DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
ANALISIS MASA DEPAN ... 1
1.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah ... 1
1.1.1. Letak Geografis... 1
1.1.2. Pemerintahan... 3
1.1.3. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 3
1.1.4. Sosial dan Kesejahteraan Rakyat ... 6
1.1.5. Pertanian... 8
1.1.6. Industri, Listrik dan Air Minum... 10
1.1.7. Perdagangan ... 10
1.1.8. Hotel dan Pariwisata ... 11
1.1.9. Transportasi dan Komunikasi ... 13
1.1.10. Keuangan Daerah dan Harga ... 14
1.1.11. Pengeluaran Penduduk dan Konsumsi Makanan ... 15
1.1.12. Pendapatan Regional ... 16
1.2. Analisis Kondisi Masa Depan ... 17
1.2.1. Potensi Unggulan Daerah ... 17
1.2.2. Tema Pembangunan Wonosobo ... 18
1.2.2. Arah Pengembangan Kabupaten Wonosobo ... 19
1.2.3. Pembagian Sistem Perwilayahan ... 21
1.2.4. Pengembangan Kawasan Perdesaan ... 25
ANALISIS KESIAPAN KABUPATEN WONOSOBO ... 27
2.1. Analisis Nature Kabupaten Wonosobo ... 27
2.1.1. Sumber Daya Alam... 27
2.1.2. Sumber Daya Mineral ... 28
2.2. Analisis Struktur Kabupaten Wonosobo ... 31
2.2.1. Kualitas Sumber Daya Manusia ... 31
2.2.2. Kualitas Sumber Daya Pemerintahan ... 32
2.2.3. Kapasitas Keuangan Daerah ... 35
2.2. Analisis Kesiapan Infrastruktur ... 37
2.2.1. Infrastruktur Fisik ... 37
2.2.2. Infrastruktur Digital ... 39
2.2.3. Infrastruktur Sosial... 40
2.3. Analisis Kesiapan Suprastruktur ... 41
2.3.1. Kebijakan Daerah ... 41
2.3.2. Kesiapan Kelembagaan Daerah ... 45
2.3.3. Kesiapan Organisasi Masyarakat Daerah ... 46
ANALISIS KESENJANGAN STRATEGIS ... 47
Smart Governance... 47
Strategi Strength – Opportunity (SO) ... 48
Strategi Weakness – Opportunity (WO) ... 49
Strategi Strength – Threat (ST) ... 49
Strategi Weakness – Threat (WT) ... 49
Smart Branding ... 50
Strategi Strength – Opportunity (SO) ... 51
Strategi Weakness – Opportunity (WO) ... 51
Strategi Strength – Threat (ST) ... 51
Strategi Weakness – Threat (WT) ... 51
Smart Economy ... 52
Strategi Strength – Opportunity (SO) ... 53
Strategi Weakness – Opportunity (WO) ... 53
Strategi Strength – Threat (ST) ... 54
Strategi Strength – Threat (ST) ... 56
Strategi Weakness – Threat (WT) ... 57
Smart Society ... 57
Strategi Strength – Opportunity (SO) ... 58
Strategi Weakness – Opportunity (WO) ... 58
Strategi Strength – Threat (ST) ... 59
Strategi Weakness – Threat (WT) ... 59
Smart Environment ... 60
Strategi Strength – Opportunity (SO) ... 61
Strategi Weakness – Opportunity (WO) ... 61
Strategi Strength – Threat (ST) ... 61
Strategi Weakness – Threat (WT) ... 62
ANALISIS VISI PEMBANGUNAN SMART CITY WONOSOBO ... 63
4.1. Analisis Visi Pembangunan Daerah... 63
4.2. Sasaran Smart City Wonosobo ... 69
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pembagian Wilayah Kabupaten Wonosobo ... 1
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Umum dan Jenis Kelamin di Kabupaten Wonosobo Tahun 2018 ... 5
Tabel 3. Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014-2018 ... 6
Tabel 4. Banyaknya Produksi Sampah Menurut Bulan di Kabupaten Wonosobo (m3) Tahun 2014-2018 ... 8
Tabel 5. Obyek Wisata di Kabupaten Wonosobo ... 12
Tabel 6. Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Berdasarkan Obyek Wisata di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014-2018 ... 12
Tabel 7. Jumlah Pelanggan Telpon Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo, 2014-2018 ... 14
Tabel 8. Analisis Sumber Daya Alam ... 28
Tabel 9. Analisis Sumber Daya Mineral ... 29
Tabel 10. Analisa Kualitas Sumber Daya Manusia ... 31
Tabel 11. Analisis Sumber Daya Pemerintahan ... 33
Tabel 12. Analisis Kesiapan Kapasitas Keuangan Daerah ... 36
Tabel 13. Analisis Kesiapan Infrastruktur Fisik... 38
Tabel 14. Analisis Kesiapan infrastruktur Digital ... 39
Tabel 15. Analisis Kesiapan Infrastruktur Sosial ... 41
Tabel 16. Dokumen Kebijakan Daerah Pendukung Smart City ... 42
Tabel 17. Analisis Kesiapan Organisasi Masyarakat Daerah ... 46
Tabel 18. Tujuan dan Sasaran Pelaksanaan Misi Pembangunan Kabupaten Wonosobo.. 64
Tabel 19. Sinkronisasi Misi, Tujuan, Sasaran, dan Kinerja Utama RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2016-2021 dan Dimensi Smart City ... 66
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Wonosobo ... 2
Gambar 2. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Wonosobo Tahun 2014 – 2018 ... 3
Gambar 3. Kepadatan Penduduk (per Km2) Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo, 2018 ... 4
Gambar 4. Perkembangan Produksi Padi (ton) di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014-2018 ... 9
Gambar 5. Jumlah Unit Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Wonosobo Tahun 2017 .... 11
Gambar 6. Persentase Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Tahun 2018... 13
Gambar 7. Laju Inflasi Umum Kabupaten Wonosobo Menurut Bulan Tahun 2018 ... 15
Gambar 8. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran... 16
Gambar 9. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Wonosobo, 2013-2018 ... 17
Gambar 10. Distribusi Persentase PDRB Menurut Sektor di Kabupaten Wonosobo Tahun 2018 ... 18
Gambar 11. Desa Wisata Lestari Tlogo ... 18
Gambar 12. Arah Pengembangan Wilayah Kabupaten Wonosobo ... 21
Gambar 13. Persentase Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Tahun 2018... 37
Gambar 14. Analisa Kesiapan Kelembagaan Smart City Wonosobo ... 45
ANALISIS MASA DEPAN
1.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 1.1.1. Letak Geografis
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 (tiga puluh lima) kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 98,468 ha. Berjarak sekitar 120 km dari Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah dan sekitar 520 km dari Jakarta, ibukota negara.
Kabupaten Wonosobo terbagi dalam 15 Kecamatan, 236 desa dan 29 kelurahan, dengan pembagian seperti tabel berikut.
Tabel 1. Pembagian Wilayah Kabupaten Wonosobo
No.
Kecamatan
Luas (ha)
Persentase Luas
Wilayah (%)
Jumlah Desa
Jumlah Kelurahan
Desa dan Kelurahan
1 Wonosobo 3.238 3,29 7 13 19
2 Kertek 6.214 6,31 19 2 21
3 Selomerto 3.971 4,03 22 2 24
4 Leksono 4.407 4,48 13 1 14
5 Garung 5.122 5,20 14 1 15
6 Mojotengah 4.507 4,58 16 3 19
7 Kejajar 5.762 5,85 15 1 16
8 Watumalang 6.823 6,93 15 1 16
9 Sapuran 7.772 7,89 16 1 17
10 Kalikajar 8.330 8,46 18 1 19
11 Kepil 9.387 9,53 20 1 21
12 Kaliwiro 10.008 10,16 20 1 21
13 Wadaslintang 12.716 12,91 16 1 17
1
Batas administratif wilayah Wonosobo adalah :
▪ Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Batang;
▪ Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Magelang;
▪ Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Purworejo;
▪ Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo.
Batas wilayah administrasi Kecamatan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber : Peta Digital Bappeda Kab. Wonosobo, diolah 2016
Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Wonosobo
Secara astronomis, Kabupaten Wonosobo terletak antara 7˚.11’ dan 7˚.36' lintang selatan, 109˚.43' dan 110˚.'04' bujur timur, pada ketinggian 200 – 2.250 meter dpl. Secara geografis, Kabupaten Wonosobo berada di tengah wilayah Jawa Tengah, bahkan berada pada tengahnya Pulau Jawa. Wilayah Wonosobo dilintasi jalur tengah. Kabupaten Wonosobo yang merupakan wilayah jalur transit dan penghubung antar Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Cilacap dan PKN Semarang. Dilalui jalur penghubung PKN Cilacap-PKN Semarang dan PKN Yogyakarta serta koridor KSPN Borobudur-Dieng. Kondisi ini juga menunjukkan adanya letak strategis ekonomi yang harus ditangkap peluangnya sebagai jalur yang dilalui tersebut.
1.1.2. Pemerintahan
Dalam menjalankan pemerintahannya, Kabupaten Wonosobo terbagi menjadi 15 wilayah kecamatan dan 265 desa/kelurahan. Sampai tahun 2018 terdapat 6.771 PNS yang terdiri dari 3.397 laki-laki dan 3.374 perempuan.
Ditinjau menurut pendidikan, Pegawai Negeri Sipil mempunyai pendidikan lebih baik dibandingkan pendidikan pekerja pada umumnya yaitu mereka yang berpendidikan rendah (SD dan SLTP sederajat) hanya 4,95 persen, senentara yang berpendidikan dipola dan universitas mencapai 80,06 persen.
Dilihat dari kepangkatannya, 50,72 persen PNS bergolongan III, sedangkan PNS Golongan I hanya sebesar 3,13 persen.
Gambar 2. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Wonosobo Tahun 2014 – 2018
1.1.3. Penduduk dan Tenaga Kerja
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Wonosobo sebesar 102,76. Hal ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Wonosobo lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Wonosobo tahun 2018 mencapai 800 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di 15 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Wonosobo dengan kepadatan sebesar 2.769 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Wadaslintang sebesar 412 jiwa/km2.
Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2017, penduduk Kabupaten Wonosobo mengalami pertumbuhan sebesar 0,42 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 0,41 persen dan penduduk perempuan sebesar 0,43 persen. Jumlah kepadatan penduduk masing-masing kecamatan di Kabupaten Wonosobo ditunjukkan oleh gambar 3.
Gambar 3. Kepadatan Penduduk (per Km2) Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo, 2018
Pada tahun 2018, di Kabupaten Wonosobo tercatat sebanyak 4.246 pencari kerja terdaftar di Dinas Tenaga Kerja, Industri dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo. Proporsi terbesar pencari kerja berpendidikan terakhir SMA sebesar 46,67 persen (2.109 pencari kerja) dan yang ditempatkan sebanyak 2.708 pekerja di tahun 2018.
Sektor pertanian merupakan sektor paling dominan sebagai lapangan usaha (lapangan pekerjaan utama) di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2018. Ini terlihat kontribusinya
Diikuti oleh sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel sebanyak 83.532 jiwa.
Status pekerjaan penduduk Kabupaten Wonosobo didominasi oleh berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar 90.704 jiwa. Hal ini bisa terjadi karena banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan perdagangan yang biasanya dilakukan oleh rumah tangga.
Detail lapangan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja ditunjukkan oleh tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Umum dan Jenis Kelamin di Kabupaten Wonosobo Tahun 2018
1.1.4. Sosial dan Kesejahteraan Rakyat
Pembangunan di bidang pendidikan tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 3, yang menunjukkan banyaknya siswa yang bersekolah (Angka Partisipasi Kasar – APK) pada jenjang pendidikan SD/MI sebesar 111.01, SMP/MTs sebesar 84,40 dan SMA/MA sebesar 54,80. Di tabel 3 juga menunjukkan Angka Partisipasi Murni (APM) di jenjang pendidikan SD/MI sebesar 97.65, jenjang SMP/MTs sebesar 72.18 dan jenjang SMA/MA sebesar 44.71. Hal ini menunjukkan angka partisipasi sekolah di jenjang SD/MI dan SMP/MTs sangat tinggi, sedangkan di jenjang SMA/MA masih rendah.
Tingkat Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2018 di usia 7 – 12 tahun sebesar 99,23, usia 13 – 15 tahun sebesar 94,06 dan usia 16 – 18 tahun sebesar 57,04. Hal ini menujukkan daya serap fasilitas pendidikan terhadap penduduk usia sekolah di Kabupaten Wonosobo paling tinggi di usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Sedangkan usia 16-18 tahun masih ditingkat sedang, namun cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Tabel 3. Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014-2018
Pembangunan di bidang kesehatan, Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo telah menyediakan sarana kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Terdapat 4 buah rumah sakit, 24 puskesmas, 13 klinik/balai kesehatan, dan 1.322 buah posyandu.
Tenaga dokter di Kabupaten Wonosobo sejumlah 117 orang dan 415 Bidan.
Di sektor keagamaan, sebagai sarana untuk menjalankan ibadah bagi umatnya di Kabupaten Wonosobo terdapat 1.512 masjid, 4.360 mushola, 15 gereja protestan, dan 7 wihara yang tersebar di 15 kecamatan.
Tingkat kemiskinan di Kabupaten Wonosobo masih cukup tinggi. Tahun 2018 di Kabupaten Wonosobo terdapat 138,30 ribu jiwa. Sedangkan untuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kabupaten Wonosobo memliki IPM sebesar 67,81 pada tahun 2018.
Angka ini merupakan kategori IPM sedang yakni 60 <= IPM < 70. Jika dibangungkan dengan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Wonosobo menduduki peringkat nomor 5 dari setelah Kabupaten Pemalang, Kabupaten Brebes, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Tegal.
Di sektor lingkungan hidup, Kabupaten Wonosobo di Tahun 2018 telah menyediakan 72 Tempat Pembuangan Sementara (TPS), 15 gerobak sampah, 11 kontainer, 7 truk sampah, 2 truk kontainer, dan 2 mobil bak terbuka, untuk menangani masalah sampah di wilayah Kabupaten Wonosobo.
Berdasarkan jenis sampah di Kabupaten Wonosobo banyak di dominasi oleh sampah organik yakni sebesar 66,53% dari total sampah. Paling sedikit adalah sampah karet dan kulit tiruan sebesar 0,23%.
Tabel 4. Banyaknya Produksi Sampah Menurut Bulan di Kabupaten Wonosobo (m3) Tahun 2014-2018
Tabel 4 menunjukkan jumlah produksi sampah dari tahun 2014 – 2018 yang cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Akhir tahun 2018 jumlah produksi sampah mencapai 121.346 yang mengalami kenaikan sebesar 27,1% dari tahun 2017.
1.1.5. Pertanian
Kabupaten Wonosobo sebagai salah satu daerah agraris di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2018 mampu memproduksi padi sawah sebesar 158.093 ton. Nilai ini jika dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar 5,82%
dari total produksi padi sawah pada tahun 2017 sebesar 167.857 ton.
Jika diperhatikan potensi masing-masing kecamatan di Kabupaten Wonosobo dalam kapasitasnya terhadap luas panen dan produksi padi sawah ini, sekitar 50,84% (80.377 ton) dari total produksi di Kabupaten Wonosobo di dominasi oleh 5 kecamatan dari 15 kecamatan yang ada. Kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Selomerto dan Kecamatan Kretek.
Gambar 4. Perkembangan Produksi Padi (ton) di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014-2018
Sub sektor hortikultura mencakup tanaman sayuran dan tanaman buah-buahan.
Produktivitas tertinggi tanaman sayuran didominasi oleh tanaman labu siam sebesar 3.877,62 kw/ha. Pada tahun 2018, buah-buahan yang mempunyai produksi terbesar adalah salak, pisang dan durian. Jenis tanaman perkebunan yang terluas adalah perkebunan Kelapa Dalam seluas 4.831,80 Ha dengan produksi 3.508,97 ton.
Untuk sektor peternakan, tahun 2017 tercatat kambing merupakan populasi ternak kecil terbanyak yaitu sebesar 168.059 ekor dengan produksi daging 1.455 kwintal dan produksi susu kambing sebanyak 9.681 liter.
Berdasarkan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, tercatat populasi
Di sektor kehutanan, masyarakat Wonosobo memanfaatkan hutan rakyat untuk ditanami kayu sengon, mahoni, jemitri, dan suren. Selain itu juga terdapat hasil hutan lainnya seperti kopal, getah pinus gondoruken, dan terpentin.
1.1.6. Industri, Listrik dan Air Minum
Di sektor industri, selama tahun 2017 nilai produksi dari seluruh industri yang ada di Kabupaten Wonosobo sebesar Rp. 741,045 juta dengan tenaga kerja sebanyak 25.982 jiwa. Dari total produksi tersebut sebesar 36,11% berasal dari industri pangan, 9,83%
berasal dari industri sandang dan kulit, sebesar 31,43% berasal dari industri kerajinan umum, yang berasal dari industri kimia sebesar 1,36% dan 21,28% berasal dari industri logam. Dari 25.9872 jiwa tenaga jiwa tenaga kerja sebesar 71,49% tenaga kerja terserap oleh industri pangan.
Di sektor listrik, tahun 2017 Kabupaten Wonosobo memiliki urutan terbesar dilihat dari jenis pelanggan berturut-turut adalah rumahtangga 193.796 pelanggan, sosial 5.506 pelanggan, bisnis 4.266 pelanggan dan instansi 1.235 pelanggan. Menurut urutan daua terbesar disalurkan adalah rumah tangga 147.606.053 Kwh diikuti oleh bisnis 16.867.869 Kwh dan yang paling sedikit adalah sosial sebesar 7.894.581 Kwh.
Di sektor air minum, sebaran saluran air minum yang bersumber dari Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) meliputi 16 lokasi penyaluran tersebar di 15 kecamatan di Kabupaten Wonosobo dan 1 unit lokasi penyaluran dari Kabupaten Purworejo. Pelanggan air minum terbagi ke dalam 8 golongan yaitu sosial umum, sosial khusus, rumah tangga, lembaga pemerintah, niaga kecil, niaga besar, industri kecil dan industri besar.
Dari 15.455.655 m3 air minum yang disalurkan 81,71% untuk memenuhi kebutuhan pelanggan rumah tangga.
1.1.7. Perdagangan
Pada tahun 2018 tercatat sebayak 59.426 unit usaha yang terbagi dalam 9 golongan sektor usaha dan 4 skala unit usaha yang menyerap sebanyak 183.103 tenaga kerja di Kabupaten Wonosobo. Dari empat skala usaha yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar, usaha mikro memiliki unit terbanyak yakni 88,46% (52.411 unit usaha).
Jika ditinjau dari sektor ekonomi, banyak unit usaha yang bergerak di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yakni sebesar 46,69% diikuti oleh sektor industri pengolaha dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran masing-masing sebesar 25,07%
dan 23,12%.
Data nilai dan negara tujuan ekspor non migas diperoleh dari Kantor Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo. Dibandingkan tahun 2015, eksport tahun 2016 mengalami
penurunan sebesar 15,05% dari nilai eksport tahun 2015. Pada Tahun 2016, sebanyak 97,87% merupakan nilai eksport dari kayu olahan.
Gambar 5. Jumlah Unit Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Wonosobo Tahun 2018
1.1.8. Hotel dan Pariwisata
Jumlah akomodasi hotel di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2018 yakni 22 unit dengan jumlah kamar 588 buah. Pada tahun 2018, tingkat penghunian kamar hotel non bintang
wisata di Kabupaten Wonosobo sebanyak 1.095.443 wisatawan. Dari objek wisata yang ada, Dieng paling banyak dikunjungi wisatawan mencapai 75.29% diikuti oleh Pemandian Kalianget sebanyak 11,07%.
Tabel 5. Obyek Wisata di Kabupaten Wonosobo
Tabel 6. Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Berdasarkan Obyek Wisata di Kabupaten Wonosobo Tahun 2014-2018
1.1.9. Transportasi dan Komunikasi
Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya untuk transportasi darat. Untuk mendukung transportasi darat telah dibangun jalan sepanjang 999,28 km jalan kabupaten, 115,9 km jalan provinsi dan 31,9 km jalan nasional. Dari total panjang jalan kabupaten yang ada, tercatat sepanjang 420,09 km dalam kondisi baik, 242,61 km dalam keadaan sedang 263,43 km dalam kondisi rusak, dan 73,16 km dalam keadaan rusak berat.
Kabupaten Wonosobo memili 428 buah jembatan dengan panjang total 2.654 km. secara umum, kondisi jembatan pada tahun 2018 dalam kondisi baik. Apabila diproporsikan keadaan jembatan tahun 2018 73,60 persen dalam kondisi baik, 18,22 persen dalam kondisi sedang, dan 8,18 persen dalam keadaan rusak.
Gambar 6. Persentase Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Tahun 2018
Di sektor komunikasi, Kantor pos selain berfungsi sebagai tempat pengiriman dan penerimaan surat, juga berfungsi sebagai pengiri dan penerima giro, wesel dan tabungan.
Kantor Pos juga menjual barang seperti materai dan perangko.
Pada tahun 2018, jumlah pelanggan telepon 6.317 pelanggan menurun 9,63 persen dari tahun 2017.
Tabel 7. Jumlah Pelanggan Telpon Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo, 2014-2018
1.1.10. Keuangan Daerah dan Harga
Pada tahun anggaran 2018 realiasi pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Wonosobo sebesar Rp. 1.851.441.024.405.360,- dan Rp 1.856.165.286.054,-. Pendapatan asli daerah Kabupaten Wonosobo bersumber dari pajak daerah sebesar 18,32 persen, retribusi daerah sebesar 4,28 persen, hasil perpusda dan hasil pengelolaan kekayaan daerah sebesar 6,78 persen serta pendapatan lain-lain sebesar 70,62 persen.
Di sektor harga, pada tahun 2018 inflasi tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 1,87 sedangkan inflasi terendah terjadi pada bulan Maret. Ditinjau dari laju inflasi umum menurut kelompok pengeluaran di Kabupaten Wonosobo, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Rata-rata harga bahan makanan di Kabupaten Wonosobo tahun 2018, cukup bervariasi.
Bahan makanan yang paling sering terjadi perubahan harga yaitu cabai rawit, cabai merah, bawang merah dan bawang putih.
Gambar 7. Laju Inflasi Umum Kabupaten Wonosobo Menurut Bulan Tahun 2018
1.1.11. Pengeluaran Penduduk dan Konsumsi Makanan
Data konsumsi penduduk dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan yang dapat digunakan untuk melihat pola pengeluaran penduduk. Pola pengeluaran penduduk dapat dijadikan indikasi kesejahteraan penduduknya. Makin tinggi proposi pengeluaran untuk kelompok makanan maka makin rendah tingkat kesejahteraan penduduknya. Secara keseluruhan pola pengeluaran penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2018 didominasi oleh pengeluaran non makanan yakni sebesar 50,34 persen.
Berdasarkan kelompok barang pada pengeluaran makanan yang paling besar adalah makanan dan minuman sebesar 16,50%. Urutan kedua adalah tembakau dan sirih sebesar 5,87 persen diikuti oleh padi-padian sebesar 5,50 persen.
Sementara itu kelompok barang pada pengeluaran non-makanan, kelompok perumahan, bahan bakar, penerangan dan air sebesar 17,46 % diikuti oleh kelompok aneka barang dan jasa sebesar 13,53% dan urutan selanjutnya adalah kelompok barang tahan lama sebesar 9,88%.
Gambar 8. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran
1.1.12. Pendapatan Regional
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu data yang dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan regional, PDRB per kapita, perubahan/pergeseran struktur perekonomian, tingkat inflasi dan kemakmuran penduduk suatu daerah.
Perekonomian Wonosobo tahun 2018 secara umum meningkat dibanding tahun sebelumnya. Nilai tambah yang dihasilkan tahun 2018 sebesar 17,45 trilyun yang diukur atas dasar haga berlaku atau 13,02 trilyun atas dasar harga konstan tahun 2010 sedangkan tahun 2017 sebesar 16,21 trilyun atas dasar harga berlaku dan 12,41 trilyun bila dinilai menurut harga konstan 2010.
Bila dilihat laju pertumbuhannya, tahun 2018 sebesar 4,94% meningkat dibanding thaun sebelumnya hanya 3,88 persen pada tahun 2017. Kenaikan ini dipicu dengan meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian baik tanaman pangan, hortikultura maupun perikanan. Peranan sektor ini dalam perekonomian Wonosobo tahun 2018 mencapai 30 persen dari total PDRB.
Gambar 9. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Wonosobo, 2013-2018
1.2. Analisis Kondisi Masa Depan 1.2.1. Potensi Unggulan Daerah
Berdasarkan data PDRB tahun 2018, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Wonosobo dengan sumbangan 30,43% persen dari total PDRB, dengan sumbangan terbesar dari sub kategori tanaman hortikultura, disusul industri pengolahan sebesar 17,40 persen yang di dukung oleh sub kategori industri makanan dan minuman.
Berdasarkan rencana tata ruang yang ditetapkan, penataan ruang Kabupaten Wonosobo bertujuan mewujudkan daerah berbasis agroindustri dan pariwisata yang didukung oleh pertanian berkelanjutan. Salah satu wujud nyata dalam pengembangan potensi daerah sesuai dengan kebijakan tata ruang adalah pengembangan pariwisata berbasis masyarakat melalui program desa wisata lestari. Desa Wisata Lestari merupakan program pemerintah daerah untuk membina beberapa desa yang mempunyai potensi wisata
Gambar 10. Distribusi Persentase PDRB Menurut Sektor di Kabupaten Wonosobo Tahun 2018
Memasuki tahun 2017, Kabupaten Wonosobo telah menetapkan tiga desa potensial untuk didampingi agar bisa menjadi destinasi unggulan wiasta untuk masyarakat Wonosobo. Tiga desa yang terpilih tersebut adalah Tlogo (Garung), Mergolangu (Kalibawang), dan Kumejing (Wadaslintang). Desa-desa itu terpilih berdasarkan beberapa kritera, salah satunya adalah antusiasme masyarakat dalam mengembangkan potensi desanya.
Gambar 11. Desa Wisata Lestari Tlogo
1.2.2. Tema Pembangunan Wonosobo
Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Wonosobo tahun 2016-2021, ditetapkan berdasarkan visi yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2016-2021, yaitu “Terwujudnya Wonosobo Bersatu untuk Maju, Mandiri dan Sejahtera untuk Semua”, serta 5 (lima) misi pembangunan sebagai berikut:
1. Meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
2. Meningkatkan capaian kinerja dan pemajuan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
3. Meningkatkan kemandirian daerah;
4. Meningkatkan pelayanan dasar dan sarana prasarana publik untuk kesejahteraan yang merata; dan
5. Melakukan harmonisasi prinsip berkelanjutan dan berkesinambungan dalam pembangunan daerah.
Selaiin visi dan misi, juga telah ditetapkan sasaran, strategi dan arah kebijakan sebagai panduan perumusan kebijakan pembangunan tahunan atau tahapan pembangunan setiap tahun yang akan dilaksanakan selama lima tahun. Untuk menyelaraskan sasaran, strategi dan arah kebijakan, maka dalam pelaksanaan RPJMD 2016-2021 ditetapkan tema pembangunan per tahun, sebagai berikut:
1. Tahun 2017 : “Pemantauan Kualitas Reformasi Birokrasi untuk Meningkatkan Daya Saing dan Produktifitas Daerah guna Mempercepat Penurunan Angka Kemiskinan”;
2. Tahun 2018 : “Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Infrastruktur serta Ekonomi untuk Meningkatkan Daya Saing Daerah dan Mengurangi Kemiskinan”;
3. Tahun 2019 : “Pemantapan Upaya Pengentasan Kemiskinan melalui Harmonisasi Pembangunan Berkelanjutan”;
4. Tahun 2020 : “Peningkatan Kualitas Layanan Publik Berbasis Kabupaten Pintar (Smart Regency) untuk Pemantapan Perekonomian Daerah Kabupaten”; dan 5. Tahun 2021 : “Pemantapan Kesejahteraan dan Kemandirian Daerah”.
1.2.2. Arah Pengembangan Kabupaten Wonosobo
Untuk menjabarkan strategi dan arah kebijakan dalam mencapai misi tujuan dan sasaran, perlu dilakukan pendekatan spasial atau kewilayahan. Proses ini bertujuan agar perencanaan pembangunan juga bermakna spasial dan tidak melupakan konteks kewilayahan, di mana Kabupaten Wonosobo merupakan bagian dari sasaran pengembangan wilayah PURWOMANGGUNG di Provinsi Jawa Tengah.
mencapai 4,90-5,40/5,40-5,80, angka kemiskinan bisa turun pada rentang 17,57%/16,45%
dan tingkat pengangguran terbuka : 5,58 % / 5,66%.
Pengembangan wilayah pada hakekatnya ditujukan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, melalui upaya peningkatan keterpaduan program pembangunan antar wilayah dan antar sektor yang berdimensi keruangan.
Guna mengoptimalkan pengembangan, memudahkan pengelolaan, meningkatkan fungsi pelayanan, mengurangi kesenjangan, serta untuk menentukan kawasan-kawasan yang akan dilakukanpengembangan, maka di Kabupaten Wonosobo dilakukan pembagian wilayah dalam unit-unit kawasan fungsional yang lebih kecil. Unit kawasan fungsional yang lebih kecil tersebut dikenal sebagai Sistem Perwilayahan (Regionalisasi Wilayah).
Pertimbangan dalam Penetapan Sistem Perwilayahan di Kabupaten Wonosobo berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Adanya kesamaan fungsi (homogenitas) dan dominasi kegiatan wilayah, dimana pengelompokan kegiatan-kegiatan wilayah tersebut dalam satu satuan wilayah akan lebih menguntungkan baik dalamsegi pengadaan sarana dan prasarana pelayanan, interaksi antar kegiatan sejenis maupun pengawasan segala kegiatan yang terjadi.
b. Batasan kemampuan jangkauan pelayanan (radius pelayanan) fasilitas sosial ekonomi skala wilayah.
c. Adanya batas wilayah administrasi.
d. Kekompakan wilayah terhadap daerah-daerah yang akan dikembangkan, sehingga tercapai efisiensi.
e. Kemudahan hubungan antar bagian wilayah, tercapainya keserasian, dan integrasi antara wilayah pengembangan (efisiensi sistem pergerakan).
f. Memantapkan peran regionalisasi wilayah dengan meningkatkan saranaprasarana yang sesuai dengan karakteristik wilayahnya (efisiensi pelayanan sarana umum).
g. Kemudahan dalam pengelolaan masing-masing wilayah fungsional.
Gambar 12. Arah Pengembangan Wilayah Kabupaten Wonosobo
Pada setiap regionalisasi wilayah dialokasikan pusat-pusat pertumbuhan dengan pengarahan skala layanannya, yang diharapkan pusat-pusat pertumbuhan ini mampu memicu pertumbuhan kawasan hinterland-nya.
1.2.3. Pembagian Sistem Perwilayahan
Secara spasial, pembagian sistem perwilayahan tingkat kabupaten yang ada di Kabupaten Wonosobo bisa dijabarkan sebagai berikut:
a. Sistem Perwilayahan JARGA
Sistem Perwilayahan Jarga terdiri dari wilayah Kejajar dan Garung, mempunyai fungsi utama sebagai pusat pelayanan sosial-ekonomi skala wilayah, wisata, perlindungan kawasan bawahnya, permukiman kepadatan rendah-sedang, pengembangan teknologi tinggi (geothermal), pengembangan pertanian hortikultura ramah lingkungan, dengan pusat pengembangannya di Perkotaan Garun.
untuk keberlanjutan ekonomi, kegiatan yang paling mungkin untuk pengembangan wilayahnya adalah pengembangan agroecotourisme.
Arahan Pengembangan Sistem Perwilayahan Jarga :
• mewujudkan pusat perdagangan holtikultura di wilayah Garung dengan skala pelayanan daerah dan/atau regional;
• mewujudkan pengembangan pariwisata wilayah dengan skala regional, nasional dan atau internasional, melalui konsep geopark untuk mendukung pengembangan ekonomi sosial dan lingkungan kawasan, dengan pusat pengembangan kawasan Dieng;
• mewujudkan pengembangan fasilitas pendukung pariwisata;
• mewujudkan aksesibilitas internal dan eksternal yang baik;
• mewujudkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana dan prasarana yang terpadu dan merata;
• mewujudkan pertanian holtikultura dan perkebunan yang ramah lingkungan untuk mendukung pariwisata dan pengembangan wilayah;
dan
• mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya lahan yang terbatas untuk meningkatkan kualitas permukiman, pariwisata, serta ruang kegiatan sektor informal dan ruang terbuka hijau.
b. Sistem Perwilayahan SELOWOMO
Sistem Perwilayahan Selowomo terdiri dari Wilayah Selomerto, Wilayah Wonosobo dan Wilayah Mojotengah, mempunyai fungsi utama sebagai pusat pelayanan sosial-ekonomi skala kabupaten, wisata, pendidikan, perkantoran, perdagangan dan jasa, permukiman kepadatan sedang-tinggi, pengembangan pertanian, dengan pusat pengembangannya di Perkotaan Wonosobo.
Karakteristik Perwilayahan Selowomo adalah lokasi berada pada Pusat Wilayah Kabupaten Wonosobo, dengan fasilitas perkotaan yang mendukung pelayanan Kabupaten. Fasilitas pelayanan dasar seperti fasilitas ekonomi dan sosial, tersedia dan tersebar untuk pelayanan skala kabupaten. Kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan sedang-tinggi, pelayanan perdagangan dan jasa, sehingga dimasa yang akan datang dengan melihat fungsi kawasan harus diantisipasi dalam pola pemanfaatan lahan secara bijaksana untuk keberlanjutan pembangunan.
Arahan Pengembangan Sistem Perwilayahan Jarga :
• mewujudkan pusat perdagangan dan jasa, pendidikan dan perkantoran dengan skala pelayanan daerah;
• mewujudkan kelengkapan fasilitas pendukung perdagangan dan jasa;
• mewujudkan aksesibilitas internal dan eksternal yang baik;
• mewujudkan infrastruktur perkotaan untuk mendukung aktivitas perdagangan dan jasa;
• mewujudkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana dan prasarana yang terpadu dan merata;
• mewujudkan RTH taman kota yang memberikan kenyamanan dalam mendukung aktivitas kawasan;
• mewujudkan permukiman yang layak dengan kepadatan sedang-tinggi pada kawasan perkotaan;
• mewujudkan pengembangan fasilitas pendukung pariwisata daerah; dan
• mewujudkan pertanian perkebunan dan pengembangan perikanan air tawar.
c. Sistem Perwilayahan KERKAJAR
Sistem Perwilayahan Kerkajar terdiri dari Wilayah Kertek dan Wilayah Kalikajar, mempunyai fungsi utama sebagai pusat pelayanan sosial-ekonomi skala wilayah, wisata, perdagangan dan jasa, permukiman kepadatan sedang, industri, pengembangan pertanian, dengan pusat pengembangannya di Perkotaan Kertek.
Karakteristik Perwilayahan Kerkajar adalah lokasi berada pada bagian timur Wilayah Kabupaten Wonosobo, dan merupakan kawasan pegunungan dan lereng gunung Sindoro-Sumbing dengan fasilitas perkotaan yang mendukung pelayanan wilayah, Fasilitas pelayanan dasar seperti fasilitas ekonomi dan sosial, tersedia dan tersebar untuk pelayanan skala wilayah. Kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan sedang-tinggi, pelayanan perdagangan dan jasa, industri, pertanian perkebunan dan perikanan air tawar, merupakan kawasan perlindungan kawasan bawahnya, sehingga dimasa yang akan datang dengan melihat fungsi kawasan harus diantisipasi dalam pola pemanfaatan lahan secara bijaksana untuk keberlanjutan pembangunan.
Arahan Pengembangan Sistem Perwilayahan Kerkajar :
• mewujudkan pusat perdagangan dan jasa, dengan skala pelayanan wilayah;
• mewujudkan kelengkapan fasilitas pendukung perdagangan dan jasa;
• mewujudkan aksesibilitas internal dan eksternal yang baik;
• mewujudkan infrastruktur perkotaan untuk mendukung aktivitas perdagangan dan jasa;
• mewujudkan Pertanian perkebunan dan pengembangan perikanan air tawar; dan
• Mewujudkan kawasan industri yang ramah lingkungan.
d. Sistem Perwilayahan SUWALEK.
Sistem Perwilayahan Suwalek terdiri dari Wilayah Sukoharjo, Wilayah Watumalang dan Wilayah Leksono, mempunyai fungsi utama sebagai pusat pelayanan sosial-ekonomi skala wilayah, wisata, perdagangan dan jasa, permukiman kepadatan sedang, industri, pengembangan pertanian, dengan pusat pengembangannya di Perkotaan Leksono.
Karakteristik Perwilayahan Suwalek adalah lokasi berada pada bagian barat Wilayah Kabupaten Wonosobo, dan merupakan kawasan dengan fasilitas perkotaan yang mendukung pelayanan wilayah, Fasilitas pelayanan dasar seperti fasilitas ekonomi dan sosial, tersedia dan tersebar untuk pelayanan skala wilayah.
Kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan rendah-sedang, pelayanan perdagangan dan jasa, industri, pertanian perkebunan dan perikanan air tawar, sehingga dimasa yang akan datang.
e. Sistem Perwilayahan SAPILAWANG
Sistem Perwilayahan Sapilawang terdiri dari Wilayah Sapuran, Wilayah Kepil dan Wilayah Kalibawang, mempunyai fungsi utama sebagai pusat pelayanan sosial- ekonomi skala wilayah, wisata, perdagangan dan jasa skala wilayah, permukiman kepadatan rendah sedang, industri, pengembangan pertanian perkebunan dan kehutanan, dengan pusat pengembangannya di Perkotaan Sapuran Karakteristik Perwilayahan Suwalek adalah Fasilitas pelayanan dasar seperti fasilitas ekonomi dan sosial, tersedia dan tersebar untuk pelayanan skala wilayah. Kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan rendah-sedang, pelayanan perdagangan dan jasa, industri, pertanian perkebunan dan kehutanan. Merupakan wilayah penghubung jalur wisata Borobudur Dieng.
Arahan Pengembangan Sistem Perwilayahan Sapilawang :
• mewujudkan kelengkapan fasilitas pendukung dengan skala pelayanan wilayah;
• mewujudkan aksesibilitas internal dan eksternal yang baik;
• mewujudkan infrastruktur untuk mendukung aktivitas wilayah;
• mewujudkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana dan prasarana yang terpadu dan merata;
• mewujudkan permukiman dengan kepadatan rendah-sedang;
• mewujudkan pengembangan fasilitas pendukung pariwisata wilayah;
• mewujudkan Pertanian perkebunan dan pengembangan kehutanan;
• mewujudkan kawasan industri yang ramah lingkungan; dan
• mewujudkan pengembangan wisata berbasis agroekoturisme.
f. Sistem Perwilayahan KALIWADAS
Sistem Perwilayahan Kaliwadas terdiri dari Wilayah Kaliwiro dan, Wilayah Wadaslintang, mempunyai fungsi utama sebagai pusat pelayanan sosial-ekonomi skala wilayah, wisata, perdagangan dan jasa skala wilayah, permukiman kepadatan rendah sedang, pengembangan pertanian perkebunan dan kehutanan, dengan pusat pengembangannya di Perkotaan Kaliwiro.
Karakteristik Perwilayahan Kaliwadas adalah Fasilitas pelayanan dasar seperti fasilitas ekonomi dan sosial, tersedia dan tersebar untuk pelayanan skala wilayah.
Kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan rendah-sedang, pelayanan perdagangan dan jasa skala wilayah, pertanian perkebunan dan kehutanan, pengembangan perikanan air tawar (perikanan waduk).
Arahan Pengembangan Sistem Perwilayahan Sapilawang:
• mewujudkan kelengkapan fasilitas pendukung dengan skala pelayanan wilayah;
• mewujudkan aksesibilitas internal dan eksternal yang baik;
• mewujudkan infrastruktur untuk mendukung aktivitas wilayah;
• mewujudkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana dan prasarana yang terpadu dan merata;
• mewujudkan permukiman dengan kepadatan rendah-sedang;
• mewujudkan pengembangan fasilitas pendukung pariwisata wilayah dengan berbasis agroecotourism; dan
• mewujudkan pertanian perkebunan, kehutanan dan perikanan air tawar dengan pengembangan perikanan sistem keramba
1.2.4. Pengembangan Kawasan Perdesaan
Dikaitkan dengan arah pengembangan wilayah Jawa Tengah ke depan, maka ditetapkan konsep pengembangan wilayah Purwomanggung adalah Pengembangan Agropolitan, Industri Pengolahan Berbasis Pertanian dan Pariwisata Secara Berkelanjutan. Dalam konteks itu, maka beberapa strategi dan prioritas 5 tahun ke untuk pengembangan wilayah / kawasan Kabupaten Wonosobo antara lain:
c. Penguatan peran Desa Sempol Kecamatan Sukoharjo sebagai Desa Pusat Pertumbuhan di kawasan perbatasan pada koridor dalam Wonosobo- Banjarnegara;
d. Peningkatan koridor wilayah strategis pengembangan agroindustri:
• Koridor Kedalon-Sedayu
• Koridor jalan lingkar selatan perkotaan Wonosobo
• Koridor Sawangan-Kaliwiro-Wadaslintang
• Koridor Sapuran-Kepil
ANALISIS KESIAPAN KABUPATEN WONOSOBO
2.1. Analisis Nature Kabupaten Wonosobo 2.1.1. Sumber Daya Alam
Keadaan geografis dan demografis Kabupaten Wonosobo sangat cocok untuk pengembangan budidaya pertanian. Produksi padi di Kabupaten Wonosobo selama dua tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2018, produksi padi sawah sebesar 158.093 ton. Nilai ini jika dibandingkan dengan produksi tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 5,82%, dimana total produksi padi sawah pada tahun 2017 sebesar 167.857 ton.
Sub sektor hortikultura mencakup tanaman sayuran dan tanaman buah-buahan.
Produktivitas tertinggi tanaman sayuran didominasi oleh tanaman labu siam sebesar 3.877,62 kw/ha. Pada tahun 2018, buah-buahan yang mempunyai produksi terbesar adalah salak, pisang dan durian.
Di sektor perkebunan, jeniss tanaman perkebunan terluas adalah Kelapa Dalam seluar 4.831,80 Ha dengan produksi 3.508,97 ton.
Di sektor kehutanan, masyarakat Wonosobo memanfaatkan hutan rakyat untuk ditanami kayu sengon, mahoni, jemitri dan suren. Selain itu juga terdapat hasil hutan lainnya seperti kopal, getah pinus, gondorukem, serta terpentin.
Untuk sektor peternakan, tahun 2017 tercatat kambing merupakan populasi ternak kecil terbanyak yaitu sebesar 168.059 ekor dengan produksi daging 1.455 kwintal dan produksi susu kambing sebanyak 9.681 liter.
2
Tabel 8. Analisis Sumber Daya Alam
No Komponen Nilai/Kondisi Interpretasi
Baik Sedang Buruk
1 Tanaman Pangan Di Tahun 2018 Luas panen 30.325 Ha Produksi padi 158.093 ton 2 Holtikultura • Tanaman palawija
didominasi ubi kayu, ubi jalar, kentang,
• Sayuran terbesar adalah labu siam
• Buah-buahan dengan produksi besar adalah salak, pisang, dan durian 3 Tanaman Hias dan
Biofarma
• Untuk tanaman hias terluas adalah 1,491,100
• Untuk Biofarma terluas adalah tanaman kapulogo dengan luas panen 2,360,245 dengan produksi 3,421,107
4 Perkebunan Terluas adalah tanaman Kelapa Dalam seluas 4.833,30 Ha dengan produksi 3.490,24 ton 5 Peternakan Tahun 2017 hewan ternak
terbanyak adalah kambing yang terbanyak 168.059 ekor
6 Hutan Kayu Bulat sebesar 3.337,7 Ha dan Getah Pinus 231.026 Ha
2.1.2. Sumber Daya Mineral
Secara umum sektor pertambangan dan energi di Kabupaten Wonosobo menunjukkan perkembangan yang positif jika dilihat dari beberapa indikator seperti nilai produksi dan distribusi listrik. Sebagai sumber penerangan dan energi lain baik di sektor rumah tangga maupun industri, listrik memegang peranan yang sangat vital. Selama 5 tahun terakhir, distribusi listrik di Kabupaten Wonosobo terus mengalami peningkatan dari 204,4 juta kwh pada tahun 2015 meningkat menjadi 212.231.199 kwh pada tahun 2018.
Air bersih merupakan prasyarat utama hidup sehat, oleh karena itu ketersediaan air bersih untuk konsumsi masyarakat menjadi sangat penting. Pada tahun 2018 PDAM “Tirta Aji” memiliki sebanyak 87,60 ribu pelanggan, mengalami pertumbuhan 3,9 persen selama setahun terakhir. Selama tahun 2018 air telah disalurkan ke pelanggan sebanyak 16.148.314 m3.
Tabel 9. Analisis Sumber Daya Mineral
No Komponen Nilai/Kondisi Interpretasi
Baik Sedang Buruk
1 Listrik Tahun 2018 distribusi listrik 212.231.199 kwh 2 Produksi Air Tahun 2018 Jumlah air
Minum yang
didistribusikan 16.148.314 m3
2.1.3. Kelestarian Lingkungan
2.1.3.1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Aktifitas keseharian dan kegiatan usaha masyarakat memiliki potensi terhadap pencemaran dan kerusakan alam, sehingga membutuhkan penanganan terhadap permasalahan sampah di Wonosobo. Untuk menanggulangi permasalahan sampah secara intensif, Pemerintah Kabupaten Wonosobo melakukan program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan berupa:
1. Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan;
2. Pembuatan tempat sampah organik dan anorganik;
3. Pembangunan pagar keliling lingkungan TPA;
4. Pengadaan Kontainer Sampah;
5. Pembentukan Bank Sampah;
6. Pembuatan Demplot Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat;
7. Pelatihan Manajemen Pengelolaan Sampahl 8. Sosialisasi Pengelolaan Sampah di Sekolah-Sekolah;
Permasalahan sampah terutama pada kawasan sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
penataan ruang. RTH dapat berupa area terbuka atau jalur yang diisi tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Melalui program ini telah dilaksanakan kegiatan, penataan taman pendopo Kabupaten Wonosobo, serta yang telah menjadi agenda rutin tahunan adalah pemeliharaan alun-alun kota Wonosobo. Pada program ini juga bersinergi dengan salah satu implementasi program Pemerintah pusat yang memfasilitasi kegiatan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH), yaitu terbangunnya taman Kartini yang berlokasi di selatan alun-alun Wonosobo, utara Kantor Perpustakaan.
Sinergi pendanaan APBD Kabupaten dalam perwujudan integrasi pembangunan taman kartini juga diwujudkan melalui kegiatan pembuatan dan pemeliharaan taman dalam kota, pembuatan taman kota Penataan Drainase Kompleks Ruang Terbuka Hijau Blok Kota Wonosobo. Keberadaan Taman Kartini pada kondisi sekarang telah menjadi “ikon baru”
kenampakan fisik kota Wonosobo, dan telah menjadi ruang publik untuk beraktivitas.
2.1.3.3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Dalam pelaksanaan pembangunan untuk kesejahteraan penduduk pastinya membutuhkan sumber daya khususnya sumberdaya alam. Terciptanya keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup merupakan prasyarat penting bagi terlaksananya keberlanjutan pembangunan wilayah.
Dengan demikian diperlukan upaya konservasi sumberdaya alam yang lebih mengarah pada pengelolaan sumberdaya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Melalui program ini telah dilaksanakan kegiatan rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan Dieng dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan Konservasi Lahan (RKL) selama lima tahun terakhir dan merumuskan kebijakan tertentu yang non fisik serta mencoba keluar dari business as usual yang menempatkan petani Dieng sebagai faktor utama penyebab kerusakan kawasan Dieng, namun lebih kepada upaya intervensi kebijakan daerah dan nasional pada pasar komoditas pertanian.
Kegiatan lain yaitu penyusunan kebijakan pengendalian dan pengawasan bencana alam, fasilitasi kegiatan adiwiyata, fasilitasi kegiatan adipura, fasilitasi kegiatan kalpataru, fasilitasi kegiatan menuju indonesia hijau, fasilitasi kegiatan K3, fasilitasi penyusunan Perdes Lingkungan Hidup, pembinaan pengendalian kerusakan dan konservasi SDA dan LH, pengadaan solar cell untuk RTH Taman Kota, pengadaan Bibit aren dan jati untuk konservasi Lahan kritis kanan kiri jalan daerah sempadan sunga, serta kegiatan konservasi lahan di sekitar Telaga Bedakah.
2.1.3.5. Program Pengendalian Pencemaran and Perusakan Lingkungan
Kegiatan pembangunan tentunya juga akan menimbulkan pencemaran dan perusakan lingkungan, namun demikian melalui urusan Lingkungan Hidup perlu dilakukan program
pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan. Melalui program ini telah dilaksanakan kegiatan meliputi:
▪ Pengendalian Dampak Lingkungan (DAK)
▪ Pembelian bibit tanaman ayoman
▪ Operasional laboratorium uji kualitas udara
▪ Operasional laboratorium uji kualitas air di sekitar sumber air
▪ Operasional laboratorium uji kualitas tanah
▪ Pembinaan tentang pentingnya pembuatan dokumen lingkungan
▪ Fasilitasi penunjang kegiatan adipura
▪ Koordinasi dan operasi pertambangan tanpa izin (PETI)
2.2. Analisis Struktur Kabupaten Wonosobo 2.2.1. Kualitas Sumber Daya Manusia
Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2018 mencapai 787.384 jiwa, terdiri dari 397,4 ribu jiwa penduduk laki-laki dan 386,7 ribu jiwa penduduk perempuan.
Jadi rasio jenis kelamin sebesar 102,76 yang berarti bahwa untuk setiap 100 penduduk perempuan berbanding dengan 103 penduduk laki-laki. Dengan jumlah tersebut rata-rata kepadatan penduduk pada tahun 2018 sebesar 796 jiwa per km2. Tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2016-2018 mencapai 0,44 persen.
Dari jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo di tahun 2018 ini, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 211,3 ribu rumah tangga diperoleh rata-rata anggota rumah tangga 3,7 jiwa per rumah tangga. Penduduk menurut kelompok umur, penduduk kelompok umur 0-14 tahun sebesar 25,31 persen, 15-64 tahun sebesar 66,52 persen dan usia lebih 65 tahun sebesar 8,17 persen.
Komposisi penduduk Kabupaten Wonosobo didominasi oleh penduduk muda. Hal menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk adalah banyaknya penduduk yang berada di kelompok usia muda, tertinggi di kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 66 832 jiwa, disusul kelompok usia 0-4 tahun sebanyak 66 718 jiwa dan kelompok 10-14 tahun sebanyak 64 937 jiwa.
Tabel 10. Analisa Kualitas Sumber Daya Manusia
No Komponen Nilai/Kondisi Interpretasi
Baik Sedang Buruk
1 Jumlah komunitas Ada
perangkat lunak (developer) 4 Adanya perguruan
tinggi di daerah
2 Perguruan Tinggi Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah 5 Jumlah penerima
beasiswa perguruan tinggi dari
pemerintah daerah
Ada Beasiswa untuk pelajar SMA, SMK dan MA
6 Jumlah tindakan pelanggaran ketertiban umum dalam satu tahun
Ada
7 Jumlah tindakan perusakan fasilitas umum dalam satu tahun
Ada (jumlah sedikit)
8 Jumlah angka kriminalitas dalam satu tahun
Ada (jumlah sedikit)
9 Jumlah kegiatan tawuran antar kelompok warga dalam satu tahu
Ada (jumlah sedikit)
Berlandaskan analisa terhadap komponen kuailtas sumber daya manusia daerah di Kabupaten Wonosobo dijelaskan bahwa tingkat kapasitas masyarakat dalam menerima, mengembangkan, atau mengimplementasikan konsep Wonosobo Smart City dalam interpretasi yang Sangat Baik. Tingkat literasi masyarakat dalam dalam memahami dan berpartisipasi untuk mewujudkan Wonosobo Smart City diestimasikan semakin meningkat selaras dengan peningkatan harapan lama bersekolah tahun 2018 meningkat menjadi 11,69 dibanding tahun sebelumnya 11,68.
Keterlibatan masyarakat juga didukung langsung dengan adanya komunitas digital dan pengembangan tekologi informasi serta komunikas bakat dan kreatif. Ditinjau dari kondusifitas daerah, Kabupaten Wonosobo sangatlah kondusif dengan angka kriminalitas yang rendah. Dalam kurun waktu tahun 2017, hanya sebanyak 91 perkara masuk Kejaksaan Negeri Wonosobo.
2.2.2. Kualitas Sumber Daya Pemerintahan
Di sisi sumber daya pemerintahan, jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Wonosobo sejumlah 6.771 orang yang terdiri dari 3.397 laki-laki dan 3.374 perempuan.
Berdasarkan golongan, PNS bergolongan III sebanyak 3.434 orang, golongan IV sebanyak 2.129 orang, golongan II sebanyak 996 orang dan selebihnya golongan I sebanyak 212 orang. Jumlah PNS menurut tingkat pendidikan, PNS yang berpendidikan SD/MI sebanyak 150 orang, SLTP 185 orang, SLTA 1.015, DI-DIII 240 orang, dan DIV/S1/S2 sebanyak 4.533 orang.
Sedangkan PNS menurut Jabatan, fungsional tertentu sebanyak 4.641 orang, fungsional umum/staf 1.587 orang dan struktural sebanyak 543 orang.
Tabel 11. Analisis Sumber Daya Pemerintahan
No Komponen Nilai Kondisi INTERPRETASI
Baik Sedang Buruk 1 Persentanse pegawai
dengan jenjang pendidikan S2 ke atas
Terdapat 602 Pegawai di Tahun 2017
2 Jumlah pegawai dengan latar
belakang pendidikan ilmu komputer / teknik informatika
41 pegawai tersebar di seluruh OPD
3 Jumlah relawan TIK di daerah
Ada
4 Persentase jumlah unit komputer
(PC & Laptop) terhadap jumlah
pegawai
80%
5 Persentase pegawai berusia 50
tahun ke atas terhadap jumlah
pegawai
46%
6 Persentase pegawai berusia 40 - 50 tahun terhadap jumlah pegawai
31%
7 Persentase pegawai berusia 25 - 40 tahun terhadap jumlah pegawai
23%
8 Jumlah sistem informasi yang
125 sistem informasi
No Komponen Nilai Kondisi INTERPRETASI Baik Sedang Buruk 10 Persentase
ketersediaan jaringan LAN/WAN di kantor pemerintahan
100%
11 Jumlah lokasi wireless internet
(hotspot) di kawasan perkantoran
pemerintahan
Semua OPD Sudah ada Hotspot internal
6 hotspot untuk publik, yaitu terletak di :
- Desa Sedayu
- Kelurahan Wadaslintang - Desa Dieng
- Taman Kartini - Taman Fatmawati - Terminal Mendolo 12 Ketersediaan data
center (baik yang dikelola sendiri maupun manage service) untuk kepentingan
pemerintahan
Ada
13 Ketersediaan rencana dan SOP mitigasi bencana terhadap data pemerintahan
Ada
14 Ketersediaan sistem informasi
perencanaan pembangunan daerah yang interoperabel
e-Planning Kabupaten Wonosobo
15 Ketersediaan sistem informasi
pengelolaan keuangan daerah
yang interoperabel
E-Budgeting Simda Keuangan Simda Perbendaharan Simda Aset
Simda Pendapatan Online
No Komponen Nilai Kondisi INTERPRETASI Baik Sedang Buruk 16 Ketersediaan sistem
informasi kantor virtual pemerintah daerah yang interoperable
http://wonosobokab.go.id
18 Ketersediaan sistem informasi monitoring dan evaluasi
pembangunan daerah yang interoperable
Command Center
19 Ketersediaan sistem informasi pengelolaan kepegawaian daerah yang interoperabel
Simpeg, e-Kinerja ASN, Aplikasi Analisis dan Evaluasi Jabatan, e-File BKD, Layanan Kepegawaian Online, Informasi CPNS, Presensi Elektronik, Sistem Informasi Analisis Kebutuhan Diklat, e- Formasi
20 Ketersediaan sistem informasi pelayanan publik yang
interoperable
Satu Data Wonosobo
21 Setiap Perangkat Daerah sudah mempunyai personil yang menguasai IT
Sudah
2.2.3. Kapasitas Keuangan Daerah
Pada tahun anggaran 2018 realiasi pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Wonosobo sebesar Rp. 1.851.441.024.405.360,- dan Rp 1.856.165.286.054,-. Pendapatan asli daerah Kabupaten Wonosobo bersumber dari pajak daerah sebesar 18,32 persen, retribusi daerah sebesar 4,28 persen, hasil perpusda dan hasil pengelolaan kekayaan daerah sebesar 6,78 persen serta pendapatan lain-lain sebesar 70,62 persen.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) terhadap total pendapatan daerah relatif masih kecil yaitu sebesar 12,25%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan pemerintah Kabupaten Wonosobo masih sangat
Tabel 12. Analisis Kesiapan Kapasitas Keuangan Daerah
NO Komponen Nilai Kondisi INTERPRETASI
Baik Sedang Buruk 1 Persentase Nilai
Pendapatan Asli Daerah terhadap Total Pendapatan Daerah
12,25%
2 Nilai Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Tahun Lalu
Rp 255.352.757.856,- (Tahun 2018)
3 Persentase Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Daerah
37%
(B.Peg = Rp. 751.600.752.773 APBD = Rp. 2.028.208.621.480 Tahun 2019)
4 Persentase Belanja Infrastruktur terhadap Total Belanja Daerah 5 Jumlah Anggaran untuk
Belanja
Smart City yang dapat dialokasikan di dalam APBD Tahun 2018
Rp 67.578.736.400,-
6 Jumlah Anggaran untuk Belanja
Smart City yang dapat dialokasikan di dalam APBD Tahun 2019
Rp 2.835.000.000,-
7 Jumlah Program pembangunan untuk mendukung Smart City di daerah
Ada
8 Nilai investasi masuk yang mendukung pembangunan daerah
Tahun 2017 nilai investasi Rp 1.652.634.720.593,-
9 Jumlah sumber-sumber pendanaan pembangunan alternatif yang dapat digunakan untuk mendukung Smart City
Dana non APBD berupa dana hibah dari swasta
2.2. Analisis Kesiapan Infrastruktur 2.2.1. Infrastruktur Fisik
Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya untuk transportasi darat. Untuk mendukung transportasi darat telah dibangun jalan sepanjang 999,28 km jalan kabupaten, 115,9 km jalan provinsi dan 31,9 km jalan nasional. Dari total panjang jalan kabupaten yang ada, tercatat sepanjang 420,09 km dalam kondisi baik, 242,61 km dalam keadaan sedang 263,43 km dalam kondisi rusak, dan 73,16 km dalam keadaan rusak berat.
Kabupaten Wonosobo memili 428 buah jembatan dengan panjang total 2.654 km. secara umum, kondisi jembatan pada tahun 2018 dalam kondisi baik. Apabila diproporsikan keadaan jembatan tahun 2018 73,60 persen dalam kondisi baik, 18,22 persen dalam kondisi sedang, dan 8,18 persen dalam keadaan rusak
Gambar 13. Persentase Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Tahun 2018
Di sektor pelayanan dasar, penyediaan sarana fisik pendidikan dan jumlah tenaga guru yang memadai merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi sekolah dan kualitas pendidikan masyarakat. Pada tahun 2018 terdapat 326 sekolah Taman Kanak- Kanak (TK) dengan jumlah murid 14.792 dan guru 1.086 orang. Untuk Sekolah Dasar (SD) Negeri terdapat 468 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing 67.687 orang
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri terdapat 8 sekolah, dengan 6.585 murid dan 392 guru, SMK Swasta terdapat 22 sekolah, dengan 6.367 murid dan 526 guru.
Selain itu di Wonosobo juga terdapat sekolah agama (madrasah) yang setara dengan sekolah umum yaitu 109 Raudhatul Athfal (RA) dengan 5.869 murid dan 428 guru, 96 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan 15.541 murid dan 1.043 guru, 40 Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri dan Swasta dengan 8.640 murid dan 735 guru, 12 Madrasah Aliyah (MA) Negeri dan Swasta dengan 4.384 murid dan 294 guru.
Ditinjau dari sektor Kesehatan, pada tahun 2018 Kabupaten Wonosobo memiliki 4 unit rumah sakit. Kabupaten Wonosobo juga memiliki puskesmas sebanyak 24 unit, 13 klinik/balai kesehatan dan 1.239 buah posyandu yang tersebar di tiap kecamatan. Tenaga medis yang tersedia di Kabupaten Wonosobo 121 dokter, 22 dokter gigi, 765 perawat, dan 423 bidan.
Tabel 13. Analisis Kesiapan Infrastruktur Fisik
NO Komponen Nilai Kondisi INTERPRETASI
Baik Sedang Buruk 1 Persentase jalan
kabupaten dalam kondisi baik
42%
2 Persentase panjang pedestrian (fasilitas pejalan kaki) per panjang jalan beraspal
6,51%
3 Persentase lampu jalan yang berfungsi dengan baik
90%
4 Persentase rambu dan petunjuk jalan dalam kondisi baik
70%
5 Adanya kawasan perkantoran untuk kegiatan bisnis
Ada
6 Adanya kawasan perbelanjaan untuk kegiatan perdagangan masyakarat
Ada
7 Persentase sarana pendidian dalam kondisi baik
Sebagian besar dalam kondisi baik
8 Persentase sarana prasana pelayanan kesehatan dalam
Sebagian besar dalam kondisi baik
2.2.2. Infrastruktur Digital
Ditinjau dari kesiapan infrastruktur digital, Kabupaten Wonosobo sudah memiliki infrastruktur TIK seperti Command Center yang didukung dengan koneksi internet ke server sebesar total 40MBps dibagi menjadi dua jalur koneksi dengan beda internet provider (ISP). Koneksi antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) menggunakan jaringan internet yang dikelola oleh masing-masing OPD. Tahun 2019 sudah dimulai tahap 1 pemasangan jaringan intranet menggunakan fiber optic (FO), yang nantinya secara bertahap menggantikan penggunaan jaringan internet untuk penghubung antar OPD.
Hotspot publik sudah tersedia 6 lokasi yang terletak di desa Sedayu, Kelurahan Wadaslintang, desa Dieng, Taman Kartini, Taman Fatmawati, dan Terminal Mendolo.
Kabupaten Wonosobo juga telah memiliki data center dan data recovery center yang digunakan untuk pengelolaan server dan aplikasi berbagi pakai OPD-OPD terkait. CCTV juga telah terpasang di beberapa tempat strategis seperti taman plaza, perempatan Kertek, perempatan Longkrang, Taman Selomanik, Restoran Asia, yang semuanya sudah terintegrasi dengan Polres.
Untuk menangani situasi kegawatdaruratan, Kabupaten Wonosobo memiliki Call Center 119 untuk gawat darurat kesehatan, serta Call Center 112 untuk bencana, kebakaran dan kecelakaan.
Tabel 14. Analisis Kesiapan infrastruktur Digital
NO Komponen Nilai Kondisi INTERPRETASI
Baik Sedang Buruk 1 Akses internet
terpusat (didistribusikan)
Akses internet ke server sebesar 40Mbps dikelola oleh Diskominfo.
Sebanyak 44 OPD sudah memiliki koneksi internet yang dikelola oleh masing-masing OPD.
2 Jaringan antar SKPD (Instansi pemerintah)
44 OPD sudah terkoneksi melalui jaringan internet
Pemasangan FO tahap I di tahun 2019
3 Ketersediaan Hotspot untuk internal
Di setiap
OPD/kantor/kecamatan/
NO Komponen Nilai Kondisi INTERPRETASI Baik Sedang Buruk 4 Persentase rumah
tangga yang terlayani listrik
Sebagian besar
5 Jumlah kejadian pemadaman listrik setiap bulan (dalam jam)
Sedikit
6 Jumlah sekolah yang memiliki akses internet
Sebagian besar
7 Jumlah Rumah Sakit yang menggunakan layanan
elektronik/online
Semua rumah sakit
2.2.3. Infrastruktur Sosial
dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau dan interaksi sosial, tahun 2018 Kabupaten Wonosobo melakukan beberapa program terkait ruang terbuka hijau (RTH) seperti rehabilitasi/Pemeliharaan Taman, Perencanaan T-1 Taman Kota Wonosobo, Penunjang Aksi Taman Revolusi Mental, Penyempurnaan Taman Mandala Wisata (Banprov), Pengadaan Smart Lamp Kawasan Wonosobo ASRI Alun-Alun Wonosobo, Penaaan Arboretum di Komplek Wisata Kalianget Kabupaten Wonosobo (Banprov), dan Fasilitasi Pemeliharaan Alun-alun Kecamatan Sapuran.
Jumlah perpustakaan dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Di tahun 2016 jumlah perpustakaan sebanyak 798 buah dan pada tahun 2018 jumlah perpustakaan sudah melampaui target, yaitu dari 828 buah target yang ditetapkan maka telah tercapai sejumlah 834 buah. Pengunjung perpustakaan di tahun 2018 angka pencaaiannya sebesar 365.658 orang sudah melampaui target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 266.178 orang.
Jumlah referensi digital juga tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan minat baca dikalangan masyarakat. Jumlah referensinya dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang signifikan ,pada tahun 2017 sejumlah 817 buah dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 1.358 buah, capaiannya jauh melampaui target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 943 buah.
Tabel 15. Analisis Kesiapan Infrastruktur Sosial
NO Komponen Nilai Kondisi INTERPRETASI
Baik Sedang Buruk 1 Adanya pusat
kegiatan belajar masyarakat di tingkat kelurahan/desa
Ada
2 Adanya ruang terbuka publik di tingkat RW
Ada
3 Adanya aula/balai warga di tingkat kelurahan/desa
Ada
4 Jumlah fasilitas olahraga di tingkat kelurahan/desa
Mencukupi
5 Ketersediaan perpustakaan umum yang dikelola oleh pemerintah daerah
Ada
2.3. Analisis Kesiapan Suprastruktur 2.3.1. Kebijakan Daerah
Kabupaten Wonosobo telah memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005- 2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2016-2021 yang telah dikuatkan dengan peraturan daerah. Perencanaan pembangunan tersebut menjadi arahan strategi dan program pembangunan kota dalam jangka menengah dan tahunan dan menjadi acuan dalam pembangunan Smart City. Dalam memastikan sarana, prasarana dan infrastruktur pembangunan agar terbangun dengan baik, dibutuhkan regulasi utama sebagaimana berikut:
Tabel 16. Dokumen Kebijakan Daerah Pendukung Smart City
NO Komponen Nilai Kondisi INTERPRETASI
Baik Sedang Buruk 1 Perda Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Wonosobo Tahun 2011-2031
Sudah Diterapkan
2 Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah
Sudah diterapkan
3 Perda Nomor 6 Tahun 2014 tentang Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten Wonosobo
Sudah diterapkan
4 Perda Nomor 5 Tahun 2016 tentang Kabupaten Wonosobo Ramah Hak Asasi Manusia
Sudah diterapkan
4 Perda Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 – 2021
Sudah diterapkan
5 Perda Nomor 9 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Penataan dan
Pembangunan Menara Telekomunikasi Bersama
Sudah diterapkan
6 Perbup Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Kabupaten Wonosobo Secara Elektronik
Sudah diterapkan
7 Perbup Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Rencana Induk Pengembangan E-Government
Sudah diterapkan
8 Perbup Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Elektronik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo
Sudah diterapkan
9 Perbup Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2018
Sudah diterapkan
NO Komponen Nilai Kondisi INTERPRETASI Baik Sedang Buruk 10 Perbup Nomor 20 Tahun 2018
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Secara Elektronik
Sudah diterapkan
11 Perbup Nomor 21 Tahun 2018 Tentang Masterplan E- Government
Sudah diterapkan
12 Perbup Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan dan Pengembangan E-Government Di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Wonosobo
Sudah diterapkan
13 Perbup Nomor 23 Tahun 2018 tentang Standard Operational Procedure Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Sudah diterapkan
14 SK Nomor 050/322/2008
Tentang Bupati Pembentukan Tim Koordinasi dan Kelompok Kerja Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Kabupaten Wonosobo
Sudah diterapkan
15 SK Nomor 490.1/449/2017 Tentang Bupati Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan
Pengaduan dan Petugas
Administrator Pengelola Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional Pemerintah Kabupaten Wonosobo
Sudah diterapkan
16 SK Bupati Nomor 050/262/2018 Tentang Pembentukan Tim Manajemen Data Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2018
Sudah diterapkan
17 SK Bupati Nomor 500/270/2018 Tentang Penetapan City Branding
Sudah diterapkan