• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hitungan Untuk mendapatkan Koordinat UTM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hitungan Untuk mendapatkan Koordinat UTM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

Dosen Pengampu : Dr. Ir. T. Aris Sunantyo, M.Sc.

MATAKULIAH SISTEM PENENTUAN POSISI DAN NAVIGASI

DISKUSI KELOMPOK

OLEH : NURHADI BASHIT

ANINDYA SRICANDRA PRASIDYA

MAGISTER TEKNIK GEOMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

TUGAS

Dosen Pengampu : Dr. Ir. T. Aris Sunantyo, M.Sc.

MATAKULIAH SISTEM PENENTUAN POSISI DAN NAVIGASI

DISKUSI KELOMPOK

(3)

Problem : Bagaimana konsep menentukan posisi 3D di atas bidang proyeksi UTM jika dengan mengamati satelit GNSS?

Jawabannya:

Secara teoritik dengan kemajuan teknologi receiver yang mampu mengamati sinyal GPS dan GLONASS secara bersamaan, sehingga geometri satelit yang teramati menjadi lebih baik dan lebih kuat. Berdasarkan hasil penelitian, kombinasi sistem satelit GPS dan GLONASS dapat meningkatkan ketelitian posisi sampai orde milimeter pada baseline pendek dan orde centimeter pada baseline panjang.

1. Menghitung koordinat posisi satelit dari Broadcast Empemeris

Parameter ephemeris menggambarkan orbit selama interval tertentu waktu (setidaknya satu jam). Parameter ephemeris adalah parameter untuk perpanjangan dari model orbital diprediksi oleh Kepler. Parameter-parameter BE dapat digunakan untuk memperoleh koordinat-koordinat satelit yang mengirimkan sinyal-sinyalnya (atau kode yang kemudian dapat dikonversikan ke dalam pseudo-range) dapat diketahui waktu demi waktu. Koordinat satelit diketahui dari informasi orbit

(broadcast ephemeris atau broadcast orbit) yang terkandung dalam pesan navigasi (navigation message). Parameter BE yang disiarkan oleh satelit dan tersedia setelah diterima oleh receiver penerima.

Cara perhitungan koordinat satelit (kartesi 3 dimensi) dari data

Broadcast Ephemeris

(Rizos, 1997)

Konstanta

Konstanta gravitasi universal bumi

Kecepatan rerata rotasi bumi

µ = 3986001,5 x 10

8

m

3

/det

Ω = 7,2λ2115147 x 10

-5

rad/sec

π = 3,1415λ26535κλκ

Perhitungan anomaly sejati

Waktu sesudah epoch referensi

Rerata gerakan terkoreksi

Rerata anomaly pada

Penyelesaian iterative untuk E

k

Anomali sejati

v

k

(4)

(

)

n

: perbedaan dari anomali menengah = 4.389112813.10-9 rad/det

e

: eksentrisitas = 2.8019920.10-3

ω

= 2.420534936 rad

t

oe

:

time of ephemeris

, epoch referensi dari efemeris

a

: sumbu panjang ellipsoid

(5)

i

: kecepatan perubahan dari inklinasi

Ω

: kecepatan perubahan dari right ascension

Cuc,Cs : koefisien koreksi argument of perigee

Crc ,Crs : koefisien koreksi jarak geosentrik

Cic ,Cis : koefisien koreksi inklinasi

2. Menyusun persamaan jarak antara satelit ke antenna dengan menggunakan beda waktu / beda fase

Komponen penginformasi jarak (kode), didalamnya terdapat dua kode Pseudo-Random Noise (PRN) yang dikirim oleh satelit dan digunakan sebagai penginformasi jarak, yaitu kode-P (P = Precise atau Private) dan kode-C/A (C/A = Coarse Acuisition). Kode-P(Y) dengan frekuensi 10.23 Mhz dan kode-C/A dengan frekuensi 1.023 Mhz. Kode ini terdiri dari rangakaian bilangan biner (1 dan 0) yang mempunyai struktur yang unik dan berbeda untuk setiap satelit GPS, sehingga

receiver GPS dapat mengamati dan membedakan sinyal-sinyal yang datang dari satelit yang berbeda. Dengan mengamati kode-P(Y) atau kode-C/A jarak dari pengamat ke satelit dapat ditentukan. Prinsip pengukuran jarak yang digunakan adalah dengan membandingkan kode yang diterima dari satelit dengan kode replika yang diformulasikan di dalam receiver.

(6)

3. Menentukan persamaan jarak

Secara matematis metode persamaan jarak pseudorange dapat digunakan rumus :

Dengan :

c : kecepatan gelombang di dalam medium hampa

dt : beda waktu antara gelombang satelit GNSS saat dipancarkan dan saat diterima

(u,v,w)i : posisi koordinat satelit GNSS (earth fix coordinates) dalam sistem kartesi 3D

(u,v,w)k : posisi koordinat receiver dalam sistem koordinat kartesi 3D

Pi

K : jarak antara satelit GNSS ke receiver

Adapun penentuan rumus untuk mendapatkan jarak melalui data fase adalah sebagai berikut (Abidin, 2000 dalam Suharno, 2008) :

Dengan :

Li =λi.ϕi : adalah jarak fase (carrier range) pada frekuensi fi (m), (I = 1,2),

Ρ = jarak geometris antara satelit GNSS dengan receiver dρ = kesalahan jarak karena efek ephemeris (orbit)

dtrop = bias karena efek refraksi troposfer (m)

dioni = bias karena efek refraksi ionosfer (m) i. = panjang gelombang dari sinyal (m)

dt, dT = kesalahan dan offset antara jam receiver dan jam satelit (m) MCi = efek dari multipath pada hasil pengamatan Li

Ni = ambigiutas fase dari pengamatan fase sinyal - sinyal Li (dalam gelombang)

(7)

4. Membuat persamaan normal dari ranging

Formulasi di atas menunjukkan formulasi penentuan jarak dalam ruang dengan titik Xi, Yi dan Zi sebagai parameter. Jika koordinat pendekatan yang akan dicari

digunakan titik Xi0, Yi0 , dan Zi0 maka jarak dapat diformulasikan dengan:

Dengan demikian koordinat (fungsi f{Xi, Yi, dan Zi}) yang menjadi parameter dapat dihitung dengan :

Xi = Xi0 + ΔXi

Yi = Yi0 + ΔYi

Zi = Zi0 + ΔZi

Fungsi f(Xi , Yi , Zi) kemudian digantikan oleh fungsi yang setara f(Xi0+ ΔXi

,Yi0+ΔYi ,Zi0+ΔZi ).

Suatu deret Taylor yang digunakan untuk menyusun matrik dari persamaan normal sebagai berikut:

parameter f( ΔXi , ΔYi , ΔZi) akan terlihat dalam bentuk tidak linear. Secara parsial

diperoleh bentuk persamaan:

Dan komponen-komponen vektor unit yang ditunjuk dari satelit ke arah titik pendekatan.

yang ekuivalensi dari f(Xi , Yi , Zi) dengan ρji(t) telah digunakan untuk sisi kiri.

Persamaan diatas sekarang menjadi linear dengan memperhatikan parameter ΔXi ,

(8)

5. Menyusun dimensi matrik dari persamaan normal Vektor matriks :

L + V = A X atau V = A X – L

Jika L = Vektor Observasi A = Matriks Desain X = Vektor Parameter

Sehinggan pembentukan persamaan normalnya adalah : ATPAX = ATP

Dengan penyelesaian matriks adalah : X = (ATPA)-1ATPL

6. Menyusun matrik A, P, L L = Vektor Observasi A = Matriks Desain X = Vektor Parameter P = Matriks Bobot

7. Menyusun persamaan penyelesaian matriks dengan inversi

Matriks yang telah disusun dari persamaan normal dapat dilakukan penyelesain matriks seperti berikut:

X = (ATPA)-1ATPL

Keterangan:

(9)

X = Vektor Parameter P = Matriks Bobot

8. Melakukan transformasi dari PZ-90 ke WGS 84

Gambar 2. Transformasi datum dari Pz-90 ke WGS 84

Keterangan gambar:

P = 45o

φP = 50o

h = 500 m

P = titik di atas permukaan bumi

1. Elemen datum PZ-90 2. Elemen datum WGS 84

X1 = sumbu X pada datum PZ-90 X2 = sumbu X pada datum WGS 84 Y1 = sumbu Y pada datum PZ-90 Y2 = sumbu Y pada datum WGS 84 Z1 = sumbu Z pada datum PZ-90 Z2 = sumbu Z pada datum WGS 84

ω = rotasi terhadap sumbu X θ = rotasi terhadap sumbu Y

= rotasi terhadap sumbu Z

(10)

dz = -0,90 ± 0,33 m ds = -0,12 ± 0,06 m

ω = 0 θ = 0

= -0,16” ± 0,01 “

Rumus umum untuk transformasi datum PZ-90 ke datum WGS 84:

[ ]

9. Melakukan transformasi dari geodetik ke kartesi 3D X = (N+h) cos ϕcos

Arti notasi yang digunakan:

h = tinggi diatas ellipsoid (tinggi geometric) N = jari-jari kelengkungan prime vertical

Φ = lintang geodetik = bujur geodetik

(11)

10.Melakukan transformasi dari kartesi 3D ke bidang proyeksi UTM Ciri Sistem Proyeksi UTM :

1. Silinder, transversal, secant, konform

2. Memotong bola bumi di 2 meridian standard, k = 1 3. Lebar zone 6 °, sehingga bumi dibagi dalam 60 zone 4. meridian tengah tiap zone k=0,9996

5. Elipsoid referensi GRS 67

6. Absis semu ( T ) : 500.000 m ± X 7. Ordinat semu ( U ) : 10.000.000 m - Y

Wilayah Indonesia tercakup dalam zone no. 46 s.d. 54 dengan bujur meridian tengahnya (B) sebagai berikut :

zone2 B0

1. 9 wilayah (zone) dimulai dari 90° BT

2. Sampai dengan 144° BT, dengan batas paralel 10° LU dan 15° LS dengan 4 satuan daerah L, M, N, dan P.

3. Setiap zone berukuran 6° bujur x 8° lintang.

(12)

5. Setiap jalur selebar 8° lintang diberi kode huruf, dimulai dari 80° LS - 72° LS diberi huruf C dan berakhir dengan huruf X padajalur 72° LU dan 84° LU (huruf I dan O tidak digunakan). Pada jalur terakhir tersebut ukuran zone 6° bujur x 12° lintang.

Konvergensi grid yaitu sudut antara utara grid dan utasa sebenarnya (US) : Kg = (XII).p + (XIII).p3 + (C5).p5

Ketentuan tanda :

a. Di belahan utara bumi

- Bila titik di sebelah timur Meredian Tengah, Kg positif

- Bila titik di sebelah barat Meredian Tengah, Kg negatif b. Di sebelah selatan bumi

- Bila titik di sebelah timur Meredian Tengah, Kg negatif

(13)

Angka perbesaran (faktor skala) : Angka perbesaran adalah salah satu besaran pengali untuk mendapatkan jarak di Grid dari Jarak di Ellipsoid.

di titik tersebut

(14)

Gambar 3. Konvergensi meridian pada proyeksi UTM Rumus Konvergensi Meridian Menggunakan Koordinat Geodetis (φ, ) :

γ" = (XIII) p + (XIII) p³ + (C5) p

p = 0.001 x ∆ ”

(15)

Daftar Pustaka

Sunantyo T.A., 2000, Diktat Pengentar Survei Pengamatan Satelit GPS, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1. Prinsip penentuan jarak dengan kode (Abidin, 2000)
Gambar 2. Transformasi datum dari Pz-90 ke WGS 84
Gambar 3. Konvergensi meridian pada proyeksi UTM

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat juga beberapa saran diantaranya adalah penambahan varian musuh dalam setiap stage, Penambahan jumlah stage, penambahan side mission atau mode lain selain

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

Setelah berdiri sendiri pada tanggal 10 Februari 2014 Unit Arsip IPB belum pernah dilakukan pengukuran untuk mengetahui tingkat kapabilitas baik dari sumber daya yang

HOS Cokroaminoto (Ciledug Raya) No. Gatot Subroto No. Raya Serpong KM. MH Thamrin No. KS Tubun No. Raya Jombang No. Raya PLP Curug No. Letnan Soetopo Kav. Hasyim Ashari No. Alam

Cibinong-Citeureup-Gunung Putri dan wilayah pembanding, dengan mengukur konsentrasi ion nitrat (NO3- ), ion sulfat (S042 ), dan keasaman (pH); (b) mengetahui kualitas air sumur

PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindaakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik

Pemasangan Logo Perusahaan pada umbul-umbul sebanyak 5 (lima) buah pada Acara Turnamen Golf;.. Pemasangan Logo Perusahaan pada Spanduk 1 (satu) buah di dalam dan 2 (dua) diluar

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model eko- nomimikro penawaran dan permintaan daging broiler di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan menggunakan