• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Madrasah meliputi al-Qur’an/Hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah Kebudayaaan Islam. 1 Perbedaannya dengan PAI di sekolah umum terletak pada materi pembelajaran pada lingkup PAI tersebut. Oleh karena itu, di Madrasah PAI terdiri dari 4 mata pelajaran/bidang studi, yaitu: mata pelajaran Qur’an/Hadits, Aqidah/Akhlak, Fiqih/Ibadah dan Sejarah Kebadayan Islam (SKI). Sehubungan dengan itu sebagai kurikulum Nasional keempatnya adalah bagian integral dari mata pelajaran PAI.

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian integral dari Pendidikan Agama Islam memang bukan satu- satunya yang menentukan watak dan kepribadian anak. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memberikan kontribusi dalam memberikan motivasi kepada anak untuk mempraktekkan nilai-nilai kegamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Ada banyak kegunaan dalam belajar sejarah, diantaranya adalah pengambilan pelajaran dan tauladan dari contoh-contoh dimasa lampau, sehingga sejarah memberikan azas manfaat secara lebih khusus demi

1

Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat Dan

Metodologi Pendidikan Islam Dari Era Nabi SAW Sampai Ulama Nusantara, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2012), h. 394

(2)

kelangsungan hidup. 2 Sejarah Islam juga berguna sebagai guru kehidupan.

Dengan mengembangkan peristiwa masa lampau, dijadikan sebagai pedoman bagi masa kini dan masa datang. Selain itu sejarah juga dapat menjaga kelestarian identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok bagi kelangsungan hidupnya dan sebagai sarana pemahaman hidup dan mati. 3 Mengenai hal ini Allah SWT telah berfirman dalam Qs. Yusuf: 111















































ﻑﺴﻮﻴ ) ۱۱۱ : (

Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111)

Dari ayat tersebut tampak bahwa pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menekankan kepada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa- peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, IPTEK dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan atau peradaban Islam.

2

Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab Sebelumislam Hingga Dinasti-Dinasti Islam, (Yogyakarta:Teras, 2012), h. 1

3

Ibid, h. 2

(3)

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan atau peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam dimasa lampau, mulai dari arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan dan kerasulan Nabi Muhammad SAW sampai masa Kulafaur Rasyidin.

Sejalan dengan penjelasan diatas maka pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai bagian dari kurikulum pendidikan Nasional memiliki tujuan yang sangat penting, sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa “tujuan pendidikan Nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 4

Dari penjabaran di atas tampak bahwa pembelajaran sejarah kebudayaan Islam secara substansial memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghayati sejarah Islam yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan

4

Undang-Undang No. 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2003), h. 5-6

(4)

untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. 5

Idealnya pembelajaran sejarah kebudayaan Islam bertujuan untuk mengembangkan potensi berfikir kritis secara kronologis dan memiliki pengetahuan mengenai masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami, menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat Islam serta keragaman sosial budaya di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam dunia, serta menumbuh kembangkan peserta didik mengenai adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat Islam dan adanya cara padanang yang berbeda terhadap masa lampau dan memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang. 6

Melihat dari pentingnya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam seperti yang telah dijabarkan di atas, tampaknya berbanding terbalik dengan fakta yang kita temui di lapangan. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang seharusnya mampu menuntun dan membentuk peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter Islami namun sepertinya pembelajaran tersebut masih belum memberikan dampak yang nyata bagi peserta didik. Hal ini terjadi bukan karna pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tidak memberikan makna apapun, akan tetapi memang karna pemahaman peserta didik yang masih rendah terhadap materi pembelajaran yang disampaikan

5

M, Hanafi, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Direktorat Jendral Pendidikan Islam: Kementerian Agama Islam: Kementerian Agama RI, 2012), h. 13

6

Ibid., h. 14

(5)

oleh guru. Hal ini dapat kita lihat dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh pendidik, sebagaimana yang akan peneliti uraikan pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Presentase Ketuntasan Nilai UAS Mata Pelajaran SKI kelas VIII MTs.S Bawan Kab. Agam Tahun Ajaran 2016/2017

*Sumber: guru SKI MTs. Bawan Kabupaten Agam

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa masih banyak peserta didik yang belum mampu untuk menuntaskan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan. Adapun KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dalam pelajaran ini adalah sebesar 75,00.

Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh peserta didik diatas tentu hal ini masih jauh dari harapan dan tujuan pembelajaran. Oleh karna itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan bagaimana caranya untuk meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik dalam bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam ini.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan merubah cara atau metode yang digunakan oleh pendidik ketika melalukan prooses pembelajaran. Jika biasanya pendidik hanya menggunakan metode ceramah saja, maka sekarang Kelas

Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Siswa Jumlah

Siswa

% Jumlah Siswa

%

VIII/1 2 13% 13 87% 15

VIII/2 1 7% 14 93% 15

VIII/3 1 7% 14 93% 15

Total Jumlah Siswa 45

(6)

peneliti mencoba untuk mengemukakan suatu metode, yaitu metode mind maps.

Metode mind maps dikembangkan pada 1970-an oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya.

Otak seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Mind maps menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam satu pola dari ide-ide yang saling berkaitan. Ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah.

Metode ini menempatkan pokok pikiran utama sebagai pusat dan dikelilingi oleh diagram-diagram yang akan menjadi penjelasan dari ide pikiran itu sendiri sehingga setiap pemikiran dapat dikembangkan dengan lebih baik.

Maka berdasarkan dengan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengangkat judul dalam penelitian ini “Perbedaan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam dengan Menggunkan Metode Mind Maps dan Metode Ceramah pada Peserta Didik Kelas VIII MTs Bawan

Kabupaten Agam”.

Alasan peneliti mengangkat judul penelitian ini karna dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam memiliki banyak variable yang harus dipahami dan diingat oleh siswa dalam jangka waktu yang lama. Dan metode mind maps memiliki kriteria tersebut untuk bagaimana cara cepat untuk

menangkap suatu informasi dan juga dapat dengan mudah mengeluarkan

suatu informasi ketika dibutuhkan.

(7)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa permasalahan pokok sebagai berikut:

1. Rendahnya pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

2. Suasana dalam proses pembelajaran peserta didik masih monoton.

3. Kurangnya penggunaan metode yang mampu mengajak peserta didik untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

4. Hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang rendah

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran hasil belajar setelah dilakukan pretest pada kelas kontrol?

2. Bagaimana gambaran hasil belajar setelah dilakukan pretest pada kelas eksperimen?

3. Bagaimana gambaran hasil belajar setelah dilakukan postest pada kelas kontrol?

4. Bagaimana gambaran hasil belajar setelah dilakukan postest pada kelas eksperimen?

5. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen setelah dilakukan postes?

(8)

D. Batasan masalah

1. Gambaran hasil belajar setelah dilakukan pretes pada kelas kontrol 2. Gambaran hasil belajar setelah dilakukan pretes pada kelas eksperimen 3. Gambaran hasil belajar setelah dilakukan postes pada kelas kontrol 4. Gambaran hasil belajar setelah dilakukan postes pada kelas eksperimen 5. Perbedaan hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah

dilakukan postest.

E. Definisi Operasional

Untuk memudahkan penulis dalam pembahasan selanjutnya dan untuk menghindari kekeliruan dalam memahami judul bagi pembaca maka penulis akan menjelaskan maksud dari judul skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

Hasil belajar merupakan proses pengumpulan informasi atau data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna memantau proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. 7 Dari hal ini dapat dipahami bahwa dari hasil belajarlah kita dapat melihat apakah proses pembelajaran yang telah dilakukan berhasil atau tidak, sehingga kita dapat menentukan bagaimana langkah yang dapat diambil untuk pembelajaran selanjutnya.

Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil belajar aspek kognitif pada kelas kontrol dan kelas eksperimen pada mata pelajaran sejarah

7

PERMENDIKBUD RI, No.53 Tahun 2015, Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh

Pendidik Dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah, (Jakarta,

2015), h. 3

(9)

kebudayaan Islam peserta didik kelas VIII MTs Bawan setelah dilakukan pretest dan posttest

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran pada madrasah yang penting dipahami oleh peserta didik, karna mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam secara substansial memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan islam, yang mengandung nilai- nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. 8

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok peserta didik. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat sekarang ini sering digunakan oleh guru. Metode pembelajaran melalui metode ceramah ini diberlakukan bagi kelas control.

Metode mind maps diartikan sebagai salah satu cara belajar yang menggunakan fungsi kedua belah otak sesuai dengan cara kerja alaminya, ciri khas metode mind maps adalah dengan menggunakan diagram-diagram atau cabanag dalam polanya yang akan membantu peserta didik memahami materi pelajaran secara mendalam, mengembangkan kreatifitas peserta didik dan pada akhirnya akan membantu peserta didik untuk memasukkan/

mengeluarkan informasi yang telah diterimanya dengan mudah.

8

PERMENAG RI, No. 912 Tahun 2013, Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab, (Jakarta: 2013), h. 49

(10)

F. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar setelah dilakukan pretest pada kelas kontrol

2. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar setelah dilakukan pretest pada kelas eksperimen

3. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar setelah dilakukan postest pada kelas kontrol

4. Untuk mengetahui gamabaran hasil belajar setelah dilakukan postest pada kelas eksprimen

5. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada kelas konrol dan kelas eksperimen setelah dilakukan postes.

G. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu alternatif yang dapat meningkatkan hasil belajar SKI peserta didik dengan menerapkan anatara metode ceramah dengan metode mind maps.

Secara praktis hasil peneltian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Sebagai bekal pengetahuan bagi penulis yang nantinya bisa diterapkan di tempat bertugas

2. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi guru SKI dalam memilih metode yang tepat dalam pembelajaran SKI guna meningkatkan efektivitas dan hasil belajar mengajar peserta didik 3. Sebagai syarat penyelesaian program S1 (Strata 1) jurusan Pendidikan

Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Gambar

Tabel 1.1 Presentase Ketuntasan Nilai UAS Mata Pelajaran  SKI kelas  VIII MTs.S Bawan Kab

Referensi

Dokumen terkait

menemukan si pokok laporan hasil observasi Pernyataan umum 3.2.2 menemukan perbedaan dua teks laporan hasil percobaan dari segi kebahasaan Deskripsi bagian Teks laporan

Metode pengelasan yang digunakan dalam pembuatan exhaust pipe adalah proses pengelasan GMAW dengan kawat las Ø 0.8 mm, material untuk pipa menggunkan STKM 11 A dan

• Setelah menyaksikan semua penampilan tari, siswa menulis penjelasan tentang makna nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tarian masing- masing kelompok. • Siswa dapat

Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan zat gizi yang meliputi natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg) dan kalsium (Ca). Data primer dalam penelitian

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis pengujian koefisien determinasi yang berguna untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

Kebijakan pola ruang kawasan budidaya diarahkan berdasarkan sifat-sifat kegiatan yang akan ditampung, potensi pengembangan, dan kesesuaian lahan. Rencana Pola Ruang

Dalam hal kesiswaaan, sebagai sekolah yang baru SMPN 6 Labakkang Labschool UNM dituntut untuk memperhatikan beberapa aspek dari manajemen kesiswaan, mulai dari