengan ahli atsar dan kisah) dengan tafsir abad kontemporer atau modem (Al-Maraghi yang banyak mengambil tafsir dengan rasio atau tafsir bir ra'yi), dan tidak sedikit di kalangan orang Indonesia yang mengenal dua tokoh tersebut, khususnya kaum terpelajar. Dan ayat yang penulis pilih dari 11 ayat yang ada dalam surat Ad-Duha ialah tiga ayat yaitu ayat 9, 10, dan 11, ketiga ayat ini ada kaitannnya dengan pendidikan

“ ibid., him. 1071.

46Muhammad Ali Ash-Shabuni, Al-Tibyan f i ulumil Quran, CV Pustaka Setia, Bandung, 1999. him. 241.

(57)

akhlak. Untuk lebih jelas lagi, maka penulis akan menguraikannya sebagai

berikut:

1. Penafsiran surat Ad-Duha ayat 9, 10, dan 11 menurut Ibnu Katsir Allah M berfirman dalam surat Ad-Duha ayat 9, 10 dan 11:

“Adapun terhadap anakyatim janganlah kamu sewenang-wenang.”

Yakni sebagaimana dulu engkau sebagai anak yatim, lalu Allah &&

memberikan perlindungan kepadamu. Oleh karcna itu, janganiah kamu menghardik anak yatim. Artinya, janganlah kamu meng’ninakan, bcibuat kasar terhadapnya serta janganlah menghalanginya, tetapi hendaklah bersikap baik dan berlemah lembut terhadapnya. Qatadah mengatakan, “Jadilah engkau bagi anak yatim seperti anak yang penuh kasih sayang.”. Dalam ayat ini penulis mendapatkan kesimpulan adanya pendidikan akhlak yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut:

a. Larangan menghina anak yatim.

b. Larangan berbuat kasar terhadap anak yatim. c. Larangan memakan harta anak yatim. d. Anjuran bersikap baik terhadap anak yatim.

e. Anjuran menyayangi dan berlemah lembut terhadap anak yatim. Penjelasan surat Ad-Duha ayat 9:

Referensi

Dokumen terkait

- Direktur perusahaan hadir langsung, apabila diwakilkan membawa surat tugas dan mendapat kewenangan penuh untuk mengambil keputusan. Demikian undangan ini disampaikan,

59 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk kedalam kelompok perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2008- 2012

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No.22 Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa

Jadi, permasalahan dalam penelitian ini, bagaimana menghasilkan cat tembok dari getah karet, tepung tapioka dan air sehingga dapat membentuk cat tembok dengan komposisi yang tepat

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 4.2 hasill penelitian menunjukkan bahwa responden pendeita Tb dengan terapi OAT fase awal yang termasuk

Perangkat kaidah itulah yang disebut dengan kode etik profesi (bisa disingkat kode etik), yang dapat tertulis maupun tidak tertulis yang diterapkan secara formal

Berdasarkan CEDAW Bagian I Pasal 2 ayat b yaitu membuat peraturan perundang- undangan yang tepat dan peraturan-peraturan lainnya termasuk sanksi-sanksinya dimana perlu,

Dari latar belakang diatas, studi ini akan meneliti: Berapa besar komposisi penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah di Indonesia, berapa besar pengaruh komposisi