• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian dilakukan di kawasan hutan mangrove Kecamatan Lagonkulon, Kabupat en Subang, Propinsi Jawa Barat. Dipilihnya Kecamatan Legonkulon karena Kecamatan Legonkulon merupakan satu-satunya kecamatan di Kabupaten Subang, Jawa Barat yang memiliki areal hutan mangrove terluas dan terbaik.

Hutan mangrove yang berada di Kecamatan Legonkulon ini merupakan wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem dan Pamanukan, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, yang terdiri dari lima desa yaitu : Desa Mayangan, Pangarengan, Anggasari, Legon Wetan dan Desa Tegalurung.

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2005 sampai bulan Januari 2006 yang terbagi dalam beberapa tahap kegiatan yaitu:

observasi wilayah, pengambilan data primer, pengambilan data sekunder, pengolahan data dan pelaporan.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan peta wilayah dari BKPH serta data pendukung dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang. Sedang alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera, meteran dan tali.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus, yaitu meneliti tentang suatu obyek yang berkenaan dengan fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

Satuan kasusnya adalah hutan mangrove serta individu yang berada di dalamnya di Kecamatan Legonkulo n yang terdiri dari lima desa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tambak tumpangsari di Kecamatan Legonkulan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah tambak sistem empang parit yang berada di

(2)

Kecamatan Legonkulo n sebanyak tiga desa dan obyeknya adalah tambak tumpangsari sistem empang parit dengan pola 80:20, 70:40, 60:40, 50:50 dan tambak tanpa hutan mangrove.

Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive, dengan tahapan:

1. Pengamatan seluruh hutan mangrove yang ada di Kecamatan Legonkulon, yang terdiri dari lima desa yaitu: desa Mayangan, Pangarengan, Anggasari, Legon Wetan dan desa Tegalurung. Dari pengamatan dan pendataan di Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem dan Pamanukan diperoleh data kondisi hutan mangrove seperti pada T abel 1.

Tabel 1 Kondisi Hutan Mangrove di Kecamatan Legonkulon (DKP, Subang, 2003 ).

No Nama Desa Luas Hutan (ha) Kondisi

1 Pangerengan

1.158,54 Kurang baik 2 Mayangan

285,80 Kurang baik 3 Tegalurung

407,65 Baik

4 Anggasari

633,45 Sedang

5 Legon Wetan

304,45 Sedang

Jumlah 2.789.89

2. Pemilihan lokasi penelitian yaitu diambil tiga desa dengan kondisi hutan kurang, sedang dan baik yang masing-masing diwakili oleh: Desa Pangarengan (kondisi hutanya kurang baik), Desa Anggasari (dengan kondisi hutan sedang) dan Desa Tegalurung dengan kondisi hutan yang baik.

3. Dari tiga desa yang terpilih tersebut, diambil sampel dari berbagai pola yang akan diteliti yang selanjutnya diberi tanda dan kode, dari kegiatan ini dipilih berdasarkan kemudahan dalam mengambil data (informasi dari ketua KUD), maka diperoleh sampel sebagai berikut:

(3)

• tambak yang memiliki lebar parit 3 m dengan kondisi hutan yang baik sesuai standart Perum Perhutani yaitu jarak antar tanaman pokok maksimal 5x5 meter, selanjutnya dianggap sebagai pola 80:20,

• 15 tambak yang memiliki lebar parit 4 m dengan kondisi hutan yang baik, selanjutnya dianggap sebagai pola 70:30,

• 15 tambak yang memiliki lebar parit 5 m dengan kondisi hutan yang baik, selanjutnya dianggap sebagai pola 60:40,

• 15 tambak yang memiliki lebar parit lebih dari 5 m dengan kondisi hutan yang tidak baik/tidak teratur, selanjutnya dianggap sebagai pola 50:50,

• 15 tambak yang tidak memiliki hutan mangrove, yang merupakan milik petani (tanah milik), selanjutnya disebut tambak dengan pola tanpa hutan.

4. Setelah didapat pengelompokan tersebut, maka didata nama-nama pemilik tambak dan selanjutnya dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini.

5. Dengan menggunakan kuisioner, sumber dari KUD maupun dari Tempat Pelelangan Ikan, maka d iperoleh data yang diharapkan, yaitu hasil yang diperoleh dari pengusahaan tambak sistem empang parit dan biaya yang dikeluarkan dalam pengusahaan tambak tersebut.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, kunjungan dan wawancara terhadap responden menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dirancang dan dipersiapkan. Sedangkan data sekunder dipero leh dari instansi atau lembaga yang terkait.

a. Data primer berupa :

1. Hasil tangkapan harian yaitu hasil yang diperoleh setiap hari oleh petani tambak dari berbagai pola. Hasil tangkapan harian ini pada umumnya berupa udang api atau udang windu yang ukurannya sudah menguntungkan menurut perkiraan petani. Hasil tangkapan harian ini diperoleh petani dengan cara memasang bubu pada pintu air dari saluran ke areal tambak. Pemasangan dilakukan pada jam 4 sore dan diambil setiap jam 5 pagi, dilakukan setiap

(4)

hari. Jika dalam bubu terdapat udang atau ikan yang belum dikehendaki, maka dikembalikan lagi ke tambak. Ikan yang masuk kedalam bubu adalah ikan yang berasal dari tambak pada saat air laut surut. Data ini diperoleh dari petani langsung maupun dari Tempat Pelelangan Ikan setempat. Hasil tangkapan harian ini dinyatakan dalam bentuk nilai uang (rupiah). Petambak menerima uang dalam jumlah tertentu dan ditulis dalam bentuk kitir. Kitir ini sebagai bukti pendapatan petani dan dibukukan oleh petugas pelelangan.

2. Hasil pokok budidaya yang dilakukan dalam tambak yaitu udang windu dan bandeng. Hasil budidaya ini diperoleh petani setelah waktu panen (5 -6 bulan).

Cara panen hasil budidaya ini dengan menguras air pada empang dengan menggunakan mesin pompa. Hasilnya dinyatakan dalam volume dan nilai rupiah berdasar hasil pengisian dalam kuisioner.

3. Hasil sampingan budidaya berupa udang putih dan ikan mujaer. Hasil sampingan ini diperoleh bersama-sama pada saat panen bandeng dan udang yang dibudidayakan. Dikatakan hasil samping an karena petani tambak tidak pernah menebar benih ikan mujaer maupun udang putih. Kedua jenis komoditas ini masuk pada saat air pasang, selanjutnya tumbuh dan berkembang di dalam tambak. Hasil samping ini dipanen bersamaan dengan panen udang dan bandeng. Hasil samping an ini juga dapat dinyatakan dalam bentuk volume dan nilai uang (rupiah).

4. Biaya yang dikeluarkan oleh petani tambak, yang terdiri dari biaya investasi (pembuatan tambak) dan peralatan lain, biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Data tentang besarnya biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan tambak ini dipeorleh dari petani langsung melalui wawancara, wawancara dengan ketua KUD dan sebagian diambil dari data Perum Perhutani BKPH Ciasem dan Pamanukan .

b. Data sekunder berupa :

1. Keadaan wilayah secara umum (dari Perum Perhutani, Pemerintah Kecamatan Legonkulon dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang).

(5)

2. Karakteristik petani tambak secara umum dari Pemerintah Desa, dari Perum Perhutani.

3. Potensi wilayah perairan tempat penelitian serta keadaan khusus wilayah perairan diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang.

4. Peta lokasi/daerah penelitian diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Usahatani dengan menghitung: Return Cost Ratio , Kecepatan Pengembalian Modal, Laju Keuntungan Bersih dan Break Event Point ( Sutadi dan Dedi Heryadi 1992).

1. Return Cost Ratio (RC) merupakan perbandingan nisbah antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan. Secara matematis nilai R/C dapat dihitung dengan rumus:

R (Return) = penerimaan

C (Cost) = biaya, yang terdiri dari : FC (fixed cost) = biaya tetap dan

VC (variable cost ) = biaya tidak tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang nilainya tidak dipengaruhi oleh besarnya penerimaan, misalnya sewa lahan dan penyusutan investasi. Sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang nilainya tergantung pada penerimaan, misalnya; sarana produksi, tenaga kerja (Soekartawi, 1995). Secara teoritis jika nilai R/C = 1 maka usaha tersebut dikatakan tidak untung dan tidak rugi.

Tetapi karena dalam usaha tani sering terjadi kesulitan dalam menghitung tenaga kerja yang dilakukan oleh keluarga sendiri, maka dalam menentukan tingkat kelayakan peneliti dapat menggunakan nilai R/C minimal 1,5 atau 2, untuk menyatakan bahwa usaha tani tersebut layak dilakukan.

2. Kecepatan Pengembalian Modal merupakan nilai yang menunjukkan tingkat kemampuan seorang pengusaha untuk mengembalikan modal investasi yang ditanamnya.

(6)

Kecepatan Pengembalian Modal ini secara matematis dapat dihitung dengan rumus:

Nilai bersih hasil usaha + penyusutan investasi

Total Investasi

Nilai bersih hasil usaha merupakan nilai usaha yang sudah dikurangi dengan pajak, sedangkan penyusutan investasi dilakukan secara tetap tiap tahun selama umur ekonomi barang investasi.

3. Laju Keuntungan =

VC FC NI

+ = biaya tetap biaya tidak tetap bersih

Nilai

+ yang

menggambarkan besarnya keuntungan bersih setiap waktu berdasarkan modal operasional yang dikeluarkan.

NI = Nilai bersih hasil usaha, merupakan nilai usaha yang sudah dikurangi dengan pajak merupakan nilai.

FC (fixed cost) = biaya tetap dan VC (variable cost ) = biaya tidak tetap

4. Break Event Point (BEP) merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi (penerimaan) sama dengan biaya produksi, sehingga pad a saat itu pengusaha mengalami titik impas. Dalam usaha tani tambak ini nilai BEP menunjukan pendapatan minimum pertahun yang harus diperoleh oleh petani sehingga petani dapat mengembalikan modal produksinya. Secara matematis nilai BEP dapat dihitung dengan rumus:

BEP =

GI VC - 1

FC , dimana ;

FC = fixed cost = biaya tetap, VC = variable cost dan GI = Gross Income adalah pendapatan kotor sebelum dipotong pajak.

5. Uji Beda

Uji beda yang digunakan dalam analisis data adalah analisis varians yaitu untuk menguji variasi atau ragam data yang diperoleh dari berbagai pola tambak. Dari analisis varians ini akan dapat disimpulkan bahwa antar pola ada yang berbeda nyata jika nilai F hitung > F tabel, dan sebaliknya semua pola tidak berbeda nyata atau tidak memberikan keragaman artinya semua pola sama jika F hitung < F tabel. Jika minimal ada satu pola yang berbeda

(7)

nyata, maka untuk mengetahui pola mana yang berbeda nyata diuji dengan uji LSD (Leas Significant Difference) dengan α 5%, Sudjana (2002).

6. Analisis Regresi

Analisis regresi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mencari hubungan fungsional antara berbagai pola tambak (X) dengan biaya (Y) yang dikeluarkan untuk usaha, serta untuk mengetahui hubungan fungsional antara berbagai pola tambak (X) dengan pendapatan yang diperoleh petani tambak (Y). Menurut Sudjana (2002), hubungan fungsional tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis:

Y = a + bX, untuk hubungan fungsional yang linier dan

Y = a + bX + cX2, untuk menyatakan hubungan fungsional nonlinier.

Y adalah variabel tidak bebas dan X adalah variabel bebas, sedangkan a, b, c adalah koefisien persamaan regresi yang dihitung dengan rumus:

? Yi = na + b? Xi + c? X2i

? XiYi = a? X i + b ? X2i + c? X3i

? X2iYi = a? X2i + b? X3i + c? X4i

Hasil perhitungan dari analisis regresi ini disajikan dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan fungsional antara pola tambak dengan biaya maupun hubungan fungsional antara pola tambak dengan pendapatan petani.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Surya Cita Televisi memiliki peranan penting dalam mencerdaskan bangsa bisa di lihat pada slogan perusahaan yang berbunyi “ Stu Untuk Semua “ hal ini sesuai

Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah jumlah penggunaan air konsumtif, nutrisi dan energi listrik dari sistem fertigasi rakit apung yang digunakan serta

Periksalah temperatur air pendingin engine, tekanan olie engine, HST oil temperatur dan permukaan bahan bakar. Bila engine panas tinggi, jangan memberhentikan engine secara

Islamisasi pengetahuan ini juga diawali dengan adanya keresahan dan kekecewaan pada kaum muslim dalam melihat fenomena betapa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data dan informasi : (1) Kepala sekolah memeiliki kemampuan sebagai supervisor dalam pelaksanaan program pembinaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara coping style dan anticipatory grief pada orangtua dari anak dengan diagnosis kanker3. Hasil

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: (1) Melakukan pengumpulan informasi, yaitu dengan cara melakukan penelitian mengenai