• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan Gedung Jamsostek

Jl. Jend. Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan – 12930

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

BPJS KETENAGAKERJAAN

(2)

2

Project Name - Topic – May 15

DASAR PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN

• NO

• PROGRAM KERJA

• PENCAPAIAN

• ISU KRITIS

• TAHAP BERIKUTNYA

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 99 Tahun 2013 Pasal 33 ayat 1, yang menyebutkan bahwa dalam melakukan investasi, BPJS Ketenagakerjaan wajib menyelenggarakan manajemen risiko.

Surat Keputusan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor: KEP/221/072014 tentang Kebijakan Manajemen Risiko BPJS Ketenagakerjaan. Surat keputusan beserta dokumen kebijakan tersebut menjelaskan mengenai infrastruktur, tata kelola dan proses manajemen risiko Badan.

Surat Keputusan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor: KEP/222/072014

tentang Selera dan Toleransi Risiko BPJS Ketenagakerjaan. Surat keputusan tersebut menjelaskan tingkat dan skala selera serta toleransi risiko yang bersedia diambil oleh

Direksi dalam

pengelolaan risiko-risiko Badan

Surat Keputusan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor: KEP/250/082014 tentang Kebijakan Manajemen Keberlangsungan Bisnis BPJS Ketenagakerjaan. Surat keputusan beserta kebijakan tersebut menjelaskan mengenai tindakan antisipatif yang perlu disiapkan dalam rangka keberlangsungan bisnis saat terjadi gangguan, krisis, atau bencana

(3)

RUJUKAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN

• NO

• PROGRAM KERJA

• PROGRESS SD

%

• PENCAPAIAN

• ISU KRITIS

• TAHAP BERIKUTNYA

ERM COSO FRAMEWORK

Satu prinsip dasar yang ditanamkan COSO ERM adalah bahwa “semua bagian di dalam perusahaan memiliki

tanggung jawab terhadap ERM”, yang artinya implementasi manajemen risiko harus mencakup entity-level,

division, business unit, hingga subsidiary.

Dimulai dengan menetapkan sasaran perusahaan yang terdiri dari empat kategori yaitu strategis, operasi,

pelaporan, dan kepatuhan (pemenuhan).

Terdiri dari 8 komponen proses yaitu: (1) identifikasi lingkungan internal; (2) penetapan sasaran manajemen

risiko; (3) identifikasi kejadian; (4) penilaian risiko, perlakuan risiko; (5) aktivitas pengendalian; (6) informasi

dan komunikasi; (7) dan pemantauan.

(4)

4

Project Name - Topic – May 15

STRUKTUR PENGELOLA RISIKO

BPJS KETENAGAKERJAAN

NOPROGRAM KERJAPROGRESS SD %PENCAPAIANISU KRITISTAHAP BERIKUTNYA

Struktur organisasi penerapan manajemen risiko merupakan struktur yang memberikan kerangka untuk merencanakan, menjalankan, mengendalikan dan memantau aktifitas penerapan manajemen risiko.

Dewan Pengawas melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengurusan BPJS Ketenagakerjaan oleh Direksi dan memberikan arahan atau nasihat atau arahan kepada Direksi yang di dalamnya mencakup aspek manajemen risiko. Dalam melaksanakan pengawasan terkait aspek manajemen risiko, Dewan Pengawas membentuk Komite Pemantau Risiko guna mendukung fungsi pemantauan pelaksanaan manajemen risiko di BPJS Ketenagakerjaan.

Direksi sebagai pemangku akuntabilitas utama dalam

memastikan pengelolaan risiko di tingkat Badan berjalan efektif. Direksi memastikan terlaksanakanya prinsip-prinsip tata kelola Badan dalam setiap aspek kegiatan Badan, serta terlaksananya pengelolaan risiko secara efektif, proaktif, dan berkesinambungan.

(5)

STRUKTUR PENGELOLA RISIKO

BPJS KETENAGAKERJAAN

(Three Lines of Defence

)

• NO

• PROGRAM KERJA

• PROGRESS SD

%

• PENCAPAIAN

• ISU KRITIS

• TAHAP BERIKUTNYA

Divisi Kepatuhan Hukum sebagaisemua prosedur kerja dalam melaksanakan proses bisnis melalui uji2nd Line of Defence memastikan bahwa kepatuhan.

Unit Manajemen Risiko Wilayah, sebagai 2nd Line of Defence, berkewajiban membina, mengarahkan dan memantau pelaksanaan manajemen risiko dan efektivitas penanganan risiko pada kantor-kantor cabang sesuai Kebijakan dan Petunjuk Teknis Manajemen Risiko.

Unit kerja di kantor pusat dan kantor daerah (Divisi, Kantor Wilayah, Kantor

Cabang) yang melaksanakan aktivitas proses bisnis adalah 1st Line of Defence

dalam melakukan pengelolaan risiko di level operasional yang berkaitan dengan pelaksanaan proses bisnis.

Divisi Manajemen Risiko sebagai bagian dari 2nd Line of Defence bertanggung jawab dalam mengembangankan kebijakan, prosedur, metode dan alat bantu manajemen risiko, melakukan fungsi fasilitasi, konsultansi dalam penerapan manajemen risiko serta pelaporan risiko di level strategis Badan kepada Direksi.

Satuan Pengawas Internal sebagai3rd Line of Defence, bertanggungjawab memastikan dilaksanakannya proses pengelolaan risiko pada unit kerja sesuai kebijakan dan prosedur melalui fungsi audit internal.

1st Line

2nd Line

(6)

6

Project Name - Topic – May 15

Kebijakan Manajemen Risiko Badan dan

Manajemen Risiko Dana

Sesuai Undang Undang No. 24 Tahun 2011, BPJS Ketenagakerjaan dimanatkan untuk mengelola

Dana Jaminan Sosial dengan prinsip kehati-hatian.

SK Direksi BPJS

Ketenagakerjaan Nomor: KEP/221/072014

PENGELOLAAN RISIKO-RISIKO SEBAGAI BADAN PENGELOLA

PENGELOLAAN RISIKO-RISIKO DANA JAMINAN SOSISAL

Jenis-jenis risiko yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan dalam melaksanakan aktivitas operasionalnya sebagai Badan Pengelola atau disebut Risiko

Badan adalah:

1. Risiko Strategis 2. Risiko Reputasi 3. Risiko Operasional 4. Risiko Hukum

5. Risiko Teknologi Informasi 6. Risiko Kepatuhan

7. Risiko Pelaporan 8. Risiko Pasar 9. Risiko Kredit 10. Risiko Likuiditas

Dalam menghitung tingkat Risiko

Dana Program (JHT, JK, JKK)

serta Dana Badan, BPJS Ketenagakerjaan

mempertimbangkan risiko-risiko terkait investasi yaitu:

1. Risiko Pasar 2. Risiko Kredit 3. Risiko Likuiditas 4. Risiko Solvabilitas

5. Risiko investasi lainnya yang relevan

(7)

PENGUKURAN TINGKAT (EKSPOSUR) RISIKO

PENGUKURAN RISIKO BADAN PENGELOLA

PENGUKURAN RISIKO DANA

Eksposur Risiko Badan diukur dengan menilai Probabilitas (P) dan Dampak (D) Risiko. E = P X D

Probabilitas

Dampak

Rentang Nilai Tingkat Risiko Warna Risiko 1 ≤ E ≤ 9 LOW

9 < E ≤ 16 MEDIUM

16 < E ≤ 36 HIGH

Eksposur Risiko Dana Program (JHT, JKK, JK) dan Dana badan diukur menggunakan Internal

Investment Risk Scoring Method untuk mendapatkan Skor Risiko Dana (SRD) dan ditentukan Tingkat Risiko nya.

Skor Risiko Dana (SRD)

Tingkat Risiko Warna Risiko

0 ≤ SRD ≤ 2,3 LOW

2,3 < SRD ≤ 3,7 MEDIUM

(8)

Project Name - Topic – January 2014

PROSES MANAJEMEN RISIKO

BPJS KETENAGAKERJAAN

Proses utama pengelolaan risiko pada unit kerja mencakup proses; 1) Identifikasi Risiko, 2) Asesmen Risiko, 3) Penanganan Risiko, 4) Pengendalian dan Pemantauan Risiko. Pengelolaan Risiko BPJS Ketenagakerjaan dibagi dalam dua level yaitu pertama; Pengelolaan Risiko Level Operasional Unit Kerja dan kedua; Pengelolaan Risiko di Level Strategis Badan

Dilakukan oleh Pemilik Risiko atau Risk Owner di kantor cabang dan kantor wilayah untuk melakukan Asesmen Risiko Mandiri (Risk and Control Self Assesment / RCSA) melalui Aplikasi

Sistem Informasi Manajemen Risiko (SIMRK). Berdasarkan

hasil RCSA , kepala unit kerja akan memilih 10 (sepuluh) Risiko

Prioritas (Top Ten Risk Priority) untuk menjadi prioritas

penanganan dan pemantauan.

Pengelolaan Risiko Level Strategis

Pengelolaan Risiko Level Operasional

Pengelolaan sasaran dan risiko strategis dimulai dengan mekanisme RKAT berbasis Risiko, dengan melakukan identifikasi risiko atas sasaran serta menentukan Key Risk Indicator (KRI) nya. Asesmen KRI dilakukan oleh unit kerja setiap bulan. Berdasarkan hasil asesmen KRI dan risiko, disusun Laporan Profil Risiko Badan serta Laporan

(9)

SELERA & TOLERANSI RISIKO

SK Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:

KEP/222/072014

Dalam mencapai Tujuan dan Sasaran Pengelolaan Badan, BPJS Ketenagakerjaan mengelola risiko-risiko yang dihadapinya hingga secara rata-rata ke tingkat “LOW” dengan nilai Tingkat Risiko ≤ 9.

Dalam mencapai Tujuan dan Sasaran Dana Jaminan Sosial Tenaga Kerja, BPJS Ketenagakerjaan mengelola risiko-risiko yang dihadapi untuk seluruh Dana Jaminan Sosial Tenaga Kerja hingga secara rata-rata ke tingkat “LOW” dengan nilai Tingkat Skor Risiko Dana ≤ 2,3.

Sesuai karakterisitik risiko BPJS Ketenagakerjaan, Toleransi Risiko dibedakan menjadi 3 kelompok toleransi yaitu:

1. Toleransi Dampak Khusus

Toleransi terkait dampak khusus adalah besarnya simpangan (deviasi) yang bisa diterima Badan atas pencapaian sasaran strategis dan operasional BPJS Ketenagakerjaan yang dapat terukur secara kuantitatif.

2. Toleransi Dampak Umum

Toleransi terkait dampak umum adalah besarnya dampak yang bisa diterima Badan atas potensi risiko-risiko yang berdampak kerugian keuangan, dampak tuntutan hukum, dampak keterlambatan/operasional, dampak sanksi hukum, dampak gangguan operasional, dampak hazard (kecelakaan dan kematian) , dan dampak reputasi.

3. Toleransi Dampak Ketahanan Keuangan

Toleransi terkait ketahanan keuangan adalah batas toleransi maksimum dampak risiko yang masih bisa diterima untuk tetap menjaga kelangsungan usaha BPJS Ketenagakerjaan. Dampak risiko yang melebihi batas toleransi maksimum ini dapat berupa dampak yang bisa menyebabkan situasi defisit keuangan, insolvabilitas, ataupun total hasil investasi pada

Selera Risiko

Toleransi Risiko

1

(10)

10

Project Name - Topic – May 15

ALAT BANTU MANAJEMEN RISIKO

NO

PROGRAM KERJA

Untuk membantu risk owner dalam melakukan asesmen dan menyusun profil risikonya, BPJS Ketenagakerjaan mengembangkan alat bantu berupa Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Risiko

Korporasi atau disingkat SIMRK, serta menyusun

Pustaka Risiko yang disusun berdasarkan Rencana Kerja BPJS Ketenagakerjaan setiap tahun.

Melalui Aplikasi SIMRK Risk Owner dapat melakukan pengkinian (update) penanganan risiko serta eksposur risiko setiap saat serta menampilkan

Dashboard Risiko berupa Peta Risiko, Grafik

Penyebab, Grafik Pergerakan Risiko serta Kertas Kerja RCSA.

Modul yang terus dikembangkan dan terdapat dalam aplikasi adalah ModulEWS (Early Warning System) serta Basis Data Peristiwa Kerugian atau Loss Even

Management (LEM).

PROGRESS SD % PENCAPAIAN

ISU KRITIS

TAHAP BERIKUTNYA

Sistem Informasi Manajemen Risiko

5 10 15 20 25 Hukum Kepatuha n

Operasi Reputasi Strategis

Semester I 15 10 15 8 15

Semester II 15 5 8 6 8

(11)

ROAD MAP

PENERAPAN & PENGEMBANGAN MANAJEMEN RISIKO

• NO

• PROGRAM KERJA

• PROGRESS SD

%

• PENCAPAIAN

• ISU KRITIS

• TAHAP BERIKUTNYA

Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 Skor 2,75 – 3,00 3,00 – 3,25 3,25 – 3,50 3,50 – 4,00 4,00 – 5,00 Klasifikasi Tingkat Kematangan Terstandaris

asi Terkelola Terkelola Terkelola Terintegrasi

Dalam rangka penerapan dan pengembangan kualitas manajemen risiko secara berkesinambungan, BPJS Ketenagakerjaan menyusun Road Map Penerapan Manajemen Risiko 2014-2018 yang menggambarkan tahapan-tahapan (mile stone) yang harus dilalui mulai dari terstandarisasi, budaya, komitmen, konsistensi, hingga tahap terintegrasi sebagai berikut:

(12)

12

Project Name - Topic – May 15

Evaluasi Efektivitas dan Tingkat Kematangan

Manajemen Risiko

NO

Sebagai evaluasi dan peningkatan kualitas terhadap implementasi manajemen risiko korporasi BPJS Ketenagakerjaan yang melekat pada seluruh aktivitas bisnis dan mengukur tingkat efektifitas serta kesesuaian dengan kondisi organisasi yang bertransformasi, maka dilakukanassessment terhadap praktik dan sistem manajemen risiko korporasi setiap tahun..

Pada tahun 2014, Asesmen dilakukan oleh Assesor Independen PT APB Indonesia dengan hasil asesmen penerapan manajemen risiko mencapai total skor sebesar 3,11 (dari skala 5) dengan nilai pencapaian 62,10% dengan klasifikasi “TERKELOLA”, sebagai berikut:

PROGRAM KERJA

PROGRESS SD %

PENCAPAIAN

ISU KRITIS

(13)

Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan Gedung Jamsostek

Jl. Jend. Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan – 12930

Referensi

Dokumen terkait

yang belum mempunyai kawasan untuk Sektor Pertanian Pangan, Hortikultura dan Perkebunan APBN, APBD, Investasi Swasta dan/atau kerja sama pendanaan Dinas Kehutanan, Dinas PU

Berdasarkan hasil Perhitungan dan analisis yang dilakukan didapatkan debit desain dengan Q100 sebesar 37,659 m 3 /det, yang akan digunakan dalam perencanaan Check

Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar- On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai

(2) Sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk pelayanan rawat jalan rawat inap, rawat darurat,

Jika dilihat dari data potensi keagamaan yang dikeluarkan oleh Kantor Departemen Agama Provinsi DIY, potensi di bidang pendidikan keagamaan di Yogyakarta sangat di dominasi

Anda dapat menampilkan layar yang sama di perangkat Android pada monitor unit dengan menggunakan fungsi Miracast di perangkat

 Bahwa setelah sampai Terdakwa dan Saksi Korban kemudian duduk di pasir di pinggir pantai, Terdakwa kemudian memeluk Saksi Korban dari belakang dan mengisap leher Saksi

ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cristie dan Fuad (2015) serta Zulvia dan Muthia (2019) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat