vii
ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV
SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
Monica Latrisariasih NIM: 081134112
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan mengenai materi pecahan menggunakan pendekatan kontekstual tahun pelajaran 2011/2012 yang ditandai dengan peningkatan rata-rata keaktifan siswa, peningkatan nilai rata-rata siswa, dan presentase siswa yang mencapai KKM.
Jenis penelitian yang diguanakan adalah Pennelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas IV A SD Kanisius Sorowajan pada tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 34 siswa. Objek penelitian adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mengamati keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar ini ditempuh melalui dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa data awal siswa rata-rata keaktifan siswa 6,28. Setelah dilakukan tindakan menggunakan pendekatan kontekstual siklus I rata-rata keaktifan siswa menjadi 9,28 yang menunjukkan kriteria cukup. Kemudian setelah dilaksankan siklus II dengan perbaikan berdasarkan refleksi, rata-rata keaktifan siswa meningkat secara signifikan yaitu menjadi 12,87 dengan kriteria keaktifan siswa pada siklus II sangat tinggi.
Pada hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa nilai awal rata-rata kelas IV tahun pelajaran 2011/2012 adalah 57,82 dan presentasi siswa yang mencapai KKM adalah 57,14%. Kemudian setelah dilakukan siklus I menggunakan pendekatan kontekstual terlihat ada peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 68,59 dan presentase siswa yang mencapai KKM adalah 76,48%. Dilanjutkan siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 74,19 dan presentase siswa yang mencapai KKM 88,24%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisisus Sorowajan.
viii
ABSTRACT
INCRESED ACTIVITY AND LEARNING ACHIEVEMENTS USING CONTEXTUAL
APPROACH IN MATHEMATICS MATERIAL FRACTIONS FOR GRADE IV
STUDENT IN ELEMENTARY SCHOOL OF CANISIUS SOROWAJAN SECOND
SEMESTER OF THE YEAR COURSE 2011/2012
By :
Monica Latrisariasih
081134112
This study aims to determine the activity and increase student achievement fourth grade Elementary School of Canisius Sorowajan the subject matter of addition and subtraction fractions using a contextual approach in the academic year 2011/2012 were marked by an increase in the average activity of students, increasing the value of the average student, and the percentage of students reaching minimum graduation criteria.
Type of research is Classroom Action Research (PTK). Subjects were students of class IV A Elementary School of Canisius Sorowajan in the school year 2011/2012, amounting to 34 students. Object of study is the increase in activity and achievement in Mathematics material addition and subtraction fractions. Data collection is done by following a learning activity by observing student activity in participating in learning activities. Increased activity and academic achievement is taken through two cycles, where each cycle consisted of two meetings. Each cycle consists of planning, execution, observation, and reflection.
Results showed that baseline average student activity 6.28. After the act of using a contextual approach first cycle average student activity to 9.28 indicating sufficient criteria. Then after the second cycle was conducted with improvements based on reflection, the averagestudent activityincreased significantly to12.87 with the criteriathatactive students in the second cycleis veryhigh.
In the results of research on student achievement initial score average fourth grade school year 2011/2012 was 57.82 and the presentation of students who achieve minimum graduation criteria is 57.14%. Then after the first cycle using a contextual approach appears there was an increase in the average score of 68.59 and the percentage of students become students who achieve minimum graduation criteria is 76.48%. Continuing the second cycle the average score increased to 74.19 students and percentage of students who achieved minimum graduation criteria is 88.24% . Based on these results it can be seen that the use of a contextual approach to enhance the activity and student achievement fourth grade Kanisisus Sorowajan.
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI
PECAHAN SISWA KELAS IV SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh:
Monica Latrisariasih
081134112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI
PECAHAN SISWA KELAS IV SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh:
Monica Latrisariasih
081134112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Jangan tunda sampai besuk apa yang
bisa engkau kerjakan hari ini...
Hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok adalah harapan...
Dengan segala kerendahan hati
secara khusus skripsi ini dipersembahkan kepada:
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Desember 2012
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Monica Latrisariasih
NIM : 081134112
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang berjudul: PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV SD
KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012 kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 10 Desember 2012 Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV
SD KANISIUS SOROWAJAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
Monica Latrisariasih NIM: 081134112
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan mengenai materi pecahan menggunakan pendekatan kontekstual tahun pelajaran 2011/2012 yang ditandai dengan peningkatan rata-rata keaktifan siswa, peningkatan nilai rata-rata siswa, dan presentase siswa yang mencapai KKM.
Jenis penelitian yang diguanakan adalah Pennelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas IV A SD Kanisius Sorowajan pada tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 34 siswa. Objek penelitian adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mengamati keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar ini ditempuh melalui dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa data awal siswa rata-rata keaktifan siswa 6,28. Setelah dilakukan tindakan menggunakan pendekatan kontekstual siklus I rata-rata keaktifan siswa menjadi 9,28 yang menunjukkan kriteria cukup. Kemudian setelah dilaksankan siklus II dengan perbaikan berdasarkan refleksi, rata-rata keaktifan siswa meningkat secara signifikan yaitu menjadi 12,87 dengan kriteria keaktifan siswa pada siklus II sangat tinggi.
Pada hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa nilai awal rata-rata kelas IV tahun pelajaran 2011/2012 adalah 57,82 dan presentasi siswa yang mencapai KKM adalah 57,14%. Kemudian setelah dilakukan siklus I menggunakan pendekatan kontekstual terlihat ada peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 68,59 dan presentase siswa yang mencapai KKM adalah 76,48%. Dilanjutkan siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 74,19 dan presentase siswa yang mencapai KKM 88,24%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisisus Sorowajan.
viii
ABSTRACT
INCRESED ACTIVITY AND LEARNING ACHIEVEMENTS USING CONTEXTUAL
APPROACH IN MATHEMATICS MATERIAL FRACTIONS FOR GRADE IV
STUDENT IN ELEMENTARY SCHOOL OF CANISIUS SOROWAJAN SECOND
SEMESTER OF THE YEAR COURSE 2011/2012
By :
Monica Latrisariasih
081134112
This study aims to determine the activity and increase student achievement fourth grade Elementary School of Canisius Sorowajan the subject matter of addition and subtraction fractions using a contextual approach in the academic year 2011/2012 were marked by an increase in the average activity of students, increasing the value of the average student, and the percentage of students reaching minimum graduation criteria.
Type of research is Classroom Action Research (PTK). Subjects were students of class IV A Elementary School of Canisius Sorowajan in the school year 2011/2012, amounting to 34 students. Object of study is the increase in activity and achievement in Mathematics material addition and subtraction fractions. Data collection is done by following a learning activity by observing student activity in participating in learning activities. Increased activity and academic achievement is taken through two cycles, where each cycle consisted of two meetings. Each cycle consists of planning, execution, observation, and reflection.
Results showed that baseline average student activity 6.28. After the act of using a contextual approach first cycle average student activity to 9.28 indicating sufficient criteria. Then after the second cycle was conducted with improvements based on reflection, the averagestudent activityincreased significantly to12.87 with the criteriathatactive students in the second cycleis veryhigh.
In the results of research on student achievement initial score average fourth grade school year 2011/2012 was 57.82 and the presentation of students who achieve minimum graduation criteria is 57.14%. Then after the first cycle using a contextual approach appears there was an increase in the average score of 68.59 and the percentage of students become students who achieve minimum graduation criteria is 76.48%. Continuing the second cycle the average score increased to 74.19 students and percentage of students who achieved minimum graduation criteria is 88.24% . Based on these results it can be seen that the use of a contextual approach to enhance the activity and student achievement fourth grade Kanisisus Sorowajan.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai jika tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Elga Andriana, S.Psi.,M.Ed selaku Wakaprodi PGSD USD.
4. Bapak Drs. Puji Purnomo M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingannya yang sangat berguna selama penelitian ini.
6. Bapak B. Suwardi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sorowajan yang memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas.
7. Ibu Tri Teguh Rahayu selaku guru kelas IV SD Kanisius Sorowajan, yang telah memberikan waktu, bantuan, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis. 8. Siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan yang telah bersedia menjadi subjek dalam
penelitian ini.
9. Aan Budiman, Rafael Neobiru Budiman dan Gemma Galganies Jingga Adanka yang selalu memberikan semangat, perhatian, materi, moril, dan dukungan
x
11. Kakak dan keponkanku yang selalu membuatku semangat.
12. Teman-teman kelas B yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan penelitian ini.
13. Mbak Deplong yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan penelitian ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik pemikiran, kritik maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan peneliti lain.
Yogyakarta, 10 Desember 2012 Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Batasan Pengertian ... 4
E. Pemecahan Masalah ... 5
F. Tujuan Penelitian . ... 5
xii BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keaktifan ... 8
B. Prestasi Belajar ... 11
C. Pendekatan Kontekstual ... 16
D. Pecahan ... 22
E. Pengajaran pecahan dengan pendekatan kontekstual ... 25
F. Kajian penelitian yang relevan ... 26
G. Kerangka berpikir. ... 28
H. Hipotesis tindakan... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Setting Penelitian ... 33
C. Rencana Tindakan ... 34
D. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 41
E. Validitas dan Reliabilitas ... 51
F. Analisis Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 64
1. Proses ... 64
2. Hasil ... 79
B. Pembahasan ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 104
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian ... 34
Tabel 2. Peubah dan Instrumen Penelitian ... 41
Tabel 3. Rubrik Pengamatan Keaktifan ... 43
Tabel 4. Kriteria Skor Keaktifan ... 45
Tabel 5. Indikator Aspek Afektif ... 45
Tabel 6. Indikator Aspek Psikomotorik ... 45
Tabel 7. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 46
Tabel 8. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 48
Tabel 9. Rincian Pemberian Skor Soal Evaluasi ... 50
Tabel 10. Skor Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 53
Tabel 11. Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 54
Tabel 12. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 56
Tabel 13. Hasil Penghitungan Reliabilitas Soal Siklus I ... 57
Tabel 14. Hasil Penghitungan Reliabilitas Soal Siklus II ... 58
Tabel 15. Kriteria Keberhasilan Keaktifan ... 60
Tabel 16. Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 61
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Keaktifa Kondisi Awal dengan Siklus I ... 82
Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Keaktifan Siklus I dengn Siklus II ... 83
Tabel 19. Hasil Uji t Keaktifan Kondisi Awal dengan Siklus I ... 84
Tabel 20. Hasil Uji t Keaktifan Siklus I dengan Siklus II ... 85
Tabel 21. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa ... 88
xiv
Tabel 23. Hasil Uji t Dua sampel Prestasi Belajar Siswa ... 90
Tabel 24. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa ... 95
Tabel 25. Hasil Rangkuman Hasil Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 96
Tabel 26. Kriteria Keaktifan belajar Siswa ... 97
Tabel 27. Rangkuman Peningkatan Prestasi Belajar ... 100
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus dalam PTK ... 31
Gambar 2. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa...81
Gambar 3. Peningkatan Capaian Nilai Rata-rata Kelas... 86
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ... 109
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 113
Lampiran 3. Ringkasan Materi ... 125
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 129
Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus ... 139
Lampiran 6. Rubrik Penilaian Non Tes ... 145
Lampiran 7. Instrumen Validasi Perangkat Pembelajaran ... 147
Lampiran 8. Indeks Kesukaran Soal Siklus ... 151
Lampiran 9. Data Mentah Soal Siklus ... 153
Lampiran 10. Notulen dan Daftar Hadir Refleksi ... 163
Lampiran 11. Data Keaktifan Siswa ... 175
Lampiran 12. Data Prestasi Belajar Siswa ... 178
Lampiran 13. Hasil Kerja Siswa ... 180
Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian ... 184
Lampiran 15. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SD ... 185
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendididikan yang berkualitas merupakan tanggung jawab bersama, terutama bagi guru sekolah dasar. Untuk meciptakan tunas muda yang cerdas dan bertanggung jawab merupakan berat berat bagi para pendidik. Tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan dengan mudah. Salah satu mata pelajaran yang di anggap sulit untuk disampaikan adalah matematika. Matematika dianggap sulit oleh anak-anak karena diangap abstrak.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang dianggap sulit dan membosankan bagi para siswa. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya hanya menghitung dan mencatat, akan tetapi cukup sulit untuk dipahami. Salah satu materi pokok matematika adalah pecahan. Kebanyakan siswa kurang bisa memahami materi pecahan karena bagi mereka masih menganggap abstrak. Peneliti menduga hal ini terjadi karena metode yang digunakan ceramah. Metode ceramah yang digunakan tidak mengaktifkan siswa.
kertas. Dengan menggunakan media yang ada disekitar lingkungan siswa maka akan memudahkan siswa dalam membangun pemahamannya.
Salah satu cara agar matematika tidak dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan, guru harus bisa meningkatkan kecintaan siswa pada mata pelajaran ini. Membuat siswa aktif dalam mengikuti pelajaran merupakan salah satu cara agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Bila siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran maka guru akan semakin mudah dalam menilai kemampuan siswa dalam memahami materi. Guru juga harus memberi perhatian pada siswa yang kurang aktif atau yang bermalas-malasan dalam mengikuti pelajaran, khususnya matematika yang memerlukan pemahaman dan ketelitian. Apabila siswa meningkatkan keaktifan mereka dalam mengikuti pembelajaran maka prestasi belajar siswa akan meningkat. Akan tetapi bila keaktifan siswa rendah maka akan berpengaruh pula bagi prestasi belajar mereka.
saat guru memberi penugasan. Dilihat dari daftar nilai matematika tahun pelajaran 2010/2011 nilai rata-rata siswa adalah 57,82.
Untuk meningkatkan nilai matematika peneliti memilih materi pecahan sebagai bahan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan daftar nilai matematika materi yang dianggap sulit disampaiakan kepada siswa adalah pecahan khususnya penjumlahan dan pengurangan. Hal ini dibuktikan dengan hasil rata-rata sebagian besar siswa di bawah KKM dengan KKM sebesar 60. Dilihat dari data yang ada 15 siswa atau 55,56% dari 27 siswa, tidak mencapai KKM. Sedangkan siswa yang mencapai KKM ada 12 siswa atau 44,44% dari 27 siswa. Dalam kegiatan pembelajarannya siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, kemudian mengerjakan soal yang ada pada buku paket sekolah. Kebanyakan siswa merasa bosan bahkan tidak paham dengan meteri yang disampaikan. Mereka kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Maka peneliti termotivasi untuk meneliti menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan ini dipilih karena dianggap lebih memudahkan siswa untuk memahami materi pecahan. Bila siswa merasa mudah memahami materi maka diharapkan siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
B. PEMBATASAN MASALAH
berbeda penyebut dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang memanfaatkan media plastik mika dan kertas.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dilandasi latar belakang masalah dan pembatasannya, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika pada materi pecahan siswa kelas IV semester II SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2011/2012?
2. Apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika pada materi pecahan siswa kelas IV semester II SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2011/2012?
D. BATASAN PENGERTIAN
Untuk lebih memahami arti yang dimaksud, dapat diuraikan sebagai berikut:
2. Prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang mengalami perubahan tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan yang akan diukur dan diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
3. Pendekatan kontekstual adalah proses pembelajaran yang membantu siswa untuk memahami materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari.
E. PEMECAHAN MASALAH
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang dapat kita ketahui bahwa rendahnya pemahaman siswa mengenai penjumlahan dan pengurangan pecahan akan diatasi menggunakan pendekatan kontekstual menggunakan media kertas polos dan kertas warna yang pelaksanaannya akan dilakukan dengan semaksimal mungkin.
F. TUJUAN PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa materi pecahan siswa kelas IV semester II SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2011/2012 2. Untuk mengetahui kegunaan pendekatan kontekstual dalam upaya
siswa kelas IV semester II SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2011/2012.
G. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat memberi informasi mengenai penggunaan pendekatan kontekstual bagi beberapa pihak,antara lain.
1. Bagi Peneliti
Dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan PTK khususnya menggunakan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika pada siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan semester II tahun pelajaran 2011/2012.
2. Bagi Guru
Dapat memberikan inspirasi bagi guru-guru SD untuk melakukan PTK khususnya menggunakan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika.
3. Bagi Siswa
4. Bagi Pihak Sekolah
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keaktifan
1. Pengertian Keaktifan
Glasgow dalam Winastwan Gora dan Sunarto (2009;10) menyatakan bahwa keaktifan dalam belajar adalah kerja keras untuk mengambil tanggung jawab besar dalam proses belajarnya sendiri.
Poerwaminta (1996;26) menyatakan bahwa keaktifan adalah kegiatan, aktivitas, kesibukan.
Winastwan Gora dan Sunarto (2009;10) menyatakan bahwa keaktifan dalam pembelajaran memfokuskan pada tanggungjawab proses pembelajaran pada si pelajar.
Berdasarkan pengertian dari beberapa sumber dapat disimpilkan bahwa keaktifan adalah kegiatan yang memerlukan tanggungjawab untuk dirinya saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Ciri siswa aktif
Kock (1981:65) mengemukakan bahwa untuk belajar secara aktif siswa harus bekerja sendiri. Ciri-ciri siswa aktif adalah;
a. Siswa mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah. Dalam menyelesakan masalah siswa melakukan percobaan atau cara untuk menyelesaikan masalah yang ada secara individu.
kegiatan tanya jawab. Hal ini membantu siswa untuk menyampaikan pendapatnya dan membiarkan orang lain untuk menanggapinya.
c. Siswa berdiskusi dengan temannya. Untuk menyalurkan pendapat yang dimilkinya siswa harus bekerjasama dengan orang lain untuk dapat menilai pendapat yang dimilikinya menurut cara pandang orang lain.
d. Siswa rajin mengambil keterangan dari buku. Sumber belajar yang dimiliki siswa berasal dari buku yang dikaitkan dengan lingkungan sekitar mereka. Dengan begitu pengetahuan yang diperoleh dari buku dapat lebih bermakna dibandingkan dengan cara menghafal atau mendengarkan penjelasan dari guru.
e. Siswa belajar bertanya. Untuk menambah pengetahuan yang dimilliki siswa harus aktif bertanya untuk menambah pengetahuan yang dimiliki.
Prinsip pembelajaran aktif menurut Rohandi (2004:51) menyatakan bahwa prinsip pembelajaran aktif meliputi:
a. Subyeknya adalah siswa. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran siswa harus mengontruksi pengetahuan yang akan dikuasai. Guru tidak lagi memberikan semua pengetahuan yang dimilki siswa. Siswa harus menggali dan menemukan sendiri melalui kegiatan pembelajran yang dibimbing oleh guru.
b. Belajar aktif dilakukan dengan cara melakukan sesuatu yang dijadikan suatu objek persoalan yang akan ditelusuri. Siswa diarahkan menjadi individu yang aktif untuk memperoleh jawaban dari suatu persoalan yang ada. Sehingga pembelajran yang mereka lakukan lebih relevan dan bermakna.
c. Belajar aktif efektif bila dilakukan dalam kelompok agar tercipta intensitas yang multi arah. Bila siswa menyelesaikan suatu masalah dalam kelompok diharapkan siswa dapat saling bertukar pikiran dan saling membantu. Dengan begitu akan muncul banyak ide atau pendapat yang dihasilkan dalam kegiatan diskusi kelompok.
Kegiatan yang dilakukan siswa untuk menanggapi pembelajaran di kelas sangat bergantung pada pribadi siswa sendiri. Guru haruslah memfasilitasi agar siswa berani ikut berperan serta dalam pembelajaran.
3. Indikator siswa belajar aktif
Raka joni (1984:17) menyatakan bahwa indikator-indikator siswa belajar aktif meliputi:
1. Siswa berani mengemukakan pendapat tertulis ataupun lisan 2. Keterlibatan mental siswa didalam kegiatan-kegiatan belajar
ditunjukan dengan keterlibatan diri kepada tugas dan kegiatan baik intelektual maupun emosional.
3. Belajar dengan pengalaman langsung. Siswa melakukan penghayatan (merasakan, meraba, mengoprasikan, mengalami sendiri).
4. Kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun sosio-emosional sehingga meningkatkan peluang pembentukan pribadi yang seutuhnya.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
dengan mudah. Penyampaian materi dengan baik akan memudahkan siswa untuk memahaminya.
Crow and Crow dalam Sukmadinata dalam Suryono dan Haryanto (2011;12) menyatakan bahwa belajar merupakan diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
Witherington dalam Sukmadinata dalam Suryono dan Haryono (2011;11) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimenifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
Hilgard dalam Suryono dan Haryono (2011;12) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi.
Gage dalam Sagala dalam Suryono dan Haryanto (2011;12) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organism berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Gagne dalam Dahar dalam Suryono dan Haryanto(2011;12) menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat atau nilai dan perubahan kemampuannya yaitu kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.
DiVesta and Thomson dalam Sukmadinata dalam Suryono dan Haryanto (2011-12-13) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil dari pengalaman.
Driver and Bell dalam Leo S dalam Suryono dan Haryanto(2011;13) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktifv menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan dengan membangun hubungan antara konsepsi yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari
Winkel dalam Suryono dan Haryanto (2011;14) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Pada prinsipnya, belajar merupakan perubahan dari diri seseorang.
Oxford Advanced Learner’s Dictiionary dalam Suryono dan Haryanto
dan perubahan kemampuannya yaitu kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat dijelaskan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang memanfaatkan lingkungan sekitar. Siswa melakukan interaksi langsung dan tidak langsung dengan lingkungan sendiri (keluarga), lingkungan rumah,dan lingkungan sekolah.
Arifin(2009;12) berpendapat bahwa presatsi belajar merupakan hal yang berkenaan dengan aspek pengetahuan.
Tim Penyusun KBBI Edisi 3 (2005;895) menyatakan bahwa prestasi belajara merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angaka nilai yang diberikan guru.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah pengetahuan yang dimiliki siswa yang ditunjukkan dengan nilai dari permasalahan yang dihadapinya.
2. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Sudjana (1989:39) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah;
a. Faktor Intrinstik
b. Faktor ekstrinsik
Faktor ektrinsik adalah faktor yang berasal dari luar siswa atau lingkungan seperti guru, media, teman pergaulan dan lain-lain. Aspek yang dinilai dalam prestasi belajar. Syah (2008;214-215) berpendapat bahwa aspek yang dinilai dalam prestasi belajar adalah;
1. Aspek kognitif 2. Aspek psikomotor 3. Aspek afektif
Fungsi prestasi belajar menurut Arifin (2009;12-13) berpendapat bahwa prestasi belajar berfungsi sebagai berikut:
1. Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik
2. Lambang pemuasaan hasrat ingin tahu siswa.
C. Pendekatan Kontekstual
1. Pengertian Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang menghadirkan situasi dunia ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan mereka. Dengan begitu diharapkan kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa.
Elaine B.Johnson (2006;31) mengatakan bahwa pentingnya sebuah pengetahuan terletak pada kegunaanya, pada penguasaan kita terhadap pengetahuan itu. Kata kontekstual lalu secara alami menggantikan akata “terapan” yang semula digunakan. Sekolah-sekolah lalu secara terbiasa
mulai menerapkan pengajaran dan belajar dalam konteks.
Elaine B.Johnson (2006;32) berpendapat bahwa kontekstual merupakan sebuah sistem yang menyeluruh yang menyerupai cara alam bekerja. Secara berkesinambungan kegiatan yang dilakukan berurutan dengan sendirinya semua tahap-tahap akan dilalui.
Elaine B.Johnson dalam Rusman (2010;187) berpendapat bahwa kontekstual merupakan sebuah system yang merangsang otak untuk menyusun pola –pola yang mewujudkan makna.
Webter”s New World Dictionary dalam Elaine B.Johnson
Johnson mengatakan bahwa, sistem kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu konteks lingkungan pribadi, sosilanya dan budayanya.
2. Penerapan Pembelajaran Kontektual di kelas
Model pembelajarn berbasis kontekstual atau CTL memiliki tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utamma itu adalah :
a. konstruktivisme (Contructivism)
dalam kegiatan pembelajaran pengetahuan yang didapat siswa tidak diberikan secara instan. Para siswa harus mengkonstruksi sendiri melalalui keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. dalam kegiatan pembelajaran siswa membangun pengetahuannya sedikit demi sedikit. Pengatahuan yang didapatkan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
b. bertanya (Questioning)
pembelajaran kegiatan bertanya sangat berguna untuk menggali kemampuan siswa, membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, merangsang keingintahuan siswa, dan membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
c. menemukan (Inquiry)
Penemuan merupakan bagian inti dari kegiatan kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan tidak hanya dari proses menghapalkan atau mengingat melainkan dari proses penemuan terbimbing. Pembelajaran dirancang sehingga memberikan kesempatan siswa untuk menemukan konsep atau pengtahuannya melalui bimbingan guru.
d. masyarakat belajar (Learning Community)
Hasil pembelajaran yang diperoleh sebaiknya didapatkan melalui kerjasam dengan orang lain. Kegiatan interaksi dengan orang lain dalam memecahkan masalah akan menghasilkan ide yang lebih maksimal dibandingkan bila siswa belajar sendiri.
e. pemodelan (Modling)
f. refleksi (Reflection)
refleksi merupakan cara berpikir mengenai hal yang telah dipelajari. Guru melakukannya dengan cara merangkum bersama siswa mengenai pembelajaran yang telah dipelajari, juga mengenai apa yang telah dipahami maupun yang belum dipahami siswa.
g. penilaian sebenarnya (Authentic assesment)
kegiatan ini merupakan proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data ini diambil selama kegiatan pembelajaran berlangsung,tidak hanya ketika pembelajaran selesai.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.
3. Komponen Kontekstual
Ada delapan komponen yang harus ada dalam pembelajaran berdasarkan pendekatan kontekstual yaitu;
b. Melakukan pekerjaan yang berarti. Untuk mendapatkan pengetahuan baru siswa melakukan hal-hal yang menunjang kebutuhan mereka untuk mendapatkan pengetahuan baru. Setiap kegiatan yang dilakukan sangat berarti dalam kegiatan pembelajaran.
c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri. Siswa dalam kegiatan pembelajarannya dapat menentukan materi atau topik yang akan dipelajari.
d. Bekerjasama, dalam menyelesaikan permasalahan yang ada siswa dapat melakukkannya dengan teman dalam kelompok. Hasil yang diperoleh bila siswa bekerja dalam kelompok akan lebih maksimal dibandingkan bila siswa bekerja sendiri,
e. Berpikir kritis dan kreatif, pembelajaran yang dilakukan akan menambah pengetahuan baru bila siswa dalam menyelesaikan masalah dapat kreatif dalam memecahkan masalah.
f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang. Pengetahuan baru melalui proses pembelajaran yang diperoleh berdasarkan pengetahuan awal mereka akan membuat siswa menjadi individu yang maju.
untuk memahaminya sehingga akan meningkatkan nilai akademik siswa.
h. Menggunakan penilaian autentik. Penilaian diambil dari kemampuan siswa sebenarnya, tidak hanya dari nilai tes yang didapatkan oleh siswa.
4. Prinsip Kontekstual
Dalam melakukan pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual ada tiga prinsip yang harus diperhatikan. Tiga prinsip yang terdapat dalam pendekatan kontekstual yaitu;
a. Prinsip kesalingbergantungan
Kesalingbergantungan mewujudkan diri siswa ketika siswa bergabung untuk memecahkan masalah.
b. Prinsip diferensiasi
Siswa ditantang untuk menghormati perbedaan yang ada dalam satu lingkungan
c. Prinsip pengorganisasian diri
5. Kelebihan Kontekstual
Johnson (2010:300) berpendapat bahwa kelebihan kontekstual adalah pembelajaran didalam kelas menjadi lebih bermakna dan nyata. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran kontekstual menganut aliran konstruktivisme dimana seorang siswa dituntut menemukan pengetahuannya sendiri.
6. Kekurangan Kontekstual
Johnson (2010:302) berpendapat bahwa kekurangan CTL adalah membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat anak-anak benar-benar paham. Tenaga yang banyak untuk berkomunikasi karena tingkay intelligensi siswa berbeda-beda.
D. Pecahan
Negoro dan baharudin (1982:350) berpendapat bahwa pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari keseluruhan bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda atau bagian dari suatu himpunan.
1. Pengertian pecahan
keseluruhan. Pembilang merupakan bagian yang sama dari keseluruhan.
2. Macam – macam pecahan
Berdasarkan jenis pecahan yang ada, pecahan dibedakan menjadi:
a. Pecahan Murni
Pecahan yang penyebutnya lebih besar dari pembilang
b. Pecahan Campuran
Pecahan yang lambang bilangannya terdiri dari bilangan asli dan pecahan murni
c. Pecahan Senilai
Pecahan yang jika kedua pecahan tersebut menunjukan nilai yang sama
d. Pecahan Desimal
Pecahan yang penyebutnya merupakan perpangkatan dari bilangan sepuluh
e. Pecahan Persen
Pecahan yang penyebutnya per seratus.
3. Macam operasi hitung pecahan
a. Operasi penjumlahan pecahan
b. Operasi pengurangan pecahan. Contoh : 3/4 – 1/4 = 2/ 4 c. Operasi perkalian pecahan
Contoh : 1/3 x 3/4 = 3/12 d. Operasi pembagian pecahan
Contoh : 1/ 2 : 1 /2 = 2 / 2
Operasi hitung pecahan yang akan digunakan pada proses penelitian ini adalah penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda penyebut.
E. Pengajaran pecahan dengan menggunakan pendekatan kontekstual
Kegiatan pembelajaran matematika yang bersifat abstrak membuat guru haruslah kreatif dalam menarik perhatian siswa agar tidak merasa takut atau bosan dengan matematika. Oleh karena itu guru harus menampilkan kegiatan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan atau metode yang ada tidak hanya dengan sistem ceramah saja. Banyak cara untuk mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan situasi sehari-hari siswa. Untuk mengaitkannya dalam pembelajaran guru dapat memanfaatkan benda yang ada disekitar siswa sebagai media. Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar siswa tidak perlu lagi membayangkan atau mengira-ira contoh yang diberikan oleh guru dalam menjelaskan materi. Guru dapat membagi siswa kedalam kelompok dan dalam kelompok siswa dapat berdiskusi membahas materi yang akan dipelajari.
Salah satu materi yang ada dalam pelajaran matematika adalah pecahan. Penjumlahan dan pengurangan pecahan akan terasa sulit dipahami bila siswa hanya membayangkan saja. Kita dapat memanfaatkan kehidupan sehari-hari siswa sebagai gambaran nyata mengenai materi ini. Dalam pendekatan kontekstual, pengajaran yang ada membuat keterkaitan yang bermakna agar siswa dapat memahami dengan mudah.
Karso (1998:137) matematika dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis konsep yaitu:
Konsep dasar matematika merupakan materi-materi atau bahan-bahan dari sekumpulan bahasan, dan umumnya merupakan materi baru bagi para siswa yang mempelajarinya. 2. Konsep yang berkembang
Konsep yang berkembang dari konsep dasar merupakan sifat atau penerapan dari konsep-konsep dasar.
3. Konsep yang harus dibina keterampilannya
Konsep yang dimaksud dalam konsep ini dapat merupakan konsep-konsep dasar atau konsep yang berkembang.
Untuk mengaitkan konsep yang ada maka haruslah dibuat relevan dengan kehidupan yang ada. Pendekatan kontekstual membuat pengajaran matematika khususnya pecahan dapat memudahkan siswa untuk memahami materi berdasarkan pengalaman sehari-hari mereka.
Dengan begitu dapat dilihat bahwa pengajaran matematika memerlukan pendekatan kontekstual, dimana guru menghadirkan dunia nyata siswa dan mengaitkannya agar pembelajaran dapat lebih bermakna.
F. Kajian penelitian yang relevan
Berdasarkan pada penelitian yang relevan oleh peneliti sebelumnya yaitu:
Meningkatkan Prestasi Siswa Kelas III di Sekolah Dasar Negeri Tasikmadu Malang”. Diantaranya (1) Sebelum diterapkan
pendekatan kontekstual siswa kurang berminat. (2) setelah diterapkan pendkatan kontekstual pada siklus 2 dan siklus 3 selama proses belajar mengajar cukup berhasil
2. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Paulus Slamet Nugraha Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar tahun 2010 dengan judul “ Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Pada Pecahan Melalui Pendekatan CTL Siswa Kelas IV SD Tarakanita Ngembesan Semester 2 tahun pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian yang didapatkan adalah bahwa pemahaman siswa mengenai konsep penjumlahan pecahan dengan menggunakan pendekatan CTL meningkat dari 42,5% menjadi 98,6% dari 30 siswa. Kesimpulan penelitian tersebut adalah bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa materi penjumlahan pecahan beda penyebut.
G. Kerangka berpikir
Mata pelajaran matematika yang dianggap sukar karena berhubungan dengan kegiatan hitung menghitung dan kegiatan pembelajaran yang monoton. Dapat diubah menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan khususnya materi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang memiliki penyebut beda dengan cara mengaitkan dengan pendekatan kontekstual. Dalam hal ini, peneliti menggunakakn pendekatan kontkstual supaya dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi beljar siswa.
Pendekatan kontekstual merupakan kegiatan belajar yang mengaitkan materi belajar siswa dengan kehidupan sehari-hari agar kegiatan pembelajarannya lebih bermakna. Dimana dengan pendekatan kontekstual siswa dapat mengaitkan materi dan menemukan hubungannya dengan kehidupan nyata. Untuk memudahkan siswa peneliti menggunakan media kertas yang mudah ditemukan dan dimiliki oleh siswa.
dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka, peneliti mengemukakan hipotesis bahwa: “Penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) dapat meningkatkan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang dipakai peneliti yaitu menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Kusumah dan Dedi Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjannya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Pelitian Tindakan Kelas juga bertujuan untuk meningkatkan relevansi pendidikan dan sasaran akhirnya untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan.
Kurt Lewin dalam Kunandar (2005;42) berpendapat bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi
Kunandar (2005;45) berpendapat bahwa penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologis ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisa untuk menyelesaikan suatu masalah
Kemmis dan Taggart dalam Wiraatmaja (2005;66) menyatakan tahapan PTK minimal dua siklus. Setiap siklus terdapat empat langkah yaitu rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan merencanakan suatu tindakan yang akan dilakukan untuk setiap pelaksanaan siklus. Dalam melakukan perencanaan peneliti harus mempersiapkan perangkat pembelajaran, media
Gambar 1. Siklus dalam PTK tindakan
rencana
pengamatan Siklus I refleksi
tindakan rencana
pengamatan Siklus I refleksi
yang digunakan, serta rubrik yang digunakan untuk menilai siswa. Ada beberapa hal yang terdapat dalam perencanaan yaitu:
a. identifikasi masalah
b. analisis penyebab adanya masalah c. pengembangan pemecahan masalah. 2. Pelaksanaan atau tindakan
Pelaksanaan proses pembelajaran disesuaikan dengan waktu yang telah direncanakan. Implementasi tindakan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat dalam perencanaan.
3. Pengamatan atau observasi
Usaha untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran. Usaha merekam informasi dari pelaksanaan tindakan dengan atau tanpa alat bantu. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif dan data kualitatif sesuai dengan indikator-indikator yang telah dirancang sebelumnya.
4. Refleksi
karena masalahnya sudah terpecahkan. Apabila pada siklus I belum mendapatkan hasil yang memuaskan maka dilanjutkan dengan siklus II yang berpatokan pada refleksi siklus I untuk memperbaiki rancangan kegiatan pembelajaran pada siklus II. Apabila siklus I sudah mencapai target dapat pula dilanjutkan ke siklus II untuk memastikan apakah benar-benar ada peningkatan menggunakan pendekatan yang digunakan.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Kanisius Sorowajan yang terletak di tengah desa, yang beralamat di Jalan Sorowajan nomor 111 Banguntapan Bantul. Sekolah ini berada di dekat rumah penduduk yang padat.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar Kanisius Sorowajan tahun ajaran 2010/2011 kelas IV yang berjumlah 34 anak terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
3. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 yakni bulan Januari-juli 2012
Tabel 1 : Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
Desember Januari Febuari Maret April Mei Juni 1 Observasi pra
penelitian
√
2 Penyusunan Proposal √ √
3 Permohonan izin penelitian
√
4 Pengumpulan data √
5 Pengolahan data √ √
6 Penyusunan laporan √ √
7 Ujian skripsi √
8 Revisi √
9 Pembuatan artikel √
C. Rencana Tindakan
berkelompok 2-3 siswa dan media kertas warna . Pada setiap akhir siklus diadakan evaluasi atau tes.
1. Persiapan
a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SD Kanisius Sorowajan untuk melakukan kegiatan penelitian di sekolah dasar tersebut. b. Melakukan observasi pada siswa kelas IV untuk mengetahui
keadaan yang terjadi dalam kelas tersebut.
c. Melakukan pengamatan lebih teliti untuk mengetahui keadaan yang terjadi di kelas mengenai keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan beda penyebut.
d. Melakukan tanya jawab dengan guru kelas mengenai materi yang akan digunakan sebagai obyek penelitian
e. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas adalah kurangnya keaktifan dan prestasi belajar siswa mengenai materi penjumlahan dan pengurangan pecahan beda penyebut
keterbatasan sekolah. Peneliti akan mencoba meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan menggunakan pendekatan kontekstual
g. Merumuskan masalah h. Merumuskan hipotesis
i. Menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus
j. Membuat gambaran awal mengenai keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.
k. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokoknya.
l. Menyusun silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal, instrumen penilaian, pembuatan alat peraga, instrumen penelitian.
m. Menyiapkan media dan alat peraga n. Melaksanakan penelitian
2. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, menyiapakan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian antara lain :
a. Rancangan Pembelajaran Siklus I (2 pertemuan)
1) Rencana tindakan
Peneliti mempelajari materi yang akan diajarkan. Selain itu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, soal evaluasi, dan rangkuman materi.
2) Pelaksanaan Tindakan 1
a. Menyampaikan langkah pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan di laksanakan.
b. Siswa menyimak penjelasan singkat dari guru mengenai pecahan terutama materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.
c. Siswa dibentuk dalam, setiap kelompok beranggotakan 5 siswa.
d. Setiap kelompok diberi LKS dan media plastik mika.
e. Siswa dalam kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan permasalah mengenai pecahan menggunakan kertas polos yang mereka miliki.
f. Siswa secara bergantian menampilkan hasil pekerjaan mereka dan guru menanggapi.
a. Mengobservasi keaktifan belajar siswa dengan lembar pengamatan yang telah tersedia pada siklus I
b. Melaksanakan ulangan atau tes untuk mengukur keberhasilan siswa pada siklus I
4) Refleksi
Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:
a) Mengevaluasi apa yang dilakukan pada pelaksanaan siklus 1, tentang apa yang berhasil, kendala, dan hambatan yang dihadapi siswa.
b) Membandingkan hasil ulangan atau tes dan observasi yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
c) Merencanakan perbaikan berdasarkan hasil ulangan atau tes dan observasi untuk dilakukan pada siklus ke II
b. Rancangan Pembelajaran Siklus II
Siklus ini akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuan beralokasikan 2 JP.
1) Rencana Tindakan
membandingkan pecahan beda penyebut lebih kompleks dan diakhiri dengan ulangan atau tes di akhir siklus II.
1. Menyampaikan langkah pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan di laksanakan.
2. Siswa menyimak penjelasan singkat dari guru mengenai pecahan terutama materi menjumlahkan pecahan.
3. Siswa dibentuk dalam, setiap kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
4. Setiap kelompok diberi LKS dan alat peraga kertas HVS dan kertas transparan.
5. Siswa dalam kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan mengenai pecahan menggunakan kertas yang mereka miliki.
6. Siswa secara bergantian menampilkan hasil pekerjaan mereka dan guru menanggapi.
7. Mengadakan tes atau evaluasi pembelajaran.
2) Pelaksanaan
a. Menyampaikan langkah pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan di laksanakan.
c. Siswa dibentuk dalam, setiap kelompok beranggotakan 5 siswa.
d. Setiap kelompok diberi LKS dan alat peraga kertas polos. e. Siswa dalam kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan
permasalah mengenai pecahan menggunakan kertas polos yang mereka miliki.
f. Siswa secara bergantian menampilkan hasil pekerjaan mereka dan guru menanggapi.
g. Mengadakan tes atau evaluasi pembelajaran. (siklus II )
3) Observasi
a) Mengobservasi keaktifan belajar siswa dengan lembar pengamatan yang telah tersedia pada siklus II
b) Melaksanakan ulangan atau tes untuk mengukur keberhasilan siswa pada siklus II
4) Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan pada akhir pertemuan di setiap siklus. Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:
b) Membandingkan hasil ulangan atau tes dan observasi yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan untuk memutuskan apakah siklus dilanjutkan atau tidak.
D. Pengumpulan Data dan Instrumennya
1. Peubah (variable) indicator keberhasilan
Berdasarkan judul peneliti ada dua peubah, yaitu keaktifan dan prestasi belajar. Pengamatan keaktifan dilakukan pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan keaktifan pada setiap siklus pembelajarannya. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan mengacu pada rubrik keaktifan yang telah disusun oleh peneliti. Setiap siswa akan dinilai berdasarkan indikator yang telah disediakan. Dengan begitu setiap anak akan memiliki nilai berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan di kelas.
Tabel 2 : Peubah dan Instrumen Penelitian
No Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen
1 Keaktifan 1) Kesiapan belajar 2) Interaksi
siswa dalam
Jumlah siswa yang aktif
pembelajaran 3) Belajar
dengan pengalaman langsung 4) Berani
mengemukak an pendapat
2 Prestasi belajar
1) Rata-rata nilai ulangan 2) Presentase
jumlah siswa yang mencapai KKM
Nilai tes siswa
Tes tertulis Lembar tes/ulangans iswa
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data untuk keaktifan dilakukan dengan cara: a. Pengamatan
1. Rubrik Pengamatan
pengamatan keaktifan yang terjadi di kelas. Beberapa indikator yaitu kesiapan belajar, interaksi siswa dalam pembelajaran, belajar dengan pengalaman langsung dan keberanian mengemukakan pendapat. Peneliti juga merekam situasi selama pembelajaran berlangsung. Hasil rekaman video dan pengamatan yang dilakukan diharapkan mampu membantu peneliti melihat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga memudahkan peneliti untuk mengetahui apakah penggunaan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan beda penyebut.
Tabel 3 : Rubrik Pengamatan Keaktifan
No Indikator Deskriptor Nampak (√) /
tidak (-) Skor
1 Kesiapan belajar Siswa siap dengan buku atau alat pelajaran Siswa siap duduk di tempatnya pada waktu pelajaran dimulai
Siswa tenang ketika pelajaran dimulai
2 Interaksi siswa dengan
pembelajaran
Siswa berdiskusi untuk memecahkan maslah Siswa saling memberi
kesempatan teman
berpendapat
menyelesaikan tugas dalam kelompok
Siswa bertanya kepada guru
Siswa bertanya kepada teman dalam kelompok
Siswa memaksakan
kehendaknya saat bekerja sama
3 Belajar dengan pengalaman langsung
Siswa mencari sumber belajar
Siswa bekerja mandiri dalam mengerkjakan tugas
Siswa melakukan
pengamatan atau
pemodelan
Siswa menerapkan atau menggunakan apa yang telah diperolehnya
4 Berani
mengemukakan pendapat
Siswa berani menjawab pertanyaan dari guru
Siswa menjawab
pertanyaan dari teman Siswa berani berpendapat dalam kelompok
Siswa berani berpendapat dalam kelas
Siswa bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya Siswa berani menanggapi pernyataan guru
JumlahKeseluruhan=
Jika dalam penelitian deskriptor nampak maka diberi tanda √ serta pemberian skor.
Tabel 4 : Kriteria Skor Keaktifan
No Nilai Katagori
1 16-20 Sangat aktif
2 12-15 Aktif
3 8-11 Cukup aktif
4 4-7 Kurang aktif
5 0-3 Pasif
Tabel 5 : Indikator Aspek Afektif
No Indikator
1 Bekerjasama dalam melakukan dikusi kelompok
Tabel 6 : Indikator Aspek Psikomotorik
No Indikator
2 Membuktikan dengan memperagakan pengurangan pecahan menggunakan plastik mika dan kertas warna
2. Instrumen
Untuk menilai prestasi belajar siswa diukur dengan tes atau ulangan. Tes atau ulangan diberikan untuk setiap akhir siklus. Tes atau ulangan bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemahaman siswa setiap siklus yang diberikan. Instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tes tertulis (lembar ulangan atau evaluasi)
Soal tes tertulis (soal ulangan atau evaluasi) berupa tes obyektif. Tes objektif adalah tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya. Peneliti mengembangkan tes objektif yang berupa tes isian singkat. Penyusunan tes isian singkat dibuat oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing yang mengacu pada kisi-kisi soal. Soal tes berjumlah 20 nomor dan dikerjakan pada setiap akhir siklus. Ketentuan bobot soal yaitu:
Skor 1 = jika jawaban benar Skor 0 = jika jawaban salah
No Indikator Taraf Kesukaran Nomor
Soal
Jumlah
Soal Mudah Sedang Sukar
1 Menghitung penjumlahan pecahan sama penyebut
menggunakan media kertas polos
√ √ √ 1,2,15 3
2 Memperagakan penjumlahan
pecahan berpenyebut sama menggunakan kertas polos
√ √ 3,8 2
3 Menghitung penjumlahan pecahan beda penyebut
menggunakan media kertas polos
√ √ 5, 11,16 3
4 Memperagakan penjumlahan pecahan berbeda penyebut
√ √ 7,10 2
5. Menghitung pengurangan pecahan sama penyebut
menggunakan media kertas polos
6 Memperagakan pengurangan pecahan sama penyebut
√ √ 12,18 2
7 Menghitung pengurangan pecahan beda penyebut
menggunakan media kertas polos
√ √ 4,9,13,17 4
8 Memperagakan pengurangan pecahan berbeda penyebut
menggunakan kertas polos
√ √ 14,19 2
Total 5 9 6
Jumlah Soal Siklus I 20
Tabel 8 : KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS II
No Indikator Taraf Kesukaran Nomor
Soal
Jumlah
Soal Mudah Sedang Sukar
1 Menghitung penjumlahan pecahan sama penyebut
menggunakan media kertas berwarna
2 Memperagakan penjumlahan pecahan
berpenyebut sama menggunakan kertas berwarna
√ √ 5, 9, 19 3
3 Menghitung penjumlahan pecahan beda penyebut
menggunakan media kertas berwarna
√ √ √ 2, 6, 15 3
4 Memperagakan penjumlahan pecahan berbeda penyebut
menggunakan kertas berwarna
√ √ 4, 8 7
5. Menghitung pengurangan pecahan sama penyebut
menggunakan media kertas berwarna
√ √ 7,13,17
6 Memperagakan pengurangan pecahan sama penyebut
mengguanakan kertas berwarna 7 Menghitung
pengurangan pecahan beda penyebut
menggunakan media kertas berwarna
√ √ 12,18,20
-
8 Memperagakan pengurangan pecahan berbeda penyebut
menggunakan kertas berwarna
√ √ 11,14
total 8 9 3
Jumlah Soal Siklus II = 20
Tabel 9 : Rincian Pemberian Skor Siklus I dan Siklus II
No
Jenis Soal
Jumlah Soal
Skor Maksimal Tiap Soal
Jumlah Skor Maksimal
1 Tes Isian Singkat 20 1 20
20
Penilaian nontes yang digunakan peniliti yaitu menggunakan lembar pengamatan keaktifan. Lembar pengamatan ini disususn oleh peneliti berdasarkan indicator keaktifan. Untuk kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti saat kegiatan bekajar mengajar berlangsung baik pada siklus I maupun siklus 2.
Penilaian prestasi belajar siswa dapat dilakukan menggunakan tes dan menggunakan penilaian nontes. Penilaian non tes yang dilakukan untuk menilai indikator prestasi belajar siswa selain aspek kognitif. Penilaian non tes yang dilakukan untuk menilai aspek afektif dan aspek psikomotorik. Indikator prestasi belajar siswa yang digunakan juga meliputi aspek afektif dan aspek psikomotorik. Kegiatan yang digunakan berupa praktek yang menunjukkan pemodelan sesuai dengan masalah yang ada. Penilaian prestasi belajar dan keaktifan dilaksanakan oleh peneliti pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung pada siklus1 dan siklus 2. Indikator prestasi belajar siswa yang berupa aspek afektif dan aspek psikomotorik
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS
mengkonsultasikan hasil pekerjaannya kepada kepala sekolah, guru, dan dosen mata pelajaran matematika. Perangkat pembelajaran yang divalidasi adalah silabus, RPP, LKS, soal evaluasi, ringkasan materi, dan rubrik pengamatan keaktifan.
1. Validitas
Masidjo (1995:242) berpendapat bahwa validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dibagi menjadi tiga (3) macam, antara lain:
a) Validitas Isi
Masidjo (1995;243) menyatakan bahwa validitas isi merupakan validitas yang menunjukan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur. Peneliti perlu melakukan kembali pemeriksaan terhadap hal-hal yang diteskan atau telah diajarkan. Arifin (2009; 248) berpendapat bahwa tujuan dari validitas isi adalah untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan dan perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada peserta didik tersebut setelah mengalami proses pembelajarn tertentu.
b) Validitas Konstruk
alat ukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau alat pengukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau alat pengukur tersebut.
c) Validitas Permukaan / Tampang
Arifin (2009:248) berpendapat behwa validitas permukaan adalah validitas yang melihat sisi muka atau tampang dari instrument itu sendiri. Jika suatu tes secara sepintas telah dianggap baik untuk mengungkap fenomena yang akan diukur, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan menenuhi syarat validitas permukaan.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas ini dilakukan dengan expert judgment dan empiris. Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi kemudian dihitung kemudian diujikan dilapangan.
a. Validasi Perangkat Pembelajaran
Tabel 10 : Skor Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran
No Perangkat pembelajaran Expert judgement Hasil
1 Silabus Dosen P Matematika 4
Kepsek SD K Sorowajan 4,2 Guru SD K Sorowajan 4,3 Guru SD N Terban 4,2
Rata-rata 4,175
2 RPP Dosen P Matematika 4
Kepsek SD K Sorowajan 4,238 Guru SD K Sorowajan 4,380
Guru SD N Terban 4,142
Rata-rata 4,19
3 LKS Dosen P Matematika 4
Kepsek SD K Sorowajan 4,25 Guru SD K Sorowajan 4,625
Guru SD N Terban 4,25
Rata-rata 4,28
4 Bahan Ajar Dosen P Matematika 4,2
Kepsek SD K Sorowajan 4 Guru SD K Sorowajan 4,2