• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan antara bank dengan pihak lain yan ng mewajibkan pihak yang dibiayai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan antara bank dengan pihak lain yan ng mewajibkan pihak yang dibiayai"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia bisnis di Indonesia, sering dijumpai istilah pembiayaan.

Pembiayaan banyak digunakan untuk tujuan konsumtif, produktif maupun

perdagangan. Pengertian pembiayaan secara umum adalah penyediaaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yan ng mewajibkan pihak yang dibiayai

untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998

tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang

Perbankan (Undang-Undang Perbankan) adalah penyediaan uang/tagihan yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan pesetujuan/kesepakatan antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dengan imbalan atau bagi hasil.

Salah satu pembiayaan yang banyak digunakan masyarakat adalah pembiayaan

investasi. Pada umumnya yang banyak ditemui, untuk pilihan investasi masyarakat

menjatuhkan pilihannya pada emas. Tidak hanya diminati masyarakat menengah

kebawah tetapi juga menengah keatas karena berbagai alasan. Emas yang dari waktu

kewaktu mengalami peningkatan menjadikannya sebagai salah satu primadona

1Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Raja Grafindo Persada Edisi Ke-6, Cet. Ke-6,

(2)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

investasi. Investasi adalah penempatan sejumlah kekayaan untuk mendapatkan

keuntungan di masa yang akan datang, dengan penanaman modal saat ini untuk

diperoleh manfaatnya di masa depan.2 Investasi (investment) didefinisikan oleh black

law dictionary sebagai: an expenditure to acquire property or assets to produce revenue; a capital outlay.3 Menurut kamus bahasa Indonesia, investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek dengan

tujuan untuk memperoleh keuntungan.4

Hingga kini pemerintah terus berupaya meningkatkan perkembangan dibidang

sektor perekonomian masyarakat sehingga banyak kebijakan-kebijakan ekonomi

yang terus diciptakan. Salah satunya berupa kemudahan dalam berinvestasi emas

atau logam mulia. Seperti yang kita ketahui bahwa untuk berinvestasi emas, maka

dibutuhkan sejumlah uang yang kemudian akan digunakan untuk membeli emas.

Sangatlah sederhana serta mudah jika memiliki cukup uang untuk berinvestasi emas.

Namun bagaimana jika keinginan berinvestasi emas tersebut tidak didukung dengan

keadaan finansial yang memadai. Pemerintah memberikan kemudahan untuk

berinvestasi emas, dalam hal ini tujuan pemerintah adalah untuk memenuhi keinginan

masyarakat yang hendak berinvestasi tanpa memiliki kesediaan dana yang

mencukupi, yaitu dengan cara dicicil. Salah satu wadah yang mewujudkan

2Huda Nurul & Nasution Mustafa Edwin, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Kencana Jakarta,

2008, h.7.

3Mas Rahmah, Hukum Investasi, Kencana, Jakarta Timur, 2020, dikutip dari Bryan A. Garner

(ed.),2009, black law dictionary, USA:West Publishing Co. Thomson Reuters, h.902.

4Ibid, dikutip dari Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa , 2008, Kamus Bahasa Indonesia , Jakarta,

(3)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

kemudahan tersebut adalah Bank Syariah Mandiri (selanjutnya disebut BSM). BSM

merupakan salah satu bank yang menjalankan usahanya dengan menerapkan prinsip

syariah yang berdasarkan hukum Islam. Hukum Islam secara garis besar mengenal dua macam sumber hukum, yaitu sumber hukum yang bersifat “naqly” dan sumber hukum yang bersifat “aqliy”. Sumber hukum naqliy ialah Al Qur’an dan As-sunnah, sedangkan sumber hukum aqliy ialah hasil usaha menemukan hukum dengan

mengutamakan olah pikir dengan beragam metodenya.5 Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh

lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah.6

Syariah dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang diturunkan Tuhan

kepada manusia secara tertib sebagai pedoman dalam berhubungan dengan Tuhan,

sesama, lingkungan dan kehidupan sehari-hari.7 Sebagai lembaga intermediasi yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, bank syariah dituntut

untuk melaksanakan dua kepatuhan yaitu kepatuhan prinsip syariah dan kepatuhan

hukum.8 Sehingga dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank syariah tidak boleh bertentangan dengan kaidah-kaidah dalam prinsip syariah.

5Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, Edisi Revisi,

Kencana, Jakarta, 2012, h.2, dikutip dari Literature standar tentang topic ini, Abdul Wahhab Khallaf, Mashadiru-t-Tasyri’I I-Islami Fima la Nashsha, fihi, Darul Qalam, Kuwait, 1972.; Mustafa Ahmad Al-Zarqa, Al Istisan wa-Al-Mushalih al-Mursalah fi al-Syari’ah al-Islamiyah wa Ushul Fiqh.

6Trisadini P. Usanti dan A. Shomad I, Hukum Perbankan, Kencana Prenamedia Group, Depok ,

2017,h.36.

7Prawitra I, “Distinction of Characteristics Sharia and Fiqh on Islamic Law”, Yuridika, Volume

33, No.3, September 2018.

8Arista Nurul, “Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Pada Akta Pembiayaan Notaris Dalam

(4)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

Keberadaan Bank Syariah ditengah-tengah perbankan konvensional adalah

untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan

layanan jasa perbankan tanpa harus khawatir atas persoalan bunga. Bank syariah

merupakan salah satu aplikasi dari sistem ekonomi syariah Islam yang merupakan

bagian dari nilai-nilai dari ajaran Islam mengatur perekonomian umat dan tidak

terpisahkan dari aspek-aspek lain ajaran Islam yang komprehensif dan universal.

Komprehensif berarti ajaran Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual

maupun sosial kemasyarakatan yang bersifat universal. Universal bermakna bahwa

syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat tanpa memandang ras,

suku, golongan dan agama sesuai prinsip Islam sebagai “rahmatan lil alamin”.9 Fungsi utama bank syariah yaitu menghimpun dana masyarakat dengan

menggunakan prinsip titipan atau dikenal dengan akad al wadiah dari dana

masyarakat kemudian disalurkan dalam bentuk pembiayaan.10 Adapun dalam prinsip

syariah menurut Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Perbankan diartikan sebagai

aturan perjanjian beradsarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk

penyimpanan dan dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang

dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi

hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah),

9Trisadini I, Op.Cit., h.5, diikutip dari Trisdini P. Usanti dan Abd. Shomad, Transaksi Bank

Syariah, Bumi Aksara, Jakarta, 2013, h.3.

10Arista Nurul, Op.Cit., dikutip dari Trisadini P. Usanti, “Penanganan Pembiayaan Bermasalah Di

(5)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah),

atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari

pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Produk BSM Cicil Emas bertujuan membantu nasabah untuk membiayai

pembelian/kepemilikan emas berupa lantakan (batangan) minimal 10 gram dan

maksimal 250 gram. Harga perolehan emas ditentukan pada saat akad. Plafond

pembiayaannya maksimum 80% dari harga perolehan untuk emas jenis lantakan

(batangan). Jangka waktu pembiayaan dari BSM Cicil Emas ini adalah paling singkat

2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun.11 Akad / pengikat yang digunakan untuk produk BSM Cicil Emas ini menggunakan akad Murabahah (di bawah tangan),

pengikatan agunan dengan menggunakan akad rahn (gadai).12Adapun dasar hukum

dari pembiayaan kepemilikan emas secara khusus adalah Fatwa Dewan Syariah

Nasional No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai dan

Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/16/DPbS/2012 perihal Pembiayaan Kepemilikan

Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pada Pasal 1 angka 1 disebutkan

bahwa Pembiayaan Kepemilikan Emas adalah pembiayaan untuk kepemilikan emas

dengan menggunakan akad murabahah.

Menurut Sutan Remi Sjahdeni, murabahah adalah jasa pembiayaan dengan

mengambil bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. Pada perjanjian murabahah atau

11Profil Bank Syariah Mandiri, (Internet Resources).

<https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-banking/emas/cicil-emas> , diakses pada 15 Oktober 2020.

(6)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

markup, bank membiayai pembelian barang atau aset yang dibutuhkan oleh

nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian

menjualnya dengan nasabah tersebut dengan menambahkan suatu markup atau

keuntungan. Dengan kata lain, penjualan barang oleh bank kepada nasabah dilakukan

atas dasar cost plus profit. Baik mengenai barang yang dibutuhkan oleh nasabah

maupun tambahan biaya atau markup yang akan menjadi imbalan bagi bank,

dirundingkan dan ditentukan dimuka oleh bank dan nasabah yang bersangkutan.

Keseluruhan harga barang dibayar oleh pembeli (nasabah) secara mencicil .

pemilikan (ownership) dari aset tersebut dialihkan kepada nasabah (pembeli) secara

proporsional sesuai dengan cicilan-cicilan yang telah dibayar. Dengan demikian,

barang yang dibeli berfungsi sebagai agunan tambahan dari nasabah yang

bersangkutan.13

Hal yang harus berdampingan dalam membicarakan keuntungan yaitu risiko.

Risiko pembiayaan sering dikaitkan dengan risiko gagal bayar. Risiko ini

mengacu pada potensi kerugian yang dihadapi bank ketika pembiayaan yang

diberikan kepada nasabah macet. Kegagalan nasabah melunasi kewajibannya

dianggap sebagai kondisi gagal bayar, yaitu gagal dalam membayar cicilan pokok

maupun porsi keuntungan. Ditegaskan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah bahwa Perbankan Syariah dalam melakukan

kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip

13Trisadini I, Op.Cit., h.66, dikutipdari Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk

(7)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian disini merupakan suatu landasan hukum yang

memberikan pedoman kepada Bank Syariah untuk melaksanakan kegiatan usahanya

atas dasar asas-asas perbankan yang sehat.14 Pembiayaan pada sisi aktiva neraca bank syariah merupakan bagian yang terbesar dari dana operasional. Kenyataan ini

menggambarkan bahwa pembiayaan adalah sumber pendapat bank yang terbesar

sekaligus merupakan sumber risiko bisnis yang terbesar.15

Dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, maka BSM dalam memberikan

pembiayaan juga membuat perjanjian tambahan atau yang disebut dengan perjanjian

accessoir. Hal tersebut sebagai langkah antisipasi jika terjadi gagal bayar oleh

nasabah. Selain pada pembiayaan cicil emas BSM, produk cicil emas serupa juga

terdapat pada lembaga keuangan lainnya seperti tabungan emas pegadaian,

pembiayaan emas iB Hasanah BNI Syariah, emas iB barokah Bank JATIM Syariah,

emas iB BCA Syariah, cicil emas BRI Syariah, maupun Bank Syariah lainnya.

Namun terdapat perbedaan antara pembiayaan cicil emas BSM dengan produk

perbankan lainnya. Diantaranya yaitu 16

1. Aman: Emas Anda diasuransikan

2. Menguntungkan: Tarif yang murah

3. Layanan Profesional: Perusahaan terpercaya dengan kualitas layanan terbaik

14Trisadini I, Op.Cit., h.151.

15Trisadini II, “Penanganan risiko Hukum Pembiayaan Di Bank Syariah”, Yuridika, Vol.29, No.1,

Januari-April 2014.

(8)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

4. Mudah: Pembelian emas dengan cara dicicil

5. Likuid: Dapat diuangkan dengan cara digadaikan untuk kebutuhan mendesak.

Sedangkan untuk fasilitas dengan tujuan investasi, BSM memiliki pilihan produk lain

yaitu Deposito, Bancassurance, Sukuk ritel, Reksadana dan BSM Cicil Emas.

Pembiayaan kepemilikan emas pada BSM menggunakan akad murabahah atau jual

beli yang merupakan salah satu cara kepemilikan yang diperbolehkan dalam Islam.

Sesuai hadist yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Al-Hakim: Rasulullah SAW

ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (profesi) apa yang paling baik.

Rasulallah SAW menjawab:

“Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkati”.

Berbicara tentang jual beli emas yang kepemilikannya tidak secara langsung

yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan melalui pemberian pembiayaan

dengan sistem jual beli, terdapat perselisihan mengenai sistem jual beli yang

diterapkan mengandung unsur riba.

Riba menurut bahasa berasal dari kata Rabaa’-yarbuu,riba-an yang berarti az

Ziadah, tambahan, bertambah atau tumbuh,17 pertumbuhan (growth), naik (rise),

17Abd. Shomad, Op.cit, h.94, dikutip dari Muhammad Mahmud Bably, kedudukan harta menurut

pandangan islam, terjemahan Abdul Fatah Idris, Kalam Mulia, Jakarta , 1989, h.150,167, bandingkan

(9)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

membengkak (swell) , bertambah (increase), dan tambahan (addition)18 berkembang

(an-numuw), meningkat (al-irtifa), membesar (al-‘uluw). Jadi, riba ialah tambahan

atas modal, baik tambahan itu sedikit maupun banyak secara ilegal. Ahmad salaim

mahmud berpendapat adanya penambahan terhadap jumlah pokok utang sebagai

imbalan atas perpanjangan batas waktu pembayaran yang telah diberikan/imbalan

atas penangguhan utang.19

Telah disepakati oleh sebagian besar ulama (ijma), emas dan perak

dikategorikan sebagai barang ribawi. Menurut jumhur ulama khususnya Imam Empat

Mazhab, bahwa emas dan perak memiliki kesamaan illat, sedangkan kurma, gandum, sya’ir, dan garam juga memiliki illat tersendiri, dan hukumnya haram jika diperjual belikan secara kredit. 20 Secara etimologi illat berarti alasan atau sebab, sesuatu yang menyebabkan berubahnya keadaan sesuatu yang lain dengan keberadaannya.21 Dalam Islam, riba menjadi larangan karena merupakan dosa besar sesuai firman Allah:

Qur’an Surah al Baqarah:130

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat

ganda”

18Ibid, dikutip dari Sutan Remi Sjahdeini, Op.cit., h.9, dikutip dari Eliaz G. Kazarian, Islamic

versus Traditional Banking , Financial Innovation in Egyp. Boulder et al.: Westview Press, 1993,

h.49. lihat pula M. Umer Chapra , Towards a Just Monetary System. London: the Islamic foundation, 1985,h. 56.

19 Ibid.

20Syaikh Al-Alamah Muhammad, Fiqh Empat Mazhab, Hasyimi Press, Jakarta, 2010, h.226.

(10)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

Qur’an Surah al-Baqarah ayat 275 :

“……dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”

Selain dalil Al Qur’an juga terdapat Hadits-Hadits berkaitan. Diriwayatkan oleh Abu Daud, No.3349 dari Ubaidah bin Ash Shamit Ra:

“tidak mengapa menjual emas dengan perak, dan perak lebih banyak, jika

langsungserah terima. Adapun jika bertangguh tidak boleh…” (HR Abu Daud).

Dalam hadits Ubadah bin ash- Shamit, Rasulullah SAW bersabda,

"(Jual beli) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gan dum, syair

dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan g a ram (dengan syarat) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendak mu jika dilakukan secara tunai." (HR Muslim).

Hadits dari Umar bin Khatthab, Rasulullah SAW bersabda,

"(Jual beli) emas dengan perak adalah riba kecuali secara tunai." (HR Muslim)

Membicarakan mengenai dalil Al Qur’an maupun hadits tentunya tidak terlepas dari istilah fiqh dan Ushul fiqh. Adapun ilmu dasar fiqh berasal dari

(11)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

atau al ilmu. secara spesifik fiqh bisa dikatakan sebagai pemahaman atau ilmu

syariah, yaitu digunakan untuk memahami ilmu syariah sebagai kaidahnya Allah

untuk manusia.22 Namun, perlu dipahami sifat umum syariah itu adalah yang mutlak, abadi, suci dan sakral karena berasal langsung dari Allah, jadi tidak bisa dan tidak

boleh dimodifikasi oleh siapa pun, sedangkan fiqh adalah ilmu yang istimewa, relatif

dan sangat dipengaruhi oleh kondisi tempat dan waktu (qabil lin niqash, qabil lit

taghyir).23

Agar terhindar dari dosa riba, sudah seharusnya dalam melakukan transaksi

pembiayaan untuk kepemilikan emas ini dapat dipastikan bebas dari unsur-unsur riba

tersebut. Definisi prinsip syariah yang diterapkan dalam perbankan syariah

berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

(Undang-Undang Perbankan Syariah), menyatakan bahwa prinsip hukum Islam

tersebut diaplikasikan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang

memiliki kewenangan dalam penetapam fatwa. Sehingga perlu diperhatikan apakah

penetapan fatwa tersebut sudah sesuai dengan kaidah hukum Islam. Para ulama

mengartikan kaidah secara etimologis dan terminologis (lughatan wa istilahan).

Menurut bahasa, kaidah bermakna asas, dasar, atau fondasi, baik dalam arti yang

konkret maupun yang abstrak. Seperti kata-kata Qawa’id al-din diartikan sebagai

dasar agama, sedangkan Qawa’id al-‘ilm, diartikan sebagai kaidah ilmu. Perkataan ini

22Prawitra I, Op.Cit.

23Prawitra I, Op.Cit., dikutip dari Muhyar Fanani, Ilmu Ushul Fiqh Di Mata Filsafat Ilmu

(12)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

Arti dapat ditemui dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 127 dan surah an-Nahl

ayat 26:

“dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail…” (Q.S al-Baqarah : 127)

“…..Allah menghancurkan bangunan mereka dari fondasi-fondasinya ….”

(Q.S. an-Nahl: 26).

Berdasarkan ayat-ayat tersebut, dapat disimpulkan makna dari kaidah adalah asas,

dasar, atau fondasi, yang merupakan penyangga untuk berdirinya bangunan.24

Berbicara tentang kaidah-kaidah hukum Islam, tentu akan selalu merujuk

kepada dua sumber hukum Islam yaitu Al-Quran dan Al-Sunnah. Kaidah-kaidah atau

bahasa Arabnya disebut dengan qawa’id yang memiliki arti patokan-patokan atau

aturan-aturan. Sedangkan hukum Islam adalah keputusan dan ketentuan abadi, karena

konsep hukum yang bersifat otoriter, Ilahi dan absolut. Dalam Islam tidak

memperoleh perubahan dalam konsep-konsep dan institusi-institusi hukum. Sebagai

konsekuensi logis dari konsep ini, maka sanksi yang diberikannya bersifat Ilahiyah

24H.A Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih (Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan

(13)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

yang karenanya tidak bisa berubah.25 Mengenai hukum jual beli emas secara

angsuran, ulama berbeda pendapat sebagai berikut: 26

a. Dilarang; dan ini pendapat mayoritas fuqoha’, dari madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali;

b. Boleh; dan ini pendapat Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim dan ulama kontemporer

yang sependapat.

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa beberapa

dalil dan pendapat mayoritas ulama besar mengenai jual beli emas secara angsuran

adalah dilarang (karena adanya unsur riba). Sedangkan setiap fasilitas atau produk

dari BSM, salah satunya pembiayaan kepemilikan emas dinyatakan sesuai dengan

prinsip syariah sehingga menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai

karakteristik pembiayaan kepemilikan emas berdasarkan prinsip syariah dan juga

eksekusi objek jaminannya. Sehingga diperlukan pembahasan lebih mendalam terkait

teori kepemilikan berdasarkan hukum Islam yang dihubungkan dengan pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi

pokok permasalahan yang akan dibahas adalah :

25Neneng Hasanah, Dkk , Kaidah-Kaidah Islam Menjawab Permasalahan Sosial Dan Ekonomi

(14)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

1.2.1 Karakteristik Pembiayaan Kepemilikan Emas

1.2.2 Eksekusi Objek Jaminan Emas Bilamana Nasabah Ingkar Janji

Pembiayaan Kepemilikan Emas

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk menganalisis konsep yang berkaitan dengan karakteristik

pembiayaan kepemilikan emas

1.3.2 Untuk menganalisis Eksekusi objek jaminan Eksekusi objek jaminan

emas jika nasabah ingkar janji

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis/Akademis dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum,

khususnya dibidang hukum perjanjian, hukum perbankan syariah, serta

hukum jaminan.

1.4.2 Manfaat Praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bagian

kontribusi dalam menambah wawasan praktisi terkait karakteristik

pembiayaan kepemilikan emas dan eksekusi objek jaminan apabila

nasabah ingkar janji.

1.5 Kajian Pustaka

1.5.1 Bank Syariah

Beradasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perbankan Syariah, yang

(15)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Sedangkan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum

Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Menurut Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio bahwa

perbedaan bank konvensional dan bank syariah, sebagai berikut:27

a. Bank syariah mendasar perhitungan pada margin keuntungan dan bagi

hasil, sedangkan pada bank konvensional memakai angkat bunga.

b. Bank syariah tidak saja berorientasi pada keuntungan (profit), tetapi juga

pada al falah oriented. Adapun pada bank konvensional semata-mata profit

oriented.

c. Bank syariah melakukan hubungan dengan nasabahdalam bentuk hubungan

kemitraan. Adapun bank konvensional melakukan hubungan dengan

nasabah dalam bentuk hubungan debitur kreditur saja.

d. Bank syariah meletakkan penggunaaan dana secara riil (user of real funds).

Adapun bank konvensional sebagai (creator of money supply).

e. Bank syariah melakukan investasi dalam bidang yang halal saja. Adapun

bank konvensional melakukan investasi yang halaldan haram.

27Trisadini II, Op.cit., h.6 dikutip dari Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad syafi’i Antonio,

(16)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

f. Bank syariah dalam melakukan pergerakan dan penyaluran dana harus

sesuai dengan pendapat Dewan Pengawas Syariah. Adapun bank

konvensional tidak terdapat dewan sejenis yang mengawali bank tersebut.

1.5.2 Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu

pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,

baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan.28 Akad pembiayaan disamping akad dengan prinsip bagi hasil adalah akad dengan prinsip jual beli. Implementasi akad jual beli merupakan

salah satu cara yang ditempuh bank syariah dalam rangka menyalurkan dana

kepada masyarakat. Salah satu skim fiqh yang paling popular digunakan oleh

bank syariah adalah skim jual beli murabahah.29 Secara sederhana,

murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah

keuntungan yang disepakati.30 Oleh karena itu, dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang disepakati “. Karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberitahu pembeli tentang harga pembelian barang dan

menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. 31

28 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah , UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2005,

h. 17.

29Tri Sadini II, Op.Cit., h.65.

30Ibid, dikutip dari Adiwarman Karim, Bank Islam, Analisi Fiqh dan Keuangan, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2004.

(17)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

Menurut Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000, murabahah

adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada

pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.

Dalam diktum pertama angka empat fatwa tentang murabahah di atas juga ditegaskan bahwa bank membeli barang yang diperlukan nasabah “atas nama bank sendiri”, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. Sedangkan Peraturan Bank Indonesia (selanjutnya disebut PBI) Nomor : 10/16/PBI/2008

tentang Perubahan Atas PBI Nomor : 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan

Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana

Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah mendefinisikan pembiayaan murabahah

adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa

transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah. Berdasarkan fatwa

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No: 111/DSN-MUI/2017

tentang akad jual beli murabahah, Akad murabahah adalah akad jual beli

suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli

membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. Namun Faqih mazhab

Hanafi, Marghinani (w.593/1197), membenarkan keabsahan murabahah

berdasarkan syarat-syarat yang penting bagi keabsahan suatu jual beli ada

dalam murabahah, dan juga karena orang memerlukannya. Sedangkan Faqih mazhab Syafi’i, Nawawi (w.676/1277) cukup menyatakan “Murabahah adalah boleh tanpa ada penolakan sedikit pun.”32

(18)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH 1.5.3 Rahn Emas

Seiring dengan perkembangan zaman, aktivitas gadai tidak hanya

dilakukan oleh lembaga jaminan seperti pegadaian (konvensional). Saat ini

praktik gadai yang sesuai dengan syariah pun mulai dilakukan di bank syariah.

Praktik gadai syariah atau yang disebut rahn ini sangat menekankan tidak

adanya pengenaan riba atau pungutan bunga atas pinjaman yang diberikan.33

Dalam lingkup utang-piutang, hukum Islam menjaga kepentingan kreditur,

jangan sampai ia dirugikan. Oleh sebab itu, ia dibolehkan meminta barang

dari debitur sebagai jaminan utangnya. Sehingga apabila debitur itu tidak

mampu melunasi pinjamannya, barang jaminan dapat dijual oleh kreditur.

Konsep tersebut dalam fiqih Islam dikenal dengan istilah Rahn.34

Rahn menurut istilah syariat adalah menjadikan benda yang memiliki

nilai menurut syariat sebagai jaminan utang, sehingga seseorang boleh

mengambil utang atau mengambil sebagian manfaat barang tersebut. Secara

etimologis rahn berarti “tetap atau lestari”. Sedangkan menurut syara’ gadai

artinya menyandra sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara

hak, tetapi dapat diambil kembali dengan tebusan.35 Secara sederhana, rahn

Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012. h. 145.

33Sunan Fanani, “Kesesuaian Produk Gadai Emas Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Di Bank Syariah Mandiri Surabaya”, Jurnal ekonomi syariah

teori dan terapan, Vol.2, No.12 Desember 2015, dikutip dari Naida dan Dodik, 2012, Praktik Dan

Karakteristik Gadai Syariah Di Indonesia , jurnal universitas Indonesia , Jakarta.2012.

34 Chuzaimah T. Yanggo, Hafiz Anshary, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Lembaga

Studi dan Kemasyarakatan (LSIK) Cet. Ke-3, Jakarta, 2004, h. 78.

35Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi 2, Ekanisa, Yogyakarta, 2004, h.

(19)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

dapat diartikan sebagai jaminan utang atau gadai. Rahn emas merupakan salah

satu produk yang ditawarkan oleh BSM dalam rangka memberikan jalan bagi

masyarakat untuk berinvestasi. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional

Nomor: 26/DSN-MUI/III2002 tentang rahn emas, rahn emas hukumnya

mubah atau diperbolehkan didasari oleh prinsip rahn dalam Fatwa Dewan

Syariah Nasional Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn.

1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses yang dilakukan untuk

memecahkan isu hukum yang dihadapi dengan mengidentifikasi masalah

hukum, melakukan penalaran hukum, menganalisi masalah yang dihadapi dan

kemudian memberikan pemecahan atas permasalahan tersebut.36 Tipe penelitian yang dilakukan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian hukum

atau penelitian normatif yang bentuknya berupa penelitian doktrinal.

Penelitian hukum normatif digunakan untuk analisis terhadap peraturan

peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, Sedangkan penelitian doktrinal

digunakan untuk analisis terhadap asas-asas hukum, literatur hukum,

pandangan para sarjana hukum yang mempunyai kualifikasi tinggi (doktrin),

serta perbandingan hukum.37 1.6.2 Pendekatan Masalah

36Peter I, Penelitian Hukum, Edisi 1, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, h.35.

(20)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

Dalam penelitian ini ada beberapa pendekatan yang digunakan, yaitu:

a. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach) yaitu pendekatan

yang dilakukan dengan menelaah undang-undang dan regulasi yang

terkait dengan isu hukum yang sedang ditangani.38 Dimana diantara

peraturang perundang-undangan tersebut diantaranya yaitu BW,

Undang-Undang Perbankan Syariah, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan Fatwa

Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia.

b. Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach) yang merupakan

pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin

yang berkembang dalam ilmu hukum.39 Pendekatan konseptual , peneliti perlu merujuk prinsip-prinsip hukum, prinsip-prinsip ini dapat ditemukan

dalam pandangan sarjana ataupun doktrin-doktrin hukum. Meskipun tidak

secara eksplisit, konsep hukum juga dapat ditemukan didalam

undang-undang, hanya saja dalam mengidentifikasi prinsip tersebut, peneliti

terlebih dahulu memahami konsep tersebut dengan doktrin-doktrin yang

ada.40

Dalam penelitian ini konsep yang akan dibahas adalah konsep

pembiayaan kepemilikan emas dalam kaidah hukum Islam, pembiayaan

kepemilikan emas bedasarkan prinsip syariah yang merujuk pada

38Ibid, h.133.

39Ibid, h. 135.

(21)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

Undang-Undang Perbankan Syariah dan konsep ingkar janji dalam

pembiayaan kepemilikan emas.

1.6.3 Sumber Bahan Hukum a. Sumber bahan hukum primer

bahan hukum primer memiliki sifat authoratif yang diartikan bahwa

bahan hukum tersebut mempunyai otoritas.41 Sumber bahan hukum

primer antara lain terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan

resmi, risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan juga dapat

berupa putusan hakim.42 Dalam penelitian ini sumber bahan hukum primer yang digunakan adalah:

1. Burgelijk Wetboek voor Indinesie;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang

Perbankan ;

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang

perubahan Undang undang RI Nomor 7 tahun 1992 tentang

Perbankan;

4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah;

5. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan;

41Peter I, Op.cit, h.181.

(22)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 24/POJK.03/2015 Tentang

Produk dan Aktivitas Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah;

7. Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad

Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Bagi Bank;

8. Peraturan Bank Indonesia No.9/19/PBI/2007 Tentang Pelaksanaan

Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dan Juga Penyaluran

Dana Serta Pelayanan Jasa Bagi Bank Syariah;

9. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008 Tahun 2008

Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

9/19/PBI/2007 Tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan

Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa

Bank Syariah;

10. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan

atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang

Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah;

11. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan.

12. Surat Edaran Bank Indonesia No.10/34/DpbS Tanggal 22 Oktober

2008 Perihal Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Umum Dan Unit

(23)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

13. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/18/DpbS Tanggal 30 Mei

2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

10/34/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 tentang Restrukturisasi

Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah;

14. Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/16/DPbS/2012 perihal

Pembiayaan Kepemilikan Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah;

15. Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 juli 2013

Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum;

16. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/SEOJK.03/2015

Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah Dan Unit

Usaha Syariah.

17. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/SEOJK.03/2015

Tentang Produk Dan Aktivitas Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha

Syariah.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan publikasi tentang hukum yang tidak

termasuk dokumen resmi.43 Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku

teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar

(24)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

atas putusan pengadilan.44 Dalam melakukan proses penelitian ini bahan

hukum sekunder yang digunakan yaitu:

1. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000

tentang Murabahah

2. Fatwa DSN No.13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka Dalam

Murabahah.

3. Fatwa DSN No.23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan

Dalam Murabahah.

4. Fatwa DSN No.43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Ganti Rugi

(Ta’widh).

5. Fatwa DSN No.47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang

Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar.

6. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 26/DSN-MUI/III2002

tentang Rahn Emas.

7. Fatwa MUI No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali

Tagihan Murabahah

8. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 77/DSN-MUI/V/2010

tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai.

9. Fatwa DSN No.92/DSN-MUI/IV/2014 tentang Pembiayaan yang

Disertai Rahn (AtTamwil Al-Mautsuq Bi Al-Rahn).

(25)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

10. Jurnal ilmiah, Artikel ilmiah dan Situs internet yang berkaitan dengan

topik yang dibahas.

1.6.4 Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Setelah menetapkan isu hukum, kemudian dilakukan pencarian untuk

menemukan materi hukum yang relevan dengan masalah yang dihadapi.45 Bahan hukum primer, sekunder dan non hukum yang relevan dengan

penelitian ini dikumpulkan untuk kemudian dipilih dan disesuaikan

berdasarkan rumusan masalah yang dibahas. Selanjutnya diolah dan

dirumuskan secara sistematis sesuai dengan tiap-tiap pokok bahasan mengenai

karakteristik pembiayaan kepemilikan emas di Bank Syariah Mandiri dan

eksekusi objek jaminan emas bilamana nasabah ingkar janji.

1.6.5 Analisis Bahan Hukum

Metode yang digunakan terhadap bahan hukum yang ada dalam

penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu merupakan

metode yang menitikberatkan pada permasalahan hukum yang diteliti dengan

mengumpulkan bahan hukum yang ada untuk dilakukan analisis dan

diidentifikasi secara mendalam berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang ada serta konsep-konsep hukum yang relevan. Penggunaan metode ini

didasari pada pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini.

45Peter III, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2016, h.

(26)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

Dalam pembahasan, setiap permasalahan dibahas dan diuraikan satu per

satu secara sistematis dan juga teratur untuk mendapatkan jawaban terhadap

permasalah atau isu hukum dalam penulisan tesis ini. Penggunaan metode ini

diharapkan dapat diketahui ketentuan-ketentuan mana yang dapat digunakan

dan dihubungkan dengan permasalahan yang akan dibahas.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman agar semua pembaca dapat memahami

isi tesis ini, maka penyusunannya dilakukan secara sistematis. sistematika

penulisan tesis ini terdiri dari empat bab yang tiap babnya saling berkaitan satu

sama lain. Tiap bab berdasarkan urutannya mulai dari yang awal memberikan

landasan untuk pembahasan pada bab berikutnya:

Bab I yaitu pendahuluan yang merupakan bab yang membahas mengenai

hal yang melatar belakangi dan yang menjadi dasar pemikiran dalam

pembahasan tesis ini dan sekaligus menjadi landasan acuan bagi pembahasan

bab-bab berikutnya. Dalam pembahasan bab I yang merupakan bab pendahuluan,

sekaligus sebagai bab pengantar ini memaparkan mengenai latar belakang dan

rumusan masalah dari permasalahan yang dibahas dalam tesis ini, dilanjutkan

dengan tujuan dan manfaat penulisan, kajian pustaka, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab II merupakan uraian dan pembahasan yang menjawab atas rumusan

masalah terkait karakteristik pembiayaan kepemilikan emas. Dalam bab ini akan

(27)

TESIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS SA’BANIAH

dan pembiayaan kepemilikan emas berdasarkan prinsip syariah sehingga

menjawab apa saja yang menjadi karakteristik pembiayaan kepemilikan emas di

bank syariah.

Bab III merupakan uraian dan pembahasan akhir dari rumusan masalah

yang terkait dengan eksekusi objek jaminan emas bilamana nasabah ingkar janji.

Dalam bab ini akan dibahas mengenai prinsip kehati-hatian bank syariah dalam

memberikan pembiayaan kepemilikan emas, konsep ingkar janji dalam

pembiayaan kepemilikan emas dan juga pelaksanaan eksekusi objek jaminan

emas oleh bank syariah.

Bab IV merupakan bab terakhir sekaligus sebagai bab penutup. Berisi

kesimpulan dan saran . kesimpulan tersebut berupa jawaban dari rumusan

masalah sedangkan saran merupakan masukan yang ditujukan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian Sistem Informasi Data dan Dokumen serta Pelayanan pada Perpustakaan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya adalah suatu sistem yang dibuat

Dalam pelaksanaan praktik mengajar, secara langsung praktikan dibimbing Bapak Marsudi,ST untuk mengampu mata pelajaran Teknik Listrik pada kelas X AV 1 dan kelas X AV 2.

Perancangan Media Promosi Online &#34;Harapan Indah Florist&#34; Tidak Disetujui Perancangan Interaktif Permainan Anak Tempo Doeloe Tidak Disetujui Proposal Pembuatan Ulang Katalog

Sebelum Anda mengenal teknik modularitas, apa yang Anda lakukan bila diminta membuat halaman web sejumlah 20 buah dengan desain layout yang sama, namun

Pemerintah daerah Kabupaten Pati perlu melakukan pemberdayaan politik untuk seluruh masyarakat di Kabupaten Pati dengan bekerjasama bersama KPU Kabupaten Pati, PPK dan PPS

Status kesehatan ibu hamil akan menunjukkan baik buruknya kondisi ibu dan juga terhadap perkembangan janin yang sedang dikandung, bagi ibu sendiri kesehatan yang

Penelitian ini menunjukkan bahwa 81.7% subyek setuju bila pasien epilepsi tetap mendapat hak yang sama di sekolah, namun sebanyak 33.4% subyek menginginkan ada kelas khusus

Artinya setiap penambahan pakan sebesar satu persen akan meningkatkan produksi sebesar 0,901 persen, penambahan tenaga kerja sebesar satu persen akan meningkatkan