TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi dan berbagai avertebrata penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan, serta lingkungannya. (Anonimusa,2009).
Umumnya, perikanan dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan pangan bagi manusia. Selain itu, tujuan lain dari perikanan meliputi olahraga, rekreasi (pemancingan ikan), dan mungkin juga untuk tujuan membuat perhiasan atau mengambil minyak ikan. (Anonimusa, 2009).
Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial/bisnis) (Anonimusa, 2009).
Penangkapan ikan yang dilakukan nelayan secara kuantitas tergantung pada perahu, peralatan yang digunakan maupun faktor lain seperti musim air pasang. Dengan perahu dan peralatan tangkap yang sesuai dan layak dioperasikan maka hasil tangkapan menjadi lebih baik dan dapat memberikan jaminan hidup bagi rumah tangganya (Rangkuti,1995).
Berdasarkan perahu penangkapan ikan, nelayan pemilik dibagi menjadi nelayan tradisional dan nelayan bermotor. Nelayan tradisional memakai perahu tanpa mesin/motor, sedangkan nelayan bermotor memakai perahu mempunyai mesin (motor) yang disebut perahu motor. Berdasarkan mesin (motor) yang digunakan, diukur dengan GT (Gross Tonage), perahu motor dibagi menjadi:
1. Perahu kecil yaitu < 5GT – 10 GT, dengan panjang kurang dari 9 meter. 2. Perahu sedang yaitu 10 GT – 30 GT, dengan panjang 9 – 11 meter. 3. Perahu besar yaitu lebih dari 30 GT, dengan panjang 11 meter atau lebih (Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut,2001).
Pengelolaan perikanan berkembang menjadi suatu seni dalam menyelesaikan antara produksi perikanan dengan kondisi – kondisi ekonomi. Misalnya karena permintaan ikan makin meningkat dan harganya semakin tinggi maka menarik para pengusaha untuk menambah armada penangkapannya. Di lain pihak para pengelola harus bisa membatasi daya tangkap perahu agar jumlah tangkapan tetap berada pada batas – batas tertentu. Dalam pengelolaan perikanan dikenal beberapa konsep pembatasan berusaha, antara lain adalah :
a. Pembatasan upaya penangkapan yang dilakukan dengan mempersingkat waktu penangkapan atau membatasi peralatan yang digunakan,
b. Membatasi jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan pada suatu usaha perikanan.
Untuk daya guna ekonomi pembatasan berusaha dilakukan dengan mewujudkan keinginan untuk menekan biaya serendah – rendahnya untuk melakukan upaya penangkapan yang menguntungkan (R.L.Strokes,1979).
Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan antara usaha nelayan kecil, menengah dan besar.
Menurut Anonimusd (2013) ada beberapa jenis alat tangkap ikan dan pengoperasiannya yang digunakan oleh perahu kapal bermotor yaitu :
• Trawl
Didefenisikan sebagai jaring yang berbentuk kantong yang ditarik satu atau dua buah kapal bermotor dan menggunakan alat pembuka mulut jaring yang disebut gawang (beam) atau sepasang alat pembuka (otter board). Disini jaring bergerak bersama kapal motor untuk jangka waktu tertentu.
• Payang
Payang termasuk grup pukat kantong yaitu jaring yang memiliki kantong dan dua buah sayap. Metode penangkapan ikan dilakukan dengan cara menarik pukat kantong tersebut ke arah kapal yang berhenti atau ke arah daratan melalui kedua sayapnya. Dilihat dari konstruksi alat, alat ini sama dengan trawl, tetapi mempunyai sayap lebih panjang dan berbeda dalam operasi penangkapan, dimana trawl bergerak bersama – sama kapal sedangkan pukat kantong hanya jaring yang bergerak.
Landasan Teori
Produksi dan Fungsi Produksi
Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang dihadapi adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor – faktor produksi tersebut agar tercapai efisiensi yang setinggi – tingginya baik secara fisik maupun ekonomis (Mubyarto, 1994).
Hubungan fisik antara input dan output untuk suatu macam produksi dapat diungkapkan dengan menggunakan konsep fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan output atau jumlah hasil produksi maksimum yang dapat dihasilkan per-satuan waktu dengan menggunakan berbagai kombinasi sumber – sumber daya yang dipakai dalam produksi (Reksoprayitno,2000).
Menurut Soekartawi (1993), dalam menunjang keberhasilan agribisnis, maka tersedianya bahan baku secara kontiniu dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Tersedianya produksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain macam komoditi (X1) Kapasitas Kapal, (X2) Lama melaut, (X3) Jumlah Tenaga Kerja. Secara matematis, pernyataan ini dituliskan sebagai berikut:
Y = F (X1,X2,X3)
Fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi klasik the law of deminishing return dimana model ini menjelaskan hubungan fungsional yang mengikuti hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang.
Salah satu model pengukuran produktifitas yang sering digunakan adalah pengukuran berdasarkan pendekatan fungsi produksi Cobb – Douglas, yaitu suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih, variabel yang satu disebut variabel independent (Y)
Fungsi Cobb – Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen (yang dijelaskan/Y), dan yang lain disebut variabel independen (yang menjelaskan/X) (Soekartawi,1993).
Soekartawi (2002) mendefinisikan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independent, yang menjelaskan (x). Bentuk umum dari fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut:
Y = β0 X1β1X2β2β... Xiβi... Xnβn eπ
Untuk menafsirkan parameter – parameternya harus ditransformasikan dalam bentuk double
logaritme natural (ln) sehingga merupakan bentuk linear berganda (multiple linear) yang
kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square).
Ln Y = Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln X3 + e (Rahim dan Astuti,2007)
Hal penting dalam usaha penangkapan ikan yaitu pengelolaan input atau faktor – faktor produksi (kapal, jaring, es balok, dan tenaga kerja) dengan efektif, efisien, dan kontiniu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapat usaha penangkapan ikannya meningkat.
Soekartawi (1994) berpendapat bahwa pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.
Pd = TR – TC Dimana :
Pd = Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Hal ini juga berlaku pada usaha penangkapan ikan dimana pendapatan ikan merupakan pengurangan dari total penerimaan dengan total biaya. Pendapatan usaha penangkapan ikan diperoleh dari perkalian jumlah produksi yang dijual dengan harga produk. Oleh karena itu sifat penerimaan berhubungan dengan unit barang yang dijual dan harga produk tersebut. Semakin banyak jumlah barang (dalam hal ini berupa ikan kembung, senangin, puput, cincaru dan tongkol) dengan harga ikan kembung, senangin, puput, cincaru, dan tongkol yang konstan maka diperoleh penerimaan usaha penangkapan ikan yang tinggi sehingga keuntungan usaha penangkapan ikan juga tinggi.
Penerimaan usaha penangkapan ikan adalah perkalian antara jumlah hasil tangkapan dengan harga jual.
Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut.
TR = Y x Py Di mana :
TR : Total Renevue Y : Output
Py : Price (Rahim dan Hastuti, 2007).
Pengeluaran usaha sama artinya dengan biaya usaha. Biaya usaha penangkapan ini merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, dan peternak) yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, peternak) mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal ini, disebut usahatani untuk petanian
Soekartawi (1994) juga menjelaskan bahwa biaya usaha penangkapan ikan ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost). Biaya tetap atau fixed cost umumnya diartikan sebagai biaya yang
relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit, misalnya pajak (tax). Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun hasil usahatani itu gagal panen. Selain itu, biaya tetap dapat pula dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian, misalnya penyusutan alat dan gaji karyawan. Jadi, biaya tetap tersebut bermacam – macam, tergantung memberlakukan variabel itu sebagai biaya tetap antara lain kapal, mesin, dan sebagainya.
Biaya tidak tetap atau biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya yang besar- kecilnya dipengaruhi oleh jumlah hasil tangkapan yang diperoleh misalnya biaya untuk sarana produksi perikanan. Jika menginginkan produksi komoditas yang tinggi, faktor – faktor biaya seperti tenaga kerja perlu ditambah dan sebagainya sehingga biaya itu sifatnya akan berubah – ubah karena tergantung dari besar – kecilnya produksi komoditas perikanan yang diinginkan, jadi dengan kata lain biaya tidak tetap dapat pula diartikan sebagai biaya yang sifatnya berubah – ubah sesuai dengan besarnya komoditas perikanan.
Kerangka Pemikiran
Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjung Balai umumnya berskala kecil (<10GT). Nelayan dengan kapasitas kecil dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu 3 – 5 GT dan 6 – 10 GT yang masing – masing memiliki hasil tangkapan yang berbeda – beda. Produksi dalam hal ini merupakan hasil penangkapan ikan dengan berbagai jenis dalam satu kali perjalanan, pulang – pergi (1
trip). Faktor yang diduga berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan adalah kapasitas kapal, lama melaut dan tenaga kerja. Jumlah hasil tangkapan ikan dan harga jual akan mempengaruhi penerimaan usaha. Nilai penerimaan usaha adalah perkalian jumlah hasil tangkapan dengan harga ikan. Dalam melakukan operasional usaha penangkapan ini akan membutuhkan biaya yang disebut sebagai biaya produksi, yang akan mempengaruhi keuntungan usaha. Keuntungan usaha penangkapan ikan diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan usaha dengan biaya produksi. Kerangka pemikiran ini secara skematis digambarkan pada gambar 1 berikut.
Keterangan:
: menyatakan pengaruh --- : menyatakan hubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kegiatan Usaha Penangkapan Ikan Usaha Penangkapan Ikan 3 – 5 GT 6 – 10 GT Hasil Penangkapan Hasil Penangkapan Penerimaan Produksi Harga Kapasitas Kapal Lama Melaut Tenaga Kerja Tenaga Kerja Lama Melaut Kapasitas Kapal Biaya Operasional Keuntungan
Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan landasan teori yang sudah diuraikan maka hipotesis penelitian diajukan sebagai berikut :
1. Faktor – faktor yang berpengaruh nyata terhadap jumlah hasil tangkapan ikan adalah kapasitas kapal.
2. Biaya operasional dan pendapatan nelayan kapal kapasitas 6 – 10 GT, lebih tinggi dari kapal kapasitas 3 - 5 GT di daerah penelitian.