• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Logo Boseh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Logo Boseh"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambar 1. 1 Logo Boseh

Sumber: Boseh Bandung

Boseh adalah kata dari Bahasa Sunda yang berarti kayuh. Tapi Boseh sendiri merupakan sistem penyewaan sepeda dengan teknologi modern hasil dari kolaborasi Banopolis dan Pemerintah Kota Bandung. Generasi pertama dari sistem bike sharing banyak digunakan masyarakat saat kegiatan Car free day untuk sekedar berkeliling area dan juga berolahraga santai, namun sistem tersebut belum dapat diadaptasi oleh masyarakat untuk digunakan sebagai sarana transportasi hijau (eco transport) yang digunakan sehari-hari untuk menunjang aktivitas perkotaan, dikarenakan sistem registrasi penyewaan yang masih terpisah antara stasiun-nya dan masih dilakukan secara manual (dengan cara menitipkan KTP/Kartu Tanda Penduduk dan membayar uang sewa pada petugas di setiap stasiun) serta penyewa harus mengembalikan sepeda yang dipakai-nya ke stasiun asal saat masa sewanya berakhir.

Generasi pertama dari sistem Bike Sharing ini pun akhirnya tidak dikembangkan, dan stasiun-stasiun yang sudah dibangun tidak lagi digunakan.

Semenjak Ridwan Kamil menjabat sebagai wali kota Kota Bandung, maka sistem bike sharing diperbaharui dengan sebuah sistem penyewaan yang berbasis teknologi, sistem ini disebut BOSEH dan merupakan hasil kerjasama dari Dinas Perhubungan Kota Bandung dengan Banopolis sebagai organisator sistemnya.

Tidak seperti bike sharing lainnya yang masih melibatkan manusia sebagai

operator, proses peminjaman dan pengembalian Boseh dilayani sebuah mesin

(2)

yang diberi nama terminal. Tapi sebelumnya, pelanggan harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu untuk mendapatkan smart card sebagai alat transaksi.

Gambar 1. 2 Aplikasi Boseh 1. Sumber: Boseh Bandung

Boseh diluncurkan secara resmi pada Maret 2017 oleh Pemerintah Kota

Bandung. Pada tahap awal dibangun 30 stasiun dari 130 stasiun yang

direncanakan. Ketiga puluh stasiun itu tersebar di beberapa titik kepadatan di Kota

Bandung, di antaranya di Pasteur, depan Taman Pramuka, Sudirman, dan

Cihampelas. Di tempat tersebut telah dibangun stasiun lengkap dengan terminal

atau mesin untuk transaksi yang siap digunakan. Selain merancang konsep Boseh,

Banopolis juga merancang sepeda khusus Boseh. Sepeda ini didesain anti-maling,

berdasarkan pengalaman saat mengelola Bike Bandung. Untuk mengatasi tangan-

tangan jahil, Banopolis telah mengantisipasinya dengan mengasuransikan setiap

sepeda. Di samping itu, operator memiliki data setiap pelanggan yang terekam

saat pendaftaran dengan menggunakan e-KTP. Dalam pemantauan nya, boseh

bekerja sama dengan Dinas perhubungan kota bandung untuk memantau dock

mana yang kosong dan perlu pendistribusian sepeda sehingga tidak ada ke

kosongan yang terjadi di shelter tersebut.

(3)

Registrasi tersebut bertujuan agar setiap orang yang ingin mengunakan fasilitas Bike Sharing Bandung harus terlebih dahulu daftar kebooth registrasi yang telah di tentukan, Bike sharing Bandung berlaku untuk seluruh warga indonesia.

A. Syarat dan Ketentuan Registrasi :

1. Mempuyai kartu indentitas E-KTP/PASPOR ,kartu E-MONEY dan diperlihatkan ke operator registrasi (bukan fotocopy )

2. Tidak bisa di wakilkan karena harus melakukan pengisian data sama foto di laptop registrasi

B. Prosedur Operator Registrasi Boseh BIKE SHARING

1. Operator meminta syarat –syarat: KTP/PASPOR & kartu E- MONEY 2. Operator melakukan registrasi di booth dengan mengunakan Aplikasi

FCMS boseh

3. Kartu E- MONEY ditempel di card reader registrasi 4. Registrasi kartu tidak bisa di wakilkan

5. Setiap registrasi kartu E-money ada beberapa tahap :

a. Masukan data user NAMA, NIK,ALAMAT,NO TLP b. Kemudian kartu ditempel dan dilepas sampai kartu terbaca c. Kemudian User diminta untuk mengisi data dan di foto untuk

disimpan di data registrasi (FCMS)

d. Meminta nomer pin 4 digit ke user untuk pasword.

e. Kartu E-MONEY sudah di registrasi

f. User mencoba untuk peminjaman sepeda dan cara pengembalian sepeda

g. Jika terjadi kegagalan, kartu dapat di reset dengan menghubungi operator di Aplikasi FCMS

h. Setelah kartu sudah beres user bisa menggunakan kartu tersebut disetiap shelter.

i. Operator harus memberitahukan cara menggunakan kartu ke user .

C. Prosedur Pemakaian kartu E-Money Boseh BIKE SHARING

(4)

Untuk meregistrasi kartu e-money bisa mendatangi booth boseh yang telah tersedia di beberapa tempat yang sudah ditentukan .

2. Cara Peminjaman Sepeda :

3. Tekan salah satu tombol di shelter.

4. Kartu e –money di tempel di card rider, sampai kartu terbaca dan keluar menu

5. Masukin PIN 4 digit

6. Tekan tombol nomor 1 untuk peminjaman sepeda

7. Kemudian masukan nomor Dock sepeda jika diminta pada layar menu.

8. Kemudian tab kartu kembali untuk menulis data kedalam kartu.

9. Tunggu hingga lampu yang ada disamping dock menyala Tekan tombol lampu yang ada disamping docking, kemudian sepeda bisa dikeluarkan.

10. Cara Pengembalian Sepeda :

11. Masukan sepeda kedalam docking sampai benar-benar terkunci 12. Tekan salah satu tombol di shelter

13. Kartu e –money di tempel di card rider, sampai kartu terbaca dan keluar menu

14. Masukin PIN 4 digit

15. Tekan tombol nomor 2 untuk pengembalian sepeda

16. Tunggu sampai sepeda yang dikembalikan terbaca oleh mesin shelter dan menghitung biaya pemakain.

17. Tap kartu kembali untuk memotong saldo

18. Tap kembali kartu ke reader untuk menulis data kedalam kartu secara otomatis

19. Tunggu sampai keluar menu transaksi berhasil, sepeda sudah di kembalikan

20. Tahapan pengecekkan saldo untuk user:

21. Tekan salah satu tombol yang ada di terminal

22. Kartu e –money di tempel di card rider, sampai kartu terbaca dan keluar

menu lalu lepas kartu

(5)

23. Masukin PIN 4 digit

24. Tekan tombol nomor 4 untuk cek saldo 25. Tab kartu kembali

26. Tunggu hingga layar menampilkan jumlah saldo yang tersisa 27. Tahapan pengecekkan peminjaman untuk shelter:

28. Tekan tombol yang ada di terminal 29. Tap kartu ke reader

30. Masukin PIN 4 digit

31. Tekan tombol 5 status pinjam

32. Tunggu hingga layar menampilkan daftar peminjaman.

1.2.Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi di dunia saat ini menuntut seluruh masyarakat untuk lebih melek akan teknologi Perkembangan kota memiliki hubungan dengan perkembangan jumlah, karakter dan aktivitas dari penduduknya (Aditya pradana,2014) Dengan teknologi, kota dapat dikelola secara lebuh modern untuk mengurangi penggunaan dan ketergantungan energi serta sumber daya perkotaan, dan mempersiapkan diri untuk aspek pertumbuhan di masa depan.

Lintasan pertumbuhan penduduk perkotaan yang cepat bukan hanya suatu hal yang menarik tetapi membutuhkan tuntutan untuk pembangunan berkelanjutan dan daya hidup yang lebih baik. Komponen yang harus dimiliki oleh smart city yakni teknologi, gedung, keperluan, transportasi, serta smart city itu sendiri.

Beberapa kota di Negara yang ada di dunia telah sukses melakukan smart city antara lain Barcelona, Nice, Masdar City dan Singapura (Afriani Susanti,2017, https://techno.okezone.com/read/2017/01/26/207/1601726/smart-city-terbaik-di- dunia, diakses 17 oktober 2018)

Manusia menciptakan teknologi dengan motivasi dan dorongan agar hidup

menjadi lebih baik. Manusia terdorong untuk membuat sebuah teknologi yang

dapat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan. Menurut Chandra & mochamad

(6)

(2016) Saat ini peradaban baru teknologi informasi sudah memasuki era digitalisasi. Berbagai produk terkini mulai bermunculan sehingga menyebabkan istilah masyarakat modern bergeser dan terjadi perluasan makna menjadi masyarakat digital. Seiring dengan waktu pemerintah pun mulai melirik pemanfaatan teknologi informasi untuk memberikan pelayanan masyarakat yang lebih maksimal bahkan optimal di era digital. Seperti hal nya beberapa kota di Negara maju yang sudah menjadi smart city. new york city , san fransisco , London , paris , Stockholm contoh beberapa kota yang sudah menjalankan smart city untuk mempermudah keberlangsungan hidup masyarakat.

Beberapa negara maju saat ini sudah mulai memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi terbaru yang bersifat digital. Salah satu aspek yang mendukung smart city adalah aspek mobilitas. Sejalan dengan perkembangan tersebut, kebutuhan mobilitas dari penduduk juga mengalami peningkatan. Dikutip dari laman ecnmag.com Salah satu Negara yang sudah duluan melakukan smart city adalah New York dimulai tahun 2009 ketika kota besar bermitra dengan IBM untuk meluncurkan Pusat Solusi IBM Business Analytics. Lembaga ini membahas tuntutan yang semakin besar akan kemampuan kompleks yang diperlukan untuk membangun smart city dan membantu klien mengoptimalkan segala macam proses bisnis dan keputusan. New York juga berkolaborasi dengan Cisco dan City 24/7 untuk menempatkan layar pintar secara strategis di seluruh kawasan untuk melaporkan berita dan acara.

Di Indonesia banyak kota yang sedang menuju tahap menjadi smart city

karena pemerintah mengadakan program “100 smart cities” dengan beberapa

tahap. Dikutip dari laman tekno.kompas.com Daftar kota peserta tahap pertama

Gerakan Menuju 100 Smart City yaitu Kota Semarang, Kota Singkawang, Kota

Makassar, Kota Bogor, Kota Tomohon, Kota Jambi, Kota Bandung, Kota

Cirebon, Kota Bekasi, Kota Sukabumi, Kota Samarinda, Kota Tangerang, dan

Kota Tangerang Selatan. Beberapa kota tersebut sedang dalam tahap penerapan

smart city di Indonesia. Salah satu kota yang giat menerapkan smart city adalah

kota bandung, dengan berkembangnya media dan teknologi dibandung saat ini

(7)

dapat dikatakan kota bandung membutuhkan system perkotaan yang memumpuni agar pengawasan dari pemerintah lebih terkontrol dan efisien dalam mengaplikasikannya.

Dikutip dari mongabay.co.id Dony iqbal menjelaskan setidaknya ada sekitar 1,25 juta kendaraan bermotor yang setiap harinya lalu – lalang di Kota Bandung, yang kurang lebih terdiri dari 900 ribuan motor dan 300 ribuan mobil pribadi.

Kecenderungan laju pertumbuhan kendaraan lebih cepat ketimbang pertumbuhan jalan. Panjang jalan di Kota Bandung sekitar 1.236,48 kilometer. Dengan jumlah kendaraan sebanyak itu memicu terjadinya kemacetan di hampir semua titik jalan.

Untuk lahan parkir resmi tersedia di 400 ruas jalan dan 100 di gedung. Kepala bidang Lalu Lintas dan Parkir Dinas Perhubungan Kota Bandung, Agung Purnomo, melalui stafnya Santi Prianti, mengungkapkan volume kendaraan pribadi masih mendominasi jalanan di kota Bandung yang mencapai 80% dan tranportrasi umum hanya 20%. Perkembangan teknologi informasi saat ini membawa perubahan yang sangat signifikan. Smart City atau kota cerdas adalah sebagai sebuah konsep pengembangan dan pengelolaan kota dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk menghubungkan, memonitor, dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada didalam kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan (siti widharetno, 2017)

Dinas Perhubungan Kota Bandung pada tahun 2015 mengklasifikasikan 9

faktor penyebab kemacetan di Kota Bandung secara berurutan yaitu (1) political

will dan political action, (2) tata guna lahan, (3) kendaraan pribadi, (4) penegakan

hukum, (5) gangguan samping (pemukiman dan pembangunan), (6) kondisi

manajemen infrastruktur, (7) kondiisi jaringan, (8) psikologi masyarakat, (9)

komuter, dan (10) kegiatan pariwisata. Selain itu, ada 7 faktor turunan yang paling

berkontribusi terhadap kemacetan di Kota Bandung secara berurutan yaitu (1)

kendaraan pribadi, (2) pembangunan perumahan, perdagangan dan pendidikan,

(3) penyimpangan tata guna lahan, (4) political willdan political action kurang

tegas dalam tata guna lahan, (5) political will dan political action kurang

(8)

mendukung sarana dan prasarana transportasi publik, (6) tingginya aktiivitas ekonomi namun tidak merata, dan (7) transportasi publik yang tidak aman, tidak nyaman, tidak tepat waktu, dan tidak terintegrasi peningkatan jumlah kendaraan ( Ronald , 2016 ).

Dikutip dari detik.com (2018) kang Emil menyebut saat ini Kota Bandung memiliki identitas sebagai kota wisata. Sehingga sudah seharusnya pemerintah hadir memberikan pelayanan yang nyaman dan aman sebagai solusi wisata tanpa kemacetan. Bandung bisa dinikmati dengan berjalan kaki, naik sepeda (boseh) dengan kartu atau cashless. Sementara itu Kadishub Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan saat ini baru terdapat 350 unit Boseh dengan tipe city bike multy speed. Warga yang akan menyewa Boseh akan dikenakan biaya sewa Rp 4 ribu/jam. Cara peminjaman boseh dibagi menjadi 2 yaitu manual dan pemilik kartu cashless. Untuk peminjaman manual hanya menyerahkan e-Ktp dan menulis nomor telepon, untuk pengguna kartu hanya tinggal mendatangi box biru Boseh yang tersedia disetiap halte untuk peminjaman dengan cara menempelkan kartu dan menekan nomor pin Selanjutnya penyewa tinggal pilih pengaturan 'pinjam sepeda' dan memilih sepeda mana yang akan digunakan. Setelah itu secara otomatis kunci yang berada di dok sepeda akan terbuka sesuai dengan pilihan penyewa. Asri (2017) mengatakan, selama diuji coba sejak Bulan Juli lalu antusiasme masyarakat untuk memakai Boseh cukup baik terlebih jika memasuki waktu weekend. Di waktu tersebut banyak masyarakat yang menyewa sepeda untuk olahraga atau sekedar jalan-jalan di sekitar Taman Cibeunying. Setiap harinya, kata Asri, shelter bisa dimanfaatkan oleh masyarakat mulai pukul 8.00 WIB hingga 16.00 WIB. Satu shelter biasanya terdapat 12 dok yang berisi 8-12 sepeda.

Meskipun konsep bike sharing telah diterapkan antar kota tetapi tidak

semuanya penerapan konsep tersebut berjalan dengan sukses. Aditya (2014)

menjelaskan dalam penelitiannya bahwa masih banyak bike sharing di Kota

(9)

Bandung belum berjalan secara optimal. Dari data yang peneliti dapatkan di lapangan, terdapat masalah yang menunjukan tidak terawatnya shelter-shelter sepeda di shelter Bike Sharing. Penyebab nya banyak sepeda yang tidak tersedia dan juga mesin penyewaan yang rusak sehingga masyarakat yang akan menggunakan Boseh merasa kecewa dengan fasilitas tersebut. Tanpa adanya kebijakan yang baik serta kebijaksanaan untuk kemajuan Kota Bandung menjadi kota smart city sulit kiranya tujuan-tujuan pemerintah dapat tercapai. Tetapi dalam kenyataannya ada beberapa rute-rute jalan pesepedah di Kota Bandung yang masih belum layak untuk pesepedah yang mengunakan Bike Sharing maupun pengendara sepedah beraktifitas mengunakan sepedah, serta kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebijakan Bike Sharing Kota Bandung menyebabkan masyarakat hanya mengunakan sepeda pada saat acara Car Free Day setiap minggu, padahal konsep Bike Sharing yang diusulkan oleh Komunitas Bandung Creative City Forum sangat baik bila digunakan oleh masyarakat, masyarakat bisa memanfaatkan fasilitas Bike Sharing ini kemungkinan besar timbul kemandirian yang tinggi, dalam hal bertranportasi khususnya di Kota Bandung.

Grafik 1. 1 Pengguna Aktif Boseh Bandung

(Sumber: Boseh Bandung, 2018)

(10)

Kesadaran masyarakat terhadap penerapan bike sharing di Indonesia tepatnya di kota bandung terlihat kurang diminati. Dimana dapat dilihat dari Gambar 1.2 yaitu grafik jumlah pengguna aktif Boseh Bandung mengalami penurunan tidak sebanding dengan jumlah penduduk kota bandung yaitu 2.481.469 jiwa (Badan Pusat Statistik kota Bandung).

Bandung adalah kota terbesar ketiga di Indonesia, di bawah Jakarta dan Surabaya. Populasi penduduknya yang muda dan melek teknologi semakin mendukung ekosistem teknologi di Bandung. Saat ini kota bandung memiliki dewan pengembangan bandung kota cerdas atau biasa disebut dewan smart city.

Hal tersebut tentunya mendorong pemerintah untuk melakukan praktik smart city.

dengan delapan juta penduduk kota Bandung yang sudah sebagian melek teknologi membuat pemerintah harus lebih cepat tanggap dalam menyajikan informasi dan pelayanan bagi masyarakat (https://id.techinasia.com/bandung- smart-city diakses pada 4 oktober 2018 pukul 11.22). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini juga sangat menguntungkan dibandingkan dengan cara-cara manual atau tradisional. Dikutip dari laman prfmnews.com Kepala UPT Pengelola Angkutan Dinas Perhubungan Kota Bandung, Yudhiana mengatakan bahwa pada saat uji coba Boseh banyak sekali peminatnya karena gratis, tetapi setelah open loop menjadi berkurang peminat nya dan kebanyakan penggunaan Boseh hanya pada saat weekend dan hari libur. Padahal pemerintah mengharapkan dengan diadakannya Boseh tersebut dapat mengurangi kemacetan yang terjadi di kota bandung terutama pada saat akhir pekan dan libur panjang.

Banyak masyarakat yang belum tahu bahwa ada transportasi yang disediakan oleh pemerintah dengan harga murah. Hal ini menyebabkan masyarakat urung menggunakan hal tersebut karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga tidak ada kata ajakan untuk masyarakat.

Dari hasil tersebut didapatkan kesimpulan bahwa problem masih

kurangnya penggunaan aplikasi Boseh Bandung dikarenakan masih rendahnya

tingkat adopsi oleh masyarakat di kota Bandung atau bisa dikatakan karena

kurangnya promosi yang dilakukan oleh pemerintah terkait program dan aplikasi

(11)

Boseh. Menurut kepala UPT Pengelola Angkutan Dinas Perhubungan Kota Bandung Yudhiana mengatakan bahwa target pengguna nya yaitu sebagian dari penduduk kota bandung tetapi berbanding terbalik dengan pengguna nya saat ini.

Sehingga peneliti memilih untuk melakukan meneliti hal tersebut menggunakan factor-faktor yang berada di metode UTAUT2. Dari hasil studi literature yang dilakukan pada penelitian terkini yang membahas persoalan adopsi teknologi adalah konsep teori Unified Theory Adoption and Use Technology (UTAUT) yang diteliti pertama kali oleh Venkantesh (2003). Dan konsep UTAUT ini terus berkembang dan diteliti lebih lanjut oleh Indrawati (2014) dengan konsep lebih luas lagi menjadi Modified UTAUT. Berdasarkan hal ini maka penelitian perilaku pengguna aplikasi Boseh Bandung didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi, dimana ada faktor independent yaitu Performance Expectancy (PE), Effort expectancy (EE), Social Influence (SI), Facilitating Conditions (FC), Hedonic Motivation (MV), Price Value (PV), Habit (H) dan Trust (T) sedangkan faktor dependent nya yaitu Behavior intention (BI) dan Behavior to Use (BU).

Keputusan seseorang dalam mengambil suatu keputusan untuk membeli atau menggunakan suatu layanan, banyak faktor yang dapat memainkan peran penting di dalamnya antara lain adalah trust, menurut Mayer et.al dalam Heijden, Verhagen dan Creemers (2002: 1) mendefinisikan kepercayaan sebagai ”the willingness of a party to be vulnerable to the actions of another party based on the expectation that the other will perform a particular action important to the Trustor, irrespective of the ability to monitor or control that other party”. trust merupakan persepsi yang timbul pertama kali ketika akan menggunakan layanan baru.

Faktor- faktor tersebut perlu dicermati dan diteliti, sehingga didapatkan faktor- faktor manakah yang berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi tersebut. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisa dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang diuraikan sebelumnya yaitu:

trust, habit, dorongan motivasi, performansi dari layanan, kemudahan dalam

(12)

penggunaan dan pengaruh orang disekitar, maka metode yang tepat mengenai perilaku konsumen dalam mengadopsi suatu layanan atau teknologi baru adalah dengan menggunakan modifikasi Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT2). Berdasarkan kajian literatur dinyatakan bahwa model penelitian menggunakan UTAUT Dengan diketahui faktor – faktor minat penggunaan aplikasi tersebut diharapkan bisa dijadikan acuan untuk mengembangkan aplikasi tersebut sehingga bisa diterima baik oleh masyarakat Bandung.

1.3.Rumusan Masalah

Banyak hal yang sebenarnya kurang dipahami oleh masyarakat khususnya bidang transportasi. Terlihat menurunnya pengguna Boseh bandung yang dari awal pemerintah canangkan untuk mengurangi kemacetan di kota bandung dan pentingnya menggunakan transportasi publik untuk kegiatan sehari-hari. Salah satu sumber kemacetan di kota bandung adalah banyaknya kendaraan yang berlalu lalang dijalanan, sehingga tidak sesuai dengan kapasitas jalan kota bandung.

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa Boseh adalah salah satu program yang mendukung smart city di kota bandung.

Oleh karena itu dengan adanya teknologi tersebut ingin diketahui bagaimana tanggapan responden mengenai minat penggunaan aplikasi Boseh Bandung melalui faktor Performance Expectancy (PE), Effort expectancy (EE), Social Influence (SI), Facilitating Conditions (FC), Hedonic Motivation (MV), Habit (H) dan Trust (T) sedangkan faktor dependent nya yaitu Behavior intention (BI) dan Behavior to Use (BU) dalam menggunakan sarana transportasi tersebut.

1.4.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan penjelasan latar belakang dan pernyataan masalah di atas, dapat menentukan pertanyaan penelitian:

1. Seberapa besar penilaian calon pengguna aplikasi Boseh terhadap

Variabel - Variabel dalam penelitian ini (Performance Expectancy

(PE), Effort Expectancy (EE), Social Influence (SI), Facilitating

(13)

Condition (FC), Habit (H), Trust (T), dan Behavior Intention (BI)?

2. Apakah Variabel Performance Expectancy (PE), Effort Expectancy (EE), Social Influence (SI), Facilitating Condition (FC), Habit (H), dan Trust (T) berpengaruh positif signifikan terhadap Behavior Intention calon pengguna aplikasi Boseh?

3. Apakah Variabel Behavior Intention (BI) berpengaruh positif signifikan terhadap Behavior to Use (BU)?

4. Apakah Variabel Age (A) dan Gender (G) menjadi moderator dalam hubungan Performance Expectancy (PE), Effort Expectancy (EE), Social Influence (SI), Facilitating Condition (FC), Habit (H), Trust terhadap Behaviour Intention?

1.5.Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai 3 (tiga) tujuan utama yang ingin dicapai, yaitu:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan variabel yang terbukti berpengaruh terhadap minat pengguna aplikasi Boseh Bandung

2. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor dalam model modifikasi Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT2) yang telah dimodifikasi apakah memiliki pengaruh dalam minat menggunakan aplikasi Boseh Bandung

3. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah perbedaan jenis kelamin dan usia mempengaruhi minat menggunakan aplikasi Boseh Bandung dengan menggunakan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) yang telah dimodifikasi.

1.6.Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak, selain dimaksudkan untuk menambah pengetahuan peneliti

mengenai customer behaviour, customer preferences, ataupun penelitian tentang

adopsi teknologi sejenis.

(14)

Secara garis besar penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi perusahaan, untuk mengetahui aspek-aspek yang dapat meningkatkan dan memperbaiki dalam mempromosikan, atau menerapkan strategi marketing produk baru dan untuk meningkatkan ketertarikan serta minat pengguna aplikasi Boseh untuk menggunakan sarana transportasi tersebut di masa depan. Manfaat praktis dalam penulisan ini tidak terbatas pada aplikasi Boseh Bandung tetapi dapat juga di aplikasi kan pada produk yang lain.

2. Manfaat Keilmuan: Diharapkan dari penelitian ini, dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam mengetahui perkembangan strategi pemasaran produk baru, yang didasarkan pada 2 hal: (1) Berdasarkan teknologi ICT, dan berdasarkan perkembangan perilaku konsumen terhadap minat atau ketertarikan serta tanggapan konsumen dalam penggunaanya.

1.7.Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Supaya pembahasan dalam penelitian runtut dan jelas memudahkan pembaca, maka penulis membagi penulisan ini dalam 5 (lima) bab, dengan urutan sistematika sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang objek penelitian, latar belakang, perumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian, bab ini berisikan kajian pustaka, teori-teori yang digunakan dan literature – literatur yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta berisikan kerangka pemikiran dan hipotesis terhadap permasalahan yang ada.

3. BAB III Metode Penelitian, bab ini menjelaskan mengenai jenis

penelitian, operasionalisasi variabel dan tahapan penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, jenis data serta teknik analisis data

untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau

(15)

menjelaskan masalah.

4. BAB IV Analisis dan Pembahasan, bab ini akan menjelaskan secara rinci tentang hasil penelitian dan pembahasan serta analisa – analisa yang dilakukan sehingga akan lebih tampak jelas gambaran permasalahan yang terjadi dan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.

5. BAB V Kesimpulan dan Saran, bab ini berisi kesimpulan atas pembahasan

terhadap permasalahan yang ada serta saran-saran yang dapat digunakan

pihak lain dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dan nantinya akan

menjadi referensi bagi pembaca.

Gambar

Gambar 1. 2 Aplikasi Boseh  1.  Sumber: Boseh Bandung
Grafik 1. 1 Pengguna Aktif Boseh Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan : Peneliti sebagai model melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas IV dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe membuat

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi suatu proses belajar mengajar di fakultas kedokteran juga harus mejadi perhatian bagi mahasiswa dan dosen untuk mencapai

Dalam penelitian akan digunakan dua jenis instrumen penelitian, yaitu daftar pertanyaan dan pedoman wawancara. Daftar pertanyaan atau kuesioner dibuat secara rinci

Analisa identifikasi pola-pola penerapan dan pemanfaatan vegetasi DAS pada Tabel 1 dan Gambar 2 mengacu pada data primer dan data sekunder diperoleh pola-pola penerapan

Larva udang galah GIMacro II memiliki kemampuan untuk dapat bertahan hidup pada lingkungan media payau, namun setiap organisme akuatik memiliki kendala yang sama yaitu upaya

Produk inovasi atau invensi yang dimaksud tidak harus selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas

orang ketiga, perubahan dari keadaan informal atau sebaliknya, perubahan subjek, dan untuk bergengsi. Pembicara terkadang melakukan alih kode ke lawan bicaranya untuk tujuan

Nasi ini digunakan untuk selamatan. Nasi gurih dengan bahan cair santan, ditambah bumbu-bumbu dan dikukus. Nasi ini dihidangkan dengan berbagai macam lauk pauk. Lauk pauk yang