• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengerti dan memahami konsep dari sistem dan segala sesuatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengerti dan memahami konsep dari sistem dan segala sesuatu"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1. PEMODELAN SISTEM

1.1 Sistem

Sebelum membuat model dari sebuah sistem, adalah penting untuk mengerti dan memahami konsep dari sistem dan segala sesuatu yang terkait dengan sebuah sistem.

Berdasarkan Banks, 1996, sistem dapat didefmisikan sebagai sekelompok objek, yang sejenis maupun yang berlainan jenis, yang beraktivitas dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dalam mencapai tujuan tersebut, sistem akan selalu mengalami perubahan karena pengaruh dari perubahan objek-objek dalam sistem, maupun karena pengaruh dari lingkungan sistem.

Sistem dapat dikategorikan atas:

- Sistem diskrit yaitu sistem yang mengalami perubahan variabel status secara diskrit.

- Sistem kontinyu yaitu sistem yang mengalami perubahan variabel status secara kontinyu sepanjang waktu.

Komponen-komponen dalam sebuah sistem adalah sebagai berikut:

- entiti (entity) merupakan objek dari sebuah sistem.

- atribut (attribute) merupakan sifat atau karakteristik dari objek.

(2)

- aktivitas (activity) merupakan proses yang menyebabkan perubahan entiti, atribut, dan perubahan dalam sistem.

- status (state) menunjukkan keadaan entiti dan aktivitas pada suatu saat tertentu untuk menggambarkan keadaan sistem pada saat itu.

- kejadian (event) merupakan peristiwa sesaat yang mengubah variabel status sistem.

Sistem selalu mengalami perubahan, dimana perubahan tersebut dapat menguntungkan maupun merugikan. Dalam hal ini, sistem akan selalu dipelajari dengan tujuan agar dapat memaksimalkan perubahan yang mendatangkan keuntungan, ataupun untuk mencari sumber permasalahan yang menyebabkan kerugian pada sistem.

Dalam mempelajari sistem, ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu:

- Melakukan percobaan dengan menerapkan perubahan secara langsung pada kondisi nyata dari sistem, dimana dampak dari perubahan yang terjadi akan terlihat secara langsung pada sistem.

- Melakukan percobaan dengan membuat model sistem, dimana dampak dari perubahan tersebut dapat diketahui dengan melaikukan simulasi dari model sistem, ataupun dengan melakukan suatu analisa.

1.2 Pemodelan Sistem

Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa

salah satu cara dalam mempelajari sebuah sistem adalah dengan membuat

model dari sistem tersebut.

(3)

Model merupakan perwakilan sistem, yang dapat berwujud model fisik ataupun model matematis. Model matematis biasanya menggunakan bahasa pemrograman, dengan berbagai notasi dan perhitungan untuk mewakili sebuah sistem, dan pada umumnya model matematis dapat diselesaikan dengan melakukan simulasi. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Banks, 1996.

Dalam membuat sebuah model, sangatlah penting untuk memperhatikan kendala-kendala yang terjadi antara sistem dengan lingkungannya, dimana sebagian dari kendala tersebut berada di luar perkiraan atau tidak dapat dikendalikan. Oleh karena itu, dalam memodelkan sistem dibutuhkan beberapa asumsi, tanpa menghilangkan inti dari sistem tersebut, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini, untuk membuat sebuah model yang mampu mewakili sistem, sangatlah dibutuhkan peran serta dari para ahli dan pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan sistem tersebut.

1.3 Simulasi

1.3.1 Pengertian simulasi.

Simulasi merupakan proses dijalankannya model dari sistem selama beberapa selang waktu. Simulasi dapat dibedakan atas:

- simulasi model statis dan simulasi model dinamik.

- simulasi model deterministik dan simulasi model stokastik.

- simulasi model diskrit dan simulasi model kontinyu.

(4)

Simulasi model statis merupakan simulasi sistem pada suatu saat tertentu saja, yang disebut juga simulasi Monte Cario.

Sedangkan simulasi model dinamik merupakan simulasi pada sistem yang berubah dalam rentang waktu tertentu.

Simulasi model deterministik merupakan simulasi dari sistem yang tidak memiliki variabel random. Dalam simulasi ini, model memiliki input yang telah diketahui, sedangkan output yang dihasilkan akan beraneka ragam. Simulasi model stokastik merupakan simulasi dari sistem yang memiliki satu atau lebih variabel input random. Dengan input yang random, maka pada simulasi model stokastik akan menghasilkan output yang random pula.

Simulasi model diskrit merupakan simulasi pada sistem yang berubah secara diskrit, sedangkan simulasi model kontinyu merupakan simulasi pada sistem yang mengalami perubahan kontinyu sepanjang waktu.

Dalam memilih model simulasi yang sesuai untuk sebuah sistem, haruslah memperhatikan fungsi dan karakteristik dari sistem yang bersangkutan serta memperhatikan tujuan yang akan dicapai dari hasil simulasi tersebut.

1.3.2 Langkah-langkah simulasi.

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melakukan

simulasi dari sebuah model sistem:

(5)

1. Merumuskan permasalahan pada sistem dan menetapkan tujuan yang akan dicapai dari hasil simulasi.

2. Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam memodelkan sistem.

3. Membuat model dari sistem dan menerjemahkan ke dalam bahasa pemrograman.

4. Menjalankan simulasi sistem selama selang waktu tertentu.

5. Melakukan analisa pendahuluan dari hasil simulasi awal untuk mengetahui apakah replikasi simulasi telah sesuai.

6. Melakukan uji verifikasi dan uji validasi.

7. Membuat analisa dari hasil output simulasi.

8. Mengimplementasikan pada sistem nyata.

1.3.3 Manfaat simulasi.

Dengan melakukan simulasi, terdapat beberapa manfaat yang akan diperoleh yaitu:

- Simulasi merupakan alat bantu dalam menganalisa dan memprediksikan efek dari perubahan dan perbaikan pada sistem yang telah ada.

- Simulasi merupakan alat bantu dalam membangun dan

mengetahui kinerja dari sebuah sistem baru, sebelum

menerapkan sistem baru tersebut dalam dunia nyata.

(6)

1.3.4 Keunggulan dan keleniahan simuiasi.

Dalam menjalankan simulasi terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dari simulasi, yaitu:

1. Mampu menggambarkan sistem stokastik yang kompleks, yang seringkali tidak dapat digambarkan secara akurat hanya dengan model matematis biasa.

2. Mampu memperkirakan kinerja pada sistem, dalam menerapkan sebuah alternatif perancangan sistem baru atau perubahan prosedur atau kebijakan perusahaan, tanpa mengganggu sistem yang sedang berjalan.

3. Mampu memperkirakan kinerja sistem di bawah beberapa kondisi operasi.

4. Simulasi lebih dapat menjaga kendali pada kondisi eksperimen dibandingkan jika dilakukan dilakukan eksperimen secara langsung pada sistem nyata.

5. Simulasi memudahkan dalam mempelajari sistem yang berjangka waktu panjang, dalam waktu yang relatif singkat.

Di samping keunggulan, simulasi juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:

1. Pada model simulasi stokastik hanya akan menghasilkan output dari sekumpulan input tertentu saja, sehingga membutuhkan replikasi.

2. Dalam membuat rnodel simulasi akan memakan waktu yang

lebih panjang dan biaya yang lebih mahal.

(7)

3. Simulasi menghasilkan nilai-nilai dan animasi yang mendekati kondisi nyata, dimana hal ini sering kali menimbulkan kepercayaan yang lebih besar pada hasil simulasi daripada informasi dari sistem nyata.

1.4 Uji Independensi

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam membuat sebuah model sistem yang akan disimulasikan, akan dibutuhkan beberapa asumsi agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu asumsi penting dalam proses simulasi adalah bahwa input data yang digunakan harus saling independent, dalam arti antara data yang satu dengan data yang berikutnya tidak saling mempengaruhi. Hal ini karena bila data tidak saling independen, maka model dari simulasi tidak akan valid.

Dalam hal ini, akan dilakukan uji independensi data, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Membuat scatter diagram

Data akan diplot, dimana sumbu x menunjukkan data X, sedangkan sumbu y menunjukkan data X

i+

]. Data dikatakan independen bila titik-titik dalam diagram akan tersebar secara acak, tanpa memiliki pola tertentu.

2. Mencari nilai korelasi

Cara kedua adalah mencari nilai korelasi (pj) antara data Xj

dengan data X

i+

i, dimana. hal im' bertujuan untuk mengetahui nilai

(8)
(9)

3. Melakukan uji korelasi

Cara ketiga untuk Iebih memastikan bahwa data telah independen, adalah dengan menguji nilai korelasi tersebut. Mengacu pada Johnson dan Bhattacharyya, 1996, hipotesa yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dalam mencari nilai Pvalue dapat menggunakan bantuan software Minitab 13.

1.5 Penentuan Jenis Distribusi

Jika data input telah independen, langkati selanjutnya adalah dengan menetapkan jenis distribusi dari masing-masing data. Dalam hal ini akan dilakukan uji kesesuaian model (goodness-of-fit tests), dengan menggunakan Chi-Square Tests ataupun menggunakan Kolmogorov- Smirnov Tests.

Dalam uji kesesuaian model, dapat menggunakan bantuan software Statgraph. Jika dari hasil pengolahan Statgraph menunjukkan bahwa nilai expected freauency di bawah 5 (< 5), maka uji kesesuaian model akan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Tests.

Sebaliknya, jika nilai expected freauency sama dengan afau lebih

besar dari 5 (> 5), maka uji kesesuaian model akan menggunakan Chi-

Square Tests.

(10)

Berikut ini adalah penjelasan lebih jauh mengenai Chi-Square Tests dan Kolmogorov-Smirnov Tests.

1.5.1 Chi-Square Tests.

dimana x merupakan jenis-jenis distribusi.

Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa pengujian dengan Chi-Square Tests digunakan bila nilai expected frequency yang

diperoleh lebih besar atau sama dengan 5.

Dengan Chi-Square Tests, pengujian kesesuaian model

distribusi dapat dilakukan pada keseluruhan jenis distribusi, antara

lain seperti pada distribusi Erlang, Exponential, Laplace,

Lognormal, Normal, Triangular, dan distribusi yang lainnya.

(11)

1.5.2 Kolmogorov-Smirnov Tests.

Uji kesesuaian modei menggunakan Kolmogorov-Smirnov Tests pada umumnya digunakan pada data dengan ukuran sampel

kecil, hanya terbatas pada data kontinyu, dan parameternya tidak dapat diestimasikan dari data. Dalam pengujian ini, hipotesa yang digunakan adalah:

Dengan Kolmogorov-Smirnov Tests, pengujian kesesuaian model distribusi hanya dapat dilakukan pada jenis distribusi yang dapat diestimasikan parameteraya, yaitu pada jenis distibusi berikut ini:

- distribusi Exponential

- distribusi Lognormal

- distribusi Normal

- distribusi Weibull

(12)

1.6 Steady State

Model sistem yang telah ditransformasikan ke dalam bahasa pemrograman, selanjutnya akan dijalankan selama beberapa selang waktu. Dari hasil simulasi tersebut, akan dapat diketahui seberapa lama sistem mengalami warming-up period dan saat pertama kali sistem mencapai steady state.

Warming-up period merupakan masa saat simulasi model sistem

dimulai sampai saat sistem mencapai steady state untuk yang pertama

kali. Sedangkan steady state adalah masa stabil sistem, dimana pada saat

ini keadaan simulasi telah mencapai pola stabil. (Banks, 1996).

(13)

1.8 Uji Verifikasi - Validasi

Setelah mengetahui saat steady-state dari sistem, selanjutnya akan dilakukan uji verifikasi dan uji validasi dari model sistem. Menurut Banks, 1996, konsep dari uji verifikasi adalah membangun model sistem dengan benar. Dalam hal ini, uji verifikasi dimaksudkan untuk memastikan bahwa program komputer yang dibuat telah sesuai dengan konsep model sistem. Hal ini karena dalam pembuatan model sistem, banyak penyederhanaan dan asumsi yang digunakan untuk dapat mewakili sistem yang ada.

Sedangkan, konsep dari uji validasi adalah membangun model

yang benar, yang dimaksudkan untuk membandingkan dan memastikan

bahwa karakteristik dan model sistem yang dibuat telah mewakili keadaan

nyata dari sistem. Dalam hal ini, uji validasi ditujukan agar model mampu

mendekati sistem nyata dan mampu meningkatkan kredibilitas tingkat

penerimaan.

(14)

Salah satu cara dalam uji validasi adalah dengan melakukan validasi input-output. Dalam hal ini adalah dengan menggunakan data masa lalu, untuk kemudian dijalankan simulasi berdasarkan data teirsebut.

Kemudian hasil output simulasi dibandingkan dengan hasil output sistem nyata dengan melakukan uji hipotesa u dua populasi.

2. UJl HIPOTESA DUA POPULASI

2.1 Uji Hipotesa

Dalam pengambilan keputusan statistik, terdapat prosedur- prosedur yang memungkinkan untuk menerima atau menolak sebuah hipotesa, dengan tujuan untuk menentukan apakah sampel-sampel yang diamati berbeda dengan hasil-hasil yang diharapkan, yang disebut dengan uji hipotesis atau uji nyata (test of significance).

Dengan demikian, pengujian hipotesa merupakan suatu proses pengambilan kesimpulan tentang kebenaran dan ketidakbenaran asumsi yang diperoleh dengan perhitungan atau pengamatan dalam suatu sampel.

Hipotesa statistik terbagi atas hipotesa nul (Ho) dan hipotesa alternatif (//;). Hipotesa nul (Ho) dibuat dengan tujuan untuk menolaknya dan hipotesa ini merupakan lawan dari hipotesa alternatif (Hi). Dan dalam pengujian hipotesa yang akan diuji adalah hipotesa alternatif (Hj).

Statistik selalu mengandung unsur ketidakpastian dan variasi,

sehingga selalu terjadi kesalahan. Dalam statistik, menurut Johnson dan

Bhattacharyya, 1996, tipe kesalahan terbagi atas dua tipe, yaitu:

(15)
(16)

Selanjutnya akan dilakukan uji varians dari kedua sampel yang ada. Hipotesa-hipotesa yang dapat digunakan dalam uji varians, adalah sebagai berikut:

Tabel2.1

Tabel Uji Varians

(17)

Selanjutnya, akan dilakukan uji hipotesa JJ dua populasi, dimana menurut Johnson dan Bhattacharyya, 1996, beberapa hipotesa yang dapat digunakan terdapat pada tabel berikut ini, yaitu:

2.3 Uji Proporsi Dua Populasi

Uji proporsi dua populasi dilakukan untuk mengetahui apakah

prosentase sukses dalam populasi I (pi) sama dengan, lebih kecil, ataukah

lebih besar dari prosentase sukses dalam populasi II (p2). Jika prosentase

sukses dalam populasi I dinotasikan X, prosentase sukses dalam populasi

(18)

II dinotasikan dengan Y, maka dapat digambarkan bentuk data dalam uji proporsi dua populasi sebagai berikut:

Tabel 2.3

Tabel Bentuk Data - Uji Proporsi Dua Populasi

(19)

3. BIAYA KUALITAS

3.1 Kualitas

Pada saat ini kualitas merupakan salah satu faktor penting bagi konsumen dalam memilih dan menggunakan suatu produk atau jasa. Hal ini karena kualitas merupakan tingkat kesesuaian antara produk yang dihasilkan dengan keinginan konsumen. Menurut Hansen dan Mowen,

1995, kualitas dapat dijelaskan dalam dua hal, yaitu:

1. Kualitas desain produk, yang lebih berkaitan dengan spesifikasi produk yang akan dihasilkan.

2. Kualitas kesesuaian produk, yang berkaitan dengan ukuran kesesuaian produk dengan keinginan konsumen, baik dari segi fisik produk maupuan kegunaan produk.

Dalam usaha untuk memasuki pangsa pasar tertentu, kualitas

desain produk menjadi faktor utama. Namun, setelah pangsa pasar dapat

dimasuki, untuk tetap dapat bertahan, maka produsen harus dapat

(20)

menjaga kualitas kesesuaian produk. Karena bagi konsumen, produk yang memiliki kualitas kesesuaian adalah produk yang berkualitas, tanpa mempedulikan apakah produk tersebut memiliki kualitas desain.

Dalam hal ini, sangatlah penting bagi para produsen untuk terus mengimprovisasi kualitas produk, yaitu dengan meminimumkan peluang terjadinya ketidaksesuaian produk. Dengan kata lain, produsen akan menambah pengeluaran untuk mempertahankan tingkat kualitas dengan mengadakan perbaikan-perbaikan kualitas produk. Pengeluaran inilah yang dikenal sebagai biaya kualitas.

3.2 Definisi Biaya Kualitas

Berdasarkan pada literatur karya Abed dan Plunkett, 1995;

Hansen dan Mowen, 1995; dan Montgomery, 1996; dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan tindakan pengendalian kualitas, perencanaan sistem kualitas, pencegahan, dan perbaikan ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Setiap perusahaan tentu akan memiliki biaya kualitas, dimana biaya ini sangat berperan besar pada total keseluruhan pengeluaran perusahaan, dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tingkat penjualan tahunan. Oleh karenanya biaya kualitas harus mendapat perhatian khusus.

Menurut Abed dan Plunkett, 1995, yang mengacu pada hasil

analisa Abed dan Dale, 1987, biaya kualitas pada umumnya berkisar

(21)

antara 2 % sampai 25 %, dengan rata-rata 9.2 % dari total penjualan.

Namun, besarnya biaya kualitas untuk setiap perusahaan adalah berbeda, tergantung dari tipe perusahaan, situasi dan kondisi bisnis, pandangan dan kebijakan dari perusahaan yang bersangkutan.

Biaya kualitas yang semakin tinggi, menunjukkan bahwa kualitas produk yang dihasilkan juga masih rendah. Bila kualitas produk masih jelek, akan membuat konsumen menjadi tidak puas dan beralih pada produk lain. Dengan beralihnya konsumen pada produk lain, bukan hanya mengurangi profit tetapi juga akan dapat membuat perusahaan kehilangan pangsa pasarnya.

Untuk mencegah hal tersebut, perlu dilakukan sebuah tindakan yang dapat meningkatkan kualitas produk sehingga mampu meminimumkan biaya kualitas. Namun, dalam memperbaiki kualitas produk harus tetap diperhatikan bahwa sasaran utama yang ingin dicapai adalah untuk memuaskan konsumen bukan untuk mengurangi tingkat biaya kualitas. Di samping itu, dalam menjalankan program biaya kualitas, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

- Biaya kualitas bukan sekedar alat pencatat total biaya yang dikeluarkan, tetapi juga sebagai alat bantu dalam mengindentifikasi penyebab masalah, yang juga dibutuhkan usaha untuk melakukan perbaikan kualitas, baik dalam prosedur maupun dalam proses.

- Biaya kualitas merupakan alat kontrol, bukan bagian dari sistem

akuntansi.

(22)

- Dalam perhitungan biaya kualitas, dibutuhkan komitmen dari pihak managemen untuk melakukan tindakan-tindakan, baik pencegahan maupun perbaikan guna mencapai kualitas kesesuaian produk sehingga dapat meminimumkan biaya kualitas.

3.3 Komponen Biaya Kuaiitas

Mengacu pada Rijadi, 2001, secara umum biaya kualitas dapat dibedakan atas dua komponen biaya, yaitu:

/. Price of Conformance (POC)

Komponen biaya ini timbul akibat adanya pengeluaran untuk memastikan agar kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Komponen biaya ini terdiri atas biaya-biaya berikut ini:

- Biaya untuk mencegah timbulnya kecacatan pada produk.

- Biaya untuk menilai dan memstikan kualitas setiap produk yang dihasilkan dengan permintaan konsumen.

2. Price ofNonconconformance (PONC)

Komponen biaya ini timbul akibat adanya pengeluaran karena ditemukannya ketidaksesuaian kualitas produk yang dihasilkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Komponen biaya ini terdiri atas biaya-biaya berikut ini:

- Biaya akibat produk yang dihasilkan berkualitas rendah.

- Biaya akibat tidak dapat memenuhi permintaan konsumen.

(23)

3.4 Kategori Biaya Kualitas

Menurut Abed dan Plunkett, 1995; Hansen dan Mowen, 1995;

dan Montgomery, 1996; biaya kualitas terbagi atas empat kategori, yaitu biaya pencegahan (prevention costs), biaya penilaian (appraisal costs), biaya kegagalan internal (internal failure costs), dan biaya kegagalan eksternal (externalfailure costs).

Keempat kategori biaya tersebut mempunyai kontribusi yang berbeda terhadap keseluruhan total biaya kualitas, dimana biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal mempunyai kontribusi yang paling banyak dalam biaya kualitas.

Menurud Abed dan Plunkett, 1995, prosentase masing-masing kategori biaya kualitas terhadap total biaya kualitas adalah sebagai berikut:

- Biaya pencegahan sebesar 5 %.

- Biaya penilaian sebesar 28 %.

- Biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal sebesar 67 %.

Berikut ini akan dibahas satu-persatu keempat kategori biaya tersebut dengan mengacu pada literature karya Abed dan Plunkett, 1995;

Hansen dan Mowen, 1995; dan Montgomery, 1996.

3.4.1 Biaya pencegahan.

Biaya pencegahan merupakan pengeluaran yang timbul

akibat adanya usaha-usaha (baik dalam desain maupun proses

manufaktur) untuk menginvestigasi, mencegah, dan

(24)

meminimumkan resiko terjadinya ketidaksesuaian produk. Dengan demikian, biaya ini timbul dengan tujuan untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik pada saat pertama kali produksi (make it right at thefirst time).

Beberapa komponen biaya yang termasuk dalam biaya pencegahan adalah sebagai berikut:

- Biaya perencanaan kualitas.

- Biaya pengendalian kualitas.

- Biaya desain, pengembangan, dan pengujian peralatan inspeksi.

- Biaya peninjauan ulang kualitas produk baru.

- Biaya verifikasi desain produk baru.

- Biaya kalibrasi dan perawatan peralatan yang dig;unakan dalam pengujian kualitas.

- Biaya untuk program training.

- Biaya untuk audit kualitas.

- Biaya desain produk atau proses.

3.4.2 Biaya penilaian.

Biaya penilaian merupakan pengeluaran yang timbul

akibat adanya aktivitas pengukuran dan evaluasi untuk

menentukan kualitas produk dan memastikan kesesuaian kualitas

dengan spesifikasi yang telah ada. Biaya penilaian tidak mencakup

biaya untuk rework ataupun biaya inspeksi ulang produk cacat.

(25)

Beberapa komponen biaya yang termasuk dalam biaya penilaian adalah sebagai berikut:

- Biaya verifikasi pre-produksi.

- Biaya inspeksi material.

- Biaya inspeksi produk dalam proses.

- Biaya evaluasi stok produk jadi.

- Biaya material yang dikonsumsi pada saat inspeksi.

3.4.3 Biaya kegagalan internal.

Biaya kegagalan internal terjadi karena ditemukan adanya ketidaksesuaian kualitas pada produk, material, atau komponen, sebelum produk sampai di tangan konsumen. Biaya ini akan hilang jika tidak ditemukan produk cacat izero defect).

Beberapa komponen biaya yang termasuk dalam biaya kegagalan internal adalah sebagai berikut:

- Biaya scrap - Biaya rework

- Biaya inspeksi ulang - Biaya akibat downtime.

3.4.4 Biaya kegagalan eksternal.

Biaya kegagalan eksternal terjadi karena ditemukan

adanya ketidaksesuaian kualitas pada produk setelah produk

(26)

sampai di tangan konsumen. Biaya ini akan hilang jika kualitas produk sesuai dengan keinginan konsumen.

Beberapa komponen biaya yang termasuk dalam biaya kegagalan internal adalah sebagai berikut:

- Biaya complaint

- Biaya pengembalian produk.

- Jaminan

- Kerugian akibat tingkat penjualan menurun.

3.5 Hubungan Elemen-Elemen Biaya Kualitas

Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab terdahulu, bahwa biaya kualitas terdiri atas empat elemen biaya, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.

Keempat elemen biaya kualitas tersebut saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang laiin. Berikut ini adalah keterkaitan antara elemen-elemen biaya kualitas. dengan mengacu pada Abed dan Plunkett, 1995 danRijadi, 2001.

1. Hubungan biayapenilaian dengan biaya kegagalan.

Untuk menjaga agar kualitas produk yang dihasilkan selalu

sesuai dengan spesifikasi yang ada, maka kegiatan penilaian terus

ditingkatkan. Dengan semakin meningkatnya kegiatan penilaian,

maka semakin besar kemungkinan ditemukannya kecacatan internal

(27)

sehingga semakin kecil pula ditemukannya kecacatan produk di tangan konsumen.

Hal ini berarti bahwa semakin meningkatnya kegiatan penilaian, akan meningkatkan biaya penilaian dan biaya kegagalan internal, sebaliknya hal ini akan mengurangi biaya kegagalan eksternal. Dalam hubungan ini, biaya pencegahan tidak mengalami perubahan apapun.

2. Hubungan biaya pencegahan dengan biaya kegagalan.

Untuk selalu konsisten dalam memberikan kualitas produk yang terjamin dan agar tercapainya zero defect, upaya pencegahan terhadap timbulnya kecacatan produk semakin ditingkatkan. Dengan semakin meningkatnya aktivitas pencegahan, secara tidak langsung akan mengurangi aktivitas penilaian dan dengan kegiatan pencegahan yang terus digalakkan, maka kemungkinan ditemukannya kecacatan baik interaal maupun eksteraal juga akan semakin kecil.

Dengan demikian, terlihat bahwa peningkatan kegiatan pencegahan yang meningkatkan biaya pencegahan, akan mampu mengurangi biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.

Dari kedua jenis hubungan di atas, terhhat bahwa peningkatan biaya

pencegahan akan lebih dapat mengefisienkan total biaya kualitas, jika

dibandingkan peningkatan elemen biaya kualitas yang lain.

(28)

3.6 Manfaat Biaya Kualitas

Dengan melakukan perhitungan biaya kuaiitas, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh yaitu:

1. Membantu dalam melakukan perencanaan program kualitas.

2. Membantu dalam melakukan perencanaan anggaran untuk program pengendalian kualitas.

3. Membantu dalam melakukan pengontrolan, pengukuran, analisa, dan

evaluasi terhadap program kualitas yang dijalankan.

Gambar

Tabel Bentuk Data - Uji Proporsi Dua Populasi

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, perlu dipikirkan alternatif pemecahan masalah dalam hal ini perencanaan yang terpadu yang berkaitan dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) baik berupa perumahan

Sebagian besar negara di dunia memiliki sistem perpajakan untuk membiayai pengeluaran pemerintahnya. Besar dan kecilnya pajak pada suatu negara ditentukan

Panjang lorong gua yang dipetakan adalah 2952 meter dengan urutan gua dari gua yang paling panjang yaitu Liang Hajuq (1525 m), Liang Puruk (565 m) dan Liang Hintan (222

Cost Driver, sehinggan sistem Activity-Based Costing mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.Perbedaan

Menggunakan strategi yang kompleks untuk meningkatkan moral dan produktivitas tim (seperti dalam merekrut dan memberhentikan seseorang, memberi pelatihan dan

Tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2011- 2015 ini adalah tersedianya dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang selanjutnya dijadikan

(Audit pada 4 &amp; 5 April 2016)  Tuan Haji Hashim Md Shari (KskC)  Encik Imran Izudin Ibrahim  Puan Maizatul AfzanTajul Ariffin  Puan Nor Azlin Aminudin 

1) Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor). 2) Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat