• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA PERENCANAAN DAN PEMBINAAN PENDIDIKAN SINODE (LP3S)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAGA PERENCANAAN DAN PEMBINAAN PENDIDIKAN SINODE (LP3S)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAGA PERENCANAAN DAN PEMBINAAN PENDIDIKAN SINODE

(LP3S)

1. Soekarno-Hatta No. 10 Salatiga 50731

Telepon (0298) 326366 Email: Ip3ksinode@amail.com website: LP3S.or.id

No 210/LP3S/VIIV2021 Salatiga, 10 Agustus 2021

Lamp. 2 berkas acuan

Hal Pekan Pendidikan Kristen (Pepenkris) 2021

Kepada Yth.

1. Segenap Gereja Se-Sinode Gereja Kristen Indonesia (Wilayah) Jawa Tengah

2. Segenap Gereja Se-Sinode Gereja Kristen Jawa

3. Segenap Badan Pemyelenggara Pendidikan Kristen dan Sekolah Kristen di Lingkungan Pelayanan LP3S

di alamat masing-masing

Salam kasih dalam Tuhan Yesus Kristus,

Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, tahun ini LP3S mengajak seluruh pemangku kepentingan Pendidikan Kristen di lingkungan Sinode GKI dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah untuk menyelenggarakan Pepenkris. Pepenkris merupakan momen khusus yang dicetuskan dan disepakati bersama oleh segenap pemangku kepentingan Pendidikan Kristen di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah. Kegiatan Pepenkris tahun ini

akan kita laksanakan dengan tema "MEMBUMI DI MASA PANDEMI"

Sehubungan dengan itu, perkenankan kami memohon dukungan seluruh pemangku kepentingan Pendidikan Kristen di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah dalam pelaksanaan kegiatan Pepenkris tersebut. Kami informasikan pula beberapa hal, sebagai berikut:

1. Pepenkris tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 12 sampai dengan 19 September 2021 (atau bisa pula menyesuaikan dengan kondisi setempat)

2. Untuk itu, bersama ini kami kirimkan Penjelasan Tema dan Pedoman Pelaksanaan

(terlampir).

3. Mengingat perkembangan situasi pandemi di berbagai daerah sedemikian beragam, dinamis dan sulit diprediksi, maka untuk Pepenkris kali ini tidak disediakan bahan kotbah

dan renungan siap pakai. Hal ini semata-mata agar bahan tidak kehilangan relevansi

Kiranya bahan Pepenkris (kotbah /renungan) bisa disiapkan oleh masing-masing penyelenggara sesuai dengan penjelasan tema dan situasi konkret setempat. Sehingga, dengan demikian, kotbah dan renungan tersebut diharapkan benar-benar membumi, relevan dan memberikan manfaat nyata bagi warga sekolah/ gereja/ klasis setempat.

4. Adapun buku Laporan Pepenkris 2020 masih dalam proses. Buku tersebut akan dikirimkan

segera setelah selesai pemrosesannya. Kamni akan mengirimkannya dalam bentuk dokumen pdf, demi mencegah kemungkinan penularan wabah Covid-19.

Atas dukungan dan kerja sama yang baik dalam pelaksanaan Pekan pendidikan Kristen

selama ini, kami menyampaikan banyak terima kasih. Kiranya nama Tuhan dimuliakan.

PEMBIN

AAN DAN Pengurus LP3S

LP3S

R.H. Dwiprasetyo, S.H.

Sekretaris

Va7-$1

Tembusan: -NVA

1. Badan Pelaksana Sinode GKJ

2. BPMSW GKI (SW)

Jateng

(2)

1

PENJELASAN TEMA

PEKAN PENDIDIKAN KRISTEN TAHUN 2021 

TEMA:

MEMBUMI DI MASA PANDEMI1 1. Pendahuluan

Senin 2 Maret 2020 tak akan terlupa. Itulah hari ketika Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa sudah ada dua orang warga negara Indonesia terinfeksi virus Corona.

Kini, sudah lebih dari satu setengah tahun Pandemi Covid-19 melanda negara kita. Namun, belum ada tanda-tanda itu akan segera berakhir. Padahal, berbagai upaya untuk mengatasinya sudah dilakukan tiada henti. Baik itu upaya penanganan medis, pembatasan sosial, edukasi, vaksinasi, maupun penegakan hukum.

Pada bulan Januari 2021, menurut data nasional, penambahan jumlah kasus positif covid-19 per hari berkisar belasan ribu orang. Ketika bahan ini dibuat, laju penambahan kasus itu bukannya menurun. Justru sebaliknya, jumlah kasus itu terus meningkat. Sempat terjadi peningkatan mencengangkan, mencapai lebih dari 40.000 kasus per hari.

Akibatnya, pusat-pusat karantina penuh oleh pasien yang menjalani isolasi. Demikian pula, rumah sakit rujukan di berbagai daerah, terutama di Jawa. Mereka kewalahan menerima pasien terpapar Covid-19 yang terus berdatangan. Sampai-sampai, sejumlah rumah sakit terpaksa tak menerima pasien baru. Sebab, tak ada lagi ruang perawatan yang tersedia.

Tak hanya itu. Banyak tenaga kesehatan juga terpapar Covid-19. Diantara mereka, tak sedikit yang meninggal. Dampaknya, daya dukung fasilitas dan tenaga kesehatan berkurang. Sementara itu, pasien yang mesti mendapatkan perawatan segera, justru meningkat.

Maka, bisa dipahami manakala jumlah penderita Covid-19 yang meninggal dunia mengalami peningkatan. Sebab, mereka tak bisa memperoleh perawatan medis sebagaimana mestinya. Sebagai gambaran, menurut data nasional, pada bulan Mei 2021 ada 4.883 kasus kematian, Juni 2021 ada 7.913 kasus kematian, dan Juli 2021 mencapai 32.061 kasus kematian. Sungguh, itu suatu kenyataan yang menyesakkan hati.

Apa yang sesungguhnya terjadi? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Mengapa pandemi belum juga berhenti? Sampai kapan kita harus hidup bersama pandemi Covid-19? Bagaimana sepatutnya kita menjalani kehidupan dalam situasi seperti ini? Itulah aneka pertanyaan spontan yang sering kita dengar dari banyak orang dalam perbincangan sesehari.

1 Diinspirasi Amsal 17:22 (Today’s English Version-TEV) dan beberapa pustaka: Arthur Jan

Keefer.2021.The Book of Proverbs and Virtue Ethics: Integrating the Biblical and Philosophical Traditions. Cambridge: Cambridge University Press.; Joel Vos. 2021. The Psychology of Covid-19: Building Resilience

for Future Pandemics. London: Sage Publication Ltd; Jolanda Jetten, et.al. Together Apart: The Psychology of Covid-19. London: Sage Publication Ltd.; Martin E.P. Seligman.2006. Learned Optimism:How to Change Your Mind and Your Life. New York: Vintage Books.; B.S. Mardiatmadja, S.J. 2017. Belajar Mendidik.

Yogyakarta: Kanisius; David Boud, Rosemary Keogh, David Walker (Ed). 1994. Reflection: Turning

Experience into Learning.London & New York: Routledge Falmer.

(3)

Membumi di Masa Pandemi

2

Begitulah, pandemi menjadi kenyataan sekaligus pertanyaan memrihatinkan. Boleh jadi, itu karena kita semua tak menduga bahwa pandemi Covid-19 bisa muncul secara tiba-tiba, berlangsung sedemikian lama, dan dampaknya begitu dahsyat.

2. Prakiraan Berakhirnya Pandemi

Ketika pandemi mulai berjangkit di negeri kita, banyak orang menduga bahwa itu tak akan berlangsung lama. Bahkan, tak sedikit yang meyakini bahwa pandemi Covid-19 hanya akan berlangsung beberapa bulan saja. Kalaupun sampai lama, itu tak akan lebih dari satu tahun.

Maka, wajar manakala muncul aneka prakiraan tentang kapan pandemi akan berakhir. Baik itu prakiraan yang dibuat berdasarkan upaya mistis, keyakinan religius, maupun metode ilmiah tertentu. Jadilah, kita disuguhi aneka pemberitaan yang berisi prakiraan berbagai pihak tentang kapan pandemi akan berakhir. Mereka, misalnya, menyatakan bahwa pandemi akan berakhir April 2020, Juli 2020, Oktober 2020, atau awal tahun 2021.

Tapi, kita semua tahu bahwa tak satupun prakiraan itu menjadi kenyataan. Meskipun begitu, anehnya, banyak pihak masih saja berusaha membuat prakiraan tentang kapan pandemi akan berakhir. Lebih aneh lagi, banyak pihak memercayai aneka prakiraan semacam itu.

Mengapa bisa begitu? Jawabnya: itulah kenyataan psikologis manusia. Menghadapi pandemi Covid-19, banyak orang mendambakan kepastian tentang kapan bencana itu akan berakhir. Itulah sebabnya mereka tiada henti berusaha mencari sandaran “kepastian” dalam aneka prakiraan. Baik itu prakiraan yang sifatnya mistis, religius maupun ilmiah. Itu diperlukan untuk membangun rasa tenteram di tengah situasi yang menekan. Walaupun sebenarnya, itu merupakan sandaran “kepastian” semu.

Kenyataan menunjukkan, sampai hari ini pandemi Covid-19 masih mewarnai kehidupan kita. Tampaknya, kita masih akan terus hidup berdampingan dengan pandemi Covid-19. Entah sampai kapan itu akan berlangsung. Tak ada seorang pun yang tahu.

Yang jelas, makin banyak pandangan meyakini: bahwa berakhirnya pandemi sangat bergantung pada sikap kita semua. Maksudnya, apa pun sikap kita, itu merupakan faktor amat penting yang berkontribusi dalam menentukan apakah pandemi akan makin teratasi dan berakhir, ataukah justru akan berlangsung lebih lama lagi.

Karena itu, tak ada gunanya menanti munculnya prakiraan tentang kapan berakhirnya pandemi. Lebih relevan katimbang penantian itu adalah mencermati respons masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19.

3. Respons Terhadap Pandemi

Ada beragam respons atau tanggapan warga masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Secara sederhana, itu bisa kita petakan menjadi empat macam, yaitu: fobia corona, skeptis corona, abai corona dan waspada corona.

Pertama, fobia corona (coronaphobia). Fobia corona adalah respons seseorang

yang dipicu oleh kekhawatiran berlebihan karena takut terpapar virus Covid-19. Fobia corona berbeda dari kecemasan biasa. Selama pandemi, tentunya banyak orang merasa cemas terhadap bahaya Covid-19. Itu merupakan hal wajar. Namun, orang yang mengalami fobia corona, bukan sekadar cemas. Lebih dari itu, mereka mengalami kecemasan sedemikian rupa. Sehingga, kecemasan itu menyebabkan mereka sulit memenuhi berbagai fungsi kehidupan sesehari secara wajar.

(4)

3

Misalnya, mereka sulit tidur, sulit berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu, sering salah paham terhadap perkataan orang lain, cepat tersinggung, mudah marah, dll. Pendek kata, kekhawatiran berlebihan terhadap Covid-19 itu membuat kehidupan sesehari mereka berlangsung tak wajar.

Kedua, skeptis corona. Skeptis berararti bersikap ragu atau tak percaya terhadap

sesuatu. Skeptis corona adalah respons seseorang yang tidak percaya adanya pandemi Covid-19. Ketidakpercayaan itu umumnya dilandasi keyakinan terhadap ajaran religius atau pandangan tertentu. Keyakinan itu menjadikannya rentan mengalami bias kognitif. Yaitu, kecenderungan yang tak disadari untuk mencari, menyeleksi, memproses dan memaknai informasi tentang pandemi Covid-19 sesuai dengan keyakinannya itu.

Apalagi, manakala ia atau orang-orang di lingkungan terdekatnya dalam kondisi baik-baik saja. Maka, ia akan makin tidak percaya terhadap pandemi Covid-19. Namun, sikap skeptis itu akan goyah dan perlahan berubah manakala ia memiliki pengalaman pribadi yang menantang keyakinannya itu. Misalnya, ia sendiri terpapar Covid-19. Atau, orang-orang terdekatnya ada yang meninggal karena terpapar Covid-19.

Ketiga, abai corona. Abai corona adalah tanggapan seseorang yang cenderung

ceroboh dalam mengantisipasi paparan covid-19. Tanggapan macam itu muncul karena beragam sebab. Antara lain, itu karena faktor misinformasi, kebosanan, ataupun gagal beradaptasi.

Misinformasi, berarti seseorang mendapatkan dan memercayai informasi keliru (hoaks) mengenai Covid-19. Kebosanan, berarti seseorang merasa jenuh terhadap situasi pandemi Covid-19 dan protokol kesehatan yang menyertainya. Sehingga, ia berusaha menghilangkan kejenuhan itu lewat sikap abai. Walaupun, sesungguhnya ia tahu konsekuansi dari sikapnya itu.

Sedangkan gagal beradaptasi berarti seseorang cenderung enggan menaati protokol kesehatan sebagai kebiasaan (habitus) baru. Ia memilih menjalani kebiasaan lama, yang dirasa lebih nyaman. Walaupun, sesungguhnya ia tahu, itu membahayakan dirinya maupun orang lain.

Keempat,waspada corona. Waspada corona adalah tanggapan seseorang yang

cenderung realistis dan berhati-hati dalam menghadapi pandemi Covid-19. Realistis, berarti mengakui dan menerima kenyataan bahwa kini sedang berjangkit pandemi Covid-19 di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Sedangkan berhati-hati, berarti senantiasa berusaha mejalani kehidupan sesehari sedemikin rupa berdasarkan pengetahuan medis dan sikap hidup yang tepat dan memadai.

Sikap semacam itu dimungkinkan, karena ia memahami adanya bahaya yang bisa terjadi manakala terpapar Covid-19. Lebih dari itu, ia mengantisipasinya dengan cara berusaha menaati protokol kesehatan. Tentunya, tingkat ketaatan itu bersifat dinamis. Lazimnya, makin seseorang teredukasi secara baik, ia kian konsisten menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sesehari.

4. Belajar Makin Membumi

Patut dicatat, keempat macam respons tersebut tidak statis, melainkan dinamis. Maksudnya, respons seseorang terhadap pandemi Covid-19 bisa berubah. Itu sangat dipengaruhi oleh pengalamannya dalam kehidupan nyata sesehari. Selain itu, juga oleh kesediaannya untuk belajar dari pengalaman itu.

(5)

Membumi di Masa Pandemi

4

Dengan demikian, bisa jadi mulanya seseorang cenderung fobia corona. Namun, dengan berjalannya waktu, ia bersedia belajar dari pengalamanya. Lantas, perlahan tapi pasti, ia berubah menjadi sosok yang makin waspada corona. Demikian pula sebaliknya. Bisa pula mulanya seseorang cenderung waspada corona. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ia merasa bosan terhadap berbagai protokol kesehatan yang dirasa mengekang dan membelenggunya. Tentu, sikap macam itu potensial membuatnya berubah menjadi sosok abai corona.

Jadi, beragam respons tersebut pada dasarnya merupakan pilihan berdasarkan proses belajar. Artinya, itu tidak muncul begitu saja dalam diri seseorang. Respons tersebut bermula dari pengalaman nyata seseorang dalam menghadapi pandemi Covid-19 beserta dengan segala macam masalah yang menyertainya. Lantas, atas dasar pengalaman itu dan informasi yang diterimanya, ia mengolahnya sebagai pijakan untuk memilih respons tertentu. Entah itu respons berupa fobia corona, skeptis corona, abai corona atau waspada corona.

Justru karena respons itu merupakan suatu pilihan, maka penting adanya kesediaan untuk makin membumi di masa pandemi Covid-19 ini. Yaitu, sikap yang cenderung

bersedia menghidupi kenyataan dan siap menghadapi aneka kemungkinan.

Begitulah, orang yang membumi pertama-tama bersedia menghidupi kenyataan. Artinya, ia tidak menyesali atau mengutuki pandemi Covid-19. Ia tidak mengeluhkan pandemi Covid-19. Ia juga tidak melarikan diri dari situasi pandemi Covid-19. Melainkan, sedapat mungkin ia berusaha mengarahkan diri untuk rela menerima situasi pandemi Covid-19 sebagaimana adanya.

Lebih dari itu, ia berusaha memahami situasi pandemi Covid-19 dengan hati dan

pikiran jernih serta terbuka. Ia tak henti belajar dari situasi konkret pandemi Covid-19

yang dialaminya bersama dengan masyarakat (refleksi). Sebab, ia tahu bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman itu membuatnya mampu merespons berbagai masalah secara tepat. Sehingga, pada gilirannya, ia memiliki penghayatan hidup yang makin

kaya dan mendalam.

Hal itu membuatnya siap menghadapi aneka kemungkinan. Sebab ia mengerti bahwa ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi seiring berjangkitnya pandemi Covid-19. Situasi pandemi memang berpotensi memunculkan hal-hal negatif, dalam bentuk berbagai kesulitan dan musibah. Namun, situasi pandemi juga berpotensi memicu

munculnya hal-hal positif, berupa berbagai peluang baru dan berkat tak terduga.

Karena itu, katimbang menyikapi situasi pandemi secara negatif-reaktif, ia memilih mengembangkan sikap positif-proaktif. Secara konkret itu diwujudkan dengan cara

membiasakan diri: bertindak realistis dan berhati-hati (waspada corona), memelihara daya

tahan (resiliensi) dan kebugaran fisik-psikis-rohani, mengasah kesanggupan beradaptasi, bertindak kreatif dan produktif, serta membina solidaritas dan kepedulian sosial.

Ringkasnya, alih-alih pesimis, orang yang membumi memilih menghidupi dan menghadapi situasi pandemi secara optimis. Istilah optimis berasal dari kata dalam bahasa Latin optimum, yang artinya ‘paling baik’. Optimis merupakan cara pandang dan sikap hidup yang melihat dunia dan hidup ini sebagai hal yang baik. Bahkan, itu bisa dibuat menjadi lebih baik lagi. Asalkan, kita bersedia melakukan hal paling baik yang sanggup kita lakukan.

(6)

5

Orang optimis melihat pandemi Covid-19 sebagai kenyataan yang tak terhindarkan. Sekaligus, ia meyakini bahwa situasi itu bisa diubah menjadi semakin baik dan lebih baik lagi. Caranya, ia bersedia menyumbangkan hal terbaik yang mampu dilakukannya. Selain itu, ia juga bersedia untuk tidak melakukan tindakan bodoh, yang bisa membuat situasi pandemi Covid-19 menjadi lebih buruk.

Sikap hidup macam itu, oleh penulis Kitab Amsal, diringkas dalam nasihat lugas,

bernas dan jitu, demikian: “Ceria membuatmu tetap sehat. namun perlahan akan mati

bila kau muram sepanjang waktu” (Amsal 17:22 TEV). Nasihat praktis atau seni hidup itu

sejatinya merupakan keutamaan (virtue) dalam masyarakat Ibrani kuno. Karenanya, setiap hari umat menghidupinya secara sungguh-sungguh dengan sikap takzim, apalagi ketika mereka berada dalam situasi krisis.

Hingga kini, seni hidup dan keutamaan kuno itu ternyata tetap diakui keampuhannya. Pengakuan itu bisa kita temukan entah dalam ilmu pengobatan tradisional, khazanah psikologi positif, maupun ilmu medis modern.

5. Penutup

Hingga kini, pandemi Covid-19 belum bisa dikendalikan, apalagi diakhiri. Ada banyak faktor yang menyebabkannya. Salah satunya adalah faktor kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Pada masa-masa awal berjangkitnya pandemi, tingkat kepatuhan itu cukup tinggi. Namun, dengan berlalunya waktu, ternyata tingkat kepatuhan masyarakat kita cenderung mengendor (BPS, 2020).

Temuan itu sejajar dengan dinamika jumlah kasus positif Covid-19 per hari. Misalnya, pada 15 Mei 2021, secara nasional jumlah kasus positif Covid-19 per hari “hanya” sebanyak 2.385 kasus. Namun bulan-bulan berikutnya, jumlah kasus positif Covid-19 per hari cenderung meningkat. Bahkan, pernah ada masa ketika penambahan kasus positif Covid per hari mencapai lebih dari 40.000 kasus.

Itu mengindikasikan bahwa banyak warga belum hidup membumi di masa pandemi Covid-19 ini. Tampaknya, disadari atau tidak, mereka malah cenderung hidup “melangit”. Yaitu, lebih memercayai pendapat, opini, kebiasaan, keyakinan, dan aneka kabar burung yang sering kali jauh dari fakta konkret pandemi Covid-19 sehari-hari.

Karenanya, Pekan Pendidikan Kristen tahun 2021 kita laksanakan dalam terang tema “MEMBUMI DI MASA PANDEMI.” Tema ini menggugah kita untuk: (a) berefleksi tentang tanggung jawab keluarga, gereja dan sekolah Kristen di bidang pendidikan di masa pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ini; (b) mengembangkan sikap hidup membumi dan optimis dalam menghidupi dan menghadapi situasi pandemi Covid-19; (c) membiasakan hidup positif-proaktif, dengan cara: waspada corona, memelihara daya tahan dan kebugaran fisik-psikis-rohani, mengasah kesanggupan beradaptasi, bertindak kreatif dan produktif, serta membina solidaritas dan kepedulian sosial.

Selamat memasuki Pekan Pendidikan Kristen tahun 2021. Mari kita makin membumi. Sehingga, keluarga, gereja, dan sekolah Kristen mampu berkontribusi positif dalam perjuangan bersama seluruh elemen bangsa untuk mengatasi pandemi Covid-19. Kiranya Tuhan dimuliakan.[]

(7)

1

PANDUAN PENYELENGGARAAN

PEKAN PENDIDIKAN KRISTEN TAHUN 2021



1. SEJARAH PEKAN PENDIDIKAN KRISTEN

Di kalangan gereja dan sekolah Kristen kadang muncul pertanyaan, “Apa sebenarnya Pekan Pendidikan Kristen (Pepenkris) itu?

Pepenkris pada dasarnya adalah tradisi yang diciptakan dan disepakati oleh para perintis karya kesaksian dan pelayanan pendidikan Kristen yang tersebar di berbagai daerah di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah. Tradisi tersebut diadakan sebagai sarana untuk mengenang dan terus-menerus memaknai kembali peristiwa terwujudnya kebersamaan konkret dalam karya kesaksian dan pelayanan pendidikan Kristen di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah.

Keberadaan Pepenkris memiliki pijakan historis, yaitu terbentuknya Persatuan Perkumpulan-perkumpulan Sekolah Kristen (PPSK) pada tanggal 12 Juli 1950.1 Ketika itu, pengurus-pengurus Sekolah Kristen dalam lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah yang datang dari berbagai daerah, bersidang di Balai Pertemuan Kristen Jl. Tuntang No. 36 Salatiga.2

Setelah melalui pergumulan serius dan intens, akhirnya mereka sepakat untuk mengkoordinasikan usaha penyelenggaraan karya pendidikan Kristen dalam organisasi Persatuan Perkumpulan-perkumpulan Sekolah Kristen (PPSK). Peristiwa itu terjadi ketika pendidikan Kristen berada dalam situasi teramat sulit. Karena itu, peristiwa terbentuknya PPSK dirasakan oleh para pegiat pendidikan Kristen sebagai tonggak penting dalam sejarah perjalanan karya pendidikan Kristen di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah.

Untuk mengenang dan senantiasa menggali inspirasi dari peristiwa itu, maka diciptakanlah tradisi Pepenkris, yang dilaksanakan oleh gereja-gereja dan sekolah-sekolah Kristen di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah.

Semula Pepenkris dilaksanakan pada minggu-minggu sekitar tanggal 12 Juli, sesuai dengan tanggal kelahiran PPSK. Namun dalam perkembangan lebih lanjut, banyak sekolah yang mengusulkan agar kegiatan Pepenkris dilaksanakan pada minggu-minggu bulan Agustus, bersamaan dengan kegiatan peringatan HUT RI, atau bulan lain yang sesuai. Hal itu semata-mata

1 Dalam Anggaran Dasar yang disahkan dalam rapat perwakilan pengurus-pengurus sekolah Kristen tanggal 1

September 1956 nama “Persatuan” diganti menjadi “Perserikatan”. Sehingga menjadi Perserikatan Perkumpulan-perkumpulan Sekolah Kristen (PPSK).

2 Utusan yang hadir dalam pertemuan tersebut antara lain adalah: Kaboel Dwidjaleksono dan R.M.S.

Poerbowidagdo (PPK Surakarta); R.T. Gondoadmodjo (Deputat GKD); Soedijono dan Noerwasito (Pati); D.S B. Probowinoto dan R. Soedarsono ( PPK Jateng Utara); Soewarjohadi (Organisasi Sekolah Kristen Magelang); Poerwoatmodjo dan Siswojo (PPK Kebumen); Tjoa Tjin Touw (PSK Tiong Hwa Magelang); Ds. Liem Ik Tjiang (PSR Temanggung); Kho Im Liong dan Soedarjo (P3K Banyumas); J.C. Uhlenboschsitz (PSK Magelang); Ds.Dhanusupranoto (PSM Semarang); E.S Padmosoesastro dan Soekirman (PPK Purworejo); E.I. Soekarso, R.M. Soehardjo dan S. Soebanu (Bopkri Yogyakarta); Tan Kiem Liong dan M. Hutauruk (Dewan Sekolah-sekolah Kristen cabang Jawa Tengah). Dalam pertemuan tersebut dipilih pengurus harian yang terdiri dari Ds B. Probowinoto (ketua) dan R. Soehardi Hadipranowo (penulis). Pengurus harian tersebut selanjutnya dilengkapi dengan seksi-seksi.

(8)

2

bergeser ke kepentingan lain yang tak ada kaitannya dengan pendidikan Kristen. Karena

sejumlah pertimbangan berkenaan dengan dinamika perkembangan situasi pandemi Covid-19, tahun ini kita melaksanakannya pada tanggal 12-19 September 2021.

Patut dicatat, pada tahun 1964 persidangan sinode GKJ menginstruksikan kepada Deputat terkait untuk mengusahakan terselenggaranya Pekan Pendidikan Kristen.3 Sejak tahun 2003 Pepenkris bahkan telah ditetapkan sebagai kegiatan resmi gerejawi dalam kalender kegiatan Sinode GKJ.4 Begitu pula, Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Tengah [BPMSW GKI SW Jateng] selalu mendorong GKI se Sinode GKI Wilayah Jateng untuk menyelenggarakan Pepenkris. Hal itu didasarkan pada pertimbangan mengenai makin pentingnya kebersamaan seluruh warga gereja dalam mengembangkan pendidikan Kristen secara holistik.

Demikianlah, Pepenkris hakikatnya merupakan momen khusus yang sengaja diciptakan untuk mawas-diri mengenai karya kesaksian dan pelayanan kita bersama di bidang pendidikan. Ia merupakan tradisi berharga yang senantiasa mengingatkan kita tentang:

 teladan kearifan para perintis pendidikan Kristen di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah dalam mengembangkan kerja sama dalam karya kesaksian dan pelayanan di bidang pendidikan Kristen, khususnya pada era 1950-an;

 pentingnya terus-menerus mengembangkan kerja sama dan sinergi seluruh komunitas Kristen di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah untuk meningkatkan mutu karya kesaksian dan pelayanan di bidang pendidikan Kristen.

2. TUJUAN

Kegiatan Pepenkris tahun 2021 ini dilaksanakan dengan Tema: “MEMBUMI DI MASA

PANDEMI.”5

Dengan mengingat latar sejarah serta tema tersebut, penyelenggaraan kegiatan Pepenkris tahun ini bertujuan untuk mengajak keluarga, gereja dan sekolah Kristen di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah untuk:

 memberi perhatian lebih sungguh pada upaya kesaksian dan pelayanan gereja di bidang pendidikan, baik itu pendidikan dalam keluarga, gereja, sekolah Kristen, tempat kerja, dan di ruang publik, terutama di masa pandemi ini;

 berupaya dengan sepenuh daya menghayati karya pendidikan sebagai upaya untuk semakin

membumi di masa pandemi Covid-19 ini. Baik itu melalui karya dalam keluarga, gereja,

sekolah Kristen, tempat kerja, maupun aneka ruang publik;

mengembangkan kepedulian dan kerja sama guna mendukung sekolah-sekolah Kristen di lingkungan gereja setempat, serta lingkungan klasis-klasis se Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah, sebagai sarana kesaksian dan pelayanan gereja yang amat penting, terlebih lagi di masa pandemi sekarang ini;

 terus-menerus berupaya meningkatkan mutu karya kesaksian dan pelayanan di bidang pendidikan, baik itu dalam keluarga, gereja, sekolah Kristen, tempat kerja,dan aneka ruang publik, demi kemuliaan nama Tuhan.

3 Akta Sidang Sinode GKJ IX. 4 Akta Sidang Sinode GKJ XXIII.

(9)

3

3. WAKTU

Pepenkris tahun 2021 diharapkan dapat dimulai pada hari Minggu tanggal 12 September 2021 dan diakhiri/ditutup pada hari Minggu tanggal 19 September 2021.

(Catatan: Mengingat perkembangan situasi pandemi yang sangat beragam dan dinamis, waktu pelaksanaan ini bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing jemaat / sekolah)

4. PENYELENGGARA

Para pihak yang menyelenggarakan Pepenkris adalah:

 Gereja-gereja di lingkungan Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa dan Sinode Gereja Kristen Indonesia Wilayah Jawa Tengah;

 Badan Penyelenggara Pendidikan Kristen (BPPK) yang berada dalam lingkungan pelayanan LPPP Sinode (LP3S);

 Sekolah-sekolah Kristen dalam lingkungan pelayanan LPPP Sinode (LP3S) dari tingkat KB/TK sampai dengan SMA/SMK.

5. BENTUK KEGIATAN

Pada prinsipnya, bentuk kegiatan dalam penyelenggaraan Pepenkris bersifat kontekstual, sesuai dengan kondisi masing-masing penyelenggara. Karena itu, dimungkinkan adanya penyederhanaan kegiatan di antara para penyelenggara. Dalam hal ini, tiap-tiap penyelenggara hendaknya melaksanakan kegiatan secara membumi, sesuai dengan potensi dan pergumulan nyata setempat di masa pandemi sekarang ini.

Serentak dengan itu, diharapkan adanya kegiatan yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua penyelenggara Pepenkris. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan di gereja dan kegiatan di sekolah.

Kegiatan di gereja, yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh semua gereja di lingkungan

Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah, meliputi:

 Ibadah Pembukaan, dilaksanakan di gereja masing-masing.

 Ibadah Penutupan, dilaksanakan di gereja masing-masing.

 Bila dimungkinkan, bisa diselenggarakan kegiatan pendalaman dan peneguhan gagasan maupun aksi nyata yang bersifat membangun (misal: dialog, sarasehan, refleksi kasus, pelatihan, workshop, dll dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi) mengenai pergumulan pendidikan setempat sesuai tema Pepenkris tahun ini.

Sedangkan kegiatan di sekolah, yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh semua sekolah Kristen di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah, meliputi:

 Renungan Pembukaan: dilaksanakan di sekolah masing-masing secara serentak pada hari Senin, tanggal 13 September 2021 sebagai kegiatan awal pekan.

 Renungan Bersama: dilaksanakan di sekolah masing-masing secara serentak mulai hari Selasa, tanggal 14 September 2021 sampai dengan hari Jum’at, tanggal 17 September 2021. Jam pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah.

 Penutupan: dilaksanakan di masing-masing sekolah secara serentak pada hari Sabtu, tanggal 18 September 2021 sebagai kegiatan akhir pekan.

 Kegiatan penjelajahan, pendalaman dan peneguhan gagasan aksi bersama yang bersifat membangun (misal: dialog, sarasehan, seminar, lokakarya, pelatihan, workshop, dll dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi) mengenai praktik pendidikan di sekolah di masa pandemi, sesuai tema Pepenkris tahun ini.

(10)

4

Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah, meliputi:

 Penyelenggaraan Pepenkris tahun 2021, di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah;

 Semua pihak di lingkungan Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah agar memiliki kepedulian dan bersedia bekerja sama guna mendukung eksistensi sekolah-sekolah Kristen di

lingkungan gereja setempat, serta klasis-klasis se Sinode GKJ dan GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah, sebagai sarana kesaksian dan pelayanan gereja yang amat penting;

 Badan Penyelenggara Pendidikan Kristen dan sekolah-sekolah Kristen agar terus-menerus

mengembangkan sikap positif-proaktif dalam menghadapi pandemi Covid-19 di sekolah

mereka masing-masing. Secara konkret itu diwujudkan dengan cara membiasakan diri: bertindak realistis dan berhati-hati (waspada corona), memelihara daya tahan (resiliensi) dan kebugaran fisik-psikis-rohani, mengasah kesanggupan beradaptasi, bertindak kreatif dan produktif, serta membina solidaritas dan kepedulian sosial;

 Komunitas Kristen agar tekun mengembangkan sikap positif-proaktif di masa

pandemi Covid-19. Baik itu dalam keluarga, gereja, sekolah Kristen, tempat kerja, maupun aneka ruang publik (termasuk media sosial) untuk mengedukasi masyarakat;

 Pemerintah dan masyarakat Indonesia agar mampu mengatasi pandemi Covid-19 dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya.

7. HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN

Agar pelaksanaan Pepenkris bisa berjalan dengan baik, beberapa hal berikut bisa dipertimbangkan:

 Bila diperlukan, gereja/sekolah dapat membentuk panitia pelaksana Pepenkris;

 Panitia pelaksana memrakarsai terselenggaranya kegiatan Pepenkris sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan pergumulan setempat;

 Seusai pelaksanaan Pepenkris, panitia pelaksana diharapkan mengirimkan laporan dan/atau evaluasi tentang jalannya dan makna kegiatan tersebut kepada pengurus BPPK setempat (khusus untuk sekolah) dan LP3S (untuk sekolah/BPPK maupun gereja).

8. BAHAN PEPENKRIS

Mengingat perkembangan situasi pandemi di berbagai daerah begitu beragam, dinamis dan

sulit diprediksi, maka untuk Pepenkris kali ini tidak disediakan bahan kotbah dan renungan

siap pakai. Hal ini semata-mata untuk mengantisipasi agar bahan tidak kehilangan relevansi. Kiranya bahan Pepenkris bisa disiapkan oleh masing-masing penyelenggara sesuai dengan

penjelasan tema dan situasi konkret setempat. Sehingga, dengan demikian, kotbah dan

renungan tersebut benar-benar membumi, relevan dan memberikan manfaat nyata bagi warga sekolah Kristen/ gereja/klasis setempat.

9. PERSEMBAHAN

Dalam pelaksanaan Pepenkris 2021, baik yang diselenggarakan di sekolah Kristen maupun di Gereja, diharapkan dapat diadakan persembahan khusus untuk pengembangan sekolah-sekolah Kristen. Persembahan dapat dikirimkan melalui pos wesel atau bank ke LP3S.

Sebagai catatan: kami mohon dengan sangat agar dalam berita pengiriman melalui wesel maupun bank dicantumkan: “PERSEMBAHAN PEPENKRIS 2021 DARI...(sebutkan

(11)

5

kepada kami copy bukti pengiriman. Kedua hal tersebut sangat penting sebagai sarana untuk mewujudkan tertib administrasi, memudahkan pengurusan apabila terjadi kesalahpahaman serta untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan.

Alamat Wesel : LP3S

Jl. Soekarno-Hatta 10

Salatiga, 50731 Rekening bank : BNI Salatiga

No. Rek 0286260202 a.n. LP3S

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna lambang.Diksi adalah sebuah pilihan kata yang tepat dan

Sejatinya manajemen peserta didik adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh

Dalam upaya penelitian model strukturalisme genetik ini Goldman menyarankan supaya menggunakan karya pengarang utama yang menghasilkan karya sastra yang agung (masterpiece), karena

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan beberapa siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan

Berdasarkan hasil observasi dan analisis data, diperoleh informasi tentang keterlaksanaan pembelajaran membaca teks pendek dengan menggunakan media gambar adalah

Sejalan dengan pendapat Hasibuan (2008, h. 71) bahwa lokasi bank merupakan salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan kemampuan akumulasi dana nasabah. Ketiga,

Pemodelan tata ruang dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi dalam bentuk visualisasi 3D yang menampilkan keseluruhan kondisi tata ruang mulai dari