• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran

a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah

1. Bagaimana cara anda selaku Kepala Sekolah dalam memberikan pelimpahan dan distribusi kewenangan terhadap rekan kerja anda?

2. Bagaimana anda selaku Kepala Sekolah

menyusun mekanisme pembuatan keputusan?

3. Bagaimana cara anda selaku Kepala Sekolah menjalankan proses penetapan kebijakan?

4. Bagaimana cara anda melakukan pengawasan terhadap kinerja rekan kerja anda?

5. Selaku Kepala Sekolah apakah anda pernah memberikan motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif terhadap rekan kerja anda?

b. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Guru 1. Apakah anda pernah diberi pelimpahan

kewenangan dari Kepala Sekolah anda?

2. Apakah anda sebagai Guru pernah dilibatkan

dalam penyusunan mekanisme pembuatan

keputusam?

(2)

3. Apakah anda sebagai Guru pernah dilibatkan dalam proses penetapan kebijakan?

4. Apakah kinerja anda pernah mendapat pengawasan dari Kepala Sekolah?

5. Selaku Guru, apakah anda pernah

mendapatkan motivasi dan suasana kerja yang kondusif dari Kepala Sekolah anda?

c. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Komite 1. Apakah anda selaku komite pernah diberi

pelimpahan kewenangan dari Kepala Sekolah yang menyangkut program kerja sekolah?

2. Apakah anda sebagai Komite pernah dilibatkan dalam penyusunan mekanisme pembuatan keputusam?

3. Apakah anda sebagai Komite pernah dilibatkan dalam proses penetapan kebijakan?

4. Apakah kinerja anda pernah mendapat pengawasan dari Kepala Sekolah?

5. Selaku Komite, apakah anda pernah

mendapatkan motivasi dan suasana kerja yang

kondusif dari Kepala Sekolah?

(3)

Lampiran Wawancara

Wawancara dengan Kepala Sekolah, guru dan juga komite dari 4 SD Negeri yang ada di Gugus Hssanuddin yang berkaitan dengan

1. Pelimpahan dan distribusi kewenangan 2. Mekanisme pembuatan keputusan 3. Proses penetapan kebijakan

4. Melakukan pengawasan

5. Memberikan motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif

Hasil ini peneliti peroleh dari hasil wawancara yang peneliti lakukan selama satu minggu pada masing masing sekolah terhitung dari tanggal 11 Februari 2012 sampai tanggal 8 Maret 2012.

1. Pelimpahan dan Distribusi kewenangan a. SDN 2 Wates

Hasil wawancara antara peneliti dengan kepala sekolah SDN 2 Wates yang berhubungan dengan pelimpahan dan distribusi kewenangan adalah sebagai berikut:

Dalam menjalankan manajemen sekolah saya menjalankan tugas saya sesuai dengan aturan yang berlaku, dan memberikan kewenangan tugas kepada wakil kepala sekolah maupun staf yang lain, sesuai dengan tugas dan tanggungjawab mereka masing-masing. Akan tetapi jika tugas itu bisa saya jalankan sendiri, maka saya lebih memilih untuk melakukannya sendiri tanpa merepotkan bawahan saya..

(4)

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Wates di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 11 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampaikan oleh kepala sekolah, maka penelitipun melakukan wawancara dengan 2 orang guru dan komite sekolah sebagai berikut:

Kepala sekolah mempunyai kewenangan yang luas dalam menjalankan tugasnya, kadang-kadang beliau melimpahkan tugasnya kepada bawahan tetapi itu terjadi jika beliau sedang ada tugas luar. Jika sedang berada di sekolah, hampir semua tugas kepala sekolah dijalankan sendiri oleh beliau..

(Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012)

Hampir semua tugas kepala sekolah dijalankan sendiri oleh beliau, sedangkan kami menjalankan tugas kami masing- masing. Jika kepala sekolah berhalangan hadir di sekolah, maka tugas beliau akan dilimpahkan kepada wakil kepala sekolah..

(Wawancara dengan guru B, di ruang guru pada tanggal 13 Februari 2012)

Komite memang memberi kewenangan penuh kepada kepala sekolah untuk menyelenggarakan pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan aturan.

Akan tetapi komite merasa kurang dilibatkan dalam berbagai keputusan penting yang menyangkut kemajuan kualitas pendidikan di SDN 2 Wates ini.

(5)

(Wawancara dengan komite sekolah, di rumah komite sekolah Desa Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 14 Februari 2012)

b. SDN 1 Kalimaro

Hasil wawancara antara peneliti dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro yang berhubungan dengan pelimpahan dan distribusi kewenangan adalah sebagai berikut:

Dalam mengelola manajemen sekolah pelimpahan wewenang, saya sesuaikan dengan aturan yang berlaku, yaitu menjalankan tugas-tugas saya sebagai kepala sekolah dan memberikan kewenangan tugas kepada wakil kepala sekolah maupun staf yang lain, sesuai dengan tugas dan tanggungjawab mereka masing-masing. Apabila saya tidak berada disekolah maka saya akan melimpahkan tugas saya kepada wakil kepala sekolah dan berkoordinasi dengan guru yang lain.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 20 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampaikan oleh kepala sekolah, maka penelitipun melakukan wawancara dengan 2 orang guru dan komite sekolah sebagai berikut:

Kepala sekolah selalu menjalankan tugasnya dengan baik dan memberikan tugas kepada bawahannya sesuai dengan tanggungjawab masing-masing seperti wakil kepala sekolah,

(6)

wali kelas maupun bendahara. Jika berhalangan hadir kepala sekolah melimpahkan wewenangnya kepada wakil kepala sekolah.

(Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012)

Selama ini baik kepala sekolah, maupun staf yang lain selalu menjalankan tugasnya masing-masing. Jika menemui kesulitan barulah dikoordinasi secara bersama untuk melimpahkan tugas dan wewenang kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya.

Tetapi hampir semua tugas kepala sekolah akan dilimpahkan kepada wakil kepala sekolah jika beliau berhalangan hadir.

(Wawancara dengan guru B, di ruang guru pada tanggal 21 Februari 2012)

Komite selalu memberi kewenangan penuh kepada kepala sekolah untuk mengatur manajemen sekolah sesuai dengan aturan yang ada. Jika ada kegiatan yang perlu melibatkan komite sekolah, kepala sekolah selalu meminta bantuan komite untuk ikut berpartisipasi.

(Wawancara dengan komite sekolah, di rumah komite sekolah dukuh Mliwang Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 22 Februari 2012)

c. SDN 2 Kalimaro

Hasil wawancara antara peneliti dengan

kepala sekolah SDN 2 Kalimaro yang berhubungan

(7)

dengan pelimpahan dan distribusi kewenangan adalah sebagai berikut:

Saya menggunakan kewenangan sesuai dengan aturan main yang telah disepakati dan tunduk terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Saya juga menyusun struktur organisasi dan sesuai kewenangan yang saya miliki saya memilih orang yang kompeten untuk menjalankan tugas, kemudian saya membuat job deskription dan semua pekerjaan dibagi habis sesuai dengan fungsinya masing- masing.

(Wawancara dengan kepala sekolah di ruang Kepala sekolah, pada tanggal 27 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampaikan oleh kepala sekolah, maka penelitipun melakukan wawancara dengan 2 orang guru dan komite sekolah sebagai berikut:

Kewenangan yang dimiliki oleh Kepala sekolah seharusnya kewenangan yang luas dan otonom karena menjadi figur sentral dalam memegang kewenangan yang ada di sekolah sesuai dengan jabatan, akan tetapi kepala sekolah tidak demikian, beliau lebih menghormati dan menghargai seluruh potensi yang ada dengan melimpahkan sebagian wewenangnya sesuai dengan tingkatannya.

(Wawancara dengan guru A di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012)

Kepala sekolah memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan pelaksanaan

(8)

Proses Belajar Mengajar sesuai dengan aturan yang dibuat oleh dewan guru, tetapi dia tidak bertindak secara otoriter akan tetapi lebih bersifat terbuka dengan banyak mendelegasikan wewenang kepada orang lain atau bawahan sebatas yang mampu dikerjakan.

(Wawancara dengan guru B, di ruang kelas pada tanggal 28 Februari 2012)

Komite memberi kewenangan penuh kepada kepala sekolah untuk menyelenggarakan pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan aturan. Komite dilibatkan dalam berbagai keputusan penting yang menyangkut kemajuan sekolah. Komite juga diserahkan tanggungjawab jika ada kegiatan-kegiatan di sekolah.

(Wawancara dengan komite sekolah, di rumah komite sekolah Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 29 Februari 2012)

d. SDN 3 Kalimaro

Hasil wawancara antara peneliti dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro yang berhubungan dengan pelimpahan dan distribusi kewenangan adalah sebagai berikut:

Saya melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah sesuai aturan yang ada dan dalam pelaksanaannya saya laksanakan bersama- sama dengan rekan-rekan yang lain (guru dan Komite Sekolah).

(9)

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro di Ruang Kepala sekolah, pada tanggal 6 Maret 2012)

Pernyataan Kepala Sekolah tersebut juga dikuatkan dengan adanya hasil wawancara dengan 2 guru dan komite sekolah sebagai berikut:

Kepala sekolah mempunyai kekuasaan namun demikian dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah selalu melibatkan guru dalam mengambil keputusan.

(Wawancara dengan guru A di ruang kelas, pada tanggal 7 Maret 2012)

Kepala sekolah selalu memberikan tugas kepada guru sesuai dengan kemampuan untuk melakukannya. Namun demikian tidak semua tugas diberikan kepada guru.

Ada beberapa tugas dan perencanaan yang dilakukan dan disusun sendiri oleh Kepala Sekolah.

(Wawancara dengan guru B, di ruang kelas pada tanggal 7 Maret 2012)

Dalam proses belajar mengajar, komite tidak terlalu dilibatkan. Namun dalam bidang perencanaan dan anggaran Sekolah, Komite selalu dilibatkan secara penuh. Selain itu Komite juga dilibatkan secara penuh pada bidang mutu kelulusan siswa.

(Wawancara dengan komite sekolah, di rumah

komite sekolah Dusun Lukas Desa Kalimaro

Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada

tanggal 8 Maret 2012)

(10)

1. Mekanisme Pembuatan Keputusan a. SDN 2 Wates

Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah SDN 2 Wates yang berhubungan dengan mekanisme pembuatan keputusan adalah sebagai berikut:

Sebagai kepala sekolah saya harus bisa mengambil keputusan untuk kepentingan semua orang. Biasanya saya mengajak staf saya untuk bermusyawarah sebelum mengambil keputusan.

Namun saya juga bisa mengambil keputusan sendiri jika dalam keadaan darurat tetapi tidak berakibat fatal bagi sekolah.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Wates di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 11 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan seorang komite sekolah sebagai berikut:

Dalam mengambil keputusan biasanya dilakukan musyarawarah bersama dewan guru dengan kepala sekolah. Namun kadang-kadang kepala sekolah juga mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan guru dengan alasan darurat. Jika dalam musyawarah tidak ada kesepakatan maka keputusan ada ditangan kepala sekolah.

(Wawancara dengan guru A, di ruang guru pada tanggal 13 Februari 2012)

Setiap keputusan yang diambil biasanya musyawarah, kecuali dalam situasi emergensi

(11)

yang mana kepala sekolah tidak mempunyai waktu banyak untuk mengadakan musyawarah dengan dewan guru maka kepala sekolah akan mengambil keputusan sendiri.

(Wawancara dengan guru B di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012)

Keputusan yang diambil biasanya melalui jalan musyarawah antara kepala sekolah dengan stafnya. Walaupun komite sekolah kurang dilibatkan dalam mengambil keputusan, tetapi sejauh ini belum ada keputusan yang berakibat buruk untuk sekolah. Namun alangkah baiknya jika komite sekolahpun dilibatkan dalam mengambil keputusan karena komite adalah bagian dari sekolah.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite Desa Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 14 Februari 2012)

b. SDN 1 Kalimaro

Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro yang berhubungan dengan mekanisme pembuatan keputusan adalah sebagai berikut:

Mengambil keputusan adalah tugas seorang pemimpin, akan tetapi keputusan yang diambil bukan dari diri sendiri namun saya selalu melibatkan staf saya melalui jalan musyawarah.

Karena semakin banyak pendapat akan diperoleh keputusan yang lebih baik. Jika dalam keadaan darurat yang membuat saya harus mengambil keputusan dengan segera, saya akan

(12)

memutuskan sendiri dengan mempertimbangkan berbagai resiko yang akan terjadi.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 20 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan seorang komite sekolah sebagai berikut:

Kepala sekolah selalu melibatkan semua staf dalam mengambil keputusan. Beliau juga tidak otoriter dalam mengambil keputusan. Beliau akan mempertimbangkan semua masukan yang diberikan sebelum mengambil keputusan.

(Wawancara dengan guru A, di ruang guru pada tanggal 21 Februari 2012)

Keputusan yang diambil biasanya melalui musyawarah bersama. Kepala sekolah tidak memaksa keinginannya saja tetapi selalu mendengar pendapat semua staf. Jika dalam keadaan darurat kepala sekolah mengambil keputusan sendiri dengan resiko yang kecil.

(Wawancara dengan guru B di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012)

Semua keputusan yang diambil melalui mekanisme tertentu yang diterapkan disekolah.

Selain itu kepala sekolah juga meminta pertimbangan dari komite sekolah untuk semua keputusan yang akan dibuat bagi kepentingan sekolah. Namun pada akhirnya semua keputusan kami serahkan kepada beliau yang penting tidak berdampak negatif bagi sekolah.

(13)

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite sekolah Dusun Mliwang Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 22 Februari 2012)

c. SDN 2 Kalimaro

Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro yang berhubungan dengan mekanisme pembuatan keputusan adalah sebagai berikut:

Sebagai seorang pemimpin, saya harus sering mengambil keputusan. Langkah-langkah yang biasa saya lakukan adalah melalui musyawarah kecuali dalam hal-hal tertentu yang emergensi, saya mengambil keputusan keputusan sendiri dengan mengambil resiko terkecil.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro di ruang Kepala sekolah, pada tanggal 27 Februari 2012)

Pernyataan kepala sekolah juga dikuatkan dengan wawancara bersama dua guru dan seorang komite sebagai berikut :

Pembuatan keputusan cenderung bersifat bottom up dengan mekanisme pertama, mengidentifikasi berbagai komponen yang menjadi bahan pembuatan keputusan dari seluruh komunitas Sekolah, kedua, pengumpulan dan pemilihan komponen-komponen sesuai dengan skala prioritas, ketiga, mempersiapkan draft pembuatan keputusan untuk dibahas pada proses penetapan kebijakan.

(14)

(Wawancara dengan guru A, di ruang kelas pada tanggal 28 Februari 2012)

Setiap keputusan yang diambil seringnya dilakukan melalui musyawarah, hal ini sering saya melihat bahwa kepala sekolah tidak memaksakan keinginannya saja tapi dengan hasil musywarah setelah melalui proses dari bawah.

Keputusan menjadi salah satu pijakan pelaksanaan organisasi dan sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan

(Wawancara dengan guru B di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012)

Setiap keputusan yang diambil sudah ada mekanismenya dengan mempertimbangkan hasil masukan dan hasil analisis yang juga dikonsultasikan kepada kami. Kepala sekolah lebih bersifat mendengar dari pihak lain dan keputusan didasarkan atas pertimbangan itu namun kami menyerahkan akhirnya kepada beliau yang menentukan

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite sekolah desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 29 Februari 2012)

d. SDN 3 Kalimaro

Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 2 Wates yang berhubungan dengan mekanisme pembuatan keputusan adalah sebagai berikut:

Tuga seorang pemimpin salah satunya adalah mengambil keputusan. Namun dalam beberapa hal keputusan itu dapat di buat oleh pemimpin

(15)

tersebut namun ada juga yang memerlukan pertimbangan dari staf yang lain. Jika dalam keadaan darurat yang membuat saya harus mengambil keputusan dengan segera, saya akan memutuskan sendiri dengan mempertimbangkan berbagai resiko yang akan terjadi.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 6 Maret 2012)

Pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah juga diperkuat dengan hasil wawancara terhadap dua orang guru serta satu komite sebagai berikut :

Kepala sekolah dalam mengambil keputusan ada kalanya melibatkan guru, namun ada kalanya kepala sekolah mengambil keputusan sendiri tanpa meminta pertimbangan dari guru.

(Wawancara dengan guru A, di ruang kelas pada tanggal 7 Maret 2012)

Keputusan Kepala Sekolah diambil berdasarkan keadaan dan kondisi yang ada. Apabila keputusan itu bersifat darurat maka biasanya Kepala Sekolah sendiri yang mengambil keputusan. Namun dalam pelaksanaannya keputusan itu banyak diambil secara bersama jadi tidak hany Kepala Sekolah saja yang memutuskan.

(Wawancara dengan guru B di ruang kelas, pada tanggal 7 Maret 2012)

Semua keputusan yang diambil melalui mekanisme tertentu yang diterapkan disekolah.

Selain itu kepala sekolah juga meminta pertimbangan dari komite sekolah untuk semua keputusan yang akan dibuat bagi kepentingan

(16)

sekolah. Namun pada akhirnya semua keputusan kami serahkan kepada beliau yang penting tidak berdampak negatif bagi sekolah.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite sekolah Dukuh Lukas Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 8 Maret 2012)

3. Proses Penetapan kebijakan a. SDN 2 Wates

Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah SDN 2 Wates yang berhubungan dengan proses penetapan kebijakan sebagai berikut:

Sebelum menetapkan suatu kebijakan saya akan mengadakan rapat dengan dewan guru dan komite sekolah sehingga bisa memperoleh banyak masukan. Dari masukan-masukan yang ada kami akan mengambil yang terbaik untuk ditetapkan sebagai suatu kebijakan dengan memperhatikan semua situasi dan kondisi yang ada disekolah.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Wates di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 11 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan seorang komite sekolah sebagai berikut:

Dalam menetapkan suatu kebijakan, kepala sekolah biasanya mengadakan musyawarah bersama dewan guru juga melibatkan komite sekolah untuk memberikan aspirasi. Setelah mempertimbangkan semua aspirasi yang ada

(17)

barulah ditetapkan kebijakan yang dinilai bermanfaat bagi semua warga sekolah.

(Wawancara dengan guru A, di ruang guru pada tanggal 13 Februari 2012)

Sebelum mengambil kebijakan, biasanya kepala sekolah mengadakan rapat khusus , untuk menampung usulan dan aspirasi, kemudian dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan mendengarkan masukan-masukan dari peserta rapat, yang kemudian diambil keputusan.

Setelah itu hasilnya disosialisasikan kepada semua warga sekolah.

(Wawancara dengan guru B, di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012)

Kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah biasanya dimusyawarahkan bersama dewan guru dan meminta pendapat dari kami selaku komite sekolah. Dalam musyawarah kepala sekolah menampung semua masukan dari peserta rapat kemudian mempertimbangkan sebelum mengambil kebijakan yang tepat untuk kepentingan sekolah.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite desa Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 14 Februari 2012)

b. SDN 1 Kalimaro

Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro yang berhubungan dengan proses penetapan kebijakan sebagai berikut:

Kebijakan yang ditetapkan perlu memperhatikan kepentingan semua orang didalam sekolah. Oleh

(18)

karena itu dalam mengambil suatu kebijakan saya selalu bermusyawarah dengan semua guru juga komite sekolah sehingga dengan banyaknya usulan yang diberikan bisa ditetapkan suatu kebijakan yang bermanfaat.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 20 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan seorang komite sekolah sebagai berikut:

Untuk mengambil suatu kebijakan biasanya kepala sekolah selalu mengadakan musyawarah bersama semua guru dan kadang melibatkan juga komite sekolah. Semua usulan dan aspirasi yang diberikan dalam musyawarah akan dipertimbangkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan acuan dalam menetapkan kebijakan.

Yang mana kebijakan yang diambil perlu mempertimbangkan kepentingan semua warga sekolah.

(Wawancara dengan guru A, di ruang guru pada tanggal 21 Februari 2012)

Kebijakan yang di ambil oleh kepala sekolah biasanya didahului dengan musyawarah bersama semua pihak yang berkepentingan dengan sekolah seperti guru dan komite sekolah. Hasil musyawarah ini akan menghasilkan suatu kebijakan yang tepat.

(Wawancara dengan guru B, di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012)

Komite sekolah menyerahkan semua keputusan kepada kepala sekolah termasuk dalam

(19)

mengambil kebijakan yang tepat untuk sekolah.

Selama ini sebelum mengambil kebijakan, kepala sekolah selalu meminta pendapat dari komite sekolah.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite di Dukuh Mliwang Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 22 Februari 2012)

c. SDN 2 Kalimaro

Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro yang berhubungan dengan proses penetapan kebijakan sebagai berikut:

Untuk menghasilkan kebijakan yang maksimal dalam kerangka MBS, saya pastikan dulu untuk mendapatkan informasi yang cukup. Dalam mengimplementasikan MBS, ada 4 lngkah yang saya lakukan antara lain :

1) membentuk dewan sekolah yang terdiri dari kepala sekolah,guru, orang tua siswa, anggota masyarakat, dan siswa,

2) selanjutnya dewan sekolah melakukan pengukuran kebutuhan sekolah,

3) dewan sekolah mengembangkan perencanaan tindakan yang mencakup tujuan dan sasaran, dan

4) mengambil keputusan untuik membuat program-program untuk kemajuan sekolah.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2

Kalimaro di ruang Kepala sekolah, pada tanggal 27

Februari 2012)

(20)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan seorang komite sekolah sebagai berikut:

Melihat setiap keputusan yang sudah disepakati bersama sebagai bahan musyawarah.

Mengundang khusus dan memusyawarahkannya setiap personil terkait terutama orang-orang penting dalam pengambil kebijakan antara lain kepala sekolah, ketua komite, guru-guru dan terkadang pengawas. Sebelum diambil kebijakan terlebih disosialisasikan kepada warga sekolah untuk menampung aspirasi Setelah mempertimbangkan usul dan aspirasi maka dibuatlah kebijakan sambil memantau perkembangannya.

(Wawancara dengan guru A, di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012 )

Sebelum mengambil kebijakan, biasanya kepala sekolah mengadakan rapat khusus , untuk menampung usulan dan aspirasi, kemudian dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan mendengarkan masukan-masukan dari peserta rapat, yang kemudian diambil keputusan.

Setelah itu hasilnya disosialisasikan kepada semua warga sekolah.

(Wawancara dengan guru B, di ruang guru pada tanggal 28 Februari 2012)

Ukuran kebijakan yang dibuat oleh sekolah dalam rangka kepentingan bersama, sehingga Kepala sekolah dalam hal tertentu mengkonsultasikannya kepada kami, dan selalu kami dukung. Setiap pengambilan kebijakan

(21)

kami selalu diberi tahu hasilnya sambil memberi hasil manfaat dan madaratnya.

Seluruh potensi pengambilan kebijakan diikut sertakan dalam musyawarah untuk diminta usulan dan aspirasi dari seluruh peserta rapat.

Hasil pertimbangan yang matang, dijadikan suatu kebijakan.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal pada tanggal 29 Februari 2012)

d. SDN 3 Kalimaro

Wawancara peneliti dengan kepala sekolah SDN 3 kalimaro yang berhubungan dengan proses penetapan kebijakan hasilnya adalah sebagai berikut:

Dalam menetapkan kebijakan saya selaku pemimpin selalu berkoordinasi dengan warga sekolah (sekaligus komite dan masyarakat).

Dalam penetapan kebijakan ini saya juga berusaha memperhatikan kepentingan semua orang di dalam sekolah maupun di luar sekolah khususnya masyarakat.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro di ruang Kepala sekolah, pada tanggal 6 Maret 2012)

Pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah juga diperkuat dengan hasil wawncara pada dua orang guru dan seorang komite sebagai berikut :

Untuk pengambilan suatu kebijakan saya selaku guru selalu dilibatkan. Dalam penetapan

(22)

kebijakan prosesnya diawali dengan musyawarah bersama dengan Kepala Sekolah, guru, komite sekolah, perwakilan wali murid dan tokoh masyarakat sekitar.

(Wawancara dengan guru A, di ruang guru pada tanggal 7 Maret 2012)

Dalam pengambilan kebijakan Kepala Sekolah selalu di awali dengan musyawarah bersama dengan guru, komite, wali murid, dan tokoh masyarakat sekitar. Hasil musyawarah inilah yang akan ditetapkan sebagai kebijakan.

Sehingga kebijakan ini dapat terbentuk sesuai dengan kepentingan bersama.

(Wawancara dengan guru B, di ruang guru, pada tanggal 7 Maret 2012)

Penetapan kebijakan kepala sekolah selalu melibatkan komite walau hanya perwakilan saja.

Namun demikian, hal ini sangat berguna untuk kepentingan bersama. Dalam penetapan kebijakan komite selalu diajak untuk musyawarah bersama dengan wali murid, guru, dan tokoh masyarakat sekitar.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite Dusun Lukas Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 8 Maret 2012)

4. Melakukan pengawasan a. SDN 2 Wates

Hasil wawancara terhadap kepala sekolah

SDN 2 Wates yang berhubungan dengan

pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah

dengan peneliti adalah sebagai berikut :

(23)

Saya berusaha untuk melakukan pengawasan terhadap semua yang ada disekolah termaksud terhadap guru dan siswa. Akan tetapi ada guru yang kurang suka saat ditegur jika mereka melakukan kesalahan, sehingga saya menemui kesulitan untuk memberi pembinaan kepada mereka.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Wates di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 11 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan komite sekolah.

Kepala sekolah biasanya melakukan pengawasan baik terhadap guru maupun siswa. Akan tetapi selama ini kepala sekolah kurang melakukan pembinaan terhadap guru yang kinerjanya rendah. Padahal melalui pembinaan guru bisa diarahkan atau dibimbing kearah yang lebih baik.

(Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012)

Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah berlaku untuk guru maupun siswa berdasarkan peraturan yang berlaku disekolah. Namun hasil dari pengawasan yang dilakukan tidak dibahas lebih lanjut lagi, sehingga guru yang kurang baik kinerjanya tidak kurang menyadari kesalahannya tersebut. Akan tetapi jika kepala sekolah melakukan pembinaan terhadap guru yang kurang tertib bisa meningkatkan kinerja guru tersebut.

(24)

(Wawancara dengan guru B, di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012)

Dalam pengamatan kami, kepala sekolah melakukan pengawasan untuk guru maupun siswa, akan tetapi masih terlihat ada guru maupun siswa yang kurang disiplin, sehingga diperlukan sikap tegas dari kepala sekolah untuk memperbaiki semuanya ini.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite desa Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 14 Februari 2012).

b. SDN 1 Kalimaro

Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro yang berhubungan dengan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

Saya biasanya melakukan pengawasan secara menyeluruh untuk guru maupun siswa. Saya melakukan pengawasan mulai dari guru mempersiapkan rencana pelajaran sampai kepada saat proses belajar mengajar berlangsung. Saya juga melakukan pengawasan terhadap siswa dalam semua kegiatan mereka baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, termaksud juga dalam hal kedisiplinan. Jika ada hal yang kurang baik dalam pengawasan saya akan saya sampaikan supaya ada perbaikan.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 1

Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal

20 Februari 2012)

(25)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan komite sekolah.

Pengawasan dilakukan kepala sekolah terhadap guru maupun siswa. Akan tetapi kepala sekolah lebih menfokuskan untuk guru sedangkan untuk siswa kepala sekolah dibantu oleh guru-guru yang lain dalam melakukan pengawasan. Jika dalam proses pengawasan ada hal-hal yang perlu diperbaiki maka kepala sekolah akan menyampaikan dalam rapat bersama seluruh staf sehingga bisa dicari jalan keluarnya.

(Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012)

Kepala sekolah selalu melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan disekolah, termaksud pengawasan terhadap guru dan siswa. Jika guru mempunyai kinerja baik akan diberikan reward dan jika kinerja guru kurang maka kepala sekolah akan memberikan pembinaan sehingga guru bisa membuat perubahan. Kepada siswapun kepala sekolah akan memberikan sanksi tegas kepada siswa yang tidak tertib.

(Wawancara dengan guru B, di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012)

Menurut pengamatan kami selama ini kepala sekolah sudah melakukan pengawasan yang baik terhadap guru maupun siswa sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku disekolah. Yang aman aturan-aturan tersebut sudah disosialisasikan terlebih dahulu sehingga semua berjalan sesuai aturan.

(26)

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite Dusun Mliwang Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 22 Februari 2012).

c. SDN 2 Kalimaro

Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro yang berhubungan dengan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

Dalam kaitannya dengan supervisi pendidikan, saya melakukan langkah-langkah antara lain:

Melaksanakan program supervisi melalui adanya program supervisi kelas, dadakan (inspeksi) dan kegiatan ekstrakurikuler. Supervisi dilakukan dengan membuat instrumen guna mengukur tingkat keberhasilannya. Saya memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja guru dan karyawan maupun untuk pengembangan Sekolah. Hasil supervisi dikomunikasikan agar menjadi timbal balik bagi kepentingan lembaga ataupun kepentingan peningkatan kualitas guru atau karyawan.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 27 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti juga mewawancarai dua orang guru dan komite sekolah.

Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan yang dilakukan guru dan staf secara wajar sesuai dengan norma yang

(27)

ada. Norma pengawasan sering disosialisasikan kepada guru, staf dan seluruh siswa agar dapat dilaksanakan.

(Wawancara dengan guru A di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012)

Yang pertama dilakukan adalah dengan melihat kepada job yang diberikan kepada masing- masing orang berbeda antara guru dan siswa.

Kalau dipandang tugas pokoknya berjalan baik tak jarang ia memberi semacam pujian maupun reward dan bagi yang belum berjalan tertib ia memberi support atau memanggilnya dengan gayanya tersendiri sehingga tidak merasa tersinggung termasuk mengawasi dalam hal kecakapan, tingkah laku dan sikapnya. Terhadap siswa juga dilakukan dengan menerapkan tata tertib yang harus diikuti antara hak siswa dan kewajiban siswa sehingga siswa mempunyai hak dan kewajiban yang terntunya berbeda halnya dengan warga sekolah lainnya.

(Wawancara dengan guru B, di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012)

Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan yang dilakukan guru dan staf secara wajar Aturan-aturan pengawasan sering disosialisasikan kepada guru, staf dan seluruh siswa agar dapat dilaksanakan sesuai standar

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah

komite desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati

Kabupaten Grobogan pada tanggal 29 Februari

2012).

(28)

d. SDN 3 Kalimaro

Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro yang berhubungan dengan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

Saya selaku pemimpin di sekolah berusaha melakukan pengawasan terhadap semua komponen yang ada disekolah. Dengan adanya pengawasan ini tidak jarang murid ataupun siswa yang tidak suka dan merasa tidak nyaman walaupun pengawasan ini mempunyai tujuan yang sangat baik bagi semuanya.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 6 Maret 2012)

Hasil ini diperkuat dengan pernyataan yang disampai oleh dua orang guru dan komite sekolah.

Kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap guru dan siswa. Namun tidak jarang pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah kurang memperhatikan aturan/norma-norma yang ada dalam kehidupan khususnya adat Jawa.

Sebenarnya apabila saran yang disampaikan lebih halus mungkin dapat diterima dengan baik.

(Wawancara dengan guru A di ruang kelas, pada tanggal 7 Maret 2012)

Dalam pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sudah sesuai dengan porsi beliau sebagai seorang pemimpin. Apabila guru ataupun siswa yang diawasi melakukan sesuatu yang benar maka akan mendapatkan reward, sedangkan yang tidak melakukan sesuatu secara benar maka akan mendapatkan teguran.

(29)

(Wawancara dengan guru B, di ruang kelas, pada tanggal 7 Maret 2012)

Dalam pengamatan saya selaku komite sekolah, kepala sekolah sudah melakukan pengawasan terhadap guru dan siswa secara baik.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah komite Dusun Lukas Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 8 Maret 2012).

5. Memberikan Motivasi Dan Membangun Suasana Kerja Yang Kondusif

a. SDN 2 Wates

Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 2 Wates yang berhubungan dengan pemberian motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif sebagai berikut:

Untuk meningkatkan semangat kerja mereka, saya berusaha untuk memotivasi mereka, walaupun bukan dengan hadiah karena kami memiliki keterbatasan dana, tetapi dengan perhatian dan dukungan terhadap apa yang mereka lakukan jika hal itu baik. Saya juga membangun semangat kekeluargaan diantara mereka sehingga suasana kerja menjadi kondusif. Tetapi jika mereka melakukan kesalahan saya akan memberikan sanksi sesuai dengan kesalahan yang mreka perbuat.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Wates

di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 11 Februari

2012)

(30)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti melakukan wawancara dengan dua orang guru dan komite sekolah.

Selama ini suasana kerja yang terjadi disekolah berlangsung baik dengan sikap kekeluargaan yang tinggi dan saling menghargai satu sama lain. Dalam hal motivasi dari kepala sekolah, sebenarnya tidak terlalu terlihat namun beliau biasanya mendukung semua kegiatan yang kami buat.

(Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012).

Motivasi yang diberikan kepala sekolah biasanya dalam bentuk immaterial, kalau secara materil belum pernah terjadi. Kami juga memaklumi sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi disekolah. Beliau juga akan memberikan teguran jika ada guru yang melalaikan tugas.

Kalau suasana kerja saya merasa sudah berjalan cukup baik penuh kekeluargaan dan saling menghargai.

(Wawancara dengan guru B di ruang guru, pada tanggal 13 Februari 2012).

Sejauh pengamatan kami, suasana kerja disekolah ini berjalan baik, penuh kekeluargaan dan satu sama lain saling menghargai serta menjalin kerja sama yang baik. Motivasi kepala sekolah diberikan tidak dalam bentuk materi tetapi berupa dukungan, perhatian dan pujian jika guru menjalankan tugas dengan baik, dan akan memberikan sanksi untuk guru yang kurang tertib.

(31)

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah ketua komite di Desa Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 14 Februari 2012).

b. SDN 1 Kalimaro

Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro yang berhubungan dengan pemberian motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif sebagai berikut:

Selaku kepala sekolah saya selalu memotivasi staf saya dengan jalan memberikan dukungan, perhatian dan pujian untuk kinerja kerja mereka yang baik. Jika ada dana yang memungkinkan saya juga tidak segan untuk memberikan hadiah kepada guru yang berprestasi. Akan tetapi jika mereka melakukan kesalahan saya akan memberikan sanksi atau teguran sesuai dengan kesalahan mereka. Untuk suasana kerja saya merasa selama ini berjalan baik, penuh kekeluargaan, dan sikap kerja sama antar guru cukup tinggi.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 1 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 20 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti melakukan wawancara dengan dua orang guru dan komite sekolah.

Suasana kerja disekolah ini berjalan baik, penuh kekeluargaan, saling menghargai dan selalu bekerja sama dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam hal motivasi kepala sekolah

(32)

tidak enggan memberikan pujian dan hadiah terhadap hasil kerja yang baik tetapi juga tidak segan untuk memberikan kritik dan sanksi terhadap guru yang kurang disiplin dalam bekerja.

(Wawancara dengan guru A di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012).

Kepala sekolah tidak segan memberikan penghargaan terhadap hasil kerja yang maksimal tetapi juga tidak segan dalam hal mengkoreksi terhadap guru atau karyawan yang lainnya, bila melihat hal yang kurang sesuai.

Kepala sekolah terus mendorong prestasi para guru dan staf sesuai kemampuan masing- masing. Kepala sekolah juga berusaha menciptakan suasana kerja yang penuh kekeluargaan, yaitu adanya saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai

(Wawancara dengan guru B di ruang guru, pada tanggal 21 Februari 2012).

Kepala sekolah berusaha menciptakan rasa memiliki terhadap semua guru, sehingga semuanya saling bekerja sama dan menghargai satu sama lain. Kepala Sekolah selalu memberi motivasi kepada seluruh staf yang ada dengan memberi dukungan untuk meningkatkan semangat kerja mereka, serta memberikan pujian untuk hasil kerja guru yang baik. Jika ada sesuatu hal yang kurang tepat dalam pelaksanaan tugas sudah ada aturan yang baku disekolah yang bisa diterapkan.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah

ketua komite di Dusun Mliwang Desa Kalimaro

(33)

Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada tanggal 22 Februari 2012)

c. SDN 2 Kalimaro

Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro yang berhubungan dengan pemberian motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif sebagai berikut:

Saya sebagai Kepala sekolah dalam kaitannya dengan pemberian motivasi diantaranya dengan memberikan penghargaan baik berupa materil maupun immateril kepada guru, staf yang berprestasi. Saya juga mendorong guru atau staf untuk selalu mengembangkan diri melalui penyediaan buku,dan pelatihan. Tapi saya tidak segan menegur dan memberikan sanksi seuai dengan tingkat kesalahan agar tujuan dapat tercapai.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 2 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 27 Februari 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti melakukan wawancara dengan dua orang guru dan komite sekolah.

Tercipta suasana kerja yang penuh kekeluargaan, yaitu adanya saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai Seluruh komunitas sekolah selalu kompak dan solid dalam mengusung keberhasilan sekolah untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah tidak enggan memberikan pujian terhadap hasil kerja yang maksimal tetapi juga tidak canggung dalam

(34)

menyampaikan kritik terhadap hasil kerja yang belum optimal Kepala sekolah terus mendorong prestasi sempurna para guru dan staf sesuai kemampuan masing-masing.

(Wawancara dengan guru A di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012)

Kepala sekolah tidak enggan memberikan penghargaan terhadap hasil kerja yang maksimal tetapi juga tidak segan dalam hal mengkoreksi terhadap guru atau karyawan yang lainnya, bila melihat hal yang kurang sesuai.

Kepala sekolah terus mendorong prestasi para guru dan staf sesuai kemampuan masing- masing. Kepala sekolah juga berusaha menciptakan suasana kerja yang penuh kekeluargaan, yaitu adanya saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai

(Wawancara dengan guru B di ruang kelas, pada tanggal 28 Februari 2012)

Kepala sekolah mengembangkan pepatah ing ngarso sung tulodo ing madya mangun karso dan tut wuri handayani sehingga semuanya berjalan bersama dan kerja bersama sehingga hasilnya pun hasil bersama. Kepala Sekolah selalu memberi motivasi kepada seluruh potensi yang ada dengan memberi dukungan menumbuhkan kemampuan percaya diri.

Dengan tampilnya kepercayan diri seluruh kegiatan menjadi tidak canggung untuk dilaksanakan. Tidak segan-segan sekali-kali Kepala sekolah memberikan pujian terhadap hasil kerja yang dicapainya Kepala sekolah menciptakan suasana yang sejuk dan tenang dan belum perbah ada gejolak, jika ada sesuatu hal yang kurang pas, ada mekanismenya

(35)

tersendiri. Kepala sekolah menciptakan suasana bahwa ditempat ini kita bekerja dan di tempat ini juga modal ibadah serta di tempat ini kita hidup sehingga tidak ada hal yang membuat tidak nyaman. Maka dibangunlah suasana kebersamaan yang penuh kekeluargaa

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah ketua komite sekolah di Desa Kalimaro Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, pada tanggal 29 Februari 2012)

d. SDN 3 Kalimaro

Hasil wawancara peneliti dengan informan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro yang berhubungan dengan pemberian motivasi dan membangun suasana kerja yang kondusif sebagai berikut:

Dalam memberikan motivasi saya selalu melihat porsi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam memajukan sekolah. Biasanya motivasi yang saya berikan berupa non materiil.

Sedangkan apabila melakukan kesalahan saya juga memberikan pembinaan bahkan teguran. Ini saya lakukan supaya sekolah lebih maju.

(Wawancara dengan kepala sekolah SDN 3 Kalimaro di Kantor Kepala sekolah, pada tanggal 6 Maret 2012)

Untuk menguatkan pernyataan yang disampai oleh kepala sekolah maka peneliti melakukan wawancara dengan dua orang guru dan komite sekolah.

Kepala sekolah selalu memotivasi saya dalam hal kinerja. Motivasi yang diberikan berupa reward dan sanksi yang sesuai dengan aturan.

(36)

Selain itu kepala sekolah juga berusaha membangun suasana kinerja yang kondusif. Ini terbukti dari cara kepala sekolah dalam berkomunikasi dengan guru dan siswa menggunakan aturan bahasa yang baik dan sesuai dengan adat Jawa.

(Wawancara dengan guru A di ruang kelas pada tanggal 7 Maret 2012)

Setiap melakukan kesalahan saya selalu menerima bimbingan dan pengarahan dari kepala sekolah, sedangkan apabila saya melakukan hal yang benar saya juga mendapat reward/penghargaan berupa non materiil dari kepala sekolah.

(Wawancara dengan guru B di ruang kelas, pada tanggal 7 Maret 2012).

Menurut pengamatan saya, Kepala sekolah selalu memotivasi dengan memberikan penghargaan dan sanksi yang sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Kepala sekolah selalu membangun suasana kinerja yang kondusif misalnya menjaga persatuan dan kebersamaan antar warga sekolah. Kepala sekolah juga berusaha untuk mendorong kinerja guru agar lebih baik lagi.

(Wawancara dengan komite sekolah di rumah

ketua komite di Dukuh Lukas Desa Kalimaro

Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan pada

tanggal 8 Maret 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan program Sekolah Penggerak adalah program peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dengan intervensi menyeluruh baik kepada?. Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah

Dalam unit ini peserta diajak untuk mendiskusikan bagaimana pengelola sekolah, yaitu kepala sekolah, guru dan komite sekolah serta orangtua siswa, dengan dukungan dari

Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah telah membimbing guru dalam menyusun pemetaan KD melalui kegiatan KKG dan supervise

Isilah titik-titik pada instrumen pernyataan/pertanyaan berikut ini secara perwakilan personil sekolah yang terdiri atas kepala sekolah bersama dua orang guru

Untuk melengkapi hasil angket yang di peroleh mengenai kemampuan manajerial kepala sekolah berikut akan di uraikan dari hasil wawancara dengan 13 guru di SD

Dalam pengelolaan Dana BOS ini melibatkan berbagai unsur utama dalam pendidikan baik komite, guru, kepala sekolah, orang tua siswa, pemerhati pendidikan dan tokoh

Hal ini di jelaskan oleh kepala sekolah dalam hasil wawancara sebagai berikut :84 "Nanti persemester itu guru secara individual akan di kasih kuisioner dan aplikasinya akan saya lihat

Dari wawancara peneliti dengan kepala sekolah tentang usaha kepala sekolah terhadap guru dalam mengembangkan media pembelajaran Nursyamsiah mengatakan bahwa: ” Usaha yang saya lakukan