• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara sikap guru praktikan, kemampuan interaksi belajar-mengajar, dan nilai mata kuliah prasyarat PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan : studi kasus mahasiswa peserta PPL II, program studi pendidikan akuntansi, USD Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara sikap guru praktikan, kemampuan interaksi belajar-mengajar, dan nilai mata kuliah prasyarat PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan : studi kasus mahasiswa peserta PPL II, program studi pendidikan akuntansi, USD Yogyakarta."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

x ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU PRAKTIKAN, KEMAMPUAN INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR DAN NILAI MATA KULIAH

PRASYARAT PPL II DENGAN KOMPETENSI KEGURUAN PADA GURU PRAKTIKAN

Fransisca Ria C Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : 1) ada hubungan positif dan signifikan antara sikap guru praktikan dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan, 2) ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan interaksi belajar-mengajar dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan, dan 3) ada hubungan positif dan signifikan antara nilai mata kuliah prasyarat PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan.

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa peserta PPL II periode Februari-Mei 2007 pada bulan Mei – Juni 2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner/angket, dokumentasi dan wawancara. Untuk menjawab permasalahan dalam hipotesis digunakan korelasi tata jenjang atau korelasi rank dari Spearman.

(2)

xi ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ATTITUDE OF TEACHER-IN APPRENTICESHIP, THE ABILITY OF TEACHING-LEARNING IN INTERACTION, THE GRADES OF PRE-REQUIRED SUBJECTS OF THE PRACTICE TEACHING PROGRAM (PPL) AND THE TEACHING

COMPETENCE OF TEACHER-IN APPRENTICESHIP

Fransisca Ria Candrasa University of Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

This research whose intended to show 1) the positive and significant relationship between the attitude of teacher-in apprenticeship and the teaching competence, 2) the positive and significant relationship between the ability to do teaching-learning interaction and the teaching competence, 3) the positive and significant relationship between the grades of the pre-required subjects of the practice-teaching program (PPL II) and the teaching competence.

Respondents of this research were students in practice teaching program (PPL II), from February-May 2007 period. The data sampling technique used in this research were questionnaire, interview and documentation. Rank Correlation or Spearman Rank Correlation whose applied to solve the problems.

(3)

i

HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU PRAKTIKAN, KEMAMPUAN INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR, DAN NILAI MATA KULIAH

PRASYARAT PPL II DENGAN KOMPETENSI KEGURUAN PADA GURU PRAKTIKAN

Studi Kasus : Mahasiswa Peserta PPL II, Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Fransisca Ria Candrasa NIM : 031334060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

(7)

v

MOTTO

Hidup ini seperti air yang mengalir, ketika sudah mengalir,

jangan terhanyut dalam derasnya aliran itu…

Kebahagiaan Sejati datangnya selalu berasal dari Ketulusan

Hati, Keikhlasan dan Kemauan untuk Tetap Terus Maju dan

Berjuang

Jangan Pernah Takut...

(8)
(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang Mahakasih yang telah memberikan perlindungan dan bimbinganNya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagi masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Paulus Kuswandono, S. Pd., M. Ed selaku Wakil Rektor III yang telah memberikan kesempatan, dukungan, waktu dan semangatnya untuk segera menyelesaikan studi kepada penulis.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S. Pd., M. Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Bapak Ignatius Bondan S, S. Pd., M. Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, dukungan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Bapak S. Widanarto P, S. Pd., M. Si, selaku Dosen Penguji yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dukungan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Natalina Premastuti, S. Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan waktu, saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini. 7. Staf Pengajar Prodi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan

(10)

viii

8. Mbak Aris dan Pak Wawik selaku tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Eyang Projobanowo dan Mbah Mukinem yang telah mendukung penulis lewat doa dan dukungannya dalam perjuangan penyelesaian skripsi ini (Tuhan Memberkati….. )

10.Pakde Albertus Subandrio yang telah banyak membantu penulis dalam perjuangan penyelesaian skripsi ini (I Love You, Debandku…)

11.Papa, Mama, Nonong, Aam dan Keluarga Besar Warsino, atas doa, semangat dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Dejat dan Keluarga, Bude Sil sekeluarga, Mbak Lenny dan keluarga, Mbak Nining family, serta keponakan-keponakanku tercinta, yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

13.Mami Lusy Laksita, Lady in Red, tidak ada sesuatu yang indah, tanpa adanya kasih sayang dan perhatian tulus yang selalu kau tawarkan… (ta tunggu MCnya yaa mam… )

14.My Lovely Sanmathu, yang selalu mengajarkan penulis akan kebahagiaan sejati dan kesederhanaan hidup melalui ketulusan sebuah hati (kutepati janjiku, san… I always missing you ☺ )

15.Nadine sekeluarga, Yoyo n Iwan, Mama Brevi n Papa Deavid, Siwi n Mas Hery, Uke, Tari, Wita n sahabat-sahabatku terkasih… (Thengkyu banget untuk semuanya… Tetap Semangat, yaa!! )

16.Romo Gogon, Frater John, Frater Bamz, Frater Budi, Frater Agam, Frater Didik, volunteer Pingit dan Frater-frater Jesuits (trimakasih untuk pengalaman hidup yang sangat mengesankan…GBU )

(11)

ix

18.Teman-teman PPL periode Januari-Mei 2007, terimakasih untuk perhatian, dukungan dan semangatnya untuk penulis.

19.Nining n Uur, Ningsih, Pipit, Rini, Yuyun dan teman-teman PE angkatan 2003 (hehehe… thanks udah nemenin ngantri yaa…?)

20.Mbak Trisna dan kawan-kawan, Mas Toro, Mbak Nina, Mbak Ria dan semua kakak-kakak angkatan 2000-2002.

21.Teman-teman Banaran Café n Resto, yang sudah membantu penulis di setiap malamnya (thanks untuk kerjasamanya ya, prends…☺)

22.Tata, Bertus, Viranty, Aphila, Puput, Antiq, Anas, PJ n all temen-temen Komunitas Lektor Santo Antonius Kotabaru (ayo isi tugas yang bolong-bolong lagi…)

23.My lovely childrens at Pingit n Ori II, kalianlah semangat n lilin dalam keredupan hatiku, I love you all…

24.A 5357 K dan yang pernah duduk di atasnya, yang setia membantu penulis dalam perjuangan hidup dan penyelesaian skripsi ini.

25.Rental Komputer STM yang setia menemani dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi yang utama dan pertama (thanks pak, bu…)

26.Serta untuk semua teman-teman dan orang-orang yang tidak bisa penulis tulis satu persatu.

(12)

x ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU PRAKTIKAN, KEMAMPUAN INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR DAN NILAI MATA KULIAH

PRASYARAT PPL II DENGAN KOMPETENSI KEGURUAN PADA GURU PRAKTIKAN

Fransisca Ria C Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : 1) ada hubungan positif dan signifikan antara sikap guru praktikan dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan, 2) ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan interaksi belajar-mengajar dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan, dan 3) ada hubungan positif dan signifikan antara nilai mata kuliah prasyarat PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan.

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa peserta PPL II periode Februari-Mei 2007 pada bulan Mei – Juni 2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner/angket, dokumentasi dan wawancara. Untuk menjawab permasalahan dalam hipotesis digunakan korelasi tata jenjang atau korelasi rank dari Spearman.

(13)

xi ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ATTITUDE OF TEACHER-IN APPRENTICESHIP, THE ABILITY OF TEACHING-LEARNING IN INTERACTION, THE GRADES OF PRE-REQUIRED SUBJECTS OF THE PRACTICE TEACHING PROGRAM (PPL) AND THE TEACHING

COMPETENCE OF TEACHER-IN APPRENTICESHIP

Fransisca Ria Candrasa University of Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

This research whose intended to show 1) the positive and significant relationship between the attitude of teacher-in apprenticeship and the teaching competence, 2) the positive and significant relationship between the ability to do teaching-learning interaction and the teaching competence, 3) the positive and significant relationship between the grades of the pre-required subjects of the practice-teaching program (PPL II) and the teaching competence.

Respondents of this research were students in practice teaching program (PPL II), from February-May 2007 period. The data sampling technique used in this research were questionnaire, interview and documentation. Rank Correlation or Spearman Rank Correlation whose applied to solve the problems.

(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan ... iv

Motto ... v

Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Kata Pengantar ... vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Keguruan Guru Praktikan ... 8

1. Pengertian ... 8

2. Jenis-jenis Kompetensi Keguruan ... 9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Keguruan .. 16

B. Sikap Guru Praktikan ... 19

1. Pengertian Sikap... 19

(15)

xiii

3. Sikap Guru Praktikan ... 21

C. Kemampuan Interaksi Guru Praktikan ... 24

1. Interaksi Belajar-Mengajar... 24

2. Ciri-ciri Interaksi Belajar-Mengajar ... 26

D. Nilai Prasyarat Program Pengalaman Lapangan II (PPL)... 26

1. Prasyarat Program Pengalaman Lapangan II ... 26

E. Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 28

1. Hubungan Sikap Guru Praktikan dengan Kompetensi Keguruan ... 28

2. Hubungan Kemampuan Interaksi Belajar-Mengajar dengan Kompetensi Keguruan ... 30

3. Hubungan Nilai Mata Kuliah Prasyarat PPL II dengan Kompetensi Keguruan ... 31

F. Kerangka Berpikir ... 32

G. Hipotesis ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 37

D. Populasi dan Sampel ... 38

E. Variabel Penelitian dan Operasionalnya ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Pengujian Instrumen... 41

(16)

xiv

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 57 B. Analisis Data ... 66 C. Pembahasan ... 72

BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, SARAN A. Kesimpulan ... 77 B. Keterbatasan Penelitian ... 78 C. Saran ... 79

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Variabel Sikap Guru Praktikan ... 39

Tabel 2. Kisi-kisi Variabel Kemampuan Interaksi Guru Praktikan ... 39

Tabel 3. Kisi-kisi Variabel Nilai Mata Kuliah Prasyarat PPL II Guru Praktikan ... 39

Tabel 4. Kisi-kisi Variabel Kompetensi Keguruan Guru Praktikan ... 39

Tabel 5. Penilaian Sikap Guru Praktikan ... 59

Tabel 6. Penilaian Kemampuan Interaksi Belajar-Mengajar ... 61

Tabel 7. Penilaian Nilai Mata Kuliah Prasyarat Program Pengalaman Lapangan ... 63

Tabel 8. Penilaian Kompetensi Keguruan guru Praktikan ... 65

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Permohonan Pengisian Kuesioner ... 82

Kuesioner ... 83

Uji Validitas 1. Validitas Sikap Guru Praktikan ... 88

2. Validitas Kemampuan Interaksi Belajar-Mengajar ... 89

3. Validitas Kompetensi Keguruan pada Guru Praktikan ... 90

Uji Reliabitas 1. Reliabilitas Sikap Guru Praktikan ... 91

2. Reliabilitas Kemampuan Interaksi Belajar-Mengajar ... 92

3. Reliabilitas Kompetensi Keguruan pada Guru Praktikan ... 93

Uji Normalitas ... 94

Data Mentah 1. Sikap Guru Praktikan ... 95

2. Kemampuan Interaksi Belajar-Mengajar ... 96

3. Nilai Mata Kuliah Prasyarat PPL II ... 97

4. Kompetensi Keguruan ... 98

Daftar Tabel Distribusi Chi Kuadrat ... 99

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin lama seiring dengan kemajuan suatu negara, masyarakat akan

terus-menerus berkembang dan pendidikan dibutuhkan oleh masyarakat untuk

membantu perkembangan itu. Perkembangan berarti meneruskan dan

meningkatkan serta memperbaharui apa yang dimiliki, namun hal ini tidaklah

mudah bagi masyarakat. Pendidikan menjadi instrumen atau alat masyarakat

untuk meneruskan dan meningkatkan serta memperbaharui potensi yang

dimilikinya. Jadi, dunia pendidikan memiliki suatu tantangan yang berat.

Keberadaan guru sebagai salah satu dari unsur pendidikan sangatlah

penting bagi suatu bangsa, terlebih bagi kelangsungan hidup bangsa di tengah

zaman dengan teknologi yang kian canggih dengan segala perubahan serta

pergeseran nilainya. Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya,

semakin terjamin, tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang

sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa

di masa depan tercermin dari potret guru masa kini dan gerak maju dinamika

kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah

masyarakat (Uzman, 1997:5).

Akhir-akhir ini, hampir setiap saat media massa khususnya media

cetak harian dan mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya,

(20)

guru nyaris tak mampu membela diri. Hugget (Muhibbin, 2002 : 221)

mencatat sejumlah besar politisi Amerika Serikat yang mengutuk para guru

yang kurang profesional, sedangkan orang tua menuding mereka tidak

kompeten dan malas, kalangan bisnis dan industrialis pun memprotes para

guru karena hasil didikan mereka dianggap tidak bermanfaat. Sementara itu,

wibawa para guru di mata murid-murid pun kian jatuh.

Menurut Sri Mulyani (2000, Desember-Januari), Inspirasi, halaman 7,

kualitas dan profesionalitas guru di Indonesia dewasa ini, pada umumnya

belum memadai. Ada delapan faktor utama penyebab rendahnya kualitas

pendidikan Indonesia, yaitu : (a) manajemen sekolah yang tidak efektif ; (b)

struktur insentif guru yang tidak mendorong guru untuk berkembang secara

optimal; (c) waktu belajar efektif kurang produktif; (d) mayoritas guru kurang

terlatih dalam penguasaan bidang studi dan proses mengajar ; (e) keterbatasan

sumber daya sekolah ; (f) kekurangan buku dan bahan belajar lainnya ; (g)

kurangnya monitoring ; dan (h) hambatan institusional.

Kualitas pendidikan Indonesia yang seharusnya dapat dibentuk secara

bersama-sama ini menjadi masalah dan tugas penting seorang guru yang

sekaligus menjadi pendidik dalam dunia pendidikan. Berdasarkan delapan

faktor utama penyebab rendahnya kualitas pendidikan Indonesia seperti yang

dikemukakan di atas, perlu dioptimalkan dengan sikap seorang guru dalam hal

mengatasi waktu belajar efektif yang kurang produktif, keterbatasan sumber

(21)

institusional di sekolah dengan kompetensi keguruan sebagaimana yang

dimiliki seorang guru dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Selain itu, untuk mengatasi kurang terlatihnya guru dalam penguasaan

bidang studi dan proses belajar-mengajar, pengawasan terhadap siswa dan

lainnya dapat dibantu dari peran guru (pendidik) dalam hal interaksi belajar

mengajar dan penguasaan ilmu pengetahuan yang didapatnya selama duduk di

bangku perkuliahan. Oleh sebab itu, seorang guru yang berkompeten dapat

diartikan sebagai seorang guru yang mampu untuk melaksanakan

kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab (profesional) dan layak (Usman,

1997:14).

Namun pada kenyataannya, akhir-akhir ini guru nasibnya selalu berada

sekian tingkat di bawah profesi lainnya. Tidak ada fasilitas, tidak ada hak-hak

istimewa, bahkan gajinya pun pas-pasan untuk hidup sehari-hari. Tidak ada

warga yang membelanya bahkan para guru sendiri merasa tidak perlu

membela dirinya, karena merasa lebih beruntung bisa diangkat sebagai guru

sebab masih banyak tamatan sekolah calon guru yang tidak memiliki

pekerjaan. Itulah potret guru Indonesia yang penuh ironisme (Supeno,

1995:12-13). Selain itu, implikasi dari rendahnya penghasilan guru pun

berpengaruh bagi kualitas pendidikan secara menyeluruh. Oleh karena itu,

profesi yang mulia ini menjadi tidak menarik bagi kalangan anak-anak muda,

sehingga sekolah atau lembaga pendidikan calon guru hanya dimasuki oleh

(22)

yang memiliki latar belakang disiplin ilmu keguruan pun banyak yang tidak

berminat menjadi guru.

Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan guru-guru yang berkualitas

dan profesional maka Universitas Sanata Dharma (USD) khususnya Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), berusaha untuk mendidik

mahasiswanya menjadi guru (tenaga pendidik) yang profesional. Menurut

Driyarkara, tenaga pendidik adalah tenaga yang berusaha mendewasakan

manusia muda. Oleh karena itu, para calon pendidik harus dipersiapkan

dengan matang agar menjadi pendidik yang bertanggung jawab (Profesional).

Pembentukan kemampuan keguruan dilakukan secara bertahap yaitu

mulai dari pembentukan berbagai unsur kemampuan, penghayatan sikap dan

nilai –nilai melalui berbagai mata kuliah dan kemudian secara bertahap lagi

dalam latihan Program Pelatihan Lapangan ( PPL ). Latihan dalam Program

Pengalaman Lapangan dilakukan secara bertahap pula seperti terlihat dalam

tahap-tahap latihan : (1) Latihan Keterampilan terbatas melalui latihan dalam

Pengajaran Mikro (PPL 1) yang berlangsung dalam situasi buatan (simulasi) ;

(2) pengenalan lapangan melalui observasi dan penghayatan langsung

berbagai aspek kehidupan di sekolah; (3) latihan keterampilan secara

terintegrasi dalam situasi yang sebenarnya untuk berlatih mengerjakan

tugas-tugas mengajar dan non mengajar. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka

penulis bermaksud melakukan penelitian dan mengambil judul tentang

(23)

Mengajar, dan Nilai Mata Kuliah Prasyarat PPL II dengan Kompetensi

Keguruan pada Guru Praktikan.“

B. Identifikasi Masalah

Pembentukan kemampuan keguruan dilakukan secara bertahap yaitu

mulai dari pembentukan berbagai unsur kemampuan, penghayatan sikap dan

nilai-nilai melalui berbagai mata kuliah. Secara bertahap, latihan PPL

merupakan latihan keterampilan terintegrasi melalui pemberian kesempatan

kepada mahasiswa untuk mengintegrasikan berbagai kemampuan keguruan

secara utuh dalam situasi yang sebenarnya. Oleh karena itu, maka sikap guru

praktikan, kemampuan interaksi belajar-mengajar dan nilai mata kuliah

prasyarat PPL II akan mempengaruhi kompetensi keguruan pada guru

praktikan PPL.

C. Batasan Masalah

Kemampuan mengajar mahasiswa PPL dipengaruhi oleh banyak

faktor, tetapi penulis membatasi masalah ini hanya berdasarkan sikap guru

praktikan, kemampuan interaksi belajar mengajar, dan nilai mata kuliah

prasyarat PPL II pada kompetensi keguruan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

(24)

1. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap guru

praktikan dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan?

2. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan

interaksi belajar mengajar dengan kompetensi keguruan pada guru

praktikan?

3. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai mata kuliah

prasyarat PPL II guru praktikan dengan kompetensi keguruan pada guru

praktikan?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui adanya hubungan positif dan signifikan antara sikap

guru praktikan dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan.

2. Untuk mengetahui adanya hubungan positif dan signifikan antara

kemampuan interaksi belajar-mengajar dengan kompetensi keguruan pada

guru praktikan.

3. Untuk mengetahui adanya hubungan positif dan signifikan antara nilai

mata kuliah prasyarat PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru

(25)

F. Manfaat Penelitian

1. Menambah kajian mengenai hubungan antara sikap guru praktikan,

kemampuan interaksi belajar-mengajar dan nilai mata kuliah prasyarat

PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan PPL

2. Memberikan sumbangan penelitian mengenai sikap guru praktikan,

kemampuan interaksi belajar-mengajar dan nilai mata kuliah prasyarat

PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan PPL,

mengingat saat ini penelitian tentang hal ini belum terlalu banyak

dilakukan

3. Memberikan masukan dan pertimbangan bagi perkembangan instansi

dalam hal ini Universitas khususnya Prodi Pendidikan Akuntansi,

Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma dan sekaligus bagi

upaya peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya yang

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompetensi Keguruan Guru Praktikan PPL 1. Pengertian

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta) kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau

memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni

kemampuan atau kecakapan.

Menurut Charles E. Johnson (Usman, 1997:14), Competency as a

rational performance wich satisfactorily meets the objective for a desired condition. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

Menurut Broke and Stone (Usman, 1997 : 14) kompetensi dimaknai

sebagai “descriptive of qualitative nature or teacher behavior appears to

be entirely meaningful” yang merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti. Menurut Barlow (Usman,

1997:14) adapun kompetensi guru (teacher competency) the ability of ateacher to responsibility perform has or her duties appropriately. Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam

melaksanakan kewajiban – kewajiban secara bertanggung jawab dan

(27)

kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam

melaksanakan profesi keguruannya.

2. Jenis-Jenis Kompetensi Keguruan

Kompetensi Keguruan meliputi kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik.

Penjabaran kompetensi keguruan tersebut, akan disampaikan di bawah ini.

a. Kompetensi Pribadi atau Personal

Kompetensi pribadi adalah sikap kepribadian yang mantap dan

patut diteladan (yang harus dimiliki guru) sehingga guru mampu

menjadi sumber identifikasi siswa, sedangkan kompetensi sosial

adalah kemampuan interaksi dan berkomunikasi sosial. Guru dengan

siswa, sesama guru, kepala sekolah, pegawai TU dan anggota

masyarakat di lingkungannya.

Menurut Samana (1994:35), kompetensi personal sosial meliputi:

menghayati serta mengamalkan nilai hidup ; menunjukkan kejujuran

dan kesediaan bertanggung jawab; berperan menunjukkan

kepemimpinan; bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi;

berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya;

menghargai pribadi orang lain yang berbeda dengan dirinya; ikut

berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial; memiliki mental yang

sehat dan stabil; tampil secara pantas dan rapi; berbuat kreatif dengan

(28)

tugas-tugasnya serta pengembangan; mampu menggunakan waktu

luangnya secara bijaksana dan produktif.

b. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional adalah pengetahuan yang luas dan dalam

tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki konsep teoritik yang

tepat serta mampu menggunakannya dalam proses belajar – mengajar

yang dapat dilatih secara langsung dalam pendidikan pra jabatan guru.

Menurut Samana (1994:42), kompetensi profesional meliputi :

menguasai bahan ajar, mampu mengelola proses belajar mengajar;

mampu mengelola kelas; mampu menggunakan media dan sumber

pengajaran, mampu mengelola interaksi belajar mengajar, menguasai

landasan pendidikan; mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat;

mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan; menilai hasil dan

proses belajar yang telah dilaksanakan.

Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru

merupakan modal dasar bagi guru yang bersangkutan dalam

menjalankan tugas keguruannya secara profesional. Secara garis besar,

integrasi antara kompetensi kepribadian sosial dengan kompetensi

(29)

Untuk mampu menjalankan kewenangan kompetensi tersebut,

sebagai dasar dan landasannya, guru dituntut untuk memiliki

keanekaragaman kecakapan (competencies) yang bersifat psikologis,

yang meliputi aspek-aspek, sebagai berikut.

a) Kompotensi Kognitif (ranah cipta)

Kompotensi kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai objek

sikap. Komponen kognitif meliputi :

Ilmu pengetahuan kependidikan

Ilmu kependidikan terdiri atas dua macam, yaitu pengetahuan

kependidikan umum dan pengetahuan kependidikan khusus.

Pengetahuan kependidikan umum meliputi ilmu pendidikan,

psikologi pendidikan, administrasi pendidikan dan seterusnya,

sedangkan pengetahuan kependidikan khusus meliputi metode

mengajar, metodik khusus pengajaran materi tertentu, teknik

evaluasi, praktik keguruan dan sebagainya. KOMPETENSI

PROFESIONAL

KOMPETENSI PERSONAL-SOSIAL

(30)

Ilmu pengetahuan materi bidang studi

Ilmu pengetahuan materi bidang studi meliputi semua bidang

studi yang menjadi keahlian atau pelajaran yang akan diajarkan

oleh guru. Penguasaan guru atas materi-materi bidang studi itu

hendaknya langsung dikaitkan dengan pengetahuan

kependidikan khusus terutama dengan metodik khusus dan

praktik keguruan.

Jenis kognitif lain yang juga perlu dimiliki seorang guru adalah

kemampuan mentransfer strategi kognitif kepada para siswa

agar dapat belajar secara efisien dan efektif (Lawson dalam

Syah, 231), yaitu mengubah pilihan kebiasaan belajar

(cognitive preference) siswa yang bermotif ekstrinsik menjadi

preferensi kognitif yang bermotif intrinsik.

b) Kompetensi Afektif ( kecakapan ranah rasa )

Kompetensi ranah afektif guru meliputi seluruh fenomena perasaan

dan emosi seperti : cinta, benci, senang, sedih dan sikap-sikap

tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain. Sikap dan perasaan itu

meliputi :

Konsep diri (self-concept) dan harga diri (self-esteem)

Self-concept atau konsep diri guru ialah totalitas sikap dan persepsi seorang guru terhadap dirinya sendiri yang merupakan

deskripsi kepribadian guru yang bersangkutan. Self-esteem

(31)

penilaian seorang guru mengenai dirinya sendiri berdasarkan

prestasinya. Titik tekan self-esteem terletak pada penilaian atau

taksiran guru terhadap kualitas dirinya sendiri yang merupakan

bagian dari self-concept.

Guru yang memiliki konsep diri yang tinggi, umumnya

memiliki harga diri yang tinggi pula. Ia mengajak, mendorong

serta membantu dengan sekuat tenaga agar siswanya lebih

maju.

Efikasi diri (self-efficacy) dan efikasi kontekstual (contextual

efficacy)

Self-efficacy guru (efikasi guru) atau personal teacher efficacy adalah keyakinan guru terhadap keefektifan kemampuannya

sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para

siswanya. Kompetensi ranah rasa ini berhubungan dengan

kompetensi ranah rasa lainnya yang disebut teacher efficacy

atau contextual efficacy yang berarti kemampuan guru dalam berurusan dengan keterbatasan faktor di luar dirinya ketika ia

mengajar, artinya keyakinan guru terhadap kemampuannya

sebagai pengajar profesional bukan hanya dalam hal

menyajikan materi pelajaran di depan kelas saja, melainkan

juga dalam hal memanipulasi (mendayagunakan) keterbatasan

ruang, waktu dan peralatan yang berhubungan dengan proses

(32)

Sikap penerimaan terhadap diri sendiri (attitude of

self-acceptance) dan orang lain (others acceptance attitude).

Sikap penerimaan terhadap diri sendiri (self-acceptance

attitude) adalah gejala ranah rasa seorang guru dalam berkecenderungan positif atau negatif terhadap dirinya sendiri

berdasarkan penilaian yang lugas atas bakat dan

kemampuannya. Sikap penerimaan terhadap diri sendiri ini

diiringi dengan rasa puas terhadap kelebihan dan kekurangan

yang ada pada diri guru tersebut. Sikap ini akan berpengaruh

secara psikologis terhadap sikap penerimaan pada orang lain

(others acceptance attitude).

c) Kompetensi psikomotorik (kecakapan ranah karsa)

Kompetensi ranah karsa guru terdiri atas dua kategori, kecakapan

fisik umum dan kecakapan fisik khusus. Kecakapan fisik umum

direfleksikan (dan diwujudkan) dalam bentuk gerakan dan tindakan

umum jasmani guru yang tidak langsung berhubungan dengan

aktivitas mengajar, sesuai dengan kebutuhan dan tata krama yang

berlaku. Adapun ranah karsa khusus meliputi

ketrampilan-ketrampilan ekspresi verbal (pernyataan lisan) dan non verbal

(penyataan tindakan) tertentu yang direfleksikan guru terutama

ketika mengelola proses belajar mengajar.

Selain kompetensi-kompetensi di atas, adapun salah satu

(33)

maupun calon guru, yaitu kompetensi pedagogi. Di dalam pelaksanaan

pendidikan, baik itu formal, nonformal atau informal peranan guru

sangatlah penting. Kompetensi pedagogi bagi seorang pendidik atau

guru nampak terlihat dalam penampilannya sebagai seorang guru

(pendidik). Pedagogi adalah kajian mengenai pengajaran, khususnya

pengajaran dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains

dan seni mengenai cara mengajar di sekolah (www.wikipedia.com).

Dilihat dari segi etimologinya, istilah pedagogi berasal dari

bahasa Yunani ”paidagagos”, hamba yang menghantar dan mengambil

budak-budak pulang pergi dari sekolah. Istilah ”paida” merujuk kepada

anak-anak, yang menjadikan sebab kenapa sebagian orang cenderung

membedakan antara pedagogi (mengajar anak-anak) dan andragogi

(mengajar orang dewasa). Istilah pedagogi sendiri dalam pendidikan

menurut arti dalam bahasa Yunani, dapat digunakan dengan lebih

meluas dan seringkali keduanya dapat ditukar guna

(www.wikipedia.com).

Pedagogi merupakan satu ilmu yang luas dan mendalam. Pada

lazimnya, seorang calon guru akan menerusi teori pembelajaran dan

pengajaran serta hakikat pengajaran sebelum menjadi guru. Di

samping itu, ia pun harus mempelajari hal-hal yang berkaitan juga

dengan organisasi sekolah, kurikulum sekolah, metode pengajaran,

(34)

Ciri-ciri yang harus dimiliki guru dalam kompetensi pedagogi

adalah sebagai berikut.

1. Adanya kewibawaan yang terpancar daripada dirinya terhadap

anak didik.

Ciri ini akan mengundang ketaatan, karena ciri ini akan cocok

dengan ketakberdayaan anak. Dengan kata lain, kewibawaan itu

harus berbanding dengan ketakberdayaan anak didik.

2. Mengenal anak didiknya

Seorang guru yang menghadapi anak secara perorangan itu harus

mampu mengenalnya secara khusus pula.

3. Mau membantu anak didiknya

Seorang guru yang tidak memiliki ciri ini dikhawatirkan akan

bertindak terlalu dominan (mempengaruhi sekali), sehingga ia lupa

akan hal penting dalam pendidikan, yaitu bahwa setiap anak pada

dasarnya ingin menjadi dirinya sendiri, ingin berdiri sendiri, ingin

bertanggung jawab sendiri, dan ingin menentukan diri sendiri.

Akan tetapi, ia tahu bahwa siswa itu belum mampu untuk itu dan

karena itu perlu bantuan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Keguruan

Kompetensi keguruan terdiri atas kompetensi personal-sosial,

kompetensi profesional dan kompetensi pedagogi. Kompetensi personal

(35)

dimiliki guru) sehingga guru mampu menjadi sumber identifikasi siswa.

Kompetensi sosial adalah kemampuan interaksi dan berkomunikasi

sosial guru dengan siswa, sesama guru, kepala sekolah, pegawai TU dan

anggota masyarakat di lingkungannya. Kompetensi profesional adalah

pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi)

yang akan diajarkan serta penguasaan metodogis dalam arti memiliki

konsep teoritik yang tepat serta mampu menggunakannya dalam proses

belajar mengajar yang dapat dilatih secara langsung dalam pendidikan

pra jabatan guru. Kompetensi pedagogi bagi seorang pendidik atau guru

nampak terlihat dalam penampilannya sebagai seorang guru (pendidik).

Dengan demikian, untuk mampu menjalankan kewenangan

personal-sosial, kewenangan pedagogi dan kewenangan profesionalnya,

sebagai dasar dan landasannya, guru dituntut untuk memiliki

keanekaragaman kecapan (competencies) yang bersifat psikologis, yaitu

kompetensi kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik.

Kompetensi kognitif atau ranah cipta mengandung

bermacam-macam pengetahuan baik yang bersifat deklaratif maupun prosedural.

Keduanya merupakan kategori pengetahuan kependidikan dan

pengetahuan bidang studi yang akan diajarkan dan diperoleh di bangku

kuliah. Ukuran-ukuran yang digunakan dalam kompetensi kognitif

biasanya dilihat dari kemampuan pemahaman terhadap ilmu

(36)

Secara konkrit dapat dilihat dari perolehan nilai akademik guru praktikan

dalam proses belajar mengajar (nilai mata kuliah prasyarat PPL II)

Berbeda halnya dengan kompetensi afektif yang bersifat tertutup

dan abstrak yang sebenarnya meliputi seluruh fenomena perasaan dan

emosi seseorang terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Self – concept

atau konsep diri guru ialah totalitas sikap dan persepsi seorang guru

terhadap dirinya sendiri yang merupakan deskripsi kepribadian guru

yang bersangkutan. Self-esteem (harga diri) guru dapat diartikan sebagai

tingkat pandangan dan penilaian seorang guru mengenai dirinya sendiri

berdasarkan prestasinya. Titik tekan self-esteem terletak pada penilaian

atau taksiran guru terhadap kualitas dirinya yang merupakan bagian dari

self-concept.

Self-efficacy guru (efikasi guru) atau personal teacher efficacy adalah keyakinan guru terhadap keefektifan kemampuannya sendiri

dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswanya. Kompetensi

ranah rasa ini berhubungan dengan kompetensi ranah rasa yang disebut

teacher-efficacy catau contextual efficacy yang berarti kemampuan guru dalam berurusan dengan keterbatasan faktor di luar dirinya ketika ia

mengajar artinya keyakinan guru terhadap kemampuannya sebagai

pengajar profesional bukan hanya dalam menyajikan materi pelajaran di

depan kelas saja melainkan juga dalam hal memanipulasi

(mendayagunakan) keterbatasan ruang, waktu, dan peralatan yang

(37)

Sikap penerimaan terhadap diri sendiri (self acceptance attitude)

adalah gejala ranah rasa seorang guru dalam kencenderungannnya

menilai positif atau negatif terhadap dirinya sendiri berdasarkan

penilaian yang lugas atas bakat dan kemampuan. Sikap penerimaan

terhadap diri sendiri ini diiringi dengan rasa kuat terhadap kelebihan dan

kekurangan yang ada pada guru tersebut. Sikap ini akan berpengaruh

secara psikologis terhadap sikap penerimaan pada orang lain (other

acceptance attitude).

Kompetensi ranah karsa guru terdiri atas kecakapan fisik umum

yang direfleksikan (dan diwujudkan) dalam bentuk gerakan dan tindakan

umum, jasmani guru yang tidak langsung berhubungan dengan aktivitas

mengajar, sesuai dengan kebutuhan dan tatakrama yang berlaku dan

kecakapan fisik khusus yang meliputi keterampilan-keterampilan,

ekspresi verbal (pernyataan lisan) dan non verbal ( pernyataan tindakan)

tertentu yang direfleksikan guru terutama ketika mengelola proses

belajar-mengajar.

B. Sikap Guru Praktikan 1. Pengertian Sikap

Menurut Louis Turstone dan Charles Osgood (Azwar, 1988:3),

sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Formulasinya

sendiri adalah derajat afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan

(38)

mendukung atau memihak (favorable) ataupun perasaan tidak mendukung

(unfavorable) objek tersebut.

Menurut Berkowitz (Azwar, 1988 : 4), sikap merupakan suatu

respon evaluatif. Sikap hanya akan ada artinya bila ditampakkan dalam

bentuk pernyataan perilaku, baik lisan maupun perbuatan. Sikap selalu

dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam kenormalan dan merupakan

respons atau reaksi terhadap rangsangan lingkungan sosial.

Sikap seseorang terhadap suatu objek berperan sebagai perantara

antara responsnya dan objek yang bersangkutan yang diklasifikasikan

dalam tiga macam respons yaitu respons kognitif (respons perseptual dan

pernyataan mengenai apa yang diyakini), respons afektif (syarat simpatetik

dan pernyataan afeksi), serta respons perilaku atau konatif (respons

tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Masing-masing klasifikasi

respons ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya (Azwar, 1997:

4-8)

2. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap meliputi :

a) Sikap tidak dibawa sejak lahir

Manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu

terhadap suatu objek. Sikap terbentuk dalam perkembangan individu

yang bersangkutan, oleh karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat

(39)

b) Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap

Sikap terbentuk dalam berhubungan dengan objek-objek tertentu yaitu

melalui proses persepsi terhadap objek tersebut.

c) Sikap dapat tertuju pada satu objek juga pada sekumpulan objek

Bila seseorang mempunyai sikap negatif pada seseorang, ia pun akan

menunjukkan sifat yang negatif pula kepada kelompok dimana orang

tersebut bergabung di dalamnya.

d) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar

Jika suatu sikap telah terbentuk dan merupakan nilai dalam kehidupan

seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan dan jika mau

diubah akan memakan waktu yang relatif lama. Demikian pula

sebaliknya.

e) Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi

Sikap terhadap suatu objek tertentu akan diikuti oleh perasaan yang

bersifat positif ataupun negatif tergantung kepada objek dan daya

dorong individu.

3. Sikap Guru Praktikan

Di dalam kelas, seorang guru mempunyai peran yang multi.

Menurut Arikunto (1990 : 268-269) seorang guru mempunyai fungsi

(40)

a. Guru sebagai pengelola proses pembelajaran

Dalam melakukan tugasnya, seorang guru harus mengacu pada tujuan

organisasi, yaitu tujuan sekolah yang merupakan penjabaran dari

tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan acuan tersebut, guru

merancang kegiatannya dengan baik dan rinci mulai dari merumuskan

tujuan khusus, memilih pendekatan atau strategi, memilih metode dan

sarana pencapai, memilih alat untuk mengevaluasi pekerjaannya.

b. Guru sebagai moderator

Guru diharapkan bukan sebagai penyampai materi semata tetapi lebih

sebagai moderator, yaitu pengatur lalu-lintas pembicaraan, jika ada

alur pembicaraan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswanya, maka

gurulah yang wajib mendamaikan perselisihan siswa tersebut. Selain

itu guru berkewajiban untuk mengarahkan siswanya mengambil

kesimpulan dari pembahasan materi pelajaran.

c. Guru sebagai motivator

Jika guru tidak dapat memberikan motivasi yang memancing kemauan

siswa untuk aktif maka guru itu sendiri yang akan merasakan kesulitan

dalam proses pembelajaran karena siswa akan pasif tanpa inisiatif.

d. Guru sebagai fasilitator

Guru memberikan kemudahan dan sarana kepada siswa agar dapat

(41)

e. Guru sebagai evaluator

Setiap kegiatan selalu diikuti oleh evaluasi jika orang-orang yang

terlibat dalam kegiatan menginginkan terjadi peningkatan atas

kegiatannya itu pada masa yang akan datang.

Good dan Brophy (Arikunto, 1990 : 270) berpendapat bahwa sikap

guru yang baik akan terlihat pada tiga hal.

a) Sikap terhadap diri, yang dapat dilihat dari indikator :

1) tampak menyukai dirinya (mau bersolek, tidak acuh terhadap

dirinya);

2) merasakan keberhasilan diri dan kemanfaatan dirinya bagi orang

lain;

3) memiliki perhatian yang bervariasi, menyukai banyak hal.

b) Sikap terhadap profesi, pekerjaan guru yang dipilih dan menyenangi

kawan sejawatnya, yang terlihat dari indikator :

1) merasakan bahwa yang dilakukan mempunyai manfaat bagi

pendidikan anak;

2) menikmati, merasakan puas akan pekerjaan yang telah dimiliki

seakan-akan tidak ingin mencari pekerjaan lainnya;

3) merasakan bahwa apa yang dilakukan sudah merupakan alternatif

terbaik karena sudah dipikirkan dengan baik dan sudah

mengarahkan semua kemampuannya;

4) tidak enggan menerima saran dari kawan guru dan bila perlu tidak

(42)

c) Sikap terhadap siswa, yang ditandai oleh indikator :

1) menyadari bahwa tiap-tiap siswa merupakan individu yang unik

sehingga perlu perhatian serta pelayanan yang khusus pula;

2) mengenali paling sedikit satu macam keistimewaan pada diri

masing-masing siswa sehingga tidak meremehkan siswa;

3) bersedia menolong setiap siswa tanpa mengenal pilih kasih;

4) mengenal ada dimana siswa berada sehingga guru dapat

menempatkan diri untuk mengajak siswa untuk maju belajar.

C. Kemampuan Interaksi Guru Praktikan 1. Interaksi Belajar Mengajar

Belajar dan mengajar merupakan dua kegiatan yang saling

berhubungan dan merupakan suatu hubungan yang sifatnya sebab-akibat.

Manusia ingin belajar maka ada orang yang bertugas membantu dalam

mengajar. Dalam hal ini, orang yang melakukan kegiatan belajar disebut

siswa dan orang yang melakukan kegiatan mengajar disebut guru. Belajar

adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif (Syah, 1995 : 91). Kegiatan mengajar adalah

kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan

belajar siswa (subjek belajar) untuk memperoleh pengetahuan,

ketrampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku

(43)

Interaksi belajar mengajar mengandung arti adanya kegiatan

interaksi dari tenaga pengajar (guru) di satu pihak dengan warga belajar

(siswa) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain. Dalam

interaksi belajar memandang bahwa siswa adalah subjek belajar dan bukan

objek, sedangkan guru hanyalah sebagai pembina dan pembimbing tidak

diperkenankan untuk mendominasi kegiatan belajar mengajar. Namun

guru diharapkan mampu membantu menciptakan kondisi yang baik serta

memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan

potensi dan kreativitasnya, melalui kegiatan belajar.

Menurut Ober (1971) dalam bukunya Systematic Observation of

teaching an interaction analysis-instructional strategy approach menuliskan bahwa “An interaction consists of three steps : 1) developing

objective; 2) planning and executing instruction; and 3)measuring and evaluating result.” Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa interaksi ini terdiri atas 3 tahapan, yaitu : 1) mengembangkan tujuan; 2) merencanakan

dan melaksanakan instruksi; dan 3) mengukur dan mengevaluasi

hasil-hasil.

Dalam interaksi belajar mengajar terkandung unsur-unsur yang

harus terpenuhi, yaitu : tujuan yang ingin dicapai; bahan (materi) yang

menjadi isi interaksi; siswa yang aktif mengalami; guru yang

melaksanakan; metode untuk mencapai tujuan; situasi yang

memungkinkan PBM berlangsung dengan baik; penilaian terhadap hasil

(44)

2. Ciri-ciri interaksi belajar-mengajar

Menurut Edi Suardi (Sardiman, 1997:15-18) ciri-ciri interaksi

belajar mengajar dapat dirinci sebagai berikut : memiliki tujuan, yakni

untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu; ada prosedur

yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; ditandai

dengan suatu penggarapan yang khusus dan adanya aktivitas siswa; guru

berperan sebagai pembimbing; membutuhkan kedisiplinan; ada batas

waktunya; adanya unsur penilaian, yaitu untuk mengetahui apakah tujuan

itu sudah tercapai lewat interaksi belajar mengajar.

D. Nilai Prasyarat Program Pengalaman Lapangan II (PPL) 1. Prasyarat Program Pengalaman Lapangan II

Mata kuliah prasyarat adalah mata kuliah yang harus ditempuh /

diikuti terlebih dahulu sebelum mengikuti atau mengambil suatu mata

kuliah tertentu. Mahasiswa yang diperkenankan melaksanakan PPL adalah

mahasiswa yang memenuhi prasyarat-prasyarat yang telah ditentukan oleh

program studi meliputi mata kuliah beberapa kelompok.

a. Telah mengikuti Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) :

1) Pengantar Pendidikan

2) Psikologi Belajar dan Pembelajaran

3) Dasar-dasar Bimbingan Konseling

(45)

b. Telah mengikuti mata kuliah PBM ( Proses Belajar Mengajar)

1) Perencanaan Pengajaran

2) Strategi Pembelajaran Ekonomi

3) Evaluasi Pengajaran

4) Program Pengalaman Lapangan I / Pengajaran Mikro

5) Pengelolaan Kelas

c. Telah mengikuti mata kuliah-mata kuliah bidang studi :

1) Akuntansi Keuangan Dasar 1

2) Akuntansi Keuangan Dasar 2

3) Akuntansi Keuangan Menengah I

4) Akuntansi Keuangan Menengah II

5) Pengantar Bisnis dan Koperasi

6) Pengantar Manajemen

7) Manajemen Pemasaran

8) Pengantar Ilmu Ekonomi Makro

9) Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro

10)Statistika

11)Hukum Dagang / Perdata

(46)

E. Hubungan Antar Variabel Penelitian

1. Hubungan Sikap Guru Praktikan dengan Kompetensi Keguruan Sikap adalah segi respon evaluatif, artinya respons hanya akan

timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang

menghendaki adanya reaksi individual (Azwar 1997 : 9-10). Respons

evaluatif berarti bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya

didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi

kesimpulan terhadap stimulus yang kemudian mengkristal sebagai potensi

reaksi terhadap objek sikap. Ketika seseorang mempunyai sikap yang

positif terhadap suatu profesi maka ia pun ketika memandang atau bahkan

ketika melakukan profesi itu akan berperilaku yang positif pula, demikian

pula jika terjadi sebaliknya.

Terlepas dari itu, pada kompetensi afektif meliputi seluruh

fenomena perasaan dan emosi seseorang terhadap dirinya sendiri dan

orang lain : sikap dan persepsi seorang guru terhadap dirinya sendiri yang

merupakan deskripsi kepribadian guru yang bersangkutan (self-concept);

pandangan dan penilaian seorang guru mengenai dirinya sendiri

berdasarkan prestasinya (self-esteem); keyakinan guru terhadap

keefektifan kemampuannya sendiri dalam membangkitkan gairah dan

kegiatan para siswanya (self-efficacy) yang berhubungan dengan

kemampuan guru dalam berurusan dengan keterbatasan faktor di luar

dirinya ketika ia mengajar, artinya keyakinan guru terhadap

(47)

menyajikan materi pelajaran di depan kelas saja, melainkan juga dalam hal

memanipulasi (mendayagunakan) keterbatasan ruang, waktu dan peralatan

yang berhubungan dengan proses belajar mengajar (teacher efficacy atau

contextual efficacy); kecenderungan positif atau negatif terhadap dirinya sendiri berdasarkan penilaian yang lugas atas bakat dan kemampuannya

(self-acceptance attitude) yang diiringi dengan rasa puas terhadap

kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri guru tersebut. Sikap ini akan

berpengaruh secara psikologis terhadap sikap penerimaan pada orang lain

(others acceptance attitude).

Sebuah penelitian yang melibatkan 2043 orang guru dan

mahasiswa calon guru program S1, diperoleh fakta bahwa keyakinan

terhadap kemampuan pribadi guru dan calon guru dalam membangkitkan

minat belajar siswa-siswanya berkolerasi positif dan signifikan dengan

hasil belajar siswa-siswa tersebut. Artinya, responden yang berkeyakinan

bahwa dirinya mampu mengajar dan menyingkirkan segala hambatan

pengajaran efikasi-kontekstual yang ada, telah menimbulkan gairah belajar

para siswa (Syah, 2002:233). Sebaliknya, penelitian yang memakan waktu

dua tahun di Australia itu, membuktikan bahwa guru dan calon guru yang

kurang memiliki keyakinan terhadap kemampuan keguruannya telah

menyebabkan merosotnya prestasi belajar para siswa. Penelitian ini telah

berhasil membuktikan dugaan (hipotesis) bahwa efikasi para mahasiswa

calon guru pada umumnya lebih rendah daripada para guru yang telah

(48)

(preservice education) masih perlu menambah ”jam terbang” praktik

mengajar kepada para mahasiswa calon guru (Syah, 2002:234).

2. Hubungan Kemampuan Interaksi dengan Kompetensi Keguruan Interaksi belajar mengajar mengandung arti adanya kegiatan

interaksi dari tenaga pengajar (guru) di satu pihak dengan warga belajar

(siswa) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain. Manusia

(siswa) ingin belajar untuk memperoleh perubahan tingkah laku individu

yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif, maka ada orang (guru) yang

bertugas membantu dalam mengajar atau menyediakan kondisi yang

merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa (subjek belajar)

untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.

Kompetensi ranah karsa guru terdiri atas kecakapan fisik umum

yang direfleksikan (dan diwujudkan) dalam bentuk gerakan dan tindakan

umum jasmani guru yang tidak langsung berhubungan dengan aktivitas

mengajar, sesuai dengan kebutuhan dan tata karma yang berlaku dan

kecakapan fisik khusus yang meliputi ketrampilan-ketrampilan ekspresi

verbal (pernyataan lisan) dan non verbal (pernyataan tindakan) tertentu

yang direfleksikan guru terutama ketika mengelola proses belajar

mengajar.

Dikemukakan oleh Peters, proses dan hasil belajar siswa

(49)

interaksi belajar-mengajarnya (Sudjana, 1989:22). Pendapat ini diperkuat

oleh Hilda Taba (Mouly, 1973:313) yang menyatakan bahwa keefektifan

pengajaran dipengaruhi oleh : (a) karakteristik guru dan siswa, (b) bahan

pelajaran dan (c) aspek lain yang berkenaan dengan situasi pelajaran. Jadi,

terdapat hubungan yang positif antara penguasaan bahan oleh guru dengan

kompetensi keguruannya.

3. Hubungan Nilai Prasyarat PPL II dengan Kompetensi Keguruan Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta) yang merupakan

kompetensi utama yang wajib dimiliki setiap calon guru dan guru

professional karena mengandung bermacam-macam pengetahuan baik

yang bersifat deklaratif maupun yang bersifat prosedural yang

dikelompokkan dalam dua kategori yaitu : ilmu pengetahuan kependidikan

dan ilmu pengetahuan materi bidang studi.

Ilmu kependidikan terdiri atas dua macam, yaitu : pengetahuan

kependidikan umum meliputi ilmu pendidikan, psikologi pendidikan,

administrasi pendidikan dan seterusnya (tidak langsung berhubungan

dengan program belajar mengajar) dan pengetahuan kependidikan khusus

meliputi metode mengajar, metodik khusus pengajaran materi tertentu,

teknik evaluasi, praktik keguruan dan sebagainya (langsung berhubungan

dengan praktik pengelolaan PBM). Ilmu pengetahuan materi bidang studi

meliputi semua bidang studi yang akan menjadi keahlian atau pelajaran

(50)

dengan pengetahuan kependidikan khusus terutama dengan metodik

khusus dan praktik keguruan.

Kompetensi keguruan merupakan hal yang dapat dilatih secara

langsung dalam tahap pendidikan pra jabatan guru yang harus dilatihkan

secara bertahap dan terintegrasi mulai dari pembentukan berbagai unsure

kemampuan, penghayatan sikap dan nilai melalui berbagai mata kuliah

dan kemudian dilanjutkan dalam Program Pengalaman Lapangan (PPL).

Pelaksanaan PPL dilakukan sesudah mahasiswa memperoleh bekal yang

memadai dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan tugasnya sebagai

guru, seperti penguasaan landasan kependidikan, penguasaan bidang studi

dan pengelolaan proses pembelajaran. Berdasarkan hal ini, maka penulis

mempunyai asumsi bahwa ada hubungan antara nilai prasyarat PPL

dengan kompetensi mahasiswa yang sudah berpraktik.

F. Kerangka Berpikir

Pembentukan kompetensi keguruan merupakan hasil dari proses yang

bertahap mulai dari pembentukan berbagai unsur kemampuan, penghayatan

sikap dan nilai-nilai melalui berbagai mata kuliah dan kemudian dalam latihan

PPL dari latihan ketrampilan terbatas (PPL I), pengenalan lapangan dan

latihan ketrampilan secara terintegrasi.

Kompetensi keguruan terdiri atas kompetensi personal-sosial,

kompetensi pedagogi dan kompetensi profesional. Kompetensi personal

(51)

guru) sehingga guru mampu menjadi sumber identifikasi sumber. Kompetensi

sosial adalah kemampuan interaksi dan berkomunikasi sosial guru dengan

siswa, sesama guru, kepala sekolah, pegawai TU, dan anggota masyarakat di

lingkungannya. Kompetensi profesional adalah pengetahuan yang luas dan

dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta

penguasaan metodologis dalam arti memiliki konsep teoritik yang tepat serta

mampu menggunakannya dalam proses belajar-mengajar yang dapat dilatih

secara langsung dalam pendidikan pra jabatan guru. Selain itu, untuk mampu

menjalankan kewenangan personal-sosial dan kewenangan profesionalnya,

sebagai dasar dan landasannya, guru dituntut untuk memiliki keanekaragaman

kecakapan (competencies) yang bersifat psikologis, yaitu kompetensi kognitif,

kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik.

Kompetensi kognitif atau ranah cipta mengandung bermacam-macam

pengetahuan baik yang bersifat deklaratif maupun prosedural. Keduanya

merupakan kategori pengetahuan kependidikan dan pengetahuan bidang studi

yang akan diajarkan dan diperoleh di bangku kuliah. Ukuran-ukuran yang

digunakan dalam kompetensi kognitif biasanya dilihat dari kemampuan

pemahaman terhadap ilmu pengetahuan kependidikan dan ilmu pengetahuan

materi bidang studi. Secara konkret dapat dilihat dari perolehan nilai akademik

siswa dalam proses belajar mengajar (nilai prasyarat PPL).

Pada kompetensi afektif meliputi seluruh fenomena perasaan dan

emosi seseorang terhadap dirinya sendiri dan orang lain : sikap dan persepsi

(52)

guru yang bersangkutan (self-concept); pandangan dan penilaian seorang guru

mengenai dirinya sendiri berdasarkan prestasinya (self-esteem); keyakinan

guru terhadap keefektifan kemampuannya sendiri dalam membangkitkan

gairah dan kegiatan para siswanya (self-efficacy) yang berhubungan dengan

kemampuan guru dalam berurusan dengan keterbatasan faktor di luar dirinya

ketika ia mengajar, artinya keyakinan guru terhadap kemampuannya sebagai

pengajar profesional bukan hanya dalam hal menyajikan materi pelajaran di

depan kelas saja, melainkan juga dalam hal memanipulasi (mendayagunakan)

keterbatasan ruang, waktu dan peralatan yang berhubungan dengan proses

belajar mengajar (teacher efficacy atau contextual efficacy); kecenderungan positif atau negatif terhadap dirinya sendiri berdasarkan penilaian yang lugas

atas bakat dan kemampuannya (self-acceptance attitude) yang diiringi dengan

rasa puas terhadap kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri guru tersebut.

Sikap ini akan berpengaruh secara psikologis terhadap sikap penerimaan pada

orang lain (others acceptance attitude).

Kompetensi ranah karsa guru terdiri atas kecakapan fisik umum yang

direfleksikan (dan diwujudkan) dalam bentuk gerakan dan tindakan umum

jasmani guru yang tidak langsung berhubungan dengan aktivitas mengajar,

sesuai dengan kebutuhan dan tata krama yang berlaku dan kecakapan fisik

khusus yang meliputi ketrampilan-ketrampilan ekspresi verbal (pernyataan

lisan) dan non verbal (pernyataan tindakan) tertentu yang direfleksikan guru

(53)

Salah satu kompetensi keguruan yang masih harus dimiliki oleh

seorang guru maupun calon guru, yaitu kompetensi pedagogi. Di dalam

pelaksanaan pendidikan, baik itu formal, nonformal atau informal peranan

guru sangatlah penting. Kompetensi pedagogi bagi seorang pendidik atau guru

nampak terlihat dalam penampilannya sebagai seorang guru (pendidik).

Pedagogi adalah kajian mengenai pengajaran, khususnya pengajaran dalam

pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains dan seni mengenai cara

mengajar di sekolah (www.wikipedia.com).

Pedagogi merupakan satu ilmu yang luas dan mendalam. Pada

lazimnya, seorang calon guru akan menerusi teori pembelajaran dan

pengajaran serta hakikat pengajaran sebelum menjadi guru. Di samping itu, ia

pun harus mempelajari hal-hal yang berkaitan juga dengan organisasi sekolah,

kurikulum sekolah, metode pengajaran, interaksi belajar-mengajar dan lain

sebagainya.

Ciri-ciri yang harus dimiliki guru dalam kompetensi pedagogi adalah

sebagai berikut.

1. Adanya kewibawaan yang terpancar daripada dirinya terhadap anak didik.

Ciri ini akan mengundang ketaatan, karena ciri ini akan cocok dengan

ketakberdayaan anak. Dengan kata lain, kewibawaan itu harus berbanding

dengan ketakberdayaan anak didik.

2. Mengenal anak didiknya

Seorang guru yang menghadapi anak secara perorangan itu harus mampu

(54)

3. Mau membantu anak didiknya

Seorang guru yang tidak memiliki ciri ini dikhawatirkan akan bertindak

terlalu dominan (mempengaruhi sekali), sehingga ia lupa akan hal penting

dalam pendidikan, yaitu bahwa setiap anak pada dasarnya ingin menjadi

dirinya sendiri, ingin berdiri sendiri, ingin bertanggungjawab sendiri, dan

ingin menentukan diri sendiri. Akan tetapi, ia tahu bahwa siswa itu belum

mampu untuk itu dan karena itu perlu bantuan.

Jika diilustrasikan dalam gambar, maka model penelitian ini adalah

sebagai berikut :

G. Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang positif antara sikap guru praktikan dengan

kompetensi keguruan pada guru praktikan PPL.

2. Terdapat hubungan yang positif antara kemampuan interaksi

belajar-mengajar dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan PPL.

3. Terdapat hubungan yang positif antara nilai mata kuliah prasyarat PPL

II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan PPL. Sikap guru

Praktikan

Kemampuan Interaksi Belajar

Mengajar

Nilai mata kuliah Prasyarat PPL II

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini termasuk dalam

penelitian :

1. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang terbatas pada usaha

mengungkapkan maksud dan keadaan sebagaimana adanya hanya bersifat

sekedar mengungkapkan fakta.

2. Studi Kasus, yaitu penelitian terhadap subjek tertentu dengan cara

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan subjek penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma, Mrican -

Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2007

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru praktikan PPL periode

(56)

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah sikap guru praktikan, kemampuan interaksi

belajar-mengajar, nilai mata kuliah prasyarat PPL II dan kompetensi

keguruan pada guru praktikan.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah sekumpulan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek

atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2003:55). Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka populasi dalam

penelitian ini adalah mahasiswa peserta PPL II Universitas Sanata Dharma

Program Studi Pendidikan Akuntansi periode Februari-Mei 2007 yang

berjumlah 33 orang.

E. Variabel Penelitian dan Operasionalnya 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek penelitian atau

faktor-faktor yang berperan atau gejala-gejala yang diteliti. Variabel yang

(57)

a. Variabel bebas atau independent variable yaitu :

1). Sikap Guru Praktikan

Tabel 1 : Kisi-kisi Variabel Sikap Guru Praktikan

Indikator Nomor Instrumen Kuesioner Afeksi 1, 4, 5, 12, 13, 17, 18, 20

Kognisi 2, 3, 10, 11, 19 Perilaku 6, 7, 8, 9, 14, 15, 16

2). Kemampuan Interaksi Guru Praktikan

Tabel 2 : Kisi-kisi Variabel Kemampuan Interaksi Guru Praktikan

Indikator Nomer Instrumen Kuesioner Verbal 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18 Tindakan 1, 2, 3, 4, 10, 14, 19, 20

3). Nilai mata Kuliah Prasyarat PPL II Guru Praktikan

Tabel 3 : Kisi-kisi Variabel Nilai Mata Kuliah Prasyarat PPL II Guru

Praktikan

Indikator Nomor Instrumen Kuesioner Mata Kuliah Dasar Keahlian 1, 2, 3, 4

Proses Belajar Mengajar 5, 6, 7, 8

Bidang Studi 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

b. Variabel terikat atau dependent variable

Kompetensi Keguruan Guru Praktikan PPL

Tabel 4 : Kisi-kisi Variabel Kompetensi Keguruan Guru Praktikan PPL

Indikator Nomor Instrumen Kuesioner Personal 1, 7, 8, 10, 11

Sosial 3, 5, 6

(58)

2. Pengukuran

a. Pengukuran sikap guru praktikan, kemampuan interaksi

belajar-mengajar guru praktikan dan kompetensi belajar-mengajar guru praktikan

menggunakan skala likert dengan memberikan skor 1 sampai dengan 4

pada setiap pertanyaan.

Pengukuran tersebut adalah :

Kriteria Jawaban Skor Positif

Sangat setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

b. Pengukuran nilai mata kuliah prasyarat PPL II dilakukan dengan

menjumlahkan nilai keseluruhan dari mata kuliah prasyarat yang ada,

lalu dibagi dengan jumlah mata kuliah prasyarat atau nilai indeks

prestasi kumulatif nilai prasyarat PPL.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner/angket

Kuesioner/angket adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan

sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi

dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya.

(59)

guru praktikan, kemampuan interaksi belajar-mengajar dan nilai mata

kuliah prasyarat PPL II dan kompetensi keguruan guru praktikan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan benda-benda tertulis

yang tersedia di kampus guna melengkapi data tentang gambaran umum

kampus Universitas Sanata Dharma.

3. Wawancara

Wawancara adalah metode tanya jawab langsung kepada mahasiswa,

dosen, dan karyawan guna mendapatkan keterangan tambahan tentang

gambaran umum kampus Universitas Sanata Dharma

G. Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1999). Alat ukur

dikatakan valid bila dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat dan akurat

sesuai dengan maksud dan tujuan dilakukannya pengukuran.

Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas isi yang dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi

instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,

untuk memilih item yang berkualitas maka perlu dilakukan seleksi item.

Seleksi item dapat diketahui setelah dilakukan uji coba item dan analisis item.

(60)

yang relatif mirip dengan subjek yang akan diukur. Sementara itu, analisis

item dilakukan dengan korelasi antara skor item dengan skor total dengan

pendekatan internalconsistency. Teknik yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson dengan koefisien korelasi rxy (Azwar, 1999). Kriterium yang digunakan adalah skor total dibandingkan dengan skor setiap

item. x = masing-masing variabel bebas y = variabel terikat

n = jumlah sampel

Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian tersebut valid atau

tidak, maka ketentuannya sebagai berikut :

a. Jika rhitung > rtabel dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen

penelitian dikatakan valid.

b. Jika rhitung < rtabel dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen

penelitian dikatakan tidak valid.

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan komputasi melalui

program SPSS versi 11.5.

Dari hasil korelasi product momentnya Pearson untuk variabel sikap guru praktikan PPL, dari 20 item pernyataan, setelah diujicobakan kepada 25

(61)

Dari harga-harga koefisien korelasi tersebut, ternyata semuanya dinyatakan

valid.

Dari hasil korelasi product momentnya Pearson untuk variabel kemampuan interaksi belajar-mengajar guru praktikan PPL, dari 20 item

pernyataan, setelah diujicobakan kepada 25 responden diperoleh harga

koefisien korelasi mulai dari 0.197 sampai 0.821. Dari harga-harga koefisien

korelasi tersebut, ternyata ada 17 item yang dinyatakan valid yaitu item 2, 3, 4,

5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 19, sedangkan item lainnya

yaitu item 1, 18 dan 20 dinyatakan tidak valid dan untuk selanjutnya ketiga

item tersebut tidak diikutsertakan dalam angket penelitian selanjutnya.

Dalam penelitian ini, untuk variabel bebas nilai mata kuliah prasyarat

PPL, tidak ikut diuji validitas karena hasil yang sudah diperoleh berdasarkan

data dari responden sudah merupakan data yang sebenarnya.

Dari hasil korelasi product momentnya Pearson untuk variabel kompetensi keguruan guru praktikan, dari 20 item pernyataan, setelah

diujicobakan kepada 25 responden diperoleh harga koefisien korelasi mulai

dari 0.267 sampai 0.826. Dari harga-harga koefisien korelasi tersebut, ternyata

semuanya dinyatakan valid.

2. Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi Variabel Sikap Guru Praktikan ..................................
Tabel 4 : Kisi-kisi Variabel Kompetensi Keguruan Guru Praktikan PPL
Tabel  5 : Penilaian Sikap Guru Praktikan
Tabel 6 : Penilaian Kemampuan Interaksi Belajar-Mengajar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, sehingga mereka mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial antara lain adalah: Kebutuhan akan perasaan diterima di oleh orang lain dimana

Dengan dibantu Pengurus Kelas (Komisaris Kelas, Wakil Komisaris Kelas, dan Sekretaris Komisaris Kelas), dosen pengampu membentuk 12 kelompok mahasiswa

Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain: harus mengandung semua zat

Our purpose was to know the implementation of Regulation of District Bogor number 16 year 2007 about Intensification Handling and Operation of Virus Flu Bird / Avian

sudah dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 20081. Diperolehnya data dan informasi derajat kesehatan Kota Padang

Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lebong Kabupaten Lebong

Demikian agar maklum dan atas perhatian serta partisipasinya dalam pelelangan ini diucapkan terima kasih. Tubei, 31

[r]