BAB I PENDAHULUAN
1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian
Gambar 1. 1 Logo Boseh
Sumber: Boseh Bandung
Boseh adalah kata dari Bahasa Sunda yang berarti kayuh. Tapi Boseh sendiri merupakan sistem penyewaan sepeda dengan teknologi modern hasil dari kolaborasi Banopolis dan Pemerintah Kota Bandung. Generasi pertama dari sistem bike sharing banyak digunakan masyarakat saat kegiatan Car free day untuk sekedar berkeliling area dan juga berolahraga santai, namun sistem tersebut belum dapat diadaptasi oleh masyarakat untuk digunakan sebagai sarana transportasi hijau (eco transport) yang digunakan sehari-hari untuk menunjang aktivitas perkotaan, dikarenakan sistem registrasi penyewaan yang masih terpisah antara stasiun-nya dan masih dilakukan secara manual (dengan cara menitipkan KTP/Kartu Tanda Penduduk dan membayar uang sewa pada petugas di setiap stasiun) serta penyewa harus mengembalikan sepeda yang dipakai-nya ke stasiun asal saat masa sewanya berakhir.
Generasi pertama dari sistem Bike Sharing ini pun akhirnya tidak dikembangkan, dan stasiun-stasiun yang sudah dibangun tidak lagi digunakan.
Semenjak Ridwan Kamil menjabat sebagai wali kota Kota Bandung, maka sistem bike sharing diperbaharui dengan sebuah sistem penyewaan yang berbasis teknologi, sistem ini disebut BOSEH dan merupakan hasil kerjasama dari Dinas Perhubungan Kota Bandung dengan Banopolis sebagai organisator sistemnya.
Tidak seperti bike sharing lainnya yang masih melibatkan manusia sebagai
operator, proses peminjaman dan pengembalian Boseh dilayani sebuah mesin
yang diberi nama terminal. Tapi sebelumnya, pelanggan harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu untuk mendapatkan smart card sebagai alat transaksi.
Gambar 1. 2 Aplikasi Boseh 1. Sumber: Boseh Bandung
Boseh diluncurkan secara resmi pada Maret 2017 oleh Pemerintah Kota
Bandung. Pada tahap awal dibangun 30 stasiun dari 130 stasiun yang
direncanakan. Ketiga puluh stasiun itu tersebar di beberapa titik kepadatan di Kota
Bandung, di antaranya di Pasteur, depan Taman Pramuka, Sudirman, dan
Cihampelas. Di tempat tersebut telah dibangun stasiun lengkap dengan terminal
atau mesin untuk transaksi yang siap digunakan. Selain merancang konsep Boseh,
Banopolis juga merancang sepeda khusus Boseh. Sepeda ini didesain anti-maling,
berdasarkan pengalaman saat mengelola Bike Bandung. Untuk mengatasi tangan-
tangan jahil, Banopolis telah mengantisipasinya dengan mengasuransikan setiap
sepeda. Di samping itu, operator memiliki data setiap pelanggan yang terekam
saat pendaftaran dengan menggunakan e-KTP. Dalam pemantauan nya, boseh
bekerja sama dengan Dinas perhubungan kota bandung untuk memantau dock
mana yang kosong dan perlu pendistribusian sepeda sehingga tidak ada ke
kosongan yang terjadi di shelter tersebut.
Registrasi tersebut bertujuan agar setiap orang yang ingin mengunakan fasilitas Bike Sharing Bandung harus terlebih dahulu daftar kebooth registrasi yang telah di tentukan, Bike sharing Bandung berlaku untuk seluruh warga indonesia.
A. Syarat dan Ketentuan Registrasi :
1. Mempuyai kartu indentitas E-KTP/PASPOR ,kartu E-MONEY dan diperlihatkan ke operator registrasi (bukan fotocopy )
2. Tidak bisa di wakilkan karena harus melakukan pengisian data sama foto di laptop registrasi
B. Prosedur Operator Registrasi Boseh BIKE SHARING
1. Operator meminta syarat –syarat: KTP/PASPOR & kartu E- MONEY 2. Operator melakukan registrasi di booth dengan mengunakan Aplikasi
FCMS boseh
3. Kartu E- MONEY ditempel di card reader registrasi 4. Registrasi kartu tidak bisa di wakilkan
5. Setiap registrasi kartu E-money ada beberapa tahap :
a. Masukan data user NAMA, NIK,ALAMAT,NO TLP b. Kemudian kartu ditempel dan dilepas sampai kartu terbaca c. Kemudian User diminta untuk mengisi data dan di foto untuk
disimpan di data registrasi (FCMS)
d. Meminta nomer pin 4 digit ke user untuk pasword.
e. Kartu E-MONEY sudah di registrasi
f. User mencoba untuk peminjaman sepeda dan cara pengembalian sepeda
g. Jika terjadi kegagalan, kartu dapat di reset dengan menghubungi operator di Aplikasi FCMS
h. Setelah kartu sudah beres user bisa menggunakan kartu tersebut disetiap shelter.
i. Operator harus memberitahukan cara menggunakan kartu ke user .
C. Prosedur Pemakaian kartu E-Money Boseh BIKE SHARING
Untuk meregistrasi kartu e-money bisa mendatangi booth boseh yang telah tersedia di beberapa tempat yang sudah ditentukan .
2. Cara Peminjaman Sepeda :
3. Tekan salah satu tombol di shelter.
4. Kartu e –money di tempel di card rider, sampai kartu terbaca dan keluar menu
5. Masukin PIN 4 digit
6. Tekan tombol nomor 1 untuk peminjaman sepeda
7. Kemudian masukan nomor Dock sepeda jika diminta pada layar menu.
8. Kemudian tab kartu kembali untuk menulis data kedalam kartu.
9. Tunggu hingga lampu yang ada disamping dock menyala Tekan tombol lampu yang ada disamping docking, kemudian sepeda bisa dikeluarkan.
10. Cara Pengembalian Sepeda :
11. Masukan sepeda kedalam docking sampai benar-benar terkunci 12. Tekan salah satu tombol di shelter
13. Kartu e –money di tempel di card rider, sampai kartu terbaca dan keluar menu
14. Masukin PIN 4 digit
15. Tekan tombol nomor 2 untuk pengembalian sepeda
16. Tunggu sampai sepeda yang dikembalikan terbaca oleh mesin shelter dan menghitung biaya pemakain.
17. Tap kartu kembali untuk memotong saldo
18. Tap kembali kartu ke reader untuk menulis data kedalam kartu secara otomatis
19. Tunggu sampai keluar menu transaksi berhasil, sepeda sudah di kembalikan
20. Tahapan pengecekkan saldo untuk user:
21. Tekan salah satu tombol yang ada di terminal
22. Kartu e –money di tempel di card rider, sampai kartu terbaca dan keluar
menu lalu lepas kartu
23. Masukin PIN 4 digit
24. Tekan tombol nomor 4 untuk cek saldo 25. Tab kartu kembali
26. Tunggu hingga layar menampilkan jumlah saldo yang tersisa 27. Tahapan pengecekkan peminjaman untuk shelter:
28. Tekan tombol yang ada di terminal 29. Tap kartu ke reader
30. Masukin PIN 4 digit
31. Tekan tombol 5 status pinjam
32. Tunggu hingga layar menampilkan daftar peminjaman.
1.2.Latar Belakang
Pesatnya perkembangan teknologi di dunia saat ini menuntut seluruh masyarakat untuk lebih melek akan teknologi Perkembangan kota memiliki hubungan dengan perkembangan jumlah, karakter dan aktivitas dari penduduknya (Aditya pradana,2014) Dengan teknologi, kota dapat dikelola secara lebuh modern untuk mengurangi penggunaan dan ketergantungan energi serta sumber daya perkotaan, dan mempersiapkan diri untuk aspek pertumbuhan di masa depan.
Lintasan pertumbuhan penduduk perkotaan yang cepat bukan hanya suatu hal yang menarik tetapi membutuhkan tuntutan untuk pembangunan berkelanjutan dan daya hidup yang lebih baik. Komponen yang harus dimiliki oleh smart city yakni teknologi, gedung, keperluan, transportasi, serta smart city itu sendiri.
Beberapa kota di Negara yang ada di dunia telah sukses melakukan smart city antara lain Barcelona, Nice, Masdar City dan Singapura (Afriani Susanti,2017, https://techno.okezone.com/read/2017/01/26/207/1601726/smart-city-terbaik-di- dunia, diakses 17 oktober 2018)
Manusia menciptakan teknologi dengan motivasi dan dorongan agar hidup
menjadi lebih baik. Manusia terdorong untuk membuat sebuah teknologi yang
dapat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan. Menurut Chandra & mochamad
(2016) Saat ini peradaban baru teknologi informasi sudah memasuki era digitalisasi. Berbagai produk terkini mulai bermunculan sehingga menyebabkan istilah masyarakat modern bergeser dan terjadi perluasan makna menjadi masyarakat digital. Seiring dengan waktu pemerintah pun mulai melirik pemanfaatan teknologi informasi untuk memberikan pelayanan masyarakat yang lebih maksimal bahkan optimal di era digital. Seperti hal nya beberapa kota di Negara maju yang sudah menjadi smart city. new york city , san fransisco , London , paris , Stockholm contoh beberapa kota yang sudah menjalankan smart city untuk mempermudah keberlangsungan hidup masyarakat.
Beberapa negara maju saat ini sudah mulai memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi terbaru yang bersifat digital. Salah satu aspek yang mendukung smart city adalah aspek mobilitas. Sejalan dengan perkembangan tersebut, kebutuhan mobilitas dari penduduk juga mengalami peningkatan. Dikutip dari laman ecnmag.com Salah satu Negara yang sudah duluan melakukan smart city adalah New York dimulai tahun 2009 ketika kota besar bermitra dengan IBM untuk meluncurkan Pusat Solusi IBM Business Analytics. Lembaga ini membahas tuntutan yang semakin besar akan kemampuan kompleks yang diperlukan untuk membangun smart city dan membantu klien mengoptimalkan segala macam proses bisnis dan keputusan. New York juga berkolaborasi dengan Cisco dan City 24/7 untuk menempatkan layar pintar secara strategis di seluruh kawasan untuk melaporkan berita dan acara.
Di Indonesia banyak kota yang sedang menuju tahap menjadi smart city
karena pemerintah mengadakan program “100 smart cities” dengan beberapa
tahap. Dikutip dari laman tekno.kompas.com Daftar kota peserta tahap pertama
Gerakan Menuju 100 Smart City yaitu Kota Semarang, Kota Singkawang, Kota
Makassar, Kota Bogor, Kota Tomohon, Kota Jambi, Kota Bandung, Kota
Cirebon, Kota Bekasi, Kota Sukabumi, Kota Samarinda, Kota Tangerang, dan
Kota Tangerang Selatan. Beberapa kota tersebut sedang dalam tahap penerapan
smart city di Indonesia. Salah satu kota yang giat menerapkan smart city adalah
kota bandung, dengan berkembangnya media dan teknologi dibandung saat ini
dapat dikatakan kota bandung membutuhkan system perkotaan yang memumpuni agar pengawasan dari pemerintah lebih terkontrol dan efisien dalam mengaplikasikannya.
Dikutip dari mongabay.co.id Dony iqbal menjelaskan setidaknya ada sekitar 1,25 juta kendaraan bermotor yang setiap harinya lalu – lalang di Kota Bandung, yang kurang lebih terdiri dari 900 ribuan motor dan 300 ribuan mobil pribadi.
Kecenderungan laju pertumbuhan kendaraan lebih cepat ketimbang pertumbuhan jalan. Panjang jalan di Kota Bandung sekitar 1.236,48 kilometer. Dengan jumlah kendaraan sebanyak itu memicu terjadinya kemacetan di hampir semua titik jalan.
Untuk lahan parkir resmi tersedia di 400 ruas jalan dan 100 di gedung. Kepala bidang Lalu Lintas dan Parkir Dinas Perhubungan Kota Bandung, Agung Purnomo, melalui stafnya Santi Prianti, mengungkapkan volume kendaraan pribadi masih mendominasi jalanan di kota Bandung yang mencapai 80% dan tranportrasi umum hanya 20%. Perkembangan teknologi informasi saat ini membawa perubahan yang sangat signifikan. Smart City atau kota cerdas adalah sebagai sebuah konsep pengembangan dan pengelolaan kota dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk menghubungkan, memonitor, dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada didalam kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan (siti widharetno, 2017)
Dinas Perhubungan Kota Bandung pada tahun 2015 mengklasifikasikan 9
faktor penyebab kemacetan di Kota Bandung secara berurutan yaitu (1) political
will dan political action, (2) tata guna lahan, (3) kendaraan pribadi, (4) penegakan
hukum, (5) gangguan samping (pemukiman dan pembangunan), (6) kondisi
manajemen infrastruktur, (7) kondiisi jaringan, (8) psikologi masyarakat, (9)
komuter, dan (10) kegiatan pariwisata. Selain itu, ada 7 faktor turunan yang paling
berkontribusi terhadap kemacetan di Kota Bandung secara berurutan yaitu (1)
kendaraan pribadi, (2) pembangunan perumahan, perdagangan dan pendidikan,
(3) penyimpangan tata guna lahan, (4) political willdan political action kurang
tegas dalam tata guna lahan, (5) political will dan political action kurang
mendukung sarana dan prasarana transportasi publik, (6) tingginya aktiivitas ekonomi namun tidak merata, dan (7) transportasi publik yang tidak aman, tidak nyaman, tidak tepat waktu, dan tidak terintegrasi peningkatan jumlah kendaraan ( Ronald , 2016 ).
Dikutip dari detik.com (2018) kang Emil menyebut saat ini Kota Bandung memiliki identitas sebagai kota wisata. Sehingga sudah seharusnya pemerintah hadir memberikan pelayanan yang nyaman dan aman sebagai solusi wisata tanpa kemacetan. Bandung bisa dinikmati dengan berjalan kaki, naik sepeda (boseh) dengan kartu atau cashless. Sementara itu Kadishub Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan saat ini baru terdapat 350 unit Boseh dengan tipe city bike multy speed. Warga yang akan menyewa Boseh akan dikenakan biaya sewa Rp 4 ribu/jam. Cara peminjaman boseh dibagi menjadi 2 yaitu manual dan pemilik kartu cashless. Untuk peminjaman manual hanya menyerahkan e-Ktp dan menulis nomor telepon, untuk pengguna kartu hanya tinggal mendatangi box biru Boseh yang tersedia disetiap halte untuk peminjaman dengan cara menempelkan kartu dan menekan nomor pin Selanjutnya penyewa tinggal pilih pengaturan 'pinjam sepeda' dan memilih sepeda mana yang akan digunakan. Setelah itu secara otomatis kunci yang berada di dok sepeda akan terbuka sesuai dengan pilihan penyewa. Asri (2017) mengatakan, selama diuji coba sejak Bulan Juli lalu antusiasme masyarakat untuk memakai Boseh cukup baik terlebih jika memasuki waktu weekend. Di waktu tersebut banyak masyarakat yang menyewa sepeda untuk olahraga atau sekedar jalan-jalan di sekitar Taman Cibeunying. Setiap harinya, kata Asri, shelter bisa dimanfaatkan oleh masyarakat mulai pukul 8.00 WIB hingga 16.00 WIB. Satu shelter biasanya terdapat 12 dok yang berisi 8-12 sepeda.
Meskipun konsep bike sharing telah diterapkan antar kota tetapi tidak
semuanya penerapan konsep tersebut berjalan dengan sukses. Aditya (2014)
menjelaskan dalam penelitiannya bahwa masih banyak bike sharing di Kota
Bandung belum berjalan secara optimal. Dari data yang peneliti dapatkan di lapangan, terdapat masalah yang menunjukan tidak terawatnya shelter-shelter sepeda di shelter Bike Sharing. Penyebab nya banyak sepeda yang tidak tersedia dan juga mesin penyewaan yang rusak sehingga masyarakat yang akan menggunakan Boseh merasa kecewa dengan fasilitas tersebut. Tanpa adanya kebijakan yang baik serta kebijaksanaan untuk kemajuan Kota Bandung menjadi kota smart city sulit kiranya tujuan-tujuan pemerintah dapat tercapai. Tetapi dalam kenyataannya ada beberapa rute-rute jalan pesepedah di Kota Bandung yang masih belum layak untuk pesepedah yang mengunakan Bike Sharing maupun pengendara sepedah beraktifitas mengunakan sepedah, serta kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebijakan Bike Sharing Kota Bandung menyebabkan masyarakat hanya mengunakan sepeda pada saat acara Car Free Day setiap minggu, padahal konsep Bike Sharing yang diusulkan oleh Komunitas Bandung Creative City Forum sangat baik bila digunakan oleh masyarakat, masyarakat bisa memanfaatkan fasilitas Bike Sharing ini kemungkinan besar timbul kemandirian yang tinggi, dalam hal bertranportasi khususnya di Kota Bandung.
Grafik 1. 1 Pengguna Aktif Boseh Bandung
(Sumber: Boseh Bandung, 2018)