• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai penciptaan seni pengarang dengan menggambarkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai penciptaan seni pengarang dengan menggambarkan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karya sastra sebagai penciptaan seni pengarang dengan menggambarkan kejadian dalam suatu kehidupan. Karya sastra lahir di antara masyarakat dari perolehan hasil berfikir pengarang pada peristiwa-peristiwa sekitarnya (Jabrohim, 2015:3). Manusia hadir sebagai pemeran di dalam karya sastra, sekaligus dinamika kehidupan manusia sebagai unsur pembangun sebuah karya sastra. Rupa-rupa jenis unsur pembangun sebuah karya akan memperkuat dan menjadikan kompleks gambaran pada kehidupan nyata.

Sastra merupakan ungkapan proses hidup manusia tidak terikat oleh pangkal kemasyarakatnya (Endraswara dalam Hidayat, 2016:1 ). Melalui berbagai macam imajinasi setiap individu sastrawan dengan obsesi masyarakatnya, karya sastra digunakan untuk mengekspresikan kepribadian secara detail.

Hakikatnya membaca dan menilai suatu kaya sastra merupakan bentuk mempelajari kehidupan masyarakat bahwasannya karya sastra lahir, bertumbuh, dan bertambah luas. Pernyataan tersebut diperkuat bahwa karya sastra bukan sekedar artefak, tetapi karya sastra merupakan sosok yang hidup (Saryono, 2009:16-17). Sebagai wujud hidup karya sastra bertumbuh kembang secara dinamis mengiringi wujud lain yang serupa dengan ekonomi, politik, budaya, serta seni.

Karya sastra akan selalu menarik perhatian, karena diciptakan selaras dengan dinamika kehidupan masyarakat. Sastra untuk proses mengungkapkan kebakuan melalui yang diketahui, dirasakan, serta dialami berkenaan pada

(2)

sisi-sisi keadaan hidup (Hardjana dalam Fitrianto, 2017:2). Melewati karya sastra dapat diketahui pengalaman batin manusia pada kehidupannya. Latar belakang karya sastra yang ditampilkan pengarang meliputi tata cara kehidupan, adat istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, serta cara berpikir (Waluyo, 2002:51). Kesusastraan pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada sistem sosial dan budaya kehidupan masyarakat. Relevansi sastra dengan budaya dalam dunia seni menghadirkan manusia menjadi bagian kemasyarakatan, kenyataan sosial, dan sebagai makhluk berbudaya. Perubahan sastra ke dalam naskah, berasal bahasa keseharian menjadi bahasa sastra, memasukkan kejadian ke dalam alur cerita, serta menyerahkan gambaran kepribadian manusia berlainan pada kehidupan bermasyarakat. Pengarang memiliki kebebasan dalam penggunaan bahasa saat menyajikan gagasan pada karya sastra (Wellek dan Warren, 2016:15). Bahasa sastra mengarah perihal apa yang diungkapkan atau karya yang sudah ada sebelumnya. Bahasa sastra dipenuhi dengan asosiasi dan bersifat sistematis dalam suatu karya sastra.

Latar belakang terciptanya karya sastra tidak terlepas melalui hasil renungan seorang pengarang. Sifat sastra yang subjektif dalam penelitiannya memegang peranan penting, bagian dari syarat karya sastra yaitu imajinasi karena dalam penelitian sastra mempunyai tugas untuk mengungkapkan kekaburan menjadi kejelasan berdasarkan teori yang digunakan (Endraswara, 2008:7). Sastra sebagai penelitian sangat perlu dilakukan karena perkembangannya yang cepat pada perkembangan dunia. Penenelitian yang dilakukan pada karya sastra juga merupakan bagian penting terhadap

(3)

perkembangan ilmu-ilmu sastra. Kesadaran bahwasannya sastra tidak dapat terpisahkan melatarbelakangi sosial budaya membuat penelitian sastra mengalami gerak perkembangan secara pesat. Sastra merupakan disiplin ilmu yang berkembang karena penajaman yang terletak pada rancangan, teori, serta metodologi mengasilkan suatu penelitian sastra (Chamamah dalam Nuranisah, 2014:2). Latar belakang dalam pengembangan sastra didasari tanggapan perihal penciptaa karya sastra. Aktivitas dalam proses mengembangkan ilmu membutuhkan cara ilmu pengetahuan. Perihal ilmiah dalam penelitian sastra dipastikan bagi ciri-ciri kesastraannya.

Pengarang melalui karya sastranya memberikan gambaran bagaimana manusia bertindak pada suatu gejala atau peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

Salah satu dari banyak karya sastra yang menceritakan peristiwa-peristiwa kehidupan adalah novel. Novel merupakan hasil ciptaan menggunakan imajinasi dengan menceritakan secara sempurna sebagaimana adanya berdasarkan persoalan dalam kemasyarakatan (Kosasih, 2015:223). Pada dasarnya anggapan tersebut novel merupakan hasil ciptaan karangan bebas menceritakan jalan hidup manusia secara menonjol pada watak dan sifat tokoh. Novel mengemukakan dengan menceritakan secara sempurna, mempunyai alat sangat luas, dan mengemukakan persoalan-persoalan dalam masyarakat secara umum. Peristiwa tersebut menjadikan terjadinya perkara terdapat pada novel tidak terdiri atas jenis. Muna Masyari seorang pengarang berasal dari Madura banyak mengemas nilai-nilai tradisi dan budaya lokal dengan ragam konflik serta kekuatan mitos mistis pada karyanya kumpulan cerpen yang berjudul Rokat Tase’. Selain itu di dalam kumpulan cerpen Rokat

(4)

Tase’ karya Muna Masyari banyak digambarkan bagaimana masyarakat Madura menjunjung tinggi persaudaraan atau biasa disebut tretan tibi.

Pemahaman Muna Musyari tentang tradisi, budaya lokal, kekuatan mitos mistis dengan ragam konflik masyarakat Madura menjadikan karyanya yang kental dengan lokalitas budaya Madura mudah dipahami oleh pembaca khususnya penikmat tradisi-tradisi Nusantara. Kecerdasan Muna Masyari merangkai bahasa-bahasa indah yang disajikan di dalam karyanya membuat pembaca merasa terbawa pada konflik di dalam cerita tersebut. Konflik budaya masyarakat Madura banyak digambarkan pada kumpulan cerpen Rokat Tase’ dengan menggunakan sudut pandang orang kedua.

Analisis sosiologi sastra dalam novel atau karya sastra terlalu membangkitkan perhatian suatu masyarakat. Kemenarikan tersebut menjadikan analisis sastra dengan menggunakan sosiologi sastra senantiasa datang serta bertambah hingga sekarang. Pendekatan sosiologi sastra adalah ketetapan bertujuan mengerjakan analisis, karena pusat persoalan dalam pertentangan budaya kemasyarakatan Madura berkaitan atas perbedaan pola pikir atau cara pandang pada budaya yang diwariskan oleh leluhur dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari. Sosiologi sastra menjadikan memahami karya sastra dengan keadaan berhubungan antar kemasyarakatan yang menjadi suatu penyebab (Ratna, 2006:). Sosiologi sastra melakukan suatu usaha untuk memberikan jawaban atas permintaan keterangan berkenaan bagaimana kemasyarakatan berkemungkinan, bagaimana proses kegiatannya, serta alasan kemasyarakatan mempertahankan hidup. Sosiologi sastra menjadikan analisis berfokus persoalan kemanusiaan

(5)

disebabkan sastra selalu mengemukakan keberjuangan manusia untuk menetapkan waktu yang akan datang bersumber dari daya pikir, rasa, serta kemampuan memahami (Endraswara dalam Nasution, 2016:18).

Pertimbangan dari bermacam-macam sudut pandang serta susunan kemasyarakatan yang menjadikan penyebab konflik budaya, tradisi, serta mitos mistis suku Madura yang begitu kental pada kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Musyari.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi informasi, maka semakin besar kemungkinan bertemunya bermacam-macam jenis kepribadian manusia serta kebudayaan. Terjadinya pertemuan dan pemikiran tidak bisa menghindar sebab kian bertambah luas cara berpikir serta hasil pemikirannya.

Fenomena konflik budaya di dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari sebuah tantangan besar antar masyarakat Madura. Benturan kepercayaan yang menimbulkan perbedaan cara pandang menjadikan sulit untuk mempertahankan ideologi pada kepercayaan sebuah tradisi sehingga berujung pada konflik budaya di tengah-tengahmasyarakat Madura.

Penyebab terjadinya konflik budaya masyarakat Madura karena perbedaan kepercayaan dalam melakukan tradisi-tradisi yang digambarkan dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari. Konflik budaya masyarakat Madura sebagai kenyataan sehingga menarik untuk diteliti, sebab di dalamnya banyak menunjukkan perbedaan kepercayaan dalam hal budaya dan perselisihan kerangka berpikir hubungan satu darah. Sumber suatu konflik yaitu perbedaan karakteristik dan pola pikir antara individu-individu, perbedaan kepribadian serta perbedaan kepentingan (Soekanto, 2006:91).

(6)

Perbedaan cara pandang pada budaya masyarakat Madura terjadi karena maksud dan tujuan antara orang tua dan anak tidak selaras. Sebagai orang tua menginginkan anak turunannya dapat mewarisi dan melestarikan tradisi- tradisi leluhur, namun pemikiran tersebut tidak sejalan karena pemikiran seorang anak yang mengarah pada peradaban modern. Seperti kejadian konflik budaya peristiwa tahun 2001, yaitu persoalan berdarah atau biasa disebut tragedi Sampit di dalamnya keterlibatan suku Dayak serta glongan Madura atas sebagian kecil tidak berhasil menyesuikan diri bersama kelompok Dayak. Pengaruh adanya bentrokan berasal antar dua golongan menjadikan banyaknya korban yang kalah pada persoalan tersebut. Peristiwa Sampit sebagai gambaran bahwasannya rendahnya sikap toleran antar kelompok melalui sisi kebudayaan dan sifat religi. Situasi setelah terjadinya tragedi Sampit mengakibatkan berbagai macam pengaturan dan rangkaian konsep gagal dilaksanakan mengakibatkan rugi jiwa dan fisik tidak bisa menghidar.

Muna Masyari memberikan judul Rokat Tase’ pada kumpulan cerpennya menunjukkan bahwa perempuan asli Madura ini banyak mengangkat budaya lokalitas masyarakat Madura. Rokat Tase’ berarti sebuah selamatan laut dengan berbagai macam sajian. Masyarakat Madura meyakini bahwa upacara rokat tase’ merupakanbentuk rasa syukur, perdamaian nelayan dengan makhluk laut, membawa keberkahan dari tangkapan ikan yang melimpah, dan melakukan apa yang telah dilakukan leluhur. Berbagai macam sajian dilarungkan ke laut, seperti kepala sapi, air kembang irisan pandan, cendol gula merah, kelapa muda, nasi kuning, dan cangkir piring setengah

(7)

lusin diletakkan di atas perahu gathek diiringi lagu tondu’ majang dengan aroma dupa yang menyengat. Tradisi Rokat Tase’ yang tidak sepenuhnya diterima masyarakat Madura karena dinilai kepercayaan tersebut rentan menggelincirkan akidah. Perselisihan tidak bisa dihindari, hingga di akhir cerita Muna Masyari menutupnya dengan penyesalan. Dari dua puluh judul cerita pendek pada kumpulan cepen Rokat Tase’ karya Muna Masyari, terdapat lima cerita yang menggambarkan terjadinya konflik budaya masyarakat Madura. Terjadinya konflik budaya dalam kumpulan cerita pendek tersebut ditunjukkan pada cerita pendek berjudul Gentong Tua, Rokat Tase’, Kasur Tanah, Perempuan Pengusung Keranda, dan Tambang Sapi Karapan. Lima belas cerita lainnya menggambarkan tradisi, budaya, dan mitos mistis masyarakat Madura. Ketertarikan penelitian pada konflik budaya masyarakat Madura didorong dengan melihat bagaimana konflik masyarakat Madura yang terjadi dan digambarkannya satu suku Madura namun memiliki perbedaan kepercayaan budaya melalui kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari. Alasan yang mendasari fokus penelitian pada konflik budaya karena terjadinya perbedaan kepercayaan atau cara pandang yang hadir di tengah-tengah masyarakat Madura terhadap perayaan upacara rokat tase’, tradisi pertunangan sejak bayi, dan berbagai macam aturan- aturan untuk perempuan Madura sehingga menggoreskan luka yang digambarkan dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Musyari.

Penelitian yang berfokus pada konflik budaya masyarakat Madura dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari belum pernah dilakukan.

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Afifa (2009) dengan judul

(8)

“Konflik Budaya Tokoh Lelaki dalam Novel Tiba-Tiba Malam Karya Putu Wijaya” hal yang membedakan analisis dengan penelitian tersebut dari segi konflik budaya yang berfokus pada tokoh lelaki. Tokoh lelaki sebagai masyarakat Bali mengalami konflik budaya karena dianggap menolak menaati aturan yang menjadi kebiasaan hingga dilawan oleh masyarakat serta tercampakkan. Penelitian tersebut berfokus pada konflik budaya Bali pada tokoh lelaki, sedangkan pelitian ini berfokus pada konflik budaya masyarakat Madura. Penelitan sejenis juga pernah dilakukan oleh Astriningsih (2011) dengan judul “Memahami Gaya Konflik Budaya Konteks Tinggi dan Rendah dalam Konflik Kesalahpahaman Hubungan Pertemanan (Frendly Relationship)” hal yang membedakan analisis dengan penelitian tersebut yaitu memahami gaya konflik budaya dalam kesalahpahaman hubungan pertemanan. Gaya tersebut memperlihatkan perihal salah paham serta bagaimana setiap orang melalui bagian kebudayaan berlainan dengan sikap serasi gaya konflik kebudayaan setiap orang.

1.2 Rumusan Masalah

Analisis berdasarkan sumber dari hal yang menjadikan masalah. Proses membahas ciptaan karya sastra ilmiah mementingkan rumusan masalah bertujuan memudahkan dalam peneitian. Analisis terhadap konflik budaya masyarakat Madura dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ Karya Muna Masyari memiliki tiga pokok permasalahan, rumusan masalah dalam penelitian tersebut yaitu:

1. Bagaimana bentuk konflik budaya masyarakat Madura yang terdapat dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari?

(9)

2. Bagaimana penyebab terjadinya konflik budaya pada masyarakat Madura yang terdapat dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari?

3. Bagaimana dampak terjadinya konflik budaya pada masyarakat Madura yang terdapat dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam bahasan, oleh sebab itu tujuan penelitian memaparkan:

1. Bentuk konflik budaya masyarakat Madura di dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari

2. Penyebab konflik budaya masyarakat Madura di dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari

3. Dampak konflik budaya masyarakat Madura di dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian hendaklah mampu memberikan manfaat yaitu:

1) Manfaat Teoretis

a. Penelitian hendaklah bermanfaat untuk pengembangan analisis dan ilmu sastra, khususnya konflik budaya dengan tinjauan aspek sosiologi sastra.

b. Penelitian hendaklah menjadi pendapat pada proses membahas konflik budaya suatu karya sastra.

(10)

2) Manfaat Praktis

a. Penelitian hendaklah menambah wawasan bagi pembaca mengenai konflik budaya masyarakat Madura.

b. Penelitian ini dapat dijadikan referensi suatu penelitian dengan membahas berkaitan dengan konflik budaya.

1.5 Penegasan Istilah

Sebagai rangkaian menjadikan mudah mengetahui analisis berjudul

“Konflik Budaya Masyarakat Madura dalam Kumpulan Cerpen Rokat Tase’

Karya Muna Masyari” peneliti membuat lebih jelas di bawah ini:

1. Konflik Budaya

Konflik budaya merupakan perselisihan alami dari individu atau kelompok karena berlainan perilaku, keyakinan, dan sifat (Liliweri, 2007:23).

2. Penyebab Konflik Budaya

Penyebab konflik budaya adalah hal-hal yang dapat menimbulkan terjadinya konflik disebabkan misinterpretasi dan miskomunikasi pada sistem segala yang diketahui, arti, serta perbuatan melambangkan kepemilikan bebarengan sebaian besar golongan (Sunarwinadi dalam Widiastuti, 2012:149).

3. Dampak Konflik Budaya

Dampak konflik budaya merupakan bentuk pengaruh yang disebabkan dari terjadinya konflik disebabkan perbedaan kepercayaan, sehingga menyebabkan permusuhan, perpecahan, dan perang saudara

(11)

(Brown dalam Kurniawan, 2012:5).

4. Masyarakat Madura

Masyarakat Madura merupakan penduduk yang memiliki pembawaan keras, berpendirian teguh, dan berkepribadian tangguh dalam hal budaya yang dibawa dimanapun berada (Wiyata, 2002).

Referensi

Dokumen terkait

metalinde kükürt, oksijen, fosfor, karbon oran ı azalt ı larak ta çatlama önlenmektedir.. geriye do ğ ru elektrot yava ş ça çekilerek ark söndürülür. Ayr ı ca i ş parças

Berbeda dengan curah hujan estimasi dari citra MODIS yang memiliki nilai rata-rata, yaitu antara 0 hingga 50 milimeter tiap hari, curah hujan aktual menunjukkan nilai yang

Dampak instruksional yang didapatkan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Think Pair Share adalah pola-pola interaksi antar siswa terjalin siswa lebih

Untuk tertib administrasi, penerimaan berkas dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dimana tenaga honorer bekerja, yang selanjutnya disampaikan

Dengan demikian, penelitian memandang perlu dilakukan penelitian terkait hal, tersebut utamanya menentukan harga produksi proses permesinan as sentral ini dengan kedua metode yang

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dan semoga proyek studi dengan judul “Perancangan Grafis Kaos Dengan Tema Permainan

(5 orang per-group) bersifat take home dalam bentuk case study dan mendiskusikannya di kelas melalui pemaparan/ presentasi hasil tugas yang dilakukan oleh para mahasiswa

Kemudian pada Era Reformasi BPKP mengalami perubahan pada Tugas dan Kewenangan nya dimana Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.60