• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar hukum muchamad ali safa (6)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dasar hukum muchamad ali safa (6)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Dasar hukum

a. Undang-Undang Dasar Republic Indonesia Tahun 1945 ( khususnya pasal 28, 28C, dan 28F)

b. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau Serikat Buruh.

c. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

e. Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi.

f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-16/Men/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

g. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 201/Men/2001 tentang Keterwakilan dalam Kelembagaan Hubungan Industrial

h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-06/Men/IV/2005 tentang Pedoman Verifikasi Keanggotaan Serikat Pekerja/Serikat Buruh

aduhaiiiiii...hukum

Sabtu, 14 April 2012

Hukum Perburuhan dan Ketenagakerjaan

(2)

Organisasi Pekerja atau Buruh,

Organisasi Pengusaha dan

Organisasi Perburuhan Internasional

DIRINGKAS OLEH

NOOR TSANIYAH

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kemudian shalawat dan salam kami sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, yang dengan izin Allah telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu bahan penunjang materi pembelajaran “Hukum Perburuhan dan Ketenagakerjaan”. Melalui makalah ini kami mencoba memberikan ringkasan materi tentang Organisasi pekerja atau buruh, organisasi pengusaha dan organisasi perburuhan Internasional yang kami ambil dari sumber buku yang berjudul Dasar-dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia karangan Abdul Khakim, S.H., M.Hum.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Istiqomah, S.H. atas kesediaan beliau untuk menjadi Dosen Pembimbing kami, dan kepada teman-teman sekalian yang selalu membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

(3)

Sebagai manusia biasa, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaan makalah ini. Oleh karena itu pula, kritik dan saran dari para pakar, senior, teman sejawat, dan pembaca lainnya akan kami terima dengan senang hati.

Hormat Kami,

( Penulis )

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……….. i

Daftar Isi ... ii

BAB I Pendahuluan .. ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3 Metode Penulisan... 2

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan... 2

BAB II Pembahasan……….. 3

2.1 Organisasi pekerja atau buruh ... 3

2.1.1 Dasar hukum……… 3

2.1.2 Sejarah berdirinya organisasi serikat pekerja/serikat buruh.. 3

2.1.3 Hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh………….. 4

2.1.4 Multiserikat pekerja/serikat buruh……… 5

2.1.5 Tata cara pencatatan serikat pekerja/serikat buruh……….. 5

2.1.6 Keterwakilan serikat pekerja/serikat buruh………. 7

2.2 Organisasi Pengusaha... 7

2.2.1 Sejarah berdirinya organisasi pengusaha………. 7

2.2.2 Bentuk, sifat, dan Tujuan APINDO……… 8

2.2.3 Keterkaitan APINDO dengan KADIN……… 9

2.2.4 Organisasi pengusaha Sektoral………. 9

2.2.5 Keterwakilan Organisasi Pengusaha dalam kelembagaan Hubungan Industrial………... 11

2.3 Organisasi Perburuhan Internasional……….. 12

2.3.1 Prinsip dan Tujuan Berdirinya ILO……….. 12

2.3.2 Struktur Organisasi ILO……… 13

(4)

BAB III Penutup……….. 18 3.1 Kesimpulan... 18

3.2 Saran... 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Didalam hubungan kerja diperlukan hokum yang mengatur tentang ketenagakerjaan dan perburuhan. Apabila tidak ada hokum yang mengaturnya maka, terjadi ketidak seimbangan dan ketimpang siuran hubungan kerja yang diciptakan antara pengusaha dan tenaga kerja. Kehidupan di dalam masyarakat tentunya tidak terlepas dari adanya kepentingan-kepentingan manusia sebagai pengusaha dan manusia sebagai tenaga kerjannya. Kepentingan antara orang pengusaha dengan tenaga kerja tentu berbeda tergantung dari kebutuhan masing-masing.

Kepentingan tersebut adakalanya bisa dipenuhi tetapi juga bisa tidak terpenuhi karena perlunya interaksi dengan orang lain yang mempunyai ketentingan yang sama maupun berbeda. Untuk memenuhi kepentingan manusia tersebut adakalanya dengan memperhatikan kepentingan orang lain sehingga akan menimbulkan hubungan saling menguntungkan antar para pihak. Hal tersebut menyebabkan terjadinya suatu ketentraman dalam masyarakat. Hubungan saling menguntungkan itu bisa didapat dengan mengadakan kerja sama antara pengusaha dan tenaga kerja lewat suatu organisasi yang diatur dalam Undang-undang. Organisasi pekerja atau buruh sendiri mempunyai dasar-dasar yang harus dipenuhi oleh pekerja begitu pula organisasi para pengusaha. Maka dalam kesempatan ini , kami akan membahas tentang organisasi pekerja atau buruh , organisasi pengusaha dan organisasi perburuhan Internasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul yang akan dibahas, maka timbul permasalahan diantaranya : 1. Apa dasar hokum dan sejarah berdirinya organisasi pekerja ?

2. Apa saja hak dan kewajiban serikat pekerja, tata cara pencatatan dan keterwakilan serikat

pekerja ?

(5)

4. Apa yang dimaksud dengan APINDO ?

5. Apa yang dimaksud dengan ILO, tujuan dan prinsip didirikannya ILO serta manfaat menjadi

anggota ILO ?

1.3 METODE PENULISAN

Pada makalah ini kami menggunakan metode Deskripsi dan Eksposisi. Deskripsi yaitu metode yang digunakan untuk melukiskan keadaan obyek atau persoalan dan tidak dimaksudkan mengambil kesimpulan yang berlaku secara umum. Sedangkan eksposisi yaitu menjelaskan tentang pengertian-pengertian yang terdapat dalam makalah.

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan dan manfaat yang akan diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dasar hokum dan sejarah berdirinya organisasi pekerja atau buruh.

2. Untuk mengetahui tata cara pencatatan , keterwakilan serta hak dan kewajiban serikat pekerja

atau buruh.

3. Untuk mengetahui sejarah organisasi pengusaha.

4. Untuk mengetahui bentuk, sifat dan tujuan didirikannya APINDO.

5. Untuk mengetahui keterwakilan Organisasi Pengusaha dalam

kelembagaan Hubungan Industrial.

6. Untuk mengetahui prinsip, tujuan dan manfaat didirikannya ILO.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 ORGANISASI PEKERJA ATAU BURUH

2.1.1 Dasar hukum

a. Undang-Undang Dasar Republic Indonesia Tahun 1945 ( khususnya pasal 28, 28C, dan 28F)

b. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau Serikat Buruh.

c. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

e. Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 87

tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi.

f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-16/Men/2001 tentang Tata Cara

Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

g. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 201/Men/2001 tentang Keterwakilan

(6)

h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-06/Men/IV/2005 tentang Pedoman

Verifikasi Keanggotaan Serikat Pekerja/Serikat Buruh. 2.1.2 Sejarah berdirinya organisasi serikat pekerja/serikat buruh

Pada tahun 1876 lahir Serikat Pekerja Guru Belanda kemudian didirikan Serikat pekerja atau serikat buruh sendiri tanpa Negara asing. Mereka menyadari pentingnya perjuangan untuk memperbaiki nasib seperti syarat dan kondisi kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, upah dan jaminan social serta didorong semakin berkembangnya industry barang dan jasa pada masa lalu. Setelah lahirnya Boedi Oetomo tahun 1908, organisasi pekerja berkembang dengan berdirinya serikat pekerja kereta api dan trem.

- Tahun 1911 -> Perkumpulan Bumi Putera Pabean

- Tahun 1912 -> Persatuan Guru Bantu

- Tahun 1914 -> Persatuan Pegawai Pegadaian Bumi Putera

- Tahun 1915 -> serikat Pekerja Perusahaan Swasta

- Tahun 1916 -> Serikat Pekerja Opium Regie Bond

- Tahun 1917 -> Serikat Pekerja Pabrik Gula dll.

Tanggal 1 November 1969 dibentuk Majelis Permusyawaratan Buruh Indonesia (MPBI) sebagai upaya penyatuan dan penyederhanaan organisasi /serikat pekerja. Tanggal 20 Februari 1973 dicetuskan Deklarasi Persatuan Buruh Seluruh Indonesia yang melahirkan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) yang prinsip awal berdirinya adalah tetap menjunjung tinggi asas demokrasi, bebas, dan bertanggung jawab.

Pada tahun 1985 FBSI diganti namanya menjadi SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia), tahun 1990 SPSI berubah menjadi F-SPSI (Federasi SPSI). Karena belum menyuarakan suar pekerja dan tidak berfungsi sebagai wahana perjuangan kaum buruh bahkan sebagai alat kepentinganpolitik kelompok tertentu maka berdirilah Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) yang di ketuai oleh Dr. Muchtar Pahpahan, S.H.,M.H., seorang aktivis, praktisi hokum dan akademisi.

Pemerintahan transisi Presiden Habibie menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi. Keberadaan Keppres ini mendorong tumbuhnya banyak organisasi pekerja disamping F-SPSI dan SBSI seperti : PPMI, KPNI, FNPBI, KBM,KBKI, SPK, SPNI, dan masih banyak lagi.

(7)

2.1.3 Hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh

Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 bahwa: “ Serikat pekerja/serikat buruh ialah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh, baik di perusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas , terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh, serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.” Pada pasal 25 – 29 dan pasal 43 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 membahas sebagai berikut :

a. Hak serikat pekerja/serikat buruh

1. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha

2. Mewakili pekerja/buruh dalam menyelesaikan perselisihan industrial

3. Mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan

4. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan

kesejahteraan pekerja/buruh

5. Melakukan kegiatan lainnya dibidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan Undang-

Undang

6. Dapat bekerjasama dengan SP/SB Internasional atau organisasi Internasional lainnya

b. Kewajiban serikat pekerja/serikat buruh

1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan

kepentingannya

2. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya

3. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggota sesuai AD/ART

2.1.4 Multiserikat pekerja/serikat buruh

Keberadaan multiserikat pekerja/buruh perlu diperdayakan untuk menjadi suatu sinergi dalam meraih sukses usaha kedepan. Guna mendukung upaya tersebut para pengurus SP/SB harus mampu menunjukkan fungsi dan peranannya secara proporsional dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggota yaitu dengan tetap memperhatikan kondisi dan kelangsungan perusahaan tempat mereka bekerja.

Prinsip kebebasan berserikat menjadi dasar pijakan setiap organisasi pekerja/buruh. Kesemuannya harus dilakukan sesuai dengan rambu-rambu dan koridor hokum yang bertanggung jawab. Koordinasi dan komunikasi antar serikat pekerja/ serikat buruh dengan pengusaha dan pemerintah perlu melembaga dan terus dikembangkan sehingga keberadaan multiserikat pekerja/serikat buruh dapat mendorong perusahaan dalam mencapai peningkatan produksi dan kesejahteraan pekerja/buruh.

2.1.5 Tata cara pencatatan serikat pekerja/serikat buruh

Diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-16/Men/2001 yang secara umum diuraikan sebagai berikut:

(8)

1. Memberikan secara tertulis kepada instansi yang berwenang dibidang ketenagakerjaan kota

untuk dicatat

2. Dilampiri syarat-syarat:

- Daftar nama anggota pembentuk

- Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

- Susunan dan nama pengurus

3. Dalam anggaran dasar sekurang-kurangnya harus memuat:

- Lambang dan nama serikat pekerja/serikat buruh

- Dasar Negara, asas dan tujuan yang sesuai dengan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Tahun

1945

- Tanggal pendirian

- Tempat kedudukan

- Persyaratan menjadi anggota dan persyaratan pemberhentiannya

- Hak dan kewajiban anggota

- Persyaratan menjadi pengurus dan pemberhentiannya

- Hak dan kewajiban pengurus

- Sumber, tata cara penggunaan dan pertanggung jawaban keuangan

- Ketentuan perubahan anggaran dasar dan atau anggaran rumah tangga

4. Menggunakan formulir sesuai dengan yang ditetapkan oleh menteri

b. Pencatatan

1. Instansi yang berwenag wajib mencatat dan memberikan nomor bukti pencatatan atau

menangguhkan pencatatan 2. Pencatatan memuat:

- Nama dan alamt serikat pekerja/serikat buruh

- Nama anggota pembentuk

- Susunan dan nama pengurus

- Tanggal pembuatan dan perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

- Nomor bukti pencatatan

- Tanggal pencatatan

3. Tanggal pencatatan dan pemberian nomor bukti pencatatan dilakukan selambat-lambatnya 21

hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya pemberitahuan

4. Pengurus serikat pekerja setelah menerima nomor bukti pencatatan harus memberitahukan

secara tertulis kepada mitra kerjanya sesuai dengan tingkatannya. 2.1.6 Keterwakilan serikat pekerja/serikat buruh

(9)

Dalam system ketenagakerjaan terdapat beberapa kelembagaan hubungan industrial yang perlu diisi wakil-wakil, baik dari unsure pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, maupun pemerintah. Kelembagaan dimaksud antara lain:

a. Lembaga kerja sama Bipartit

b. Lembaga kerja sama Tripartit

c. Dewan ketenagakerjaan

d. Dewan keselamatan dan kesehatan kerja

e. Dewan pengupahan

f. Pengadilan hubungan industrial

g. Panitia Pembina keselamatan dan kesehatan kerja

h. Tim deteksi dini

i. Tim perunding/perumus perjanjian kerja bersama

2.2 Organisasi Pengusaha.

Pengusaha memiliki peranan penting dan ikut bertanggung jawab atas terwujudnya tujuan pembangunan nasional yakni menuju kesejahteraan social, spiritual dan materiil. Maka berdiri asosiasi pengusaha yang khusus membidangi hubungan industrial/ketenagakerjaan.

2.2.1 Sejarah berdirinya organisasi pengusaha

Badan Permusyawaratan Urusan Sosial Pengusaha di Indonesia sejak tahun 1952 berdasarkan anggaran dasar yang dibuat dihadapan notaries R.M.Soewandi dengan akta Nomor 62 tanggal 31 Januari 1952. Kemudian organisasi yang berbentuk yayasan itu diubah menjadi perkumpulan berdasarkan anggaran dasar yang dibuat dihadapan notaries Soejono dengan akta Nomor 6 tanggal 7 April 1970 dengan nama Perhimpunan urusan Sosial Ekonomi Pengusaha Seluruh Indonesia.

Tanggal 16 Januari 1982 Perhimpunan tersebut berganti nama menjadi Permusyawaratan Urusan Sosial Ekonomi Pengusaha Indonesia (PUSPI). Organisasi ini terus diperbaiki dan pada MUNAS I di Yogyakarta tanggal 15-16 Januari 1982 namanya tetap PUSPI. Lalu MUNAS PUSPI II diSurabaya tanggal 29-30 Januari 1985 menjadi APINDO sampai sekarang.

2.2.2 Bentuk, sifat, dan Tujuan APINDO

Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Apindo hasil musyawarah Nasional Luar Biasa Khusus Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga APINDO di Jakarta, 28 Februari 2004, bahwa bentuk dan sifat APINDO adalah organisasi kesatuan pemberi kerja Indonesia bersifat demokratis, bebas, mandiri dan bertanggung jawab yang mempunyai kegiatan utama khusus menangani bidang hubungan industrial/ketenagakerjaan.

Struktur organisasi Apindo terdiri atas: a. Apindo kabupaten/kota

Wilayah kerja di tingkat kabupaten/kota yang kedudukannya di ibu kota yang bersangkutan. Kepengurusan disebut Dewan Pengurus Kabupaten/kota (DPK).

(10)

Wilayah kerja ditingkat provinsi yang kedudukannya di ibu kota provinsi yang bersangkutan, kepengurusannya disebut Dewan Pengurus Provinsi (DPP).

c. Apindo nasional

Wilayah kerja diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia dan berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia. Kepengurusannya disebut Dewan Pengurus Nasional (DPN).

Adapun tujuan APINDO adalah :

1. Terciptanya tingkat social ekonomi yang berkeadilan

2. Terciptanya iklim usaha yang kondusif

3. Terciptanya hubungan industrial yang harmonis

2.2.3 Keterkaitan APINDO dengan KADIN

Secara structural hubungan antara APINDO dan KADIN sebenarnya tidak ada, tetapi antara keduanya amat terkait karena sama-sama berkecimpung dalam dunia usaha. Perbedaannya, jika KADIN menangani bidang ekonomi secara umum yaitu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah perdagangan, perindustrian dan jasa. Sedangkan APINDO khusus berkonsentrasi pada bidang SDM dan hubungan industrial (ketenagakerjaan). Jadi bentuk dan kedudukan organisasi APINDO adalah independen sebagaimana serikat pekerja/serikat buruh.

2.2.4 Organisasi pengusaha Sektoral

Kegiatan organisasi pengusaha sektoral ini konsentrasi pada bidang usaha masing-masing sesuai sektornya dan bukan mengurusi bidang hubungan industrial/ketenagakerjaan sebagaimana APINDO.

Organisasi pengusaha sektoral tersebut antara lain: a. Sector kehutanan dan industry pengolahan hasil hutan

Dibawah naungan Masyarakat Perhutanan Indonesia (MPI): 1. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI)

2. Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO)

3. Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA)

4. Asosiasi Pengrajin Mebel Indonesia (ASMINDO)

5. Asosiasi Industri Formalin dan Thermosetting Adhesive (AIFTA)

6. Asosiasi Pengawetan Kayu Indonesia (APKIN)

7. Himpunan Pengusaha Konsultan Kehutanan Indonesia (HIKKINDO)

8. Himpunan Asosiasi Pengusaha Flora dan Fauna Indonesia (HAPFFI)

9. Asosiasi Pengusaha Kertas dan Pulp Indonesia (APKPI)

10. Asosiasi Kontraktor Pelaksana Kegiatan Kehutanan Indonesia (ASKINDO)

b. Sector pertanian dan perkebunan

1. Asosiasi Gula Indonesia (AGI)

2. Asosiasi The Indonesia (ATI)

3. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)

4. Gabungan Pengusaha Perkebunan Daerah (GPPD) dll

c. Sector peternakan dan perikanan

1. Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (GAPPINDO)

(11)

3. Himpunan Pengusaha Perikanan Indonesia (HPPI)

4. Asosiasi Perusahaan Pembibitan Udang (APPU) dll.

d. Sector pertambangan dan energy

1. Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (HISWANAMIGAS)

2. Asosiasi Pemboran Minyak dan Gas Bumi

3. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) dll.

e. Sector pariwisata

1. Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA)

2. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dll.

f. Sector jasa perhubungan

1. Organisasi Angkutan Darat (ORGANDA)

2. Indonesia National Shipowners Association (INSA)

3. Indonesia Air Transport Association (IATA) dll.

g. Sector jasa konstruksi dan pengembang (real estate)

1. Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI)

2. Asosiasi Pengusaha Konstruksi Seluruh Indonesia (APEKSINDO)

3. Gabungan Perusahaan Konstruksi Seluruh Indonesia (GAPEKSINDO)

4. Asosiasi Pengusaha Konstruksi Indonesia (ASPEKSINDO)

5. Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI)

6. Persatuan Real Estate Indonesia (REI) dll

h. Sector industry logam dasar dan mesin

1. Asosiasi Industry Karoseri Indonesia (AIKI)

2. Gabungan Pabrik Besi Baja Indonesia (GAPBESI)

3. Ikatan Perusahaan Industri Kapal Nasional Indonesia (IPERINDO) dll.

i. Sector industry sandang

1. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API)

j. Sector niaga, keuangan dan perbankan

1. Perhimpunan Bank Nasional Swasta (PERBANAS)

2. Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor Indonesia (ARDIN) dll.

k. Sector pendidikan

1. Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI)

2. Badan Pengelola Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (BPPTSI)

3. Asosiasi Perguruan Tinggi Katholik (APTIK) dll.

2.2.5 Keterwakilan Organisasi Pengusaha dalam kelembagaan Hubungan Industrial

Untuk dapat mengutus dan mencalonkan wakilnya , maka Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-201/Men/2001 menetapkan ketentuan sebagai berikut:

a. Organisasi pengusaha tersebut khusus membidangi ketenagakerjaan dan telah terakreditasi oleh

kadin dan instansi pemerintah (pasal 1 angka 1 dan pasal 10) b. Dengan syarat memiliki anggota dan jumlah pengurus:

1. Tingkat kabupaten/kota

Minimal anggota 10 perusahaan diwilayah kota yang bersangkutan. 2. Tingkat provinsi

a. Jumlah pengurus kota minimal 20% dari jumlah kabupaten/kota dalam provinsi dan salah

satunya berkedudukan di ibu kota provinsi

(12)

3. Tingkat nasional

a. Jumlah kepengurusan minimal 20% dari jumlah provinsi di Indonesia dan salah satunya

berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia

b. Jumlah kepengurusan kabupaten/kota minimal 20% dari jumlah kabupaten/kota di Indonesia dan

salah satunya berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. c. Anggota minimal 1.000 perusahaan diseluruh Indonesia

2.3 Organisasi Perburuhan Internasional

Organisasi Perburuhan Internasional atau International Labour Organization (ILO) merupakan organisasi PBB yang didirikan pada tanggal 11 April 1919 bersamaan dengan dibuatnya perjanjian perdamainan yang disebut sebagai “Perjanjian Versailles”. Organisasi ini bersifat Tripartit yang terdiri atas tiga unsure yaitu: pemerintah, pengusaha dan pekerja/buruh.

Kantor ILO berpusat di Geneva, Swiss. Berdirinya ILO sebagai tanggapan terhadap masalah-masalah yang dihadapi Negara-negara industry sekaligus sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah perburuhan.

Pada tahun 1946 setelah perang Dunia II berakhir, ILO berubah menjadi salah satu badan khusus PBB, yakni menjadi bagian dari Dewan Ekonomi dan Sosial yang diakui secara Internasional sebagai salah satu organisasi yang bergerak dibidang social dan perburuhan.

2.3.1 Prinsip dan Tujuan Berdirinya ILO

Organisasi ini terdiri atas prinsip filosofi bahwa perdamaian menyeluruh dan abadi hanya dapat dicapai jika didasarkan pada keadilan social. Unsure penting dalam keadilan social antara lain: penghargaan atas hak asasi manusia, standar hidup yang layak, kondisi kerja yang manusiawi, kesempatan kerja, dan keamanan ekonomi.

Pada tahun 1944 Konferensi Perburuhan Internasional dilaksanakan di Philadelphia, Amerika serikat. Pertemuan ini menghasilkan Deklarasi Philadelphia yang mendefinisikan kembali tujuan Organisasi Perburuhan Internasional.

Tujuan ILO ialah menciptakan keadilan social bagi masyarakat diseluruh dunia, khususnya kaum pekerja/buruh. Hal ini sesuai dengan Mukadimah Konstitusi ILO yang menyebutkan bahwa: a. Pekerja/buruh bukan barang dagangan

b. Kebebasan menyatakan pendapat dan berserikat

c. Semua manusia berhak mengenyam kehidupan yang layak, baik spiritual maupun materiil dalam

suasana kebebasan

d. Wakil-wakil pekerja, pengusaha, dan pemerintah memiliki status yang sama untuk mengambil

keputusan dalam meningkatkan kemakmuran

(13)

Sasaran kegiatan ILO diarahkan pada terciptanya keadilan dan hak asasi manusia pekerja/buruh, perbaikan kondisi kehidupan dan pekerjaan, serta peningkatan kesempatan kerja. Tugas utama ILO adalah:

a. Terciptanya perlindungan hak-hak pekerja/buruh

b. Memperluas lapangan pekerjaan

c. Meningkatkan taraf kehidupan para pekerja/buruh

2.3.2 Struktur Organisasi ILO

Struktur organisasi ILO terdiri dari tiga badan yaitu:

a. Sidang umum atau Konferensi Perburuhan Internasional (ILC atau International Labour

Conference)

Merupakan forum pleno ILO yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam memutuskan semua aktivitas ILO. Konferensi ILO sering disebut “Parlemen Ketenagakerjaan se-Dunia” karena dihadiri oleh seluruh delegasi Negara anggota yang terdiri atas unsure pemerintah, pengusaha dan pekerja/buruh.

b. Badan pengurus (Governing Body)

Merupakan badan pengambil keputusan ILO dengan tugas pokok menentukan: - Kebijaksanaan pemerintah(28 orang), pengusaha (14 orang), dan pekerja/buruh (14 orang) yang disahkan oleh ILC. Masa kerja keanggotaan Governing Body ILO selama 3 tahun.

c. Kantor Perburuhan Internasional

Merupakan secretariat permanent ILO sekaligus merangkap kantor pusat operasional, pusat penelitian, dan rumah penerbitan. Kantor ini dipimpin oleh seorang Direktur Jendral dibantu 3 orang deputi dan tujuh orang assisten Direktur Jenderal. Direktur Jenderal ILO ditunjuk dan diangkat oleh badan pengurus ILO. Data terakhir kantor Perburuhan Internasional mempekerjakan 2.500 pegawai dan tenaga ahli di kantor pusat Jenewa dan lebih 40 kantor lapangan di seluruh dunia.

Tugas kantor pusat ILO:

1. Mempersiapkan dokumen-dokumen dan laporan untuk bahan sidang

2. Menyediakan secretariat untuk sidang

3. Merekrut expert dan memberikan bimbingan untuk program kerja sama teknik

4. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pendidikan

5. Menerbitkan publikasi khusus dibidang social dan perburuhan

(14)

Berdasarkan filosofi berdirinya ILO tanggal 5 Mei 1950 Indonesia melalui Dr. Muh. Hatta mengajukan permohonan menjadi anggota kepada Ditjen ILO dan resmi terdaftar sebagai anggota ILO sejak tanggal 12 Juni 1950.

Manfaat yang diperoleh menjadi anggota ILO: a. Meningkatkan wawasan dibidang ketenagakerjaan

b. Memperluas akses dalam kerja sama bilateral sesame anggota ILO

c. Mendapat bantuan kerja sama teknis

d. Memperoleh pedoman standar ketenagakerjaan internasional

e. Meningkatkan kualitas SDM

Bantuan kerja sama teknis yang diberikan ILO terutama di bidang: a. Pelatihan dan rehabilitasi kejuruan

b. Kebijaksanaan dibidang penciptaan lapangan kerja dan penempatan tenaga kerja

c. Administrasi ketenagakerjaan/perburuhan

d. Undang-Undang ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial

e. Kondisi kerja

f. Pengembangan manajemen

g. Koperasi

h. Jaminan social

i. Statistic ketenagakerjaan

j. Kesehatan dan keselamatan kerja

Konvensi ILO adalah perjanjian internasional yang dibuat untuk diratifikasi oleh Negara-negara anggota untuk menjadi hokum positif. Ratifikasi dalam arti menjadikan hokum internasional sebagai hokum nasional sehingga setiap Negara yang sudah meratifikasi suatu konvensi harus mempersiapkan perangkat hokum sesuai dengan ketentuan konvensi.

Rekomendasi ILO adalah instrument ketenagakerjaan yang bersifat tidak mengikat yang menetapkan pedoman sebagai informasi kebijakan nasional. Rekomendasi tidak untuk diratifikasi. Indonesia telah meratifikasi 15 buah konvensi, 8 buah diantaranya menyangkut HAM. Ke 15 konvensi ILO yang sudah diratifikasi tersebut yaitu:

a. Kelompok konvensi hak asasi manusia

1. Konvensi nomor 29 tahun 1930 tentang kerja paksa atau wajib kerja (diratifikasi dengan

Staatsblaad 261;1933)

2. Konvensi nomor 98 tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi dan Berunding Bersama

(Undang-undang nomor 18 tahun 1956)

3. Konvensi nomor 100 tahun 1951 tentang kesamaan pengupahan (Undang-undang nomor 80

tahun 1957)

4. Konvensi nomor 87 tahun 1948 Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Berorganisasi

(15)

5. Konvensi nomor 105 tahun 1957 tentang Penghapusan Kerja Paksa (Undang-undang nomor 19

tahun 1999)

6. Konvensi nomo 138 tahun 1973 tentang Usia Minimum untuk diperbolehkan bekerja

(Undang-undang nomor 20 tahun 1999)

7. Konvensi nomor 111 tahun 1958 tentang Diskriminasi dalam Hal Pekerjaan dan Jabatan

(Undang-undang nomor 21 tahun 1999)

8. Konvensi nomor 182 tahun 1999 tentang Penghapusan Bentuk-bentuk Terburuk Pemanfaatan

Anak sebagai Tenag Kerja (Undang-undang nomor 1 tahun 2000) b. Kelompok konvensi umum

1. Konvensi nomor 19 tentang Perlakuan yang Sama bagi Pekerja Nasional dan Asing dalam hal

Tunjangan kecelakaan Kerja (Staatsblaad 53;1929)

2. Konvensi nomor 27 tentang Pemberian Tanda Berat pada Pengepakan-pengepakan

Barang-barang Besar yang Diangkut dengan Kapal (Staatsblaad 117;1933)

3. Konvensi nomor 45 tentang Kerja Wanita pada Segala Macam Tambang (Staatsblaad 219;1937)

4. Konvensi nomor 106 tentang Istirahat Mingguan dalam Perdagangan dan Kantor-kantor

(Undang-undang nomor 3 tahun 1961)

5. Konvensi nomor 120 tentang Higyene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor (Undang-undang

nomor 3 tahun 1969)

6. Konvensi nomor 144 tentang Konsultasi Tripartit untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar

Perburuhan Internasional (Keputusan Presiden nomor 26 tahun 1990)

7. Konvensi nomor 68 tentang Sertifikasi bagi Juru Masak di Kapal (Keputusan Presiden nomor 4

tahun 1992)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini maka diperoleh kesimpulan yaitu :

(16)

Sejarah organisasi pengusaha berdiri sejak tahun 1952 yaitu Badan Permusyawaratan Urusan Sosial Pengusaha di Indonesia berdasarkan anggaran dasar yang dibuat dihadapan notaries R.M.Soewandi dengan akta Nomor 62 tanggal 31 Januari 1952. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Apindo hasil musyawarah Nasional Luar Biasa Khusus Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga APINDO di Jakarta, 28 Februari 2004, bahwa bentuk dan sifat APINDO adalah organisasi kesatuan pemberi kerja Indonesia bersifat demokratis, bebas, mandiri dan bertanggung jawab yang mempunyai kegiatan utama khusus menangani bidang hubungan industrial/ketenagakerjaan.

Adapun tujuan APINDO adalah :

1. Terciptanya tingkat social ekonomi yang berkeadilan

2. Terciptanya iklim usaha yang kondusif

3. Terciptanya hubungan industrial yang harmonis

Organisasi Perburuhan Internasional atau International Labour Organization (ILO) merupakan organisasi PBB yang didirikan pada tanggal 11 April 1919. Organisasi ini terdiri atas prinsip filosofi bahwa perdamaian menyeluruh dan abadi hanya dapat dicapai jika didasarkan pada keadilan social. Tujuan ILO ialah menciptakan keadilan social bagi masyarakat diseluruh dunia, khususnya kaum pekerja/buruh. Hal ini sesuai dengan Mukadimah Konstitusi ILO. Fungsi ILO adalah sebagai pembuat standar perburuhan Internasional dan melaksanakan program operasional serta pelatihan-pelatihan perburuhan. Manfaat yang diperoleh menjadi anggota ILO: 1. Meningkatkan wawasan dibidang ketenagakerjaan

2. Memperluas akses dalam kerja sama bilateral sesame anggota ILO

3. Mendapat bantuan kerja sama teknis

4. Memperoleh pedoman standar ketenagakerjaan internasional

5. Meningkatkan kualitas SDM

B. SARAN

Diharapkan mahasiswa dan masyarakat yang sudah mengetahui tentang Organisasi pekerja/buruh bahwa mempunyai dasar-dasar yang harus dipenuhi oleh pekerja begitu pula organisasi para pengusaha. Maka diperlukan penerapan dan mematuhi peraturan yang ada tentang organisasi pekerja/buruh, organisasi pengusaha dan organisasi perburuhan Internasional.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

ABDUL KHAKIM, S.H.,M.Hum. Penerbit PT CITRA ADITYA SAKTI BANDUNG 2009, Dasar-dasar HUKUM KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Diposkan oleh Sani SH di 19.44

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Tidak ada komentar: Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

 ▼ 2012 (4)

o ▼ April (4)

 Informasi Kewarganegaraan

 Hukum Perburuhan dan Ketenagakerjaan

 Surat Perjanjian sewa menyewa rumah

 Tentang UU Keimigrasian yang baru

Mengenai Saya

Sani SH

Lihat profil lengkapku

Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

(18)

Jawab :

Buruh/pekerja adalah orang yang bekerja pada majikan atau perusahaan apapun jenis pekerjaan yang dilakukan. Orang itu disebut buruh apabila dia telah melakukan hubungan kerja dengan majikan. Kalau tidak melakukan hubungan kerja maka dia hanya tenaga kerja, belum termasuk buruh. Tenaga kerja adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan yang memberikan pengertian tenaga kerja ”Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.

2. Apakah pegawai negri sipil tergolong pekerja?

Jawab:

iya, seperti yang dikatakan dalam jawaban sebelumnya PNS mengabdikan dirinya pada masyarakat dan bekerja pada pemerintah dam melakukan interaksi lansung pada majikan (atasannya)

3. Sejarah hukum perburuhan!!!

Jawab :

(dari internet nie.. hehehe... ^^)

Sejarah Hukum Ketenagakerjaan di Dunia

(19)

Keprihatinan utama yang mendasari lahirnya hukum perburuhan adalah buruknya kondisi kerja di mana buruh anak dan perempuan bekerja,

terutama di pabrik tenun/ tekstil dan pertambangan yang sangat

membahayakan kesehatan dan keselamatan diri mereka. Undang-undang perburuhan pertama muncul di Inggris tahun 1802, kemudian menyusul di Jerman dan Perancis tahun 1840, sedangkan di Belanda sesudah tahun 1870. Substansi undang-undang pertama ini adalah jaminan perlindungan

terhadap kesehatan kerja (health) dan keselamatan kerja (safety). Undang-undang perlindungan inilah yang menandai berawalnya hukum perburuhan.

Upaya pemerintah untuk memberikan perlindungan pada kesehatan dan keselamatan kerja melalui hukum tidak berjalan dengan mulus. Karena saat berlangsung Revolusi Industri, teori sosial yang dominan adalah faham liberalisme dengan doktrin laissez-faire. Dalam doktrin ini negara tidak boleh melakukan intervensi ke dalam bidang ekonomi kecuali untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Konsep negara yang dominan waktu itu adalah Negara Penjaga Malam (the night-watchman-state). Karena itulah upaya pemerintah untuk melindungi buruh mendapat perlawanan keras dari

kelompok pengusaha dan para intelektual pendukung laissez-faire, terutama Adam Smith. Mereka menuduh intervensi pemerintah melanggar kebebasan individual dalam melakukan aktifitas ekonomi dan kebebasan menjalin

kontrak.

Pada saat yang sama, serikat-serikat buruh belum berkembang. Di sisi lain pengusaha juga masih bersikap anti serikat, tambah lagi, sistem hukum yang ada belum memungkinkan lahirnya serikat buruh. Sebagai contoh, hingga tahun 1825 di Inggris masih berlaku Undang-Undang Penggabungan

(Combination Acts) yang menganggap ilegal semua aksi kolektif (collective action) untuk tujuan apapun. Di Belanda, larangan untuk

(20)

maupun di luar parlemen. Secara perlahan, munculnya hukum perlindungan buruh merupakan bukti bahwa secara sosial doktrin laissez-faire mulai

ditinggalkan atau setidaknya tidak lagi dapat diterapkan secara mutlak. Mulai muncul kesadaran bahwa negara harus intervensi dalam hubungan buruh-majikan. Kesadaran baru ini ditandai dengan munculnya teori sosial yang ingin mengimbangi gagasan di balik doktrin laissez-faire. Misalnya, M. G. Rood berpendapat bahwa undang-undang perlindungan buruh merupakan contoh yang memperlihatkan ciri utama hukum sosial yang didasarkan pada teori ketidakseimbangan kompensasi. Teori ini bertitik-tolak pada pemikiran bahwa antara pemberi kerja dan penerima kerja ada ketidaksamaan

kedudukan secara sosial-ekonomis. Penerima kerja sangat tergantung pada pemberi kerja. Maka hukum perburuhan memberi hak lebih banyak kepada pihak yang lemah daripada pihak yang kuat. Hukum bertindak “tidak sama” kepada masing masing pihak dengan maksud agar terjadi suatu

keseimbangan yang sesuai. Hal ini dipandang sebagai jawaban yang tepat terhadap rasa keadilan umum.

 Sejarah dibentuknya UU ketenaga kerjaan, adalah sebagai berikut

Maraknya isu – isu buruh saat ini memang sangat panas di beberapa belahan dunia. Terjadi lantaran sistem perundang – undangan yang diskriminatif terhadap buruh. Tiga negara sudah memperlihatkan. Di Perancis, PM Jacques Villepin mengeluarkan CPE. Peraturan ini berisi

perijinan pemecatan buruh pada usia dibawah 26 tahun ke bawah. Lain lagi di Amerika, pemerintah negeri “Melting Pot” ini mengeluarkan peraturan yang ketat bagi buruh yang katanya ‘imigran’. Pembahasan imigrasi terdengar santer di Amerika karena hampir sebagian besar penduduknya adalah imigran. Akhirnya pemerintah Indonesia pun tidak mau ketinggalan tren dengan revisi UU Ketenagakerjaan No. 13 th. 2003. Secara jelas bahwa buruh boleh dipecat, tanpa perlindungan asuransi keselamatan kerja, tanpa uang pensiun, dll. Disini pemerintah lepas tangan dan menyerahkan kepada perusahaan.

(21)

Sejarah Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia

Asal mula adanya Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia terdiri dari

beberapa fase jika kita lihat pada abad 120 SM . Ketika bangsa Indonesia ini mulai ada sudah dikenal adanya system gotong royong , antara anggota masyarakat . Dimana gotong royong merupakan suatu system pengerahan tenaga kerja tambahan dari luar kalangan keluarga yang dimaksudkan untuk mengisi kekurangan tenaga, pada masa sibuk dengan tidak mengenal suatu balas jasa dalam bentuk materi . Sifat gotong royong ini memiliki nilai luhur dan diyakini membawa kemaslahatan karena berintikan kebaikan , kebijakan, dan hikmah bagi semua orang gotong royong ini nantinya menjadi sumber terbentuknya hokum ketanaga kerjaan adat . Dimana walaupun

peraturannya tidak secara tertulis , namun hukum ketenagakerjaan adat ini merupakan identitas bangsa yang mencerminkan kepribadian bangsa

Indonesia dan merupakan penjelmaan dari jiwa bangsa Indonesia dari abad ke abad.

Setelah memasuki abad masehi , ketika sudah mulai berdiri suatu kerajaan di Indonesia hubungan kerja berdasarkan perbudakan , seperi saat jaman kerajaan hindia belanda pada zaman ini terdapat suatu system

pengkastaan . antara lain : brahmana, ksatria, waisya, sudra, dan paria , dimana kasta sudra merupakan kasta paling rendah golongan sudra & paria ini menjadi budak dari kasta brahmana , ksatria , dan waisya mereka hanya menjalankan kewajiban sedangkan hak-haknya dikuasai oleh para majikan

Sama halnya dengan islam walaupun tidak secara tegas adanya system pengangkatan namun sebenarnya sama saja . pada masa ini kaum

bangsawan (raden ) memiliki hak penuh atas para tukang nya . nilai-nilai keislaman tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena terhalang oleh dinding budaya bangsa yang sudah berlaku 6 abad –abad sebelumnya

Pada saat masa pendudukan hindia belanda di Indonesia kasus

(22)

mendudukan para budak pada kedudukan manusia merdeka. Baik sosiologis maupun yuridis dan ekonomis.

Tindakan Belanda dalam mengatasi kasus perbudakan ini dengan mengeluarkan staatblad 1817 no. 42 yang berisikan larangan untuk

memasukan budak-budak ke pulau jawa . Kemudian tahun 1818 di tetapkan pada suatu UUD HB (regeling reglement) 1818 berdasarkan pasal 115 RR menetapkan bahwa paling lambat pada tanggal 1-06-1960 perbudakan dihapuskan

Selain kasus Hindia Belanda mengenai perbudakan yang keji dikenal juga istilah rodi yang pada dasarnya sama saja . Rodi adalah kerja paksa mula-mula merupakan gotong royong oleh semua penduduk suatu desa-desa suku tertentu . Namun hal tersebut di manfaatkan oleh penjajah menjadi suatu kerja paksa untuk kepentingan pemerintah Hindia Belanda dan pembesar-pembesarnya.

Periode sebelum kemerdekaan diwarnai dengan masa-masa yang suram bagi riwayat Hukum Perburuhan yakni zaman perbudakan, rodi dan poenale sanksi.

Perbudakan ialah suatu peristiwa dimana seseorang yang disebut budak melakukan pekerjaan di bawah pimpinan orang lain. Para budak tidak

mempunyai hak apapun termasuk hak atas kehidupannya, ia hanya memiliki kewajiban untuk melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh tuannya.

Terjadinya perbudakan pada waktu itu disebabkan karena para raja,

pengusaha yang mempunyai ekonomi kuat membutuhkan orang yang dapat mengabdi kepadanya, sementara penduduk miskin yang tidak

berkemampuan secara ekonomis saat itu cukup banyak yang disebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia, dan inilah yang mendorong perbudakan tumbuh subur.

(23)

untuk meminta dari orang yang digadaikan agar melakukan pekerjaan untuk dirinya sampai uang pinjamannya lunas. Pekerjaan yang dilakukan bukan untuk mencicil utang pokok tapi untuk kepentingan pembayaran bunga. Pelururan adalah keterikatan seseorang untuk menanam tanaman tertentu pada kebun/ladang dan harus dijual hasilnya kepada Kompeni. Selama mengerjakan kebun/ladang tersebut ia dianggap sebagai pemiliknya, sedangkan bila meninggalkannya maka ia kehilangan hak atas kebun tersebut.

Rodi merupakan kerja paksa yang dilakukan oleh rakyat untuk kepentingan pihak penguasa atau pihak lain dengan tanpa pemberian upah, dilakukan diluar batas perikemanusiaan. Pada kerajaan-kerajaan di Jawa rodi dilakukan untuk kepentingan raja dan anggota keluarganya, para pembesar, serta kepentingan umum seperti pembuatan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sebagainya. Selain itu ada juga namanya Romusha yang pernah diterapkan oleh penjajah Jepang selama 3 tahun 3 bulan di Indonesia.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa riwayat timbulnya hubungan perburuhan itu dimulai dari peristiwa pahit yakni penindasan dan perlakuan di luar batas kemanusiaan yang dilakukan oleh orang maupun penguasa pada saat itu. Para budak/pekerja tidak diberikan hak apapun yang ia miliki hanyalah kewajiban untuk mentaati perintah dari majikan atau tuannya. Nasib para budak/pekerja hanya dijadikan barang atau obyek yang kehilangan hak kodratinya sebagai manusia.

Dalam hukum perburuhan dikenal adanya Pancakrida Hukum Perburuhan yang merupakan perjuangan yang harus dicapai yakni:

a. Membebaskan manusia indonesia dari perbudakan, perhambaan. b. Pembebasan manusia Indonesia dari rodi atau kerja paksa.

c. Pembebasan buruh/pekerja Indonesia dari poenale sanksi.

d. Pembebasan buruh/pekerja Indonesia dari ketakutan kehilangan pekerjaan.

(24)

bersamaan dengan dicetuskannya proklamasih kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Periode sesudah Proklamasi Kemerdekaan

Untuk mencapai krida keempat yaitu membebaskan buruh/pekerja dari takut kehilangan pekerjaan, maupun krida kelima memberi posisi yang

seimbang antara buruh/pekerja dan pengusaha ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu:

a. Pemberdayaan serikat buruh/pekerja khusunya ditingkat unit/perusahaan

khususnya dengan memberikan pemahaman terhadap aturan

perburuhan/ketenagakerjaan yang ada karena organisasi pekerja ini terletak digaris depan yang membuat Kesepakatan Kerja Bersama dengan pihak perusahaan.

4. Jelaskan objek dan sifat hukum perburuhan

Jawab :

Obyek Hukum Ketenagakerjaan dibedakan menjadi dua yaitu obyek materiil dan obyek formil. Obyek Materiil Hukum Ketenagakerjaan ialah kerja

manusia yang bersifat sosial ekonomis. Titik tumpunya obyek ini terletak pada kerja manusia. Yang dimaksud dengan kerja manusia ialah merupakan bagian dari kerja manusia secara umum (aktualisasi unsur kejasmaniaan manusia dengan diberi bentuk dan terpimpin oleh unsur kejiwaannya

dotolekaryakan (diaplikasikan/diterapkan) terhadap benda luar untuk tujuan tertentu.

Secara obyektif tujuannya ialah hasil kerja sedang secara ekonomis tujuannya ialah tambahan nilai. Tambahan nilai bagi buruh berupa upah sedang bagi majikan berupa keuntungan. Upah dan keuntungan bukan merupakan tujuan akhir kerja manusia yang bersifat sosial ekonomis, tujuan akhirnya ialah kelangsungan /kesempurnaan hidup manusia.

Obyek formil hukum ketenagakerjaan ialah komplek hubungan hukum yang berhubungan erat dengan kerja manusia yang bersifat sosial ekonomis. Hubungan hukum adalah hubungan yang dilindungi oleh UU. Hubungan hukum dalam hukum perburuhan terjadi sejak adanya perjanjian kerja. Dengan terjadinya perjanjian kerja berarti telah terjadi pula hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja. Hubungan hukum bisa terjadi karena perjanjian dan UU.

(25)

bidang ketenagakerjaan karena jika hubungan antara pekerja dengan

pengusaha diserahkan salah satu pihak saja maka pengusaha sebagai pihak yang lebih kuat akan menekan pekerja sebagai pihak yang lemah secara sosial ekonomi.

Campur tangan pemerintah ini tidak hanya terbatas pada aspek hukum dalam hubungan kerja saja tetapi meliputi aspek hukum sebelum hubungan kerja (pra employment) dan sesudah hubungan kerja (post employment). Hukum ketenagakerjaan dapat bersifat:

a. Privat/perdata

Oleh karena Hukum Ketenagakerjaan mengatur hubungan antara orang perseorangan dalam hal ini antara pengusaha dengan pekerja dimana hubungan kerja yang dilakukan dengan membuat suatu perjanjian yaitu perjanjian kerja.

b. Publik

1) Keharusan mendapat ijin pemerintah dalam masalah PHK

2) Adanya campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya standar upah (upah minimum)

3) Adanya sanksi pidana, denda dan sanksi administratif bagi pelanggara ketentuan peraturan perburuhan/ketenagakerjaan.

Dengan dikeluarkannya UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan telah memberikan perubahan dalam khasanah Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia yakni:

1) Menggantikan istilah buruh menjadi pekerja, majikan menjadi pengusaha dengan alasan istilah yang lama tersebut tidak mencerminkan kepribadian bangsa. Tetapi dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai pengganti UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan justru istilah buruh kembali dimunculkan kembali yaitu dengan menyebutkan pekerja atau buruh.

2) Mengantikan istilah perjanjian perburuhan menjadi kesepakatan kerja bersama (KKB).

3) Memberikan ruang telaah untuk menggantikan istilah Hukum Perburuhan menjadi Hukum Ketenagakerjaan.

5. Jelaskan letak dan sumber hukum dari hukum perburuhan!

Jawab :

Apabila kita berbicara letak dan sumber hukum perburuhan maka kita harus mengetahui bahwa hukum perburuhan ini merupakan cabang dari tata Hukum Indonesia. Apa saja dasar-dasar tata Hukum Indonesia? Diantaranya adalah Hukum perdata dan Hukum Negara.

Jika dipandang dari letak hukum perburuhan, maka kita akan membicarakan dasar-dasar tata Hukum Indonesia tersebut. Berdasarkan pernyataan ini, jika ditinjau dari aspek Hukum Tata Negara, lembaga – lembaga negara yang erat kaitannya dengan masalah – masalah perburuhan adalah Departemen

(26)

sebagai Lembaga Legislatif, serta Mahkamah Agung berfungsi sebagai Lembaga Yudikatif.

Namun jika ditinjau dari sumber hukum perburuhan adalah sumber hukum material dan sumber hukum formil. Hukum material dari hukum perburuhan tersebut tak lain yaitu pancasila. Sedangkan hukum formilnya adalah

Undang-undang, peraturan adat istiadat, dan peraturan KEPPRES (Keputusan Presiden), putusan panitia penyelesaian perselisihan perburuhan baik daerah maupun pusat, dan perjanjian hubungan kerja karyawan dan perusahaan.

Dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya hukum perburuhan maupun hukum Negara di Indonesia diangkat dari peraturan adat, karena bangsa Indonesia merupakan bangsa yang menjunjung tinggi suatu norma-norma. Peraturan adat adalah sumber hukum tertua, sumber dimana dapat digali sebagian dari perundang-undangan. Peraturan adat bisa menjadi hukum bila memiliki syarat-syarat yaitu, syarat materil, syarat intelektual dimana pertauran tersebut diyakini sebagai kewajiban hukum, serta adanya akibat atas melanggar hukum yang ditetapkan.

6. Jelaskan bentuk2 perjanjian kerja

Jawab :

1. PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN

Dewasa ini perjanjian kerja umumnya secara tertulis, tetapi kadang-kadang masih ada juga perjanjian kerja yang disampaikan secara lisan. Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan (UUKK) membolehkan hal tersebut dengan syarat perjanjian kerja yang dibuat secara lisan,

pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja bersangkutan yang berisi antara lain :

1. Nama dan alamat pekerja 2. Tanggal mulai bekerja 3. Jenis pekerjaan

4. Besarnya upah (Pasal 63 UUKK)

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu dan pengusaha bermaksud mempekerjakan karyawan untuk waktu tertentu (PKWT), maka perjanjian kerjanya tidak boleh dibuat secara lisan. Apabila perjanjian kerja dibuat secara lisan maka perjanjian kerja tersebut berubah menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) dan pekerja tersebut menjadi pekerja permanen di perusahaan tersebut.

(27)

Dalam perjanjian kerja tertulis harus memuat tentang jenis pekerjaan yang akan dilakukan, besarnya upah yang akan diterima dan berbagai hak serta kewajiban lainnya bagi masing-masing pihak.

Perjanjian kerja tertulis harus secara jelas menyebutkan apakah perjanjian kerja itu termasuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).

Sebagaimana perjanjian pada umumnya, maka perjanjian kerja juga harus didasarkan pada :

1. Kesepakatan kedua belah pihak untuk melakukan hubungan kerja. 2. Kecakapan para pihak untuk melakukan perbuatan hukum.

3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.

4. Pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu diwajibkan bahwa perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB). PKB adalah perjanjian yang dibuat oleh pengusaha dan pekerja/serikat pekerja yang disahkan oleh pemerintah (instansi ketenagakerjaan). Bila bertentangan dengan PKB maka perjanjian kerja tersebut dengan sendirinya batal.

Dalam setiap perjanjian kerja memuat :

1. Nama dan alamat perusahaan, serta jenis usahanya. 2. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan alamat pekerja.

3. Jabatan atau jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja. 4. Tempat pekerjaan.

5. Besarnya upah dan cara pembayarannya.

6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja.

7. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja. 8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.

7. Syarat bagi penyelenggara pelatihan kerja

Jawab :

Dalam pasal 15 undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menjelaskan penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi persyaratan :

a. tersedianya tenaga kepelatihan;

b. adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan; c. tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja; dan

(28)

Demikian beberapa pembahasan soal2 dalam hukum ketenagakerjaan, apabila ada kesempatan lagi saya akan update.

*Dari segala sumber...

Referensi

Dokumen terkait

Selain sembilan poin persamaan yang dibahas pada sub-bab sebelumnya, melalui penelitian yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh berdasarkan informan yang

Pendidikan memang tidak dapat lepas dari aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya, menganggap pendidikan sebagai sesuatu yang berdiri sendiri tanpa ada kaitannya

If this message is not eventually replaced by the proper contents of the document, your PDF viewer may not be able to display this type of document.. You can upgrade to the

et (2006) menyampaikan penambahan separat (pemisah pecah dengan yang AGRISEP Vol. yang adalah mesin polis Pengusaha yang menggunakan mesin yang berumur lebih muda akan dibandingkan

tanggung jawabnya dan melakukan pemilihan rumah tangga sampel dan menyalinnya ke VSEN2007.DSRT. 6) Membagi tugas pencacahan untuk masing-masing pencacah dengan menggunakan daftar

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan penulis pada Studi Kasus di Objek Wisata Situ Gede bahwa pemeliharaan terhadap fasilitas wisata yang disediakan oleh pengelola telah cukup

Faktor penghambat pelayanan jasa kesehatan di Puskesmas Desa Prangat Selatan Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara, yaitu masih kurangnya tenaga medis,

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang