• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Pasar modal mirip seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Pengertian dan definisi pasar modal adalah pasar yang dikelola secara terorganisir dengan aktivitas perdagangan surat berharga, seperti saham, obligasi, option dengan menggunakan jasa perantara dan komisioner.

Menurut UU nomor 8 tahun 1995: Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan.

Bursa Efek Indonesia (BEI) terbentuk pada tahun 2007 yang merupakan merger Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Dalam BEI terdiri dari 10 indeks sektoral diantaranya indeks pertanian, indeks pertambangan, indeks industri dasar dan kimia, indeks aneka industri, indeks industri barang konsumsi, indeks properti, real estat, dan konstruksi bangunan, indeks infrastruktur, utilitas, dan transportasi, indeks keuangan, indeks perdagangan, jasa, dan investasi, dan indeks manufaktur. Sektor aneka industri memiliki sub sektor diantaranya sub sektor mesin dan alat berat, sub sektor otomotif dan komponen, sub sektor tekstil dan garmen, sub sektor alas kaki, sub sektor kabel, dan sub sektor elektronika.

Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam segi ekspor. Menurut data perkembangan ekspor non-migas Kementerian Perdagangan Indonesia, peran perkembangan ekspor non-migas selama periode 2013 hingga 2017 dapat dilihat pada tabel 1.1.

(2)

2

Tabel 1.1 Persentase Peran Ekspor Non-Migas Indonesia Periode 2013-2017

Peran Ekspor Tahun

No Sektor 2013 2014 2015 2016 2017

1 Industri Pengolahan

75,39 80,38 80,94 82,05 80,24

2 Pertanian 3,82 3,95 4,27 4,14 3,84

3 Tambang dan lainnya

20,79 15,66 14,79 13,81 15,92

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Berdasarakan tabel 1.1 peran sektor industri pengolahan berperan sangat dominan dibandingkan sektor lainnya selama periode 2013-2017. Dengan begitu, sektor industri pengolahan memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia.

Sektor tekstil dan garmen termasuk dalam sektor industri pengolahan yang memiliki peran ekspor cukup besar. Menurut data laporan ekspor impor Kementerian Perindustrian Indonesia peran sektor tekstil dan garmen selama periode 2013 hingga 2017 dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Peran Ekspor Sektor Tekstil dan Garmen Periode 2013-2017

Menurut gambar 1.1 peran ekspor sektor tekstil dan garmen memiliki peran yang cukup besar dalam sektor industri pengolahan dan mengalami tren yang cenderung turun selama periode 2013-2017.

11.21%

10.80%

11.50%

10.66%

10.55%

2013 2014 2015 2016 2017

Peran Ekspor Sektor Tekstil Periode 2013-2017

(3)

3 Menurut IDX Annualy Statistics 2017 perusahaan sub sektor tekstil dan garmen terdapat 18 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Daftar perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Daftar Perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garmen

No Kode Saham Nama Emiten Tanggal IPO

1 ARGO Argo Pantes Tbk, PT 07 Januari 1991

2 BELL Trisula Textile Industries Tbk, PT 03 Oktober 2017 3 CNTB

Century Textile Industry (Seri B)

Tbk, PT 22 Mei 1979

4 CNTX

Century Textile Industry (PS) Tbk,

PT 22 Mei 1979

5 ERTX Eratex Djaja Tbk, PT 21 Agustus 1990

6 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk, PT 13 Oktober 1992 7 HDTX Panasia Indo Resources Tbk, PT 06 Juni 1990 8 INDR Indo-Rama Syntethics Tbk, PT 03 Agustus 1990 9 MYTX Asia Pacific Investama Tbk, PT 10 Oktober 1989

10 PBRX Pan Brothers Tbk, PT 16 Agustus 1990

11 POLY Asia Pacific Fibers Tbk, PT 12 Maret 1991 12 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk, PT 22 Januari 1998 13 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk, PT 17 Juni 2013 14 SSTM

Sunson Textile Manufacturer Tbk,

PT 20 Agustus 1997

15 STAR Star Petrochem Tbk, PT 13 Juli 2011

16 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk, PT 26 Februari 1980 17 TRIS Trisula International Tbk, PT 28 Juni 2012 18 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk, PT 18 April 2002 Sumber: www.idx.co.id

1.2 Latar Belakang Penelitian

Altman dalam Schmuck (2012:21) menyatakan bahwa metode Altman ini dapat mengukur kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan. Kondisi financial distress perusahaan merupakan suatu konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi dimana suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Istilah umum untuk menggambarkan situasi tersebut adalah ketidakmampuan melunasi hutang, kinerja keuangan yang negatif, dan masalah likuiditas. (Yuanita, 2010).

(4)

4

Menurut Kusanti (2015) financial distress dapat timbul karena adanya pengaruh dari dalam perusahaan (internal) dan dari luar perusahaan (eksternal). Faktor internal perusahaan meliputi: Kesulitan arus kas, besarnya jumlah hutang, kerugian dari kegiatan operasi perusahaan selama beberapa tahun. Sedangkan faktor eksternalnya dapat berupa kenaikan suku bunga pinjaman, yang menyebabkan beban bunga yang ditanggung perusahaan meningkat.

Ada beberapa alat untuk mengukur financial distress yaitu Altman, Zavgren, Springate, Zmijewski, Ca-score, Fulmer, Shirata dan lainnya. Penelitian ini menggunakan metode Altman z-score karena menurut Shahdoust et al., (2015) meneliti bahwa prediksi kebangkrutan menggunakan metode Altman z-score paling akurat sebesar 95,5% dibandingkan dengan metode Zavgren sebesar 18,2%. Dalam penelitian Ahmadi et al., (2013) melakukan penelitian prediksi kebangkrutan dengan hasil metode Altman z-score yang memiliki koefisien determinasi yang paling konsisten yaitu sebesar 0.791 dibandingkan dengan metode-metode yang lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyanti (2011) dalam studi komparatif mengindikasi kebangkrutan menunjukkan metode Altman z-score memiliki tingkat akurasi yang lebih baik menurut uji post hoc sebesar 1,435 yang lebih besar dari mean Springate sebesar 0,043 dan Zmijewski sebesar 0,696.

Analisis diskriminan altman merupakan salah satu teknik statistik yang bisa digunakan untuk memprediksi adanya kebangkrutan suatu perusahaan. Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistik. Altman memiliki sejarah bahwa model Altman z-score pertama ditemukan pada tahun 1968, model Altman z-score revisi ditemukan pada tahun 1983 dan yang terakhir model Altman z-score modifikasi pada tahun 1995. Penelitian ini menggunakan Altman z-score modifikasi dengan variabel X1 yaitu working capital to total assets, X2 yaitu retained earning to total assets, X3 yaitu operating income to total assets, X4 yaitu book value of equity to total liabilities.

Altman dalam Altman dan Hotchkiss (2006:132) mengukur biaya kebangkrutan tidak hanya diukur dari biaya langsung yang keluar dari kas seperti membayar akuntan publik tetapi diukur juga dari biaya kehilangan kesempatan karena pengalihan manajemen dari menjalankan bisnisnya yang dapat dimaksud biaya

(5)

5 tidak langsung (Indirect Cost). Biaya tidak langsung yang dimaksud disini didefinisikan sebagai kerugian penjualan dan hilangnya keuntungan yang disebabkan oleh pelanggan yang tidak mau lagi berurusan dengan perusahaan yang mulai terlihat munculnya potensi kebangkrutan yang tinggi serta meningkatnya biaya dalam kegiatan bisnis. Oleh karena itu, menurut pernyataan diatas kerugian merupakan munculnya potensi kebangkrutan perusahaan.

Harahap (2015:105) menyatakan laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Andre dan Taqwa (2014) laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasio– rasio keuangan yang ada. Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya, distribusi asetnya, keefektifan penggunaan asetnya, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar, serta potensi kebangkrutan yang akan dialami. Oleh karena itu, rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai kondisi financial distress.

Sektor tekstil dan garmen merupakan sektor industri pengolahan yang menjadi salah satu sektor yang dapat mendukung kegiatan perekonomian Indonesia. Salah satu sektor industri pengolahan yang cukup berpotensi dalam perekonomian Indonesia adalah tekstil dan garmen. Laba rugi perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017 dapat dilihat pada gambar 1.2.

Gambar 1.2 Laba Rugi Perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garmen

Menurut gambar 1.2 laba rugi perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI pada periode 2013-2017 mengalami kerugian berturut-turut selama

2013 2014 2015 2016 2017

Laba Rugi (17,294,833) (54,994,364) (2,614,924) (4,481,278) (18,522,238) (80,000,000)

(60,000,000) (40,000,000) (20,000,000) - 20,000,000

Jutaan Rupiah

Laba Rugi Sub Sektor Tekstil dan Garmen di BEI

(6)

6

5 tahun dan mengalami titik ekstrim pada tahun 2014 dengan nilai sebesar defisit Rp. 54.994.364.000. Hal ini mengindikasikan perusahaan sub sektor tekstil dan garmen mengalami kondisi financial distress.

Menurut Plat dan Plat dalam Fahmi (2014:169) mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Fahmi (2014:169) menyatakan jika suatu perusahaan mengalami masalah dalam likuiditas maka sangat memungkinkan perusahaan tersebut mulai memasuki masa kesulitan keuangan (financial distress), dan jika kondisi kesulitan tersebut tidak cepat di atasi maka ini bisa berakibat kebangkrutan usaha (bankruptcy). Oleh karena itu, menurut pernyataan diatas likuiditas merupakan tanda financial distress dan dapat berakibat kebangkrutan yang dialami perusahaan.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Restianti dan Agustina (2018), Simanjuntak et al., (2017), Kazemian et al., (2017), Kusanti (2015), Andre dan Taqwa (2014), Noviandri (2014), Haq et al., (2013), Mas’ud dan Srengga (2012), Thim et al., (2011), Yuanita (2010), Almillia dan Kristijadi (2003). Faktor- faktor yang mempengaruhi financial distress pada penelitian sebelumnya adalah current assets to current liabilities (CACL), working capital to total assets (WCTA), net income to total assets (NITA), net income to total assets growth, sales to total assets (STA), total liabilities to total assets (TLTA), retained earnings to total assets (RETA), current asset to total assets (CATA), current ratio (CR), cash ratio, total debt to total assets (TDTA), profit margin, net profit margin (NPM), return on equity (ROE), net income to net sales (NINS), current liabilities to total assets (CLTA), net fix assets to total asset (NFATA), return on assets (ROA), profit margin on sales, total assetss turnover (TATO), arus kas bersih dan aktivitas operasi (CFFO), debt to equity ratio (DER), operating profit margin, debt ratio, sales growth, sales to current assets (SCA), sales to working capital (SWC), net income to stock equity (NIEQ), notes payable to total assets (NPTA), notes payable to total liabilities (NPTL), stock equity to total assets (EQTA), cash to current liabities (CASHCL), cash to total assets (CASHTA), earning before interest and tax to total assets, dividend payout, Tobin Q, size, earning growth, interest

(7)

7 coverage, coefficient of variation. Tetapi ditemukan hasil dari faktor-faktor yang tidak konsisten mempengaruhi financial distress (variabel dependen) dan digunakan sebagai variabel independen yaitu current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), total assets turnover (TATO), dan net income to total assets growth.

Fahmi (2014:65) mengemukakan juga rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Fraser dan Ormiston dalam Fahmi (2014:66) mengemukakan rasio lancar (current ratio) adalah ukuran umum yang digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Wijaya (2012) mendefinisikan working capital to total assets adalah upaya perusahaan menjaga likuiditas perusahaan agar operasional keseharian perusahaan bisa berjalan dengan baik. Wijaya (2012) menyatakan tujuan utama working capital to total assets ini adalah memberikan dukungan yang memadai terhadap jalannya bisnis perusahaan.

Dengan begitu, current ratio dengan working capital to total assets memiliki tujuan yang berbeda seperti current ratio yang dimana current assets yang dimiliki ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hutang jangka pendeknya. Namun, working capital to total assets yang dimana current asset yang sudah likuid dikarenakan sudah dikurangi oleh current liabilities ditujukan untuk menjalankan operasional perusahaan.

Dalam penelitian sebelumnya faktor yang mempengaruhi financial distress perusahaan adalah current ratio yang dilakukan oleh Kazemian et al., (2017), Simanjuntak et al., (2017), Noviandri (2014), dan Haq et al., (2011). Tetapi current ratio tidak mempengaruhi financial distress perusahaan seperti penelitian yang dilakukan oleh oleh Restianti dan Agustina (2018), Kusanti (2015), Andre dan Taqwa (2014), Mas’ud dan Srengga (2012). Selain itu, hasil penelitian Thim et al., (2011) menunjukkan current ratio berpengaruh negatif terhadap financial distress.

Oleh karena itu, hasil yang didapat tidak konsisten. Tren current ratio perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI pada periode 2013-2017 dapat dilihat pada gambar 1.3.

(8)

8

Gambar 1.3 Current Ratio Perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garmen

Menurut gambar 1.3 current ratio perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI pada periode 2013-2017 mengalami tren yang cenderung naik.

Hal ini mengartikan bahwa perusahaan sub sektor tekstil dan garmen memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya terhadap aset lancar yang dimiliki.

Fahmi (2014:169) menyatakan financial distress dimulai dari ketidakmampuan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek termasuk kewajiban likuiditas, dan juga termasuk kewajiban dalam kategori leverage. Permasalahan terjadinya insolvency atau tidak terjadi leverage ini bisa timbul karena faktor berawal dari kesulitan likuiditas. Oleh karena itu, menurut pernyataan diatas kewajiban leverage merupakan tanda awal dari financial distress yang dialami perusahaan.

Sartono dalam Fahmi (2014:72) mendefinisikan rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Mengenai debt to equity ratio ini Siegel dan Shim dalam Fahmi (2014:73) mendefinisikannya sebagai ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor.

Dalam penelitian sebelumnya faktor yang mempengaruhi financial distress perusahaan adalah debt to equity ratio yang dilakukan oleh Simanjuntak et al., (2017), dan Noviandri (2012). Tetapi debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap financial distress seperti penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud dan

1.2431

1.4495 1.4598 1.4318 1.5261

0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000

2013 2014 2015 2016 2017

Current Ratio Perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garmen

(9)

9 Srengga (2012), Oleh karena itu hasil yang didapat tidak konsisten. Tren debt to equity ratio perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI pada periode 2013-2017 dapat dilihat pada gambar 1.4.

Gambar 1.4 Debt to Equity Ratio Perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garmen

Menurut gambar 1.4 debt to equity ratio perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI pada periode 2013-2017 mengalami tren yang cenderung naik. Hal ini mengartikan bahwa perusahaan sub sektor tekstil dan garmen memiliki kemampuan yang buruk dalam mengurangi penggunaan hutang dan lebih memilih menggunakan hutang tersebut dalam membiayai seluruh kegiatan perusahaan dibanding dengan menggunakan modal sendiri. Jika kejadian ini berlanjut pada tahun selanjutnya maka perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI akan memiliki hutang yang besar. Oleh karena itu, memiliki hutang yang besar dapat mengalami kesulitan keuangan (financial distress).

Aktivitas perusahaan digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber pendanaannya. Dengan kata lain semakin tinggi rasio aktivitas perusahaan, perusahaan semakin jauh dari kondisi financial distress karena perusahaan dapat memanfaatkan penggunaan sumber pendanaannya.

(Restianti dan Agustina, 2017)

Fahmi (2014:77) mendefinisikan rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini

1.5074

0.9361

1.9594

1.3368

3.9208

0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000 4.0000 4.5000

2013 2014 2015 2016 2017

Debt to Equity Ratio Sub Sektor Tekstil dan Garmen

(10)

10

dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal. Menurut Hery (2015:221) perputaran total aset (total assets turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan, atau dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Dengan begitu perputaran total aset yang rendah berarti perusahaan memiliki kelebihan total aset, di mana total aset yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menciptakan penjualan.

Dalam penelitian sebelumnya faktor yang mempengaruhi financial distress perusahaan adalah rasio total assets turnover yang dilakukan oleh Kusanti (2015) dan Noviandri (2014). Tetapi rasio total assets turnover berpengaruh negatif terhadap financial distress seperti penelitian yang dilakukan oleh Restianti dan Agustina (2018), Simanjuntak et al. (2017). Oleh karena itu hasil yang didapat tidak konsisten. Tren total assets turnover perusahaan sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI pada periode 2013-2017 dapat dilihat pada gambar 1.5.

Gambar 1.5 Total Asset Turnover Perusahaan Sektor Tekstil dan Garmen

Menurut gambar 1.5 total assets turnover perusahaan sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI pada periode 2013-2017 mengalami tren cenderung turun. Hal ini mengartikan bahwa perusahaan sub sektor tekstil dan garmen memiliki kemampuan yang buruk dalam menggunakan seluruh asetnya untuk menghasilkan penjualan. Hal ini mengindikasikan perusahaan sub sektor tekstil dan garmen mengalami kondisi financial distress.

0.8568

0.8755

0.7752 0.7921

0.7662

0.7000 0.7500 0.8000 0.8500 0.9000

2013 2014 2015 2016 2017

Total Asset Turnover Perusahaan Sektor Tekstil dan Garmen

(11)

11 Lin et al., dalam Schmuck (2012:28) mendefinisikan financial distress sebagai kondisi ketika sebuah perusahaan menimbulkan lebih banyak hutang daripada ukuran perusahaan, profitabilitas dan komposisi asetnya yang dapat dipertahankan.

Oleh karena itu, menurut pernyataan diatas salah satu tanda financial distress adalah profitabilitas yang dialami perusahaan.

Rasio profitabilitas menurut Sartono dalam Fahmi (2014:80) rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Menurut penelitian Yuanita (2010), Almilia dan Kristijadi (2003), Bahwa net income to total assets (NITA) yang dirumuskan laba bersih dibagi dengan total aktiva.

Sartono dalam Fahmi (2014:82) mendefinisikan rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum.

Harahap (2015:310) menyatakan bahwa semua rasio atau informasi penting yang terdapat dalam laporan keuangan dapat dihitung pertumbuhannya seperti ROI, ROA, aktiva, aktiva tetap, biaya, modal dan juga net income to total assets (NITA).

Contohnya net income to total assets (NITA) yang menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan net income to total assets (NITA) dari tahun lalu. Oleh karena itu, untuk menunjukkan pertumbuhan laba bersih terhadap total aset dengan membandingkan yang dihasilkan dari tahun lalu.

Dalam penelitian sebelumnya faktor yang mempengaruhi financial distress perusahaan adalah net income to total assets growth yang dilakukan oleh Almillia dan Kristijadi (2003). Tetapi net income to total assets growth tidak berpengaruh terhadap financial distress seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuanita (2010), Oleh karena itu hasil yang didapat tidak konsisten.

Berdasarkan kepada uraian di atas yang telah menyajikan fakta dan kondisi yang terjadi, maka hal tersebut menjadi gambaran bahwa penelitian terkait tentang penggunaan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan dengan menggunakan metode Altman z-score menjadi menarik untuk dilakukan. Penulis menentukan judul penelitian yang dilakukan adalah “Analisis

(12)

12

Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Pertumbuhan terhadap Financial Distress Menggunakan Metode Altman Z-Score pada Sub Sektor Tekstil dan Garmen di BEI Periode 2013-2017”.

1.3 Perumusan Masalah

Sektor industri pengolahan di Indonesia selalu memberikan nilai kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari peran ekspor sektor industri pengolahan yang lebih dominan dibandingkan sektor lainnya. Sektor tekstil dan garmen juga memiliki peran ekspor yang cukup besar. Seiring dengan berjalannya waktu Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi perekonomian Indonesia. Dengan begitu, banyak investor yang tertarik dalam menanamkan modal di sektor industri pengolahan.

Prediksi financial distress merupakan suatu cara untuk memberi sinyal peringatan dini terhadap kondisi perusahaan agar melakukan evaluasi terhadap kinerja keuangan yang terjadi. Dengan prediksi financial distress ini juga sangat berguna bagi investor untuk melakukan keputusan investasi. Namun pada perusahaan yang berada pada sub sektor tekstil dan garmen ini mengalami kerugian selama periode 2013-2017. Sub sektor tekstil dan garmen juga memiliki kemampuan yang buruk dalam menggunakan seluruh asetnya untuk menghasilkan penjualan. Selain itu, aset dan modal yang dimiliki perusahaan di sub sektor tekstil dan garmen juga tidak sebanding dengan hutang yang dimilikinya. Dengan begitu diperlukan pengetahuan yang menjadi faktor-faktor pertimbangan prediksi financial distress seperti rasio likuiditas yang di proksikan current ratio, rasio leverage yang di proksikan debt to equity ratio, rasio aktivitas yang di proksikan total assets turnover, dan rasio pertumbuhan yang di proksikan net income to total asset growth.

1.4 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan dan financial distress yang diukur menggunakan indikator Altman z-score perusahaan sub sektor tekstil yang terdaftar di BEI periode 2013-2017?

(13)

13 2. Apakah rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio pertumbuhan berpengaruh secara simultan terhadap financial distress di perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017?

3. Apakah rasio likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap financial distress pada perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017?

4. Apakah rasio leverage berpengaruh secara parsial terhadap financial distress pada perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017?

5. Apakah rasio aktivitas berpengaruh secara parsial terhadap financial distress pada perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017?

6. Apakah rasio pertumbuhan berpengaruh secara parsial terhadap financial distress pada perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, dan financial distress yang diukur menggunakan indikator Altman z-score perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh simultan rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio pertumbuhan terhadap financial distress di perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial rasio likuiditas terhadap financial distress di perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial rasio leverage terhadap financial distress di perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.

(14)

14

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial rasio aktivitas terhadap financial distress di perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial rasio pertumbuhan terhadap financial distress di perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Aspek Teoritis

1. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi ke peneliti selanjutnya dan diharapkan untuk menambah atau menggunakan variabel lain seperti rasio profitabilitan, ukuran perusahaan, good corporate governance serta menggunakan indikator yang berbeda dari rasio yang digunakan dalam penelitian ini, yang akan meneliti mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi financial distress.

2. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan dapat memberikan informasi yang memadai sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dalam bidang manajemen keuangan serta dapat digunakan sebagai acuan, referensi, dan pengembangan teori tentang rasio keuangan, financial distress, dan metode Altman z-score.

B. Aspek Praktis

1. Bagi Regulator Bursa Efek

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait kinerja keuangan perusahaan dari rasio keuangan di perusahaan sub sektor tekstil dan garmen periode 2013-2017 kepada otoritas jasa keuangan (OJK) sebagai regulator pasar modal.

2. Bagi Manajemen Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017 dan menjadi bahan pertimbangan oleh pihak manajemen keuangan perusahaan untuk mengatur

(15)

15 perusahaan terutama tentang kinerja keuangan dan keadaan finansial perusahaan dari rasio keuangan sehingga financial distress tidak akan terjadi.

3. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian : Perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Objek penelitian : Laporan keuangan tahunan perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.

1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dimulai dari bulan Agustus tahun 2018 hingga bulan Februari tahun 2019.

1.8 Sistematika penulisan tugas akhir

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang teori yang digunakan oleh peneliti dalam melandasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Pada bab ini juga akan terdapat penelitian terdahulu, kerangka penelitian dan akhirnya hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan bagaimana penulis meneliti dan juga pendekatan yang digunakan. Pada bab ini juga peneliti akan menjabarkan operasional variabel yang akan digunakan, skala pengukuran, jenis dan teknik pengumpulan data guna penelitian, teknik penelitian yang digunakan, serta analisis data dan uji hipotesis penelitian.

(16)

16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pengolahan dari metode yang dipakai. Analisis ini berguna sebagai interpretasi dari jawaban atas permasalahan penelitian dan memberikan penjelasan tentang bagaimana tujuan penelitian tercapai.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian yang akan berisi kesimpulan beserta saran dari penulis mengenai hasil penelitian ini.

Gambar

Tabel 1.1 Persentase Peran Ekspor Non-Migas Indonesia Periode 2013-2017
Tabel 1.2 Daftar Perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garmen
Gambar 1.2 Laba Rugi Perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garmen
Gambar 1.3 Current Ratio Perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garmen
+3

Referensi

Dokumen terkait

(1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135, TAPD menyiapkan rancangan surat edaran Bupati tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD yang memuat

Berdasarkan rujukan diatas, dalam kaitannya dengan pengertian pengakuan dan perlindungan terhadap masyarakat hukum adat atas tanah, pengakuan terhadap masyarakat

Terdapat pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Urge to Buy Impulsively pada pengunjung ranch Market Galaxy Mall, hal ini dapat dilihat dari t-value pada model struktural

Normal conditions gears 2, gears 3 cracked, broken fourth gear and fifth gear is worn.. Second gear, third, fourth, and fifth gear is paired with one

Adiatma Yudistira Manogar Siregar, SE.,MEconSt LB501 -Rina Khairani, SE., MA..

Jika kita kaitkan dengan tindak pidana dalam Islam maka seseorang yang mencetak dan memperbanyak sebuah hasil karya cipta seseorang tanpa izin berarti ia telah

Penelitian ini akan menguji apakah pengumuman dividen tunai naik dan turun mempunyai kandungan informasi atau tidak, apakah rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang ASI eksklusif dengan dukungan pemberian ASI eksklusif terhadap