PENINGKATAN KUALITAS BIBIT TEBU DAN NIRA
MENTAH DENGAN TEKNOLOGI LUCUTAN PLASMA
Isyuniarto, Widdi Usada, Suryadi, Agus Purwadi
PTAPB – BATAN Yogyakarta
ABSTRAK
PENINGKATAN KUALITAS BIBIT TEBU DAN NIRA MENTAH DENGAN TEKNOLOGI LUCUTAN PLASMA. Telah dilakukan peningkatan kualitas bibit tebu dan nira mentah dengan teknologi lucutan plasma. Sebagai sampel penelitian digunakan bibit tebu yang terinfeksi RSD (Ratoon Stunting Desease) varitas M 442-51 (BZ 148) dan tebu varitas Bulu Lawang untuk penelitian nira. Bibit tebu yang terinfeksi RSD dipotong masing-masing 3 ruas sebanyak 10 bagal, kemudian diperlakukan dengan waktu ozonisasi 30, 45 dan 60 menit dan variasi pH 6,5 dan 7,0. Sebagai kontrol dipakai HWT (Hot Water Treatment) mini, dengan suhu pemanasan 52 oC, selama 60 menit dan 52 oC, selama 120 menit. Sampel tebu maupun nira
dilakukan ozonisasi dengan variasi waktu dan pH. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh kenyataan bahwa dengan pemakaian ozon dapat mengurangi penyakit RSD pada bibit tebu, sedangkan ozonisasi pada nira mentah menunjukkan bahwa pada ozonisasi 5 menit dan pH = 6,5 sudah memberikan nilai Dekstran %Brix yang memenuhi standar yang sudah ditentukan yaitu 0,018. Menurut standar normal nira mentah nilai Dekstran % Brix-nya adalah 0,037 – 0,085. Diharapkan dengan pemberian ozon ini dapat meningkatkan kualitas bibit tebu dan nira mentah.
ABTRACT
QUALITY IMPROVEMENT OF SUGAR CANE SEED AND RAW SUGAR LIQUID BY PLASMA DISCHARGE TECHNOLOGY. The quality improvement of sugar cane seed and raw sugar liquid by plasma discharge technology has been done. As a research sampel was used the sugar cane seed contaminated by RSD (Ratoon Stunting Desease) varithy M 442-51 (BZ 148) and sugar cane of Bulu Lawang. Each seeds of sugar cane infected RSD was cut in 3 segments in a number of 10. It was then treated with the time ozonition 30, 45 and 60 minute and variation of pH 6,5 and 7,0. As a control small HWT (Hot Water Treatment) was used, with the heating temperature 52oC, for 60 minutes and 52 oC, 120 minute. Sampel of
sugar cane and raw sugar liquid was ozonized with the variation of time and pH. From the research conducted was proven that with the ozone usage can lessen the RSD disease at sugar cane seed, while ozonisation at raw sugar liquid for 5 minutes has given a Dextran % Brix value that matchs the assigned standard. It expected that by ozonisation the quality of sugar cane seed and raw sugar liquid could be improved.
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini banyak dialami industri gula terjadi penurunan nira tebu yang pada akhirnya sangat mempengaruhi produksi gula. Penurunan nira tebu ini salah satunya disebabkan karena penguraian tebu oleh mikroorganisme, karena pemanenan tebu secara mekanis, pembakaran tebu di sawah, tebu yang dipotong-potong (chopped cane). Dapat juga disebabkan karena waktu antara tebang dan giling melebihi 24 jam.(1) Terjadinya
penurunan nira tebu atau dekstran ini merupakan sebab utama dari kehilangan sakarosa.
Menurut Mochtar (1985), konversi dari sakarosa ke dekstran adalah 25%, berarti setiap 0,01% dekstran yang terbentuk menyebabkan kehilangan sakarosa 0,04%.(2)
Disamping itu dekstran juga menyebabkan peningkatan viskositas dari produk yang diolah di
pabrik gula bagian akhir, serta perpanjangan kristal sakarosa, sehingga proses pemisahan gula kristal dari masakan dalam putaran menjadi lambat. Akibatnya akan terjadi kehilangan gula yang banyak. Hal ini sangat tidak ekonomis sehingga perlu mendapat perhatian.
Telah diteliti oleh Sumarno dkk. (1993), untuk mengatasi keadaan tersebut diatas telah digunakan enzim dektranase, yaitu suatu enzim khusus yang digunakan dalam industri gula untuk memecah atau memotong ikatan beta-1,6 dan 1,4-glukosida dari dekstran. Hidrolisa dekstran ini dalam nira mentah atau nira kental akan menurunkan viskositas nira, sehingga tidak akan mengganggu proses selanjutnya.(3)
Namun timbul permasalahan baru yang muncul sehubungan dengan penerapan hidrolisis dekstran pada skala pabrik terutama adalah perancangan instalasi pemecah dekstran. Meskipun
hal ini sudah sukses dilakukan dalam skala laboratorium di PG Cepiring, yaitu dengan menggunakan enzim yang harganya sangat mahal karena harus import dari Switzerland. Apabila hal ini diterapkan dalam skala industri akan memerlukan biaya yang besar sekali, sehingga diperlukan suatu terobosan baru mencari cara lain untuk hidrolisis dekstran tersebut. Salah satu cara yang dicoba adalah dengan menggunakan oksidan yang kuat tetapi ramah lingkungan, yaitu ozon (O3).
Ozon merupakan oksidator yang sangat kuat, setelah fluor, mudah dibuat dan dikatakan ramah lingkungan karena ozon akan berubah menjadi oksigen, unsur yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup.(4)
Ozon di alam dapat terbentuk secara alamiah melalui radiasi ultraviolet dari sinar matahari. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sinar ultraviolet dari pancaran sinar matahari mampu menguraikan gas O2 di udara bebas. Molekul
oksigen kemudian terurai menjadi 2 buah atom oksigen, proses ini dikenal dengan nama photolysis. Atom oksigen tersebut secara alamiah bertumbukan dengan molekul gas oksigen disekitarnya dan terbentuklah ozon.
Reaksi yang terjadi :
O2 + radisi UV 2 O ....…… (1)
O + O2 O3 ... (2)
Gambar 1. Reaksi pembentukan ozon (O3)
Ozon (O3) dapat berfungsi sebagai
pembersih, penghilang bau serta sebagai bahan
desinfektan yang mampu membunuh
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan sebagainya. Dibanding dengan khlorin kekuatan ozon sebagai tenaga desinfektan bisa mencapai 3250 kali lebih cepat serta 50% lebih kuat tenaga oksidatifnya.(5) Mengingat akan efek kegunaan dan
kelebihan ozon maka tak mengherankan bila ozon hingga sekarang masih dimanfaatkan untuk
sterilisasi air, udara, dan bahan makanan sehingga
disamping bahan dapat tahan lama juga bisa lebih aman untuk dikonsumsi.(6)
Dalam penelitian ini teknologi pembuatan ozon yang digunakan adalah dengan metoda plasma lucutan terhalang dielektrik atau karena lucutannya yang nyaris tak terdengar maka metode ini sering
dikatakan metode plasma lucutan senyap,(7,8) seperti
pada Gambar 2. Lucutan senyap merupakan plasma yang tidak seimbang dalam arti elektron-elektron dalam plasma mempunyai tenaga atau temperatur yang jauh lebih tinggi daripada partikel-partikel berat (gas netral)(9). Untuk mendukung
penyempurnaan aplikasi dengan metode ini, telah dirancang generator ozon dengan keluaran daya 100 watt. Keunggulan teknologi lucutan senyap dibanding dengan teknologi sinar UV adalah efisiensi ozon yang dihasilkan lebih besar.(4)
Gambar 2. Plasma lucutan terhalang dielektrik Ozon dengan potensial oksidasi sebesar 2,07 volt sehingga sangat berpotensi untuk membunuh mikroorganisme patogen, tanpa meninggalkan residu yang berbahaya karena peluruhan ozon adalah molekul oksigen yang sangat akrab bagi manusia. Oleh karena itu perlakuan bibit tebu dengan menggunakan ozon sepertinya tanpa menambahkan sesuatu zat apapun pada bibit tebu tersebut namun akan ada hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, yaitu bibit tebu bebas dari bakteri Leifsonia Xyli Subsp Xyli penyebab penyakit RSD (Ratoon Stunting Desease) dan nira yang dihasilkan mempunyai viskositas sesuai dengan yang diharapkan.
Disamping itu kendala pada industri gula yang selalu dihadapi saat ini adalah tebu “wayu” (spoiled) karena beberapa sebab, antara lain : waktu tunggu yang lama (mulai ditebang sampai tebu digiling), tebu terbakar dan sanitasi di penggilingan. Kontaminasi bakteri Leuconostoc Ms dimulai sejak tebu di tebang, bagian tebu yang terluka memudahkan bakteri masuk dalam batang. Begitu pula nira pada proses penggilingan di industri gula lebih banyak terkontaminasi oleh bakteri Leuconostoc Ms sehingga menyebabkan timbulnya dekstran yang berdampak pada penurunan kualitas nira dan kehilangan sakarosa.(2)
Pertumbuhan bakteri ini dipacu dengan kondisi pH nira yang relatif rendah (± 4,0), sehingga perlu dilakukan usaha menaikkan pH nira untuk menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Bahan yang digunakan untuk mengatur pH selama ini elektron
-adalah dengan menambahkan susu kapur (CaOH2)
ke dalam nira mentah hasil penggilingan. Diharapkan dengan penambahan susu kapur ini pH nira mentah menjadi mendekati 7 dan pertumbuhan bakteri Leuconostoc Ms dapat ditekan seminimal mungkin.(10)
Untuk ikut berperan aktif memecahkan problem nasional sesuai dengan kemampuan iptek yang dimiliki dalam pembuatan generator ozon dan aplikasinya(4,9) maka BATAN Yogyakarta
bekerjasama dengan PTPN X Jawa Timur dan P3GI Pasuruan ikut berpartisipasi menyumbangkan kemampuannya dalam memecahkan problem daerah khususnya dalam teknologi penyiapan bibit tebu yang bebas dari bakteri Leifsonia Xyli Subsp Xyli dan nira mentah hasil penggilingan bebas dari bakteri Leuconostoc Ms, untuk disosialisasikan kepada masyarakat luas pada umumnya dan pada industri gula pada khususnya.
Dalam hal ini teknologi pembuatan ozon yang digunakan adalah dengan metoda plasma lucutan terhalang dielektrik (dielectric barrier
discharge)(7,8) Keunggulan teknologi lucutan senyap
dibanding dengan teknologi sinar UV adalah efisiensi ozon yang dihasilkan lebih besar. Menyadari bahwa teknologi aplikasi ozon untuk penyiapan bibit tebu dan nira mentah yang bebas bakteri di Indonesia masih belum berkembang maka perlu sosialisasi penggunaan ozon yang dihasilkan melalui teknologi plasma lucutan senyap.
TATA KERJA
BahanBibit tebu yang terkontaminasi RSD varitas M 442-51 (BZ 148), tebu varitas Bulu Lawang (untuk penelitian nira mentah), dan susu kapur Ca(OH)2.
Alat
Ozonizer 100 W, buatan P3TM-BATAN Yogyakarta, tangki HWT mini buatan P3GI Pasuruan, pH meter, pompa tekan batang tebu, seperangkat alat analisis Dextran, seperangkat alat analisis Serologi dan alat gilingan tebu.
Cara Kerja
Peningkatan kualitas bibit tebu
Bibit tebu yang terinfeksi RSD dipotong masing-masing 3 ruas sebanyak 10 bagal, kemudian diperlakukan dengan waktu ozonisasi 30, 45 dan 60 menit dan variasi pH 6,5 dan 7,0. Sebagai kontrol dipakai HWT mini, dengan suhu pemanasan 52 oC,
60 menit dan 52 oC, 120 menit (setiap perlakuan
HWT dipakai 4 keranjang, 2 keranjang diozonisasi 30 menit dan 2 keranjang tanpa ozonisasi). Analisis serologi dilakukan di P3GI, Pasuruan.
Peningkatan kualitas nira mentah
Tebu dari varitas Bulu Lawang digiling, kemudian nira mentah yang diperoleh diperlakukan dengan variasi pH 5 dan 6,5 dan waktu ozonisasi 0, 5, 10 dan 15 menit. Hasil proses dianalisis Dextran % Brix-nya di Laboratorium Puslitbang Gula PTPN X Jengkol, Kediri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian peningkatan kualitas bibit tebu yang telah dilakukan diperoleh data kualitatif hasil analisis serologi yang dilakukan P3GI Pasuruan. Data kuantitatif belum bisa ditampilkan karena alat analsisis serologi (Bio Radical Model 550) yang ada di P3GI Pasuruan sedang rusak, filternya retak. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari pengamatan secara kualitatif tersebut, sekilas dapat dilihat bahwa dengan perlakuan ozon dapat menghilangkan bakteri yang ada dalam pembuluh batang tebu. Tetapi pada pH yang lebih tinggi (> 7), ozon belum dapat membunuh semua bakteri. Hal ini dimungkinkan karena pada saat percobaan airnya dalam keadaan diam. Apabila air untuk merendam tebu tersebut dibuat mengalir (kontinyu), memungkinkan ozon dapat merata keseluruh batang tebu. Tanda positip belum tentu menyatakan bahwa ozon tidak dapat membunuh bakteri dalam batang tebu tersebut, mungkin tidak semua bakteri mati. Sehingga ketika diuji secara kualitatif masih muncul warna bakterinya. Hal ini akan lebih jelas apabila dilakukan uji kuantitatif, tetapi untuk saat ini belum bisa dilakukan. Namun dengan melihat data tersebut dapat dikatakan bahwa ozon memungkinkan untuk menggantikan peranan HWT yang selama ini digunakan di pabrik gula. Apabila hal ini dapat diaplikasikan dalam pabrik gula, maka akan menghemat biaya yang tidak sedikit, karena kebutuhan BBM untuk memanaskan air dapat dihilangkan.
Sedangkan dalam nira mentah hasil penggilingan batang tebu sering dijumpai bakteri
Leuconoctoc Ms, yaitu salah satu jenis bakteri hama tanaman tebu yang menyerang pembuluh batang tebu. Tanda bahwa tebu terserang bakteri ini
dapat diamati pada ruas tebu terdapat bintik-bintik merah.
Tabel 1. Data kualitatif analisis serologi pada bibit tebu yang diperlakukan dengan Hot Water Treatment (HWT) dan diozonisasi
No. PERLAKUAN Kode Cup Hasil Pengamatan
1 Kontrol Kn + 2 HWT 60’ H-1 -3 HWT 120’ H-2 -4 HWT 60’, O3 30’, pH 6,5 H-1/O/6,5 -5 HWT 120’, O3 30’, pH 6,5 H-2/O/6,5 -6 O3 30’, pH 6,5 O-30/6,5 -7 O3 45’, pH 6,5 O-45/6,5 -8 O3 60’, pH 6,5 O-60/6.5 + 9 HWT 60’, O3 30’, pH 7 H-1/O/7 -10 HWT 120’, O3 30’, pH 7 H-2/O/7 -11 O3 30’, pH 7 O-30/7 + 12 O3 45’, pH 7 O-45/7 + 13 O3 60’, pH 7 O-60/7 +
Catatan : tanda + menyatakan tebu terserang penyakit RSD tanda – menyatakan tebu bebas penyakit RSD Apabila batang tebu terserang bakteri ini, maka nira mentah yang dihasilkan akan menurun karena terbentuk dekstran. Telah diterangkan dimuka bahwa konversi sakarosa ke dekstran adalah 25%, berarti setiap 0,01% dekstran yang terbentuk menyebabkan kehilangan sakarosa 0,04%.(2) Disamping itu dekstran juga
menyebabkan peningkatan viskositas dari produk
yang diolah di pabrik gula pada bagian akhir proses, serta perpanjangan kristal sakarosa, sehingga proses pemisahan gula kristal dari masakan dalam putaran menjadi lambat. Akibatnya akan terjadi kehilangan gula yang banyak. Hal ini perlu dihindari, untuk mencegah berkurangnya produksi gula. Hasil penelitian peningkatan kualitas nira mentah dengan teknologi ozon pada pH = 5 dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 3 berikut. Tabel 2. Pengaruh penambahan ozon dan kapur terhadap Dekstran % Brix pada pH = 5
WAKTU
WAKTU (menit)
DEKSTRAN % BRIX
NIRA NIRA + OZON NIRA + OZON + KAPUR
0 0,071 - 0,0595
5 0,085 0,066 0,133
10 0,106 0,092 0,123
15 0,122 0,094 0,155
Dekstran % Brix adalah satuan yang menyatakan banyaknya dekstran yang terjadi dalam nira mentah karena kerja dari bakteri Leuconoctoc Ms. Semakin tinggi harga Dekstran % Brix yang terjadi menunjukkan perusakan nira mentah oleh bakteri Leuconoctoc Ms semakin besar, yang akibatnya mempengaruhi pruduk gula yang dihasilkan. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa dengan penambahan ozon ke dalam nira mentah
pada pH = 5 dapat menghambat perkembangan bakteri Leuconostoc Ms.
0 2 4 6 8 10
Waktu ozonisasi ( menit ) 0.05 0.1 0.15 D ex tr an % B ri x
Nira Nira + O3 Nira + O3 + kapur
0 5 10 15
Gambar 3. Pengaruh waktu ozonisasi terhadapDekstran % Brix pada pH = 5
Hal ini disebabkan karena ozon merupakan oksidator yang sangat kuat, sehingga bakteri yang akan berkembang dioksidasi dan akhirnya mati. Apabila kedalam nira ditambahkan kapur dan diozonisasi ternyata Dekstran % Brix-nya tinggi. Hal ini disebabkan karena dengan penambahan kapur, partikel yang melayang-layang dalam nira makin tinggi. Adanya partikel-aprtikel semacam ini menyebabkan kerja ozon tidak efektif, karena ozon akan ditangkap oleh partikel tersebut. Karena ozon yang ada dalam nira berkurang maka bakteri dapat berkembang dengan pesat. Akibatnya Dekstran % Brix-nya semakin tinggi, bila dibandingkan dengan nira mentah dan nira mentah yang diozonisasi. Bila pH nira dinaikkan menjadi 6,5, dengan menambahkan susu kapur ternyata mampu menekan kenaikkan dekstran % brix seperti pada Tabel 3 dan Gambar 4.
Tabel 3. Pengaruh penambahan ozon dan kapur terhadap Dekstran % Brix pada pH = 6,5
WAKTU
WAKTU (menit)
DEKSTRAN % BRIX
NIRA NIRA + OZON NIRA + OZON + KAPUR
0 0,013 0,013 0,013
5 0,016 0,018 0,014
10 0,061 0,056 0,053
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Waktu ozonisasi ( menit ) 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 D ex tr an % B ri x
Nira Nira + O3 Nira + O3 + kapur
0 5 10
Gambar 4. Pengaruh waktu ozonisasi terhadap Dekstran % Brix pada pH 6,5
Dari Tabel 3 dan Gambar 4 tersebut dapat dilihat bahwa dengan menaikkan pH nira mentah sebelum diozonisasi dapat menekan kenaikkan dekstran yang timbul. Cara menaikkan pH nira adalah nira mentah sebelum diozonisasi ditambahkan susu kapur sejumlah tertentu sampai pH mencapai 6,5. Setelah itu baru diozonisasi dengan waktu yang divariasi. Dengan pH yang relatif tinggi menyebabkan kandungan OH- dalam
nira bertambah, sehingga OH- dengan ozon akan
membentuk OH- radikal, OH- radikal dan oksigen
radikal akan membunuh bakteri yang ada dalam nira. Sehingga pertumbuhan bakteri dapat dihambat.
Dengan membandingkan Dekstran % Brix standar normal nira mentah sebesar 0,037 – 0,085,
(1,3) maka pemberian ozon 5 menit sudah memenuhi
standar yang diperlukan. Semakin lama pemberian ozon diberikan ke nira mentah, ternyata membuat Dekstran % Brix semakin besar. Hal ini dimungkinkan karena penambahan ozon tidak mempengaruhi kerja bakteri, mengingat pH nira mentah yang relatif rendah (± 4,0). Pada pH rendah (asam) kerja ozon tidak efektif,
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dengan pemakaian ozon dapat mengurangi penyakit RSD pada bibit tebu, meskipun besarannya belum dapat disampaikan karena datanya merupakan data kualitatif. Sedangkan ozonisasi pada nira mentah menunjukkan bahwa pada ozonisasi 5 menit dan pH = 6,5 sudah memberikan nilai Dekstran %Brix yang memenuhi standar yang sudah ditentukan yaitu sebesar 0,018. Menurut standar normal nira mentah nilai Dekstran % Brix-nya adalah 0,037 – 0,085. Diharapkan dengan pemberian ozon ini dapat
meningkatkan kualitas bibit tebu dan nira mentah hasil penggilingan.
TERIMA KASIH
Dengan telah selesainya penelitian ini diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak/ibu karyawan PTPN X Kediri, Puslitbang Gula Jengkol Kediri, P3GI Pasuruan dan rekan teknisi-rekan P3TM atas bantuan yang diberikan dari awal hingga tersusunnya makalah ini. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan lagi dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
1. SUMARNO, ” Rekayasa Instalasi Pemecah Dekstran Secara Enzimatis di Nira mentah PG Cepiring ”, Majalah Penelitian Gula, ISSN 0541-7406, Vol. XXX (1) Maret, 1994.
2. MOCHTAR, H.M., Characterization of Polysacharida of Indonesia Sugar Factory Products, Berita No. 2 BP3G, Pasuruan, 1985. 3. SUMARNO, HADI PRAYITNO, “Penggunaan
Enzim Dektranase dan Talosurf Dalam Nira Mentah di PG Cepiring”, (RPTP 12.011), P3GI Pasuruan, 1993.
4. WIDDI USADA, SURYADI, AGUS PURWADI, ISYUNIARTO, Litbang Pembuatan Plasma Ozonizer 100 W Untuk Perlakuan Air dan Udara, Proposal Kegiatan /Program Kegiatan T.A. 2003.
5. PATEL, K., MARCEL, P., What Is Ozone ?, Ozone Limited, 30 London Road, Madras 600010, India 2001.
6. KRIS TRI BASUKI, WIDDI USADA, AGUS PURWADI, ISYUNIARTO, ”Ozon dan Aplikasinya”, Seminar di PTPN X, Kediri, 1-2 Desember 2004.
7. U. KOGELSCHATZ, B. ELIASSON, and M.HIRTH, “ Ozone Generation From Oxygen And Air : Discharge Physics And Reaction Mechanism “, Ozone Science & Engineering, vol 10, pp. 367-368, 1988.
8. U. KOGELSCHATZ, “Industrial Ozone Production“, presented in International Ozone Symposium, Anniversary of Christian Friedrich Schonbein-the Discoverer of Ozone, Basel, Switzerland, October 21 and 22, 1999,
9. AGUS PURWADI, WIDDI USADA, SURYADI, ISYUNIARTO, “Studi dan Pembuatan Generator Ozon Menggunakan Lucutan Listrik”, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah LITDAS Teknologi Nuklir, P3TM BATAN Yogyakarta 2001.
10. Selayang Pandang Pabrik Gula Pesantren Baru, PT Perkebunan Nusantara X (Persero), PG Pesantren Baru, Kediri, Januari 2005.
TANYA JAWAB
No Name
−Nira adalah ikatan organik,apakah ozon yang digunakan tidak merusak niranya sendiri ?
−Mengapa datanya masih kualitatip sehingga belum bisa dibahas?
−Apa fungsi mengatur Ph dalam penelitian ini? Isyuniarto
−Secara fisik memang tidak terjadi perubahan wana dan sifat, namun belum pernah kami analisa secara kimia. Tetapi apabila dilihat pada Dxtron % Brix-nya, nira yang dijadikan sampel tidak rusak secara kimia,yang mati adalah bakteri yang ada dalam nira tersebut.
−Penelitioan ini di PG Pesantern Baru, Kediri, dan analisis serologinya di P3GI Pasuruhan. Karena alatnya sedang rusak, sehingga data yang diperoleh masih kualitatip.
−Ozon akan bekerja efektif pada kondisi Ph >7,0 (biasa), sehingga sebelum diproses kondisi airnya atau nira mentahnya dikondisikan pada Ph 7,0 menggunakan kapur.