• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka

1. Kajian Tentang Keterampilan Komunikasi Tertulis a. Definisi Keterampilan Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare yang artinya membagikan, menginformasikan tentang sesuatu (Blandhol, 2012).

Hargie dalam Blandhol (2012) mengatakan komunikasi adalah kegiatan yang mengarah pada satu tujuan dengan adanya koordinasi dengan orang lain. Keterampilan komunikasi merupakan salah satu kompetensi penting di abad 21 (Dipalaya et al., 2016). Komunikasi dimaksudkan untuk melakukan komunikasi efektif untuk menyampaikan informasi, kritik dan kemampuan dalam menggunakan teknologi secara interaktif dan reflektif (Dipalaya et al., 2016). Keterampilan komunikasi di definisikan sebagai sebuah proses tukar informasi dari seseorang yang memberikan informasi, baik verbal maupun nonverbal kepada penerima informasi (Iksan et al., 2012). Komba (2014) menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang melibatkan berbagai informasi. Komunikasi merupakan basic atau kemampuan dasar dari membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan. Untuk mencapai kesuksesan hidup, salah satu keterampilan yang harus dimiliki adalah komunikasi efektif.

Greenstein menyatakan bahwa komunikasi efektif menekankan pada keterampilan interpersonal, kolaborasi, tanggung jawab personal dan sosial, memikirkan kepentingan umum serta komunikasi dua arah (Dipalaya et al., 2016). Komunikasi yang umum digunakan adalah komunikasi verbal dua arah menggunakan bahasa tertentu disertai adanya umpan balik ketika proses komunikasi berlangsung (Iksan et al., 2012). Komunikasi dapat berjalan efektif apabila penerima memahami informasi yang disampaikan (Iksan et al., 2012). Proses komunikasi dimulai ketika informasi dikirim oleh pemberi informasi kepada penerima informasi melalui perantara atau commit to user

(2)

saluran yang kemudian di ikuti adanya umpan balik dari penerima informasi (Iksan et al., 2012). Berdasarkan hal itu, proses komunikasi dapat terjadi jika empat elemennya terpenuhi, yaitu: pengirim informasi, penerima informasi, perantara atau saluran informasi dan adanya umpan balik (Iksan et al., 2012). Selain harus dimiliki siswa, keterampilan komunikasi juga harus dimiliki guru. Keefektifan komunikasi antara guru dan siswa dapat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dalam pemecahan konflik pembelajaran (Mayasari et al., 2019).

b. Definisi Keterampilan Komunikasi Tertulis

Keterampilan komunikasi tertulis merupakan aktivitas komunikasi menggunakan media bahasa yang berwujud tertulis atau rangkaian huruf bermakna dengan kelengkapannya berupa tanda baca dan ejaan (Effendy, 2012). Keterampilan komunikasi tertulis lebih sulit dikuasai dibandingkan dengan keterampilan komunikasi lisan karena keterampilan komunikasi tertulis diharuskan menguasai berbagai unsur kebahasaan yang menjadi isi tertulis (Iskandarwassid & Sunandar, 2011). Dengan keterampilan komunikasi tertulis siswa diharapkan mampu berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu untuk saling dihubungkan dan ditarik kesimpulan sehingga dapat menyusun gagasan secara sistematis (Effendy, 2012).

Keterampilan komunikasi tertulis dapat berbentuk memo, proposal, paper, surat maupun laporan (Arputhamalar & Kannan, 2016). Monalia, Jalmo, & Yolida (2014) menyatakan bahwa komunikasi tertulis melibatkan berbagai kemampuan untuk menyampaikan berbagai jenis pesan secara efektif dalam berbagai bentuk kepada audiens secara tertulis. Association of American Colleges and Universities mendefinisikan komunikasi tertulis sebagai pengembangan dari ekspresi gagasan secara tertulis yang melibatkan banyak gaya penulisan. Tak hanya teks, tertulis juga dapat mencakup gambar dan data (Sparks et al., 2014) yang bertujuan untuk memberikan informasi, memotivasi dan meyakinkan pembaca (Arputhamalar & Kannan, 2016). commit to user

(3)

c. Indikator Keterampilan Komunikasi Tertulis

Indikator keterampilan tertulis yang digunakan adalah indikator keterampilan komunikasi tertulis yang dikembangkan oleh Sonseca et al., (2015) dengan 10 indikator, yaitu: (1) pengenalan (pengantar) efektif, (2) tujuan pembelajaran dan gagasan utama, (3) penyajian hasil yang baik dan benar, (4) kesimpulan yang sesuai dan ringkas, (5) laporan jelas, terstruktur dan saling berkaitan, (6) gaya dan format formal, (7) grammar, (8) bahasa yang benar dan efektif, (9) mendiskusikan informasi yang disajikan, (10) menggunakan sumber daya grafis untuk meningkatkan kualitas laporan.

d. Pentingnya Keterampilan Komunikasi Tertulis

Keterampilan komunikasi tertulis merupakan salah satu kompetensi kritis yang menunjang keberhasilan akademik dan karir (Sparks et al., 2014). Kemahiran dalam komunikasi tertulis juga dianggap sebagai hasil belajar siswa yang kritis. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh National Association of Colleges and Employers Amerika pada tahun 2012 menunjukkan keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang menempati peringkat atas dalam persyaratan kerja (Sasmito, Suciati, &

Maridi, 2017). Tidak hanya dalam pekerjaan, keterampilan komunikasi juga penting dalam pendidikan dan bagaimana keterampilan komunikasi di terapkan dalam proses pembelajaran (Sasmito et al., 2017). Keterampilan komunikasi memainkan peran penting dalam pembentukan kesuksesan karir bagi siswa seperti hasil belajar (Wahyuni et al., 2017). Bagi siswa keterampilan komunikasi dapat digunakan sebagai bekal kesuksesan profesi di masa depan.

Pengembangan keterampilan komunikasi tertulis, lisan, dan interpersonal yang efektif dapat mengembangkan kecerdasan emosional dan empati siswa melalui pemahaman mereka. Keterampilan komunikasi yang efektif dapat membantu seseorang dalam menyelesaikan masalah, bernegosiasi, bertukar ide serta menyediakan instruksi yang mudah dipahami orang lain (Koehler & Hains-Wesson, 2018). Adanya commit to user

(4)

keterampilan komunikasi, siswa diharapkan mudah mengomunikasikan berbagai hal yang menyangkut pelajaran, baik tertulis maupun lisan sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa (Dipalaya et al., 2016).

Dalam pendidikan tinggi, keterampilan komunikasi pada awal kuliah dapat meningkatkan nilai kelulusan mahasiswa. Keterampilan komunikasi penting untuk mempertahankan pekerjaan dan memajukan karir. Keterampilan komunikasi memainkan peran penting dalam perekrutan dan evaluasi karyawan dalam keseluruhan bisnis. Survey nasional yang dilakukan pada tahun 2012 menyatakan bahwa keterampilan komunikasi penting untuk meningkatkan kemampuan organisasi.

e. Pemberdayaan Keterampilan Komunikasi Tertulis

Pemberdayaan keterampilan komunikasi dapat dilakukan dengan pengintegrasian pembelajaran aktif di dalam kelas (Sugito et al., 2017).

Pembelajaran diterapkan dengan menekankan pada learning proccess daripada learning product sehingga siswa terpacu aktif dalam pembelajaran (Sasmito et al., 2017). Pembelajaran aktif tersebut meliputi diskusi baik secara langsung maupun online, pemecahan masalah, penggunaan poster dan demonstrasi (Sugito et al., 2017). Menurut Sasmito et al. (2017) pemberian tugas tertulis kepada siswa seperti pembuatan paper atau laporan juga dapat melatihkan keterampilan komunikasi tertulis siswa. Metode diskusi bersama teman sekelompok juga dapat melatihkan keterampilan komunikasi tertulis siswa apabila didalamnya dilakukan analisis permasalahan dan menuliskan penyelesaiannya dalam lembar kerja diskusi secara tepat dan sistematis (Monalia et al., 2014).

2. Kajian Tentang E-Learning a. Definisi E-Learning

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah merambah dalam dunia pendidikan sehingga bermunculan istilah E- learning, online learning, web based training, web based education, online commit to user

(5)

courses dan lain sebagainya. Sebagian besar lembaga pendidikan menggunakan E-learning untuk menunjang proses pembelajaran.

Electronic learning atau lebih dikenal dengan E-learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan jasa elektronika (Suryati, 2015). E- learning muncul seiring dengan meningkatnya penggunaan internet. Suryati (2015) menyatakan bahwa internet (interconnected network) merupakan jaringan informasi global yang menghubungkan antar manusia diseluruh dunia melalui komputer. Dalam dunia pendidikan, adanya internet memungkinkan pembelajaran dilakukan jarak jauh melalui pembelajaran online, tes online maupun diskusi online. United Nations of Educational, scientific, and Cultural Organization (UNESCO) mendefinisikan E- learning sebagai pembelajaran yang memanfaatkan komputer yang terhubung dengan komputer lain penyedia informasi (Suryati, 2015). E- learning menurut Europe initiative merupakan penggunaan teknologi multimedia dan internet untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui fasilitas akes ke sumber belajar untuk mendapat layanan, pertukaran dan kolaborasi jarak jauh (Ariani, 2018). E-learning mengalami perubahan definisi menjadi lebih kontemporer, yaitu suatu pengelolaan pembelajaran melalui internet yang mencakup aspek materi, interaksi, evaluasi, kerjasama dan komunikasi (Surjono, 2009). E-learning menekankan pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan (Rosenberg, 2001).

E-learning merupakan salah satu cara menyelesaikan masalah pendidikan terutama permasalahan fasilitas pelaksanaan E-learning seperti internet, komputer dan listrik dengan harga yang relatif terjangkau. E- learning meliputi berbagai aplikasi dan proses yang meliputi web based learning, computer based learning, virtual classroom dan aplikasi E- learning lainnya (Suryati, 2015).

commit to user

(6)

b. Implementasi E-Learning dalam Pembelajaran

Implementasi E-learning dalam pembelajaran dilandasi oleh teori behaviorisme, kognitivisme dan konstruktivisme. Teori belajar behavioristik mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang teramati akibat adanya stimulus. Behavioristik menekankan pada pelatihan berulang bagi siswa disertai dengan umpan balik yang tepat agar terjadi perubahan tingkah laku pada siswa (Yilmaz, 2011). Teori belajar kedua yang melandasi E-learning adalah teori belajar kognitivisme yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses internal yang melibatkan motivasi, memori, berfikir, metakognisi dan refleksi (Nagowah &

Nagowah, 2009). Teori belajar kognitivisme terfokus pada aspek kognitif siswa untuk mencapai tujuan belajar. Teori belajar ketiga adalah konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme yang dikembangkan oleh Vigotsky, menekankan pembelajaran pada anak dilakukan melalui interaksi dengan lingkungan fisik maupun sosial yang berisi interaksi aspek internal dan eksternal pada lingkungan sosial dalam belajar (Suryati, 2015).

Implementasi E-learning dalam pembelajaran meliputi implementasi sederhana dan terpadu (Suryati, 2015). Implementasi sederhana meliputi sistem pembelajaran yang hanya berisi kumpulan bahan ajar yang disimpan dalam seb server dengan komunikasi melalui email secara terpisah. Sedangkan implementasi terpadu meliputi portal E-learning yang mencakup berbagai obyek pembelajaran dengan multimedia yang dipadukan dengan sistem evaluasi, informasi akademik, forum diskusi, komunikasi dan educational tools lain. Implementasi E-learning juga dapat dipadukan antara implementasi sederhana dan terpadu. Meskipun implementasi E-learning yang ada sangat beragam, namun konsep dari E- learning adalah pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik yang dapat diakses siswa kapan saja dan dimana saja.

Implementasi E-learning terbagi dalam tiga bentuk yaitu synchronous, asynchronous dan campuran keduanya (Surjono, 2009). E- learning synchronous mengharuskan guru dan siswa duduk didepan commit to user

(7)

komputer dalam satu waktu yang sama dengan proses pembelajarn dilakukan secara live, baik melalui audio conference maupun melalui video.

Sedangkan asynchronous dapat dilakukan dengan waktu yang tidak terbatas sehingga guru dan siswa tidak harus menghadap komputer dalam waktu yang sama (Surjono, 2009).

Penerapan E-learning dalam pembelajaran diperlukan langkah- langkah seperti yang dikemukakan oleh Tamsyani (2016) sebagai berikut:

1. Mempelajari materi melalui file yang disediakan guru, baik berupa file pdf, doc, ppt maupun jpg. Siswa juga dapat mencari materi tambahan melalui komputer dengan bantuan internet

2. Memperdalam materi melalui tutorial online seperti forum diskusi online, chatting, atau konferensi online

3. Mempraktikkan secara langsung (sinkronous) dan pengerjaan tugas 4. Mengukur penguasaan melalui penugasan

c. Kelebihan dan Kekurangan E-Learning

Penggunaan E-learning dalam pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sari (2015) menyatakan kelebihan penggunaa E-learning dalam pembelajaran sebagai berikut:

1. Mengatasi persoalan jarak dan waktu

Penggunaan E-learning membantu siswa mengakses pembelajaran dengan jangkauan lebih luas dimana saja dan kapan saja.

2. Mendorong sikap aktif dalam belajar

E-learning memfasilitasi siswa untuk membentuk komunitas belajar baru untuk menunjang pembelajaran. Hal itu membuat pembelajaran lebih kolaboratif dan konstruktif antar siswa atau antara siswa dengan guru.

3. Membentuk suasana belajar baru

Pembelajaran secara online memungkinkan siswa memperoleh suasana pembelajaran yang baru sehingga siswa lebih antusias dalam pembelajaran. commit to user

(8)

4. Meningkatkan kesempatan belajar

E-learning mingkatkan kesempatan belajar siswa melalui pengalaman virtual yang menghemat waktu sehingga siswa dapat belajar lebih lanjut tanpa harus menunggu pertemuan di dalam kelas.

5. Mengontrol proses belajar

Siswa dan guru dapat menggunakan bahan ajar dengan terstruktur dan terjadwal melalui internet sehingga dapat saling mengevaluasi bahan ajar yang dipelajari.

6. Memudahkan penyempurnaan bahan ajar bagi guru

Pengunaan E-learning memudahkan guru untuk memperbarui dan menyempurnakan bahan ajar yang digunakan.

7. Menumbuhkan sikap kerja sama

Interaksi online antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa mendorong tumbuhnya kerja sama dalam pemecahan masalah pembelajaran.

8. Mengakomodasi berbagai gaya belajar

E-learning hadir dengan berbagai gaya belajar melalui audio, visual, audiovisual, maupun kinestetik yang memfasilitasi siswa menggunakan gaya belajar bervariasi.

Selain kelebihan, penggunaan E-learning juga mempunyai kekurangan. Berikut adalah kekurangan pembelajaran menggunakan E- learning menurut Munir (2009):

1. Penggunaan E-learning dapat mengurangi bahkan meniadakan interaksi secara langsung yang mengakibatkan siswa dan guru menjadi kurang dekat. Kondisi demikian menyebabkan terganggunya keberhasilan proses pembelajaran dan menghambat pembentukan sikap, moral maupun sosial siswa.

2. Keterfokusan pada aspek teknologi mengakibatkan kecenderungan yang lebih memerhatikan aspek teknis dan mengabaikan aspek

commit to user

(9)

pendidikan untuk mengubah kepentingan perilaku, akademik, sosial dan sikap siswa

3. Penggunaan E-learning cenderung menekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik serta berkurangnya penekanan pada aspek afektif 4. Guru dituntut menguasai model dan strategi pembelajaran melalui TIK.

Jika tidak mampu menguasai, pembelajaran menjadi terhambat bahkan mengalami kegagalan

5. Tidak semua siswa dapat menggunakan fasilitas internet karena kurangnya komputer yang terhubung internet

3. Kajian Tentang Google Classroom a. Hakikat Google Classroom

Google Classroom adalah aplikasi multiplatform pembelajaran yang menyediakan fitur-fitur pembelajaran ideal untuk meningkatkan komunikasi siswa (Solikh et al., 2018). Bakhtiar (2017) mengungkapkan google classroom adalah fitur terbaru dari Google App For Education (GAFE) yang dimanfaatkan dalam pembelajaran oleh guru dan siswa.

Google classroom merupakan salah satu jenis Learning Management System (LMS) yang membantu siswa untuk dapat belajar lebih efektif dan efisien meskipun dengan jarak yang jauh (Solikh et al., 2018). Google classroom dapat digunakan melalui smartphone ataupun komputer.

Google classroom dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan tanpa keluar biaya. Google classroom memadukan google mail dan google drive (google docs, google spread, google slide dll), sehingga guru dapat mengunggah file, tautan, video dan lainnya untuk di unduh siswa (Hidayat

& Nurcahyanto, 2018). Penggunaan google classroom dapat melatihkan kolaborasi siswa karena file dokumen yang di unggah pada google classroom dapat diedit oleh siswa lain pada kelas virtual (Hidayat &

Nurcahyanto, 2018).

commit to user

(10)

b. Sejarah Google Classroom

Google classroom pertama kali diresmikan pada tanggal 12 Agustus 2014 dan mulai banyak digunakan pada tahun 2015 (Mayasari et al., 2019;

Pradana & Harimurti, 2017). Sejak diluncurkan tahun 2014, sebanyak lebih dari 30 guru di universitas Internasional Daffodil mulai menggunakan google classroom (Iftakhar, 2016). Masa enam bulan peluncuran google classroom, lebih dari tiga puluh juta penugasan sudah digunakan guru dan siswa (Iftakhar, 2016). Google classroom membantu guru untuk mengatur kelas dengan mudah, berkomunikasi dengan siswa serta memberikan feedback secara efisien kepada siswa (Fauziah, Suryani, & Syahrizal, 2019).

Penggunaan google classroom tidak terbatas pada ruang dan waktu serta tidak menggunakan kertas sehingga ramah lingkungan (Iftakhar, 2016).

c. Implementasi Google Classroom dalam Pembelajaran

Pemanfaatan google classroom dalam pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanpa adanya penarikan biaya. Google classroom memadukan berbagai aplikasi keluaran google lainnya seperti google docs, google slides, google spreedsheet, google calender dan google mail. Perpaduan aplikasi keluaran google memungkinkan suatu pembelajaran menjadi lebih menarik dan efisien (Hidayat & Nurcahyanto, 2018). Selain perpaduan berbagai macam aplikasi keluaran google, google classroom juga menyediakan berbagai fitur menarik yang dapat dimanfaatkan guru maupun siswa untuk berkomunikasi dan mengelola kelas tanpa keterbatasan ruang dan waktu (Sabran & Sabara, 2004). Berikut adalah fitur-fitur yang disediakan oleh google classroom menurut Bakhtiar (2017):

1. Assignments, berfungsi untuk penugasan yang dapat dipadukan dengan aplikasi google yang lain. Penilaian assignments dapat disimpan dalam produk google yang lain.

2. Communication, berfungsi untuk menjalin komunikasi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Adanya fitur commit to user

(11)

communication memungkinkan siswa untuk berkomentar atau berdiskusi online terhadap materi atau penugasan yang diunggah ke google classroom. Siswa dapat memberikan komentar pada kolom komentar. Selain komentar, siswa juga dapat melampirkan file untuk memperkuat argumentasi ketika melakukan diskusi online.

Pemanfaatan fitur communication secara tepat dan maksimal dapat meningkatkan komunikasi online siswa.

3. Grading, berfungsi untuk melakukan penilaian terhadap penugasan yang diberikan.

4. Archive Cost, berfungsi untuk penyimpanan atau pengarsipan data atau dokumen ketika pembelajaran berlangsung.

5. Time Cost, berfungsi untuk mengatur waktu pemberian tugas, pekerjaan atau kegiatan lain secara online.

6. Mobile Application, memungkinkan google classroom dapat digunakan menggunakan smartphone dengan perangkat android maupun iOS.

d. Kelebihan dan Kekurangan Google Classroom

Kelebihan google classroom sebagai media pembelajaran menurut Iftakhar (2016) dan Muslimah (2018) adalah sebagai berikut:

1. Tidak terbatas ruang dan waktu

2. Mudah digunakan dalam pembelajaran selama terkoneksi dengan internet

3. Tidak memerlukan biaya dan tersedia di smartphone dengan perangkat android maupun iOS

4. Tidak menggunakan kertas, sehingga ramah lingkungan

5. Memudahkan pengelolaan kelas oleh guru karena dapat di integrasikan dengan berbagai aplikasi lain dari google

Selain kelebihan, Iftakhar (2016) dan Muslimah (2018) juga memaparkan beberapa kekurangan dari google classroom sebagai berikut:

commit to user

(12)

1. Opsi integrasi pada google classroom terbatas

2. Tidak terdapat pembaharuan otomatis sehingga pengguna harus melakukan pembaharuan secara rutin agar dapat melihat pengumuman atau penugasan terbaru.

3. Siswa tidak dapat membagikan dokumen yang telah dibuat kepada siswa lain tanpa adanya izin dari guru

4. Siswa dapat melakukan pengeditan tugas setelah tugas di unggah ke google classroom

5. Penetapan tenggang waktu untuk mengelola bahan ajar sulit dilakukan karena google classroom tidak di sinkronkan dengan google calender secara otomatis

6. Beberapa ikon pada google classrom sulit dipahami oleh pengguna baru google classroom sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahaminya

7. Hanya dapat digunakan apabila tersambung dengan internet

e. Pembuatan Akun Google Classroom

1. Pembuatan Akun Google Classroom Bagi Guru

Google classroom dapat digunakan apabila memiliki alamat google mail. Pembuatan akun google classroom bagi guru dapat dilakukan dengan log in pada alamat classroom.google.com menggunakan alamat google mail yang telah dipunyai. Password yang digunakan sama seperti password google mail. Setelah log in sukses akan muncul tampilan google classroom dengan berbagai fiturnya. Untuk membuat kelas online, dapat dilakukan dengan klik ikon “+” yang terletak pada sudut kanan atas, kemudian pilih “create class”. Setelahnya akan muncul kotak dialog yang memuat identitas kelas seperti nama mata pelajaran dan nama kelas. Setelah kelas online jadi, akan muncul kode yang dapat dibagikan ke siswa untuk enroll atau menambahkan siswa ke kelas online yang telah dibuat

commit to user

(13)

guru menggunakan akun google mail masing-masing siswa (Muslimah, 2018).

2. Pembuatan Akun Google Classroom Bagi Siswa

Siswa dapat masuk ke kelas online yang dibuat guru apabila membunyai akun google berupa google mail. Siswa dapat log in pada alamat classroom.google.com menggunakan alamat google mail dan passwordnya. Setelah log in, siswa dapat masuk ke kelas online dengan menekan ikon “+” yang terdapat pada tampilan google classroom sebelah kanan atas dan memilih “join a class”.

Siswa dapat bergabung ke kelas dengan memasukkan kode yang telah diberikan guru (Agustin, 2019).

4. Kajian Tentang Materi Animalia

Animalia merupakan salah satu materi pelajaran SMA dikelas 10 yang dipelajari pada semester genap. Sebagian besar siswa menganggap materi animalia merupakan materi tersulit karena terdapat istilah-istilah baru termasuk nama latin hewan yang harus dipelajari.

Animalia merupakan salah satu kingdom dengan anggota terbanyak yang meliputi wilayah daratan, lautan dan udara. Berikut adalah ciri-ciri animalia menurut Campbell (2004) :

a. merupakan hewan eukariotik multiseluler

b. bersifat heterotrof yang tidak mampu memproduksi makanan sendiri c. sebagian besar sel tersusun atas protein dan kolagen tanpa dinding sel d. bergerak aktif karena mempunyai jaringan saraf dan otot

e. sebagian besar bereproduksi seksual

Kingdom animalia terbagi menjadi dua kelompok besar, vetebrata dan invertebrata. Vertebrata merupakan kelompok hewan yang tubuhnya dilengkapi tulang belakang. Sedangkan invertebrata merupakan kelompok hewan yang tidak mempunyai tulang belakang. Invertebrata terbagi dalam 8 filum, yakni porifera, coelenterata, platyhelminthes, nemathelminthes,

commit to user

(14)

annelida, mollusca, arthropoda, dan echinodermata (Pratiwi, 2004). Tiap-tiap filum dikelompokkan lagi ke dalam kelas yang berbeda sesuai dengan ciri khas dari tiap hewan.

Sedangkan vertebrata terbagi menjadi dua kelompok, yakni pisces yang berisi sebangsa ikan dan tetrapoda yang berisi hewan dengan empat anggota gerak. Pisces terbagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas agnatha, kelas condrichthyes dan kelas osteichtyes. Sedangkan tetrapoda terbagi menjadi empat kelas yaitu amfibi, reptil, aves dan mamalia (Slamet, 1991). Sama seperti invertebrata, masing-masing klasifikasi pad vertebrata juga mempunyai ciri khas masing-masing.

B. Kerangka Berpikir

Salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai di abad 21 adalah keterampilan komunikasi. Keterampilan komunikasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu keterampilan komunikasi lisan, tertulis dan interpersonal.

Bagi siswa, keterampilan komunikasi tertulis yang baik dapat mengantarkan pada kesuksesan hasil belajar dan menunjang karir siswa selanjutnya.

Keterampilan komunikasi, khususnya keterampilan komunikasi tertulis dapat ditingkatkan melalui pembelajaran aktif. Oleh karenanya, diperlukan model dan metode pembelajaran yang tepat agar keterampilan komunikasi tertulis siswa dapat meningkat. Selain itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang merambah hingga dunia pendidikan harus diintegrasikan dalam pembelajaran untuk memaksimalkan keterampilan komunikasi tertulis siswa. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi tertulis siswa adalah dengan mengintegrasikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, salah satunya dengan penerapan E- learning berbasis google classroom.

Google classroom mempunyai fitur communication yang dapat dimanfaatkan untuk diskusi online dan saling berkomentar sehingga commit to user

(15)

keterampilan siswa dalam berkomunikasi tertulis dapat meningkat. Selain itu, penerapan diskusi kelompok ketika proses pembelajaran online berlangsung dapat melatih bahkan meningkatkan keterampilan komunikasi tertulis siswa. Siswa dapat bertukar informasi dan menuliskan hasil diskusi secara runtut dan saling terkait pada lembar kerja yang telah disediakan.

Kegiatan tersebut dapat melatih keterampilan komunikasi tertulis siswa.

Dengan mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran melalui google classroom, serta penerapan diskusi kelompok dapat melatihkan keterampilan komunikasi tertulis siswa. Kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian sebagai berikut:

H1 : Terdapat pengaruh penerapan E-Learning berbasis Google Classroom terhadap keterampilan komunikasi tertulis siswa kelas X MIPA 5 SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar.

Terdapat perbedaan signifikan keterampilan komunikasi tertulis siswa

sebelum dan setelah perlakuan (H1) Penerapan E-learning berbasis

Google Classroom (X)

Fitur communication untuk diskusi online Keterampilan abad 21 → keterampilan komunikasi

tertulis

Implementasi teknologi informasi dan komunikasi

dalam dunia pendidikan

Pretest (Y1)

Posttest (Y2)

commit to user

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini dapat dilihat pada analisis Regresi Berganda dengan koefesien determinasi (R 2 ) sebesar 45,8% yang berarti bahwa pengaruh faktor budaya, social, pribadi dan psikologis

Tahapan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan aspirasi telah menggunakan fasilitasi kerja dengan efektif yaitu perlengkapan dan peralatan kantor yang digunkan dalam

Data realisasi pelayanan Data kegiatan yang dilakukan Elektronik Online 1 Mei 2013 Bulanan. barang ekspor-impor non-peti oleh PT Pelindo IV

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki

Salah satu kendala dalam aplikasi konsep TOUS pada klien anak adalah pada anak usia muda seringkali kurang dapat menggambarkan gejala yang dirasakan serta kadang

Yang terlibat dalam perencanaan pengelolaan sarana prasa- rana pendidikan jasmani adalah kepala MIN Ambarawa yang juga sebagai kuasa pengguna anggaran, bendahara

Nilai parameter yang digunakan dalam perhitungan lapisan es adalah topo_dtu10 yang merupakan data yang memiliki resolusi tinggi (20 HZ) dan sig0_ku yang merupakan data

Semoga analisis ini dapat di pahami bagi siapapun yang membaa. Sekiranya tugas Semoga analisis ini dapat di pahami bagi siapapun yang membaa. Sekiranya tugas saya yang telah