3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian asosiatif. Penelitian Asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2010). Menggunakan penelitian asosiatif karena peneliti ingin mengetahui pengaruh tiap variabel, yaitu:
pengaruh antara financial interaction and relationship terhadap financial attitude, financial knowledge, dan purposive financial socialization terhadap financial attitude, financial knowledge, dan financial capabilities, serta pengaruh ke dua variabel tersebut terhadap financial behavior dan financial well-being sehingga bagaimana pengaruh keseluruhannya terhadap financial well-being seorang yang sedang bekerja di Surabaya.
3.2. Gambaran Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi
Menurut Santoso (2003), populasi adalah kumpulan dari semua elemen yang sedang dipelajari, dan yang daripadanya akan diambil kesimpulan tertentu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang yang berdomisili di Surabaya. Dengan anggapan bahwa orang yang bekerja telah memiliki uang pribadi oleh karena itu seorang yang telah bekerja harus mampu mengatur keuangan pribadinya agar dapat mencapai kesejahteraan finansial dalam hidupnya.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, bisa sebagian dari populasi namun tidak semua elemen dari populasi (Santoso, 2003). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono, 2010). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Sedang Bekerja dan Memiliki Penghasilan.
Orang yang sedang bekerja pasti telah memiliki pendapatan. Dari cara seseorang mengelola pendapatannya dapat diukur interaksi yang didapatkan dari orangtua selama pertumbuhannya, serta keikutsertaan orangtua dalam memberikan financial socialization, interaction and relationship yang baik serta purposive financial socialization yang baik diharapkan akan menghasilkan financial attitude dan financial knowledge yang baik juga. Sehingga pada akhirnya dapat dilihat dari hasil tersebut menghasilkan financial behavior yang baik atau buruk serta dapat dilihat keadaan financial well-being dari cara responden mengelola pendapatan tersebut.
Beberapa penelitian, khususnya untuk mencari populasi penelitian, seluruh jumlah manusia tidak dapat dipelajari. Hal ini dapat terjadi karena populasi yang terlalu besar, waktu yang terlalu singkat, kendala keuangan, atau kurangnya sumber daya lainnya (Lemeshow, Hosmer, Klar, & Lwanga, 1990). Dalam kasus penelitian ini, jumlah populasi sangat banyak yaitu merupakan orang yang sudah bekerja di Surabaya, dan terdapat kendala waktu yang singkat untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam menentukan jumlah minimal penggunaan sampel yang harus dicari, peneliti menggunakan rumus (Lemeshow, Hosmer, Klar, & Lwanga, 1990) agar dapat mengukur jumlah sampelnya. Berikut ini merupakan rumus Lemeshow:
(3.1.)
n : Ukuran Sampel
Z : Jumlah Standart Error α : Tingkat Signifikansi P : Proporsi Populasi
d : Jarak dari proporsi populasi
Berdasarkan rumus diatas, maka perhitungan besar sampel adalah sebagai berikut:
n= 96.825 ≈ 100 Responden
Dari perhitungan di atas dengan menggunakan tingkat signifikansi 10%, dapat diketahui jumlah sampel penelitian ini sebanyak 100 sampel dari populasi orang yang sedang bekerja di Surabaya.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah primer kuantitatif. Pengertian data primer kuantitatif adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau sekelompok orang maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian terhadap benda (Maulidi, 2016). Dari penelitian ini, data primer berasal dari jawaban yang diberikan responden terhadap pertanyaan yang diberikan peneliti melalui penyebaran kuisioner. Sumber data berupa angket kuisioner yang akan dibagikan kepada 100 responden sesuai dengan kriteria sampel yang ditentukan.
3.4. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data primer dan sekunder dalam suatu penelitian yang digunakan untuk pemecahan masalah yang sedang diteliti (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 2013, p. 17). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data primer dengan metode pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran angket kuisioner. Menurut Sugiyono (2016), angket dapat digunakan bila responden dalam jumlah yang besar dapat membaca dengan baik dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia.
Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kuesioner
Kuesioner ini dibuat dengan menggunakan beberapa pernyataan dan pertanyaan untuk mengukur variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu family interaction and relationship, purposive
financial socialization, financial knowledge, financial attitude, financial behavior, dan financial well-being.
2. Pretest
Pretest dibagikan kepada 30 responden sesuai dengan kriteria sampel di atas yaitu orang yang sedang bekerja dan memiliki pendapatan di Surabaya. Pretest dibagikan terlebih dahulu dengan harapan peneliti dapat mengetahui apakah pernyataan dan pertanyaan yang disajikan sudah sesuai dan apakah kuesioner tersebut mampu dipahami oleh responden.
3. Redesign
Kuesioner pada penelitian ini dilakukan redesign karena setelah peneliti melakukan evaluasi, terdapat beberapa pertanyaan dan pernyataan yang kurang dipahami oleh responden sehingga peneliti mengubah kalimat-kalimat kuesioner tersebut agar dapat lebih dipahami.
4. Final Test Kuesioner
Setelah melakukan redesign kuesioner, peneliti akhirnya menyebar ulang kuesioner yang telah diperbaharui. Pernyataan yang diajukan tetap seputar variabel yang diukur hanya kata-kata dan kalimatnya yang diperbaharui sehingga mudah dimengerti.
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur variabel dengan menggunakan skala likert 1-5 untuk variabel family interaction and relationship, purposive financial socialization, financial attitude, financial behavior, serta financial well-being.
Penelitian ini juga menggunakan skala Guttman "0", "1" untuk mengukur variabel financial knowledge.
Tabel 3.1. Interval Rata – Rata Skor Skala Likert untuk Menyatakan Persetujuan
Skor Kriteria Setiap Variabel 1
2 3 4 5
Sangat tidak setuju Tidak setuju
Netral Setuju Sangat Setuju
Sumber: (Sugiyono, 2010)
Tabel 3.2. Interval Rata – Rata Skor Skala Likert untuk Menyatakan Frekuensi
Skor Kriteria Setiap Variabel 1
2 3 4 5
Tidak pernah Jarang Kadang-kadang
Biasanya Selalu
Sumber: (Sugiyono, 2010)
3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Konsep : Family Interaction and Relationship
Definisi Operasional : Interaksi optimal serta hubungan baik yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya sehari-hari. (Dewi, 2014)
Indikator Empirik : Indikator pada family interaction and relationship akan diukur dengan menggunakan skala likert 1-5. Adapun indikator pada variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adaptation: Kemampuan keluarga untuk membagi dan menggunakan sumber daya keuangan yang ada dalam keluarga tersebut.
2. Partnership: Saling bertukar pikiran untuk menyelesaikan permasalahan keuangan melalui komunikasi.
3. Growth: Proses pertumbuhan fisik dan mendapatkan edukasi dari orang tua tentang keuangan.
4. Affection: Pembagian emosi seperti cinta, marah, benci, kasih sayang antara anggota keluarga dalam hal keuangan.
5. Resolve: Pembagian waktu, ruang, dan uang yang adil dalam keluarga.
2. Konsep : Purposive Financial Socialization
Definisi Operasional : Usaha yang sengaja dilakukan oleh sebuah keluarga untuk mensosialisasikan kebiasaan- kebiasaan finansial pada anggota keluarganya (Gudmunson and Danes, 2011) Indikator Empirik : Indikator pada variabel ini diukur dengan 4
pernyataan dan menggunakan skala likert 1- 5. Adapun indikator dari variabel ini adalah sebagai berikut : (Harder et al., 2014;
Jorgensen & Savla, 2010; Sabri, 2011; Shim et al., 2009)
1. Belajar dari orangtua tentang keuangan.
2. Keterbukaan orangtua tentang hal keuangan.
3. Adanya pengajaran secara langsung tentang keuangan.
4. Adanya pengaruh dari orangtua tentang manajemen uang.
3. Konsep : Financial Attitude
Definisi Operasional : Keadaan pikiran, pendapat, serta penilaian tentang keuangan. (Furnham,1984 dalam Herdijono & Damanik, 2016)
Indikator Empirik : Indikator dari variabel financial attitude akan diukur dengan memberikan 6 pernyataan kepada responden dan menggunakan skala likert 1-5. Adapun indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut :
1. Obsession: Pola pikir seseorang tentang uang dan presepsinya terhadap masa depan.
2. Power: Uang sebagai kekuatan untuk mengendalikan orang lain.
3. Retention: Mampu menahan diri untuk tidak menghabiskan uang.
4. Security: Melindungi uang yang dimiliki dengan cara yang berlebihan.
5. Inadequacy: Perilaku tidak pernah puas dengan uang yang dimilikinya.
6. Effort: Seseorang merasa pantas memiliki uang atas jerih payahnya sendiri.
4. Konsep : Financial Knowledge
Definisi Operasional : Penguasaan seseorang atas berbagai hal tentang manajemen keuangan (Chen &
Volpe, 1998 dalam Adriana, 2012).
Indikator Empirik : Indikator dari variabel ini akan diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan mengenai kemampuan responden mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. General knowledge: pengetahuan umum mengenai keuangan.
2. Saving and borrowing: pengetahuan mengenai dasar tabungan dan pinjaman.
3. Investment: produk-produk investasi seperti obligasi, saham).
4. Insurance: pengetahuan mengenai pentingnya asuransi.
5. Konsep : Financial Behavior
Definisi Operasional : Perilaku pengelolaan keuangan individu yang diukur melalui tanggung jawab seseorang dalam mengontrol pengeluaran, menabung, dan berinvestasi (Perry dan Morris, 2005).
Indikator Empirik : Indikator dari variabel ini diukur dengan menggunakan 5 pernyataan yang dinilai dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5 adapun indikator variabel ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5. Indikator Empirik Financial Behavior
No. Pernyataan
1. Mengontrol pengeluaran pribadi 2. Membayar tagihan tepat waktu
3. Merencanakan keuangan untuk masa depan 4. Menyimpan uang (Menabung)
5. Menyediakan kebutuhan untuk diri sendiri dan keluarga
6. Konsep : Financial well-being
Definisi Operasional : Suatu keadaan saat seseorang dapat memenuhi kewajiban keuangannya saat ini dan dapat memenuhi kebutuhan dalam kehidupan yang sedang berlangsung, merasa aman terhadap keuangannya di masa depan, dan mampu membuat keputusan terbaik untuk keuangannya di masa depannya (Consumer Financial Protection Bureau, 2015).
Indikator Empirik : Indikator dari variabel ini diukur dengan memberikan 4 pernyataan sebagai berikut : 1. Memiliki kontrol keuangan per hari dan
per bulan
2. Memiliki kapasitas untuk menyerap financial shock: Memiliki kesejahteraan finansial yang tinggi agar dapat menyerap financial shock.
3. Berada dalam jalur untuk mewujudkan financial goals: Memiliki rencana keuangan formal maupun informal agar pengeluaran terkendali.
4. Memiliki financial freedom yang dapat memberikan seseorang kebebasan untuk menikmati hidup: Perasaan mampu untuk membeli atau mewujudkan apa yang disenangi.
3.6. Teknik Analisa Data
Variabel dalam penelitian ini diukur menggunakan skala likert dan skala Guttman. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator-indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut akan dijadikan sebagai titik tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanayaan dan pernyataan (Sugiyono, 2016).
Tabel 3.1 digunakan untuk mengukur pernyataan yang terdapat pada variabel family interaction and relationship, purposive financial socialization, financial attitude, financial behavior dan financial well-being nomor 1 dan 2.
Tabel 3.2 digunakan untuk mengukur pernyataan yang terdapat pada variabel financial well-being nomor 3-4.
Skala kedua yang digunakan adalah skala Guttman. Menurut Sugiyono (2009), skala Guttman hanya memiliki dua interval seperti "setuju" dan "sangat tidak setuju". Skala Guttman digunakan apabila peneliti ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu pertanyaan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala Guttman untuk mengukur financial knowledge pertanyaan nomor 1-10. Pada variabel financial knowledge, peneliti menggunakan jawaban
"benar" dengan skor "1" dan jawaban "salah" dengan skor "0" untuk mengukur variabelnya.
Tabel 3.3. Coding Financial Knowledge
Jawaban Kode
Benar 1
Salah 0
Perhitungan mean untuk keseluruhan jawaban responden adalah sebagai berikut:
Rumus Mean :
...(3.2) Berdasarkan 10 pertanyaan tersebut, akan dibagi menjadi 3 golongan nilai dengan cara:
= 33,333 Keterangan:
100 = Nilai paling tinggi 0 = Nilai paling rendah
3 = Penggolongan nilai financial knowledge
Tabel 3.4. Kategori Persentase Jawaban Benar Responden
Nilai Hasil Kode 0-33,33 Rendah 1
>33,33-66,67 Sedang 2
>66,67-100 Tinggi 3
3.6.1. Uji Partial Least Square
Teknik analisa data yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisa data yang telah terkumpul adalah teknik PLS (Partial Least Square). PLS merupakan metode analisis yang powerful oleh karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi (Tanenhaus dan Hanafi, 2010). Peneliti menggunakan software Smart PLS versi 3. Menurut Noor (2014), menggunakan metode PLS memiliki keunggulan antara lain data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang sama) dan ukuran sampel tidak harus besar. Dari kelebihan ini peneliti menggunakan metode analisa data PLS untuk menganalisa datanya. Berikut langkah-langkah pengolahan data:
1. Peneliti menentukan dimana responden yang sesuai untuk kriteria penelitian.
2. Setelah menentukan dimana, peneliti akan membagikan kuisioner kepada responden secara acak.
3. Setelah data-data kuisioner telah terkumpul, data akan direkap dalam bentuk excel.
4. Di excel, data-data tersebut diberi kode (Coding) untuk diproses lebih lanjut di dalam PLS.
PLS memiliki 2 model indikator, yaitu model indikator refleksif dan model indikator formatif. Indikator refleksif disebut juga principal factor model dimana model ini menghipotesiskan perubahan pada variabel akan mempengaruhi perubahan pada indikator yang telah ditentukan oleh peneliti.
Sedangkan indikator formatif mengasumsikan bahwa indikator dipengaruhi oleh variabel-variabel yang diteliti oleh peneliti sehingga arah hubungan mengalir secara bersama-sama menentukan konsep dari variabel yang diteliti.
Dari penjelasan ini, peneliti menggunakan model indikator pertama yaitu indikator refleksif (principal factor model) karena peneliti membuat berbagai indikator-indikator pertanyaan yang mempengaruhi variabel, sehingga arah hubungan akan mengalir dari variabel menuju ke indikator-indikator yang telah disediakan.
3.6.2. Koding dan Rumus
Berikut adalah kategori mean jawaban responden pada variabel family interaction and relationship, purposive financial socialization, financial attitude, fiancial behavior, dan financial well-being:
Nilai dari skala likert akan dibagi menjadi 5 penggolongan (Tabel 3.6.) nilai dengan cara (Simamora, 2004):
Nilai tertinggi – nilai terendah Kategori penggolongan nilai
5−1 = 0,8
5
Tabel 3.6. Kategori Mean Jawaban Responden
Kode Kategori Interval
1 Sangat rendah 1,00 – 1,80
2 Rendah > 1,80 – 2,60
3 Cukup tinggi > 2,60 – 3,40
4 Tinggi > 3,40 – 4,20
5 Sangat tinggi > 4,20 – 5,00
Sedangkan untuk mengukur variabel financial knowledge akan diukur dengan 3 penggolongan (Tabel 3.7.) sebagai berikut:
= 33,333 Keterangan:
100 = Nilai paling tinggi 0 = Nilai paling rendah
3 = Penggolongan nilai financial knowledge
Tabel 3.7. Kategori Persentase Jawaban Benar Responden
Nilai Hasil Kode
0-33,33 Rendah 1
>33,33-66,67 Sedang 2
>66,67-100 Tinggi 3
3.6.3. Mengkonstruksi Diagram Jalur
Konstruksi ini bertujuan untuk menunjukan hubungan antar variabel dengan indikator-indikator yang dibuat oleh peneliti. Hubungan tersebut akan divisualisasikan dalam bentuk gambar sehingga mudah dimengerti oleh pembaca. Hal tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat new project.
b. Impor data yang telah dieksport dalam format .csv ke program PLS.
c. Membuat variabel laten beserta koneksinya.
d. Menghubungkan indikator-indikator yang relevan dengan variabel laten.
Diagram Path dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
FIR = Family Interaction and Relationship FIR1, FIR2, FIR3, FIR4, FIR5 = Indikator Family Interaction and
Relationship
PFS = Purposive Financial Socialization
PFS1, PFS2, PFS3, PFS4 = Indikator Purposive Financial Socialization
FA = Financial Atittude
FA1, FA2, FA3, FA4, FA5 = Indikator Financial Attitude
FK = Financial Knowledge
FK1, FK2, FK3, FK4 = Indikator Financial Knowledge
FB = Financial Behavior
FB1, FB2, FB3, FB4, FB5 = Indikator Financial Behavior
FW = Financial Well-Being
FW1, FW2, FW3, FW4 = Indikator Financial Well-Being
Gambar 3.1 Model Analisis Persamaan Struktural
FIR 1 FIR 2 FIR 3 FIR 4 FIR 5 PFS 1 PFS 2 PFS 3 PFS 4
FA 1 FA 2 FA 3 FA 4 FA 5
FB 1 FB 2 FB 3 FB 4
FWB2
FWB 3
FWB 4 FWB 1
FA 6
FB 5
3.6.4. Uji Goodness of Fit Outer Model (Model Pengukuran)
Uji Outer Model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Outer Model pengukuran menenukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif, berdasarkan definisi operasional variabel (Noor, 2014).
Uji ini digunakan untuk menguji validitas dan reabilitas penelitian.
Validitas adalah derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitia dengan daya yang dpat dilaporkan oleh peneliti. (Sugiyono, 2016).
Uji validitas merupakan alat ukur yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kevalidan suatu kuesioner. Sebuah penelitian dikatakan valid ketika instrumen dalam penelitian tersebut dapat digunakan untuk mengukr apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2016). Sedangkan menurut Abdurahman
& Muhidin (2007), suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat. Uji realibilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa konsisten instrumen yang diukur sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengurukuan dapat dipercaya. Evaluasi dalam model pengukuran ini dapat dengan cara:
a. Discriminant Validity
Discriminant Validity merupakan pengukuran indikator dengan variabel laten. Cara ini dapat diukur berdasarkan nilai cross loading. Nilai cross loading yang diharapkan bahwa setiap indikator memiliki loading yang lebih tinggi untuk konstruk yang diukur.
b. Reliability Test
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi internal alat ukur. Hasil pengukuran tersebut dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran dalam subjek yang homogen (sama) diperoleh hasil yang juga relatif sama. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran. Untuk menguji realibilitas suatu instrumen penelitian adalah dengan menggunakan composite reliablity. Composite reliability digunakan untuk mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk dengan nilai batas yang diterima harus > 0,7.
c. Loading Factor
Nilai ini menunjukkan korelasi antara indikator yang diguakan dengan konstruknya. Nilai loading factor di bawah <0,7 menunjukkan bahwa indikator yang digunakan tidak bekerja pada model pengukuran. Nilai loading factor yang diharapkan >0,7.
d. Average Variance Extracted (AVE)
Nilai AVE digunakan untuk mengukur banyaknya varian yang dapat digunakan oleh konstruk. Nilai AVE yang diharapkan >0,5. Tetapi menurut Bettencourt (2004), nilai AVE pada kisaran 0,40 juga masih dapat diterima (dalam Rosebush, 2011).
3.6.5. Uji Inner Model (Model Struktural)
Menurut Noor (2014), Inner model menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian yang terdiri dari:
a. Teori
b. Hasi penelitian empiris
c. Analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu yang lain
d. Normatif, misal peraturan pemerintah, undang-undang, dan lain sebagainya
e. Rasional
Pengujian model structural (Inner model), melalui nilai R-square yang di uji menggunakan metode partial least square structural equation modelling (PLS-SEM). R-square mengartikan keragaman konstruk endogen yang mampu dijelaskan oleh konstruk-konstruk eksogen secara serentak (Ghozali, 2011).
Mengukur model konstruk dalam penelitian ini menggunakan Q- square predictive relevance. Jika Q-square > 0 maka model memiliki predictive relevance, sebaliknya jika nilai Q-square < 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance (Ghozali, 2011).
Q-square dapat dihitung menggunkan rumus sebagai berikut:
...Rumus Q-square (3.3) Keterangan:
R12R22...Rp2: R-square variabel endogen dalam model.
3.6.6. Uji Hipotesa
Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan metode resampling bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser and Stone. Uji statistik yang akan digunakan adalah satistik t atau uji t. Pengujian dilakukan dengan uji t bilamana diperoleh p-value ≤ 1,96 (Noor, 2014).
Kriteria pengujian adalah terima apabila T statistic >1,96.
a. Hipotesis 1:
1. H0 : FIR = 0, artinya financial interaction relationship tidak berpengaruh signifikan financial attitude.
2. H1 : FIR ≠ 0, artinya financial interaction relationship berpengaruh signifikan terhadap financial attitude.
Kriteria keputusan:
Apabila t-value ≥ 1.96, maka tolak H0, financial interication relationship berpengaruh signifikan terhadap financial attitude.
Apabila t-value < 1.96, maka terima H0, financial interaction relationship tidak berpengaruh signifikan terhadap financial attitude.
b. Hipotesis 2:
1. H0 : FIR = 0, artinya financial interaction relationship tidak berpengaruh signifikan financial knowledge.
2. H1 : FIR ≠ 0, artinya financial interaction relationship berpengaruh signifikan terhadap financial knowledge.
Kriteria keputusan:
Apabila t-value ≥ 1.96, maka tolak H0, financial interication relationship berpengaruh signifikan terhadap financial kowledge.
Apabila t-value < 1.96, maka terima H0, financial interaction relationship tidak berpengaruh signifikan terhadap financial knowledge.
c. Hipotesis 3:
1. H0 : PFS = 0, artinya purposive financial socialization tidak berpengaruh signifikan financial attitude.
2. H1 : PFS ≠ 0, artinya purposive financial socialization berpengaruh signifikan terhadap financial attitude.
Kriteria keputusan:
Apabila t-value ≥ 1.96, maka tolak H0, purposive financial socialization berpengaruh signifikan terhadap financial attitude.
Apabila t-value < 1.96, maka terima H0, purposive financial socialization tidak berpengaruh signifikan terhadap financial attitude.
d. Hipotesis 4:
1. H0 : PFS = 0, artinya purposive financial socialization tidak berpengaruh signifikan financial knowledge.
2. H1 : PFS ≠ 0, artinya purposive financial socialization berpengaruh signifikan terhadap financial knowledge.
Kriteria keputusan:
Apabila t-value ≥ 1.96, maka tolak H0, purposive financial socialization berpengaruh signifikan terhadap financial knowledge.
Apabila t-value < 1.96, maka terima H0, purposive financial socialization tidak berpengaruh signifikan terhadap financial knowledge.
e. Hipotesis 5:
1. H0 : FA = 0, artinya financial attitude tidak berpengaruh signifikan financial behavior.
2. H1 : FA ≠ 0, artinya financial attitude berpengaruh signifikan terhadap financial behavior.
Kriteria keputusan:
Apabila t-value ≥ 1.96, maka tolak H0, financial attitude berpengaruh signifikan terhadap financial behavior.
Apabila t-value < 1.96, maka terima H0, financial attitude tidak berpengaruh signifikan terhadap financial behavior.
f. Hipotesis 6:
1. H0 : FA = 0, artinya financial attitude tidak berpengaruh signifikan financial well-being.
2. H1 : FA ≠ 0, artinya financial attitude berpengaruh signifikan terhadap financial well-being.
Kriteria keputusan:
Apabila t-value ≥ 1.96, maka tolak H0, financial attitude berpengaruh signifikan terhadap financial well-being.
Apabila t-value < 1.96, maka terima H0, financial attitude tidak berpengaruh signifikan terhadap financial well-being.
g. Hipotesis 7:
1. H0 : FK = 0, artinya financial knowledge tidak berpengaruh signifikan financial behavior.
2. H1 : FK ≠ 0, artinya financial knowledge berpengaruh signifikan terhadap financial behavior.
Kriteria keputusan:
Apabila t-value ≥ 1.96, maka tolak H0, financial knowledge berpengaruh signifikan terhadap financial behavior.
Apabila t-value < 1.96, maka terima H0, financial knowledge tidak berpengaruh signifikan terhadap financial behavior.
h. Hipotesis 8:
1. H0 : FK = 0, artinya financial knowledge tidak berpengaruh signifikan financial well-being.
2. H1 : FK ≠ 0, artinya financial knowledge berpengaruh signifikan terhadap financial well-being.
Kriteria keputusan:
Apabila t-value ≥ 1.96, maka tolak H0, financial knowledge berpengaruh signifikan terhadap financial well-being.
Apabila t-value < 1.96, maka terima H0, financial knowledge tidak berpengaruh signifikan terhadap financial well-being.
i. Hipotesis 9:
1. H0 : FB = 0, artinya financial behavior tidak berpengaruh signifikan financial well-being.
2. H1 : FB ≠ 0, artinya financial behavior berpengaruh signifikan terhadap financial well-being.
Kriteria keputusan:
Apabila t-value ≥ 1.96, maka tolak H0, financial behavior berpengaruh signifikan terhadap financial well-being.
Apabila t-value < 1.96, maka terima H0, financial behavior tidak berpengaruh signifikan terhadap financial well-being.