• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesian Stock Exchange (IDX) merupakan pasar modal yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesian Stock Exchange (IDX) merupakan pasar modal yang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesian Stock Exchange (IDX) merupakan pasar modal yang berada di Indonesia. Bursa Efek Indonesia merupakan tempat masyarakat dapat membeli dan menjual instrumen jangka panjang seperti saham, reksa dana, obligasi dan berbagai instrumen derivatif lainnya. Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, tujuan dibentuknya pasar modal yaitu untuk membantu pembangunan Indonesia yang diharapkan agar meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia yang lebih baik. Saat ini terdapat tiga puluh lima indeks harga saham yang ada di Bursa Efek Indonesia, salah satunya adalah indeks sektoral. Indeks sektoral terdiri dari 9 sektor industri dengan total perusahaan yang terdaftar pada BEI sebanyak tujuh ratus tiga belas perusahaan (Sahamoke.com, 2021). Perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah go publik yaitu perusahaan yang menjual sahamnya ke publik.

Perusahaan wajib melaporkan laporan keuangan dan tahunan selambat-lambatnya hingga akhir bulan ketiga setelah tahun buku berakhir dan bursa harus mempublikasikan laporan keuangan tersebut agar dapat digunakan oleh masyarakat (www.idx.co.id, 2021)

Perusahaan sektor pertambangan yang berada pada BEI memiliki lima sub sektor, yaitu sub sektor batubara, sub sektor minyak dan gas bumi, sub sektor logam dan mineral lainnya, sub sektor batu-batuan dan sub sektor pertambangan lainnya. Berdasarkan undang-undang nomor 3 tahun 2020 tentang pertambangan, yaitu sebagian atau seluruh kegiatan pengelolaan mineral atau batubara meliputi kegiatan yang dilakukan pasca tambang. Undang-undang nomor 3 tahun 2020 adalah perubahan dari undang-undang nomor 4 tahun 2009, hal ini dilakukan karena undang-udang nomor 4 tahun 2009 belum bisa menjawab permasalahan dan kebutuhan hukum dalam penyelenggaraan pertambangan. Dengan adanya perubahan ini diharapkan agar memperbaiki tata kelola minerba di Indonesia,

(2)

2

sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih besar untuk kesejahteraan rakyat Indonesia (bpk.go.id, 2020)

Industri sub sektor batubara menjadi salah satu kontributor utama dalam meningkatkan pendapatan negara yang berasal dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Pada tahun 2018 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor batubara telah mencapai Rp46,6 triliun atau 145,17% dari target tahun 2017 yaitu sebesar Rp 32,1 triliun. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor batubara yang dihasilkan oleh negara karena tingginya tingkat pengeksporan batubara kepada negara tujuan utama. Berikut jumlah pengeksporan batubara kepada negara tujuan utama :

Tabel 1.1

Ekspor Batubara Menurut Negara Tujuan Utama 2015-2019 Negara

Tujuan

2016 2017 2018 2019

Berat Bersih : 000 ton

India 95.110,5 98.553,5 110.378,2 121.692,5

Tiongkok 50.961,1 48.167,4 48.135,7 65.670,5

Jepang 33.037,8 31.421,4 28.722,9 28.436,4

Korea Selatan 34.943,2 38.075,1 37.150,9 29.550,0

Taiwan 20.289,5 18.187,7 17.935,1 19.061,2

Malaysia 17.272,4 21.189,9 22.045,4 25.323,5

Philipina 17.503,4 18.977,9 22.595,0 27.450,8

Thailand 16.439,0 16.374,7 19.964,1 17.600,4

Hongkong 9.423,9 8.449,8 9.028,4 7.876,8

Spanyol 4.944,0 3.232,2 2.463,9 684,6

Lainnya 11.405,0 16.468,8 24.704,7 31.589,1

Jumlah 311.329,8 319.098,4 343.124,3 374.935,8 (Sumber : bps.go.id, 2021)

Pada informasi yang di keluarkan oleh badan pusat statistik menunjukkan bahwa pengeksporan batubara menurut negara tujuan utama tetap konsisten mengalami peningkatan pada tahun 2016 hingga tahun 2019. Pada tahun 2016 tercatat jumlah ekspor menurut negara tujuan utama sebesar 311.329,8 ton yang

(3)

3 terus meningkat hingga tahun 2019 sebesar 374.935,8 ton dengan negara india yang tetap menjadi negara tujuan utama yang paling banyak menerima eskpor batubara.

Dengan terus meningkatnya jumlah ekspor batubara, maka pendapatan negara juga akan terus meningkat. Karena aktivitas tambang merupakan kegiatan yang dapat merusak lingkungan, Maka kementerian ESDM menerbitkan Undang- Undang Nomor 78 Tahun 2010 tentang reklamasi pasca tambang, sehingga lahan yang digunakan untuk menghasilkan batubara dapat pulih kembali dan sesuai dengan kondisi semula.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti memilih sektor pertambangan sub sektor batubara sebagai objek yang akan diteliti pada penelitian ini.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Tujuan utama berdirinya sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang maksimal, sehingga perusahaan dapat semakin berkembang dan tingkat kesejahteraan perusahaan semakin meningkat. Untuk menghasilkan laba yang maksimal, perusahaan perlu memberikan sinyal kepada pihak luar berupa informasi keuangan yang transparan dan dapat dipercaya sehingga dapat meningkatkan prospek perusahaan dimasa mendatang. Selain itu, sinyal tersebut juga dapat menjadi informasi kepada perusahaan lain yang dapat digunakan sebagai sarana pengambilan keputusan dalam hal pendanaan.

Teori sinyal yang dikemukakan oleh (Brigham & Houston, 2011) merupakan suatu strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam memberikan sinyal serta petunjuk kepada pihak luar atau investor tentang prospek manajemen perusahaannya. Teori ini juga mengungkapkan bahwa manajemen harus memberikan informasi yang transparan serta sesuai dengan fakta yang terjadi dalam perusahaan tersebut. Sinyal yang berupa informasi keuangan yang diberikan oleh manajemen kepada pihak luar mengandung banyak catatan, rincian serta gambaran masa lalu, masa kini dan masa mendatang yang akan direalisasikan oleh manajemen. Informasi keuangan yang diberikan oleh manajemen juga memiliki catatan tentang laba perusahaan, tingkat penjualan manajemen, biaya-biaya serta jumlah hutang yang dimiliki oleh manajemen

(4)

4

tersebut. Oleh karena itu, sinyal yang berupa informasi keuangan manajemen merupakan informasi yang sangat penting bagi para investor dan pihak luar lainnya dalam pengambilan keputusan yang tepat.

Pada era saat ini, perkembangan ekonomi di Indonesia semakin meningkat sehingga menimbulkan persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut, perusahaan harus dapat bersaing dengan perusahaan lainnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengembangkan perusahaannya serta membiayai operasional perusahaan agar mendapatkan laba yang maksimal. Pengurangan antara jumlah penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan dengan biaya- biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan akan menghasilkan laba. Maka dari itu, perusahaan harus menekan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan serta meningkatkan penjualan produknya sehingga laba perusahaan bisa meningkat dan perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Penjualan memiliki peran penting dalam meningkatkan laba yang dihasilkan oleh perusahaan, hal ini dikarenakan sumber pendapatan dapat menutupi berbagai biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Dengan berkurangnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dan tingkat penjualan yang tinggi, maka perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lainnya dan perusahaan juga dapat semakin berkembang.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan laba adalah menekan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Menurut (Mulyadi, 2015:8) biaya adalah “Pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan dapat diukur menggunakan satuan uang yang berkaitan dengan hal yang sedang terjadi, telah terjadi bahkan hal yang akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Salah satu jenis biaya yang dapat ditekan untuk mengoptimalkan laba adalah biaya operasional.

Menurut (Jusuf, 2014:41) biaya operasional merupakan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk, tetapi biaya operasional berhubungan langsung dengan aktivitas operasional perusahaan. Oleh karena itu, semakin meningkat tingkat aktivitas operasional perusahaan, maka biaya operasional perusahaan juga akan meningkat. Jika perusahaan dapat menekan biaya

(5)

5 operasional, maka laba bersih yang akan dihasilkan oleh perusahaan juga akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, jika biaya operasional perusahaan meningkat maka laba yang dihasilkan perusahaan akan menurun.

Salah satu keputusan yang biasa digunakan perusahaan untuk mengoptimalkan labanya adalah keputusan untuk melakukan pendanaan, yaitu perusahaan dapat memanfaatkan hutang sebagai sumber dana untuk meningkatkan aktivitas operasionalnya, sehingga laba yang dihasilkan menjadi optimal. Hutang atau kewajiban merupakan salah satu sumber modal yang dapat digunakan perusahaan sebagai tambahan dana untuk aktivitas operasional, sehingga aktivitas operasional akan berkembang dan tujuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang optimal dapat tercapai. Terdapat dua jenis hutang yaitu hutang jangka panjang dan jangka pendek, tetapi perusahaan cenderung menggunakan hutang sebagai modal atau sumber dana (Setiana, 2012). Jika perusahaan telah memutuskan untuk menjadikan hutang sebagai alternatif sumber modal perusahaan, maka seluruh pihak dalam perusahaan harus bertanggungjawab agar modal tersebut digunakan secara efektif sehingga memberikan keuntungan yang besar untuk perusahaan.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi laba bersih sebuah perusahaan adalah volume penjualan. Dalam menghasilkan laba bersih yang optimal, perusahaan harus meningkatkan volume penjualannya dan begitupun sebaliknya.

Dikarenakan seluruh perusahaan sub sektor batubara memiliki produk yang sama, maka harga jual batubara ditetapkan oleh pemerintah. Harga jual batubara yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM disebut dengan harga batubara acuan (HBA).

Harga batubara acuan (HBA) akan ditetapkan setiap bulan oleh Kementerian ESDM. Karena harga jual ditetapkan oleh Kementerian ESDM, maka terdapat peluang jika volume penjualan batubara pada perusahaan akan mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan perlu membuat strategi agar laba yang dihasilkan tetap optimal sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian.

Perusahaan dapat menekan pengeluaran perusahaan untuk membantu meningkatkan laba dari akibat turunnya volume penjualan yang disebabkan oleh

(6)

6

penurunan harga batubara acuan (HBA). Tanpa adanya strategi yang tepat, perusahaan akan mengalami kerugian yang diakibatkan pengeluaran biaya yang tidak semestinya.

Tabel 1.2

Rata- Rata Laba Bersih Perusahaan Sub Sektor Batubara yang terdaftar di Bursa Efek tahun 2015-2019

Tahun Laba Bersih 2015 -1.552.818.815.601

2016 212.847.465.636

2017 879.274.828.225

2018 962.892.617.527

2019 382.865.312.390

(Sumber: data yang telah diolah, 2021)

Berdasarkan tabel diatas, rata – rata laba bersih perusahaan sub sektor pertambangan batubara dari tahun 2015 sampai dengan 2018 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2019 laba bersih perusahaan sub sektor pertambangan batubara mengalami penurunan yang cukup drastis. Berdasarkan berita yang dikutip dari CNN Indonesia menyatakan bahwa penurunan laba bersih perusahaan sub sektor batubara disebabkan oleh anjloknya harga jual batubara (Pasopati, 2015). Meningkatnya rata-rata laba bersih perusahaan sub sektor batubara juga disebabkan meningkatnya harga acuan batubara. Berdasarkan data yang dimuat pada (minerba.esdm.go.id, 2021) menunjukkan bahwa rata-rata harga acuan pada tahun 2015 adalah sebesar 60,12, meningkat menjadi 61,84 pada tahun 2016, pada tahun 2017 meningkat menjadi 85,92, pada tahun 2018 meningkat menjadi 98,95 dan pada tahun 2019 menurun menjadi 77,81.

Meskipun tingkat ekspor batubara pada tahun 2019 meningkat, tetapi rata – rata laba bersih perusahaan sub sektor pertambangan batubara mengalami penurunan. Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan dan penurunan laba bersih perusahaan yaitu biaya operasional, total hutang, dan volume penjualan. Menurut (Akbar, 2020) biaya operasional yang rendah akan

(7)

7 menghasilkan laba bersih yang meningkat dan menurut (Zahara & Zannati, 2018) total hutang yang tinggi maka akan menghasilkan laba bersih yang tinggi juga sedangkan menurut (Putri, 2020) dengan meningkatkan volume penjualan, maka laba bersih dapat meningkat.

Tabel 1.3

Kenaikan/Penurunan Biaya Operasional terhadap Laba bersih Perusahaan Sub Sektor Batu Bara yang Terdaftar di BEI Tahun 2017-2019

(Disajikan dalam Jutaan Rupiah) No. Kode

BEI

Biaya Operasional Laba Bersih

2017 2018 2019 2017 2018 2019

1 BYAN 1.437.322 2.202.685 2.402.365 4.332.810 7.246.821 3.105.405

2 BOSS 724.237 749.080 753.836 633.332 1.095.390 284.700

(Sumber: data yang telah diolah, 2021) Keterangan :

: Meningkat

Pada tabel 1.3 menunjukkan adanya fenomena yang terjadi pada perusahaan sub sektor batu bara, dimana biaya operasional meningkat tetapi laba bersih perusahaan juga meningkat. Fenomena tersebut terjadi pada PT. Bayan Resources Tbk (BYAN) yang mengalami peningkatan biaya operasional pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp1.437.322 menjadi Rp2.202.685 pada tahun 2018, tetapi laba bersih yang dihasilkan perusahaan juga mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp4.332.810 pada tahun 2017 menjadi Rp 7.246.821 pada tahun 2018.

Hal yang sama juga terjadi pada PT. Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS), dimana biaya operasional perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2017 sebesar Rp724.237 menjadi Rp749.080 pada tahun 2018, tetapi laba bersih perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar Rp633.332 pada tahun 2017 menjadi Rp1.095.390 pada tahun 2018.

Fenomena yang telah diuraikan diatas tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Jusuf, 2008) yaitu ketika biaya operasional meningkat maka

(8)

8

laba bersih yang dihasilkan akan menurun dan begitupun sebaliknya. Teori ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Pebriyanti, 2013) dan (Akbar, 2020) yang menyatakan bahwa semakin tinggi biaya operasional perusahaan, maka laba yang akan dihasilkan perusahaan akan menurun.

Tabel 1.4

Kenaikan/Penurunan Total Hutang terhadap Laba bersih

Perusahaan Sub Sektor Batu Bara yang Terdaftar di BEI Tahun 2017-2019

(Disajikan dalam Jutaan Rupiah) No Kode

BEI

Total Hutang Laba Bersih

2017 2018 2019 2017 2018 2019

1. BOSS 350.797 345.989 678.262 23.999 22.301 2.747 2. GEMS 4.040.708 5.578.569 5.871.492 1.594.873 1.430.293 909.248

(Sumber: data yang telah diolah, 2021)

Keterangan :

: Meningkat : Menurun

Pada tabel 1.4 menunjukkan adanya fenomena pada perusahaan sub sektor batu bara, dimana perusahaan telah meningkatkan total hutang tetapi laba bersih yang dihasilkan perusahaan mengalami penurunan. Fenomena ini terjadi pada PT.

Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) yang telah meningkatkan total hutang perusahaan pada tahun 2018 sebesar Rp345.989 menjadi Rp678.262 pada tahun 2019, tetapi laba bersih yang dihasilkan perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2018 sebesar Rp22.301 menjadi Rp2.747 pada tahun 2019. Fenomena yang sama juga terjadi pada PT. Golden Energy Mines Tbk (GEMS), dimana total hutang perusahaan telah ditingkatkan pada tahun 2018 sebesar Rp5.578.569 menjadi Rp5.871.492 pada tahun 2019 tetapi laba bersih yang dihasilkan

(9)

9 perusahaan mengalami penurunan yaitu sebesar Rp1.430.293 pada tahun 2018 menjadi Rp909.248 pada tahun 2019.

Fenomena yang telah diuraikan diatas tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Nafarin, 2013) yang menyatakan jika total hutang perusahaan meningkat, maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan juga akan meningkat.

Teori ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Zahara & Zannati, 2018) yang menyatakan bahwa total hutang memiliki pengaruh positif terhadap laba bersih, hal ini menunjukkan apabila total hutang perusahaan meningkat maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan akan meningkat.

Tabel 1.5

Kenaikan/Penurunan Volume Penjualan terhadap Laba bersih Perusahaan Sub Sektor Batubara yang Terdaftar di BEI Tahun 2017-2019

(Disajikan dalam jutaan rupiah) No. Kode

BEI

Volume Penjualan Laba Bersih

2017 2018 2019 2017 2018 2019

1. GEMS 10.289.006 15.133.492 15.394.858 1.594.873 1.430.293 909.248

(Sumber: data yang telah diolah, 2021) Keterangan :

: Meningkat : Menurun

Pada tabel 1.5 menunjukkan adanya fenomena pada perusahaan sub sektor batu bara yang telah meningkatkan volume penjualan perusahaan tetapi laba bersih yang dihasilkan mengalami penurunan. Fenomena ini terjadi pada PT.

Golden Energy Mines Tbk (GEMS), yaitu perusahaan telah meningkatkan volume penjualan perusahaan pada tahun 2018 sebesar Rp15.133.492 menjadi Rp15.394.858 pada tahun 2019 tetapi laba bersih yang dihasilkan mengalami penurunan yaitu sebesar Rp1.430.293 pada tahun 2018 menjadi Rp909.248 pada tahun 2019.

(10)

10

Fenomena volume penjualan yang telah diuraikan diatas tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Ariesti, 2008) yang menyatakan semakin tingginya volume penjualan produk yang dihasilkan sebuah perusahaan maka akan memberikan potensi untuk meningkatkan laba yang diterima perusahaan.

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Putri, 2020) yang menyatakan bahwa volume penjualan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap laba bersih, hal ini menunjukkan apabila volume penjualan meningkat maka laba bersih yang dihasilkan juga akan meningkat.

Berdasarkan latar belakang fenomena yang telah diuraikan atas, peneliti ingin mengetahui apakah realisasi biaya operasional, total hutang, dan volume penjualan pada perusahaan sub sektor batu bara telah dilakukan dengan baik sehingga mempengaruhi laba bersih. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Biaya Operasional, Total Hutang, dan Volume Penjualan terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Sub Sektor Batu Bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017- 2019”.

1.3 Perumusan Masalah

Salah satu faktor sebuah perusahaan dikatakan sukses adalah tercapainya tujuan perusahaan, yaitu mendapatkan laba yang optimal sehingga perusahaan dapat terus meningkatkan kesejahteraan perusahaannya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perusahaan harus membuat strategi agar tujuan tersebut tercapai.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan pada latar belakang, perusahaan yang telah menekan biaya operasional akan mendapatkan laba bersih yang semakin tinggi begitu pula dengan perusahaan yang meningkatkan total hutang maka tingkat laba bersih yang dihasilkan juga akan meningkat. Tetapi terdapat beberapa fenomena yang terjadi pada perusahaan sub sektor pertambangan batubara dimana perusahaan yang telah menekan biaya operasional dan meningkatkan total hutang masih mendapatkan laba bersih yang menurun.

Fenomena yang terjadi pada perusahaan sub sektor pertambangan batubara tersebut tidak sesuai dengan teori para ahli, maka dari itu peneliti ingin mengetahui pengaruh biaya operasional, total hutang dan volume penjualan

(11)

11 terhadap laba bersih pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti ingin menguji pengaruh biaya operasional, total hutang, dan volume penjualan terhadap laba bersih, adapun pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana biaya operasional, total hutang, volume penjualan dan laba bersih pada perusahaan sub sektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019 ?

2. Apakah biaya operasional, total hutang, dan volume penjualan berpengaruh secara simultan terhadap laba bersih pada perusahaan sub sektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019 ?

3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial dari :

a. Biaya operasional terhadap laba bersih pada perusahaan sub sektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019 ?

b. Total hutang terhadap laba bersih pada perusahaan sub sektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019 ?

c. Volume penjualan terhadap laba bersih pada perusahaan sub sektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019 ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana biaya operasional, total hutang, volume penjualan dan laba bersih pada perusahaan sub sektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017- 2019.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara simultan dari biaya operasional, total hutang, dan volume penjualan terhadap laba

(12)

12

bersih pada perusahaan sub sektor pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara parsial dari : a. Biaya operasional terhadap laba bersih pada perusahaan sub sektor

batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019.

b. Total Hutang terhadap laba bersih pada perusahaan sub sektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019.

c. Volume Penjualan terhadap laba bersih pada perusahaan sub sektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019.

1.5 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna untuk menjadi referensi dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, manfaat penelitian ini terdiri dari dua aspek, yaitu :

1.5.1 Aspek Teoritis 1. Bagi Akademik

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai ilmu akuntansi, terutama perhitungan biaya, hutang serta penjualan dalam perusahaan pertambangan untuk meningkatkan laba bersih perusahaan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi yang dapat digunakan untuk penelitian sejenis lainnya, terkait biaya operasional, total hutang, dan volume penjualan yang mempengaruhi laba bersih.

(13)

13 1.5.2 Aspek Praktis

1. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi perusahaan pertambangan sub sektor pertambangan batubara, sehingga tujuan untuk menghasilkan laba perusahaan dapat tercapai.

2. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para investor yang ingin melakukan investasi pada perusahaan sub sektor pertambangan batu bara dan memberi masukan kepada pemegang saham dan kreditur dalam mengambil keputusan pendanaan oleh pihak manajemen.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pembahasan yang terdapat pada tugas akhir ini terbagi menjadi lima bab yang terdiri dari sub-bab lainnya. Adapun sistematika penulisan tugas akhir secara garis besar adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang penjelasan objek penelitian secara umum dilanjutkan dengan latar belakang penelitian yang menguraikan fenomena terkait judul penelitian yang dilakukan, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang, tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang dilakukan, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini berisi tentang teori-teori yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, menguraikan perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu, tinjauan variabel yang digunakan dalam penelitian secara umum, kerangka pemikiran, serta mencantumkan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode yang akan dilakukan peneliti untuk menemukan jawaban dari permasalahan penelitian secara relevan. Bab ini menguraikan karakteristik penelitian, alat pengumpulan data, tahapan penelitian, populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian, pengidentifikasian variabel

(14)

14

dependen dan independen yang digunakan, pengumpulan dan sumber data, serta teknik penganalisis data penelitian dan pengujian hipotesis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang penguraian hasil penelitian yang dilakukan serta pembahasan dari masalah sebagai jawaban dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian yang telah dilakukan disertakan dengan pembahasannya, serta saran yang ditujukan untuk peneliti selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

Dinas Pekerjaan Umum dan sebagai dinas yang memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu dan fasilitas Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

Dari hasil distribusi subjek menurut keadaan preeklampsia/eklampsia yang diderita ibu selama kehamilan, pada kelompok kasus atau kelompok ibu yang melahirkan bayi dengan

Pintu utama : Solid Engineering Pintu kamar : Solid Engineering Pintu KM/WC : Solid Engineering KUSEN : Kayu Solid & alumunium Plafon : Gypsum ex. elephant Plafon KM/WC

Menurut Hetzel (1983), Testing adalah tiap aktivitas yang digunakan untuk dapat melakukan evaluasi suatu atribut atau kemampuan dari program atau sistem dan menentukan

Dalam rangka meningkatkan kapasitas Fasilitator Senior dan Fasilitator Masyarakat agar mampu melaksanakan kegiatan Program Pamsimas dan mendukung keberlanjutannya,

Peserta tidak diperbolehkan masuk ke Schoology setelah 10 menit tes dimulai (Panitia akan mengeluarkan peserta yang sudah terlambat 10 menit ke atas) - jadi

Membuka jurusan yang tidak sesuai potensi daerah sehingga menghasilkan lulusan yang tidak terserap dalam dunia kerja sehingga industri yang daerah tersebut diisi