• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PAPARAN RADIASI TERHADAP KELUARGA PASIEN PADA PEMERIKSAAN CT-SCAN HEAD DENGAN JARAK DAN KETEBALAN APRON YANG BERBEDA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PAPARAN RADIASI TERHADAP KELUARGA PASIEN PADA PEMERIKSAAN CT-SCAN HEAD DENGAN JARAK DAN KETEBALAN APRON YANG BERBEDA."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PAPARAN RADIASI

TERHADAP KELUARGA PASIEN PADA PEMERIKSAAN CT-SCAN HEAD DENGAN JARAK DAN KETEBALAN

APRON YANG BERBEDA.

SKRIPSI

TOMI FRANEDSA TARIGAN 160821051

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

ANALISIS PAPARAN RADIASI

TERHADAP KELUARGA PASIEN PADA PEMERIKSAAN CT-SCAN HEAD DENGAN JARAK DAN KETEBALAN

APRON YANG BERBEDA.

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

TOMI FRANEDSA TARIGAN 160821051

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(3)
(4)

PERNYATAAN

ANALISIS PAPARAN RADIASI

TERHADAP KELUARGA PASIEN PADA PEMERIKSAAN CT-SCAN HEAD DENGAN JARAK DAN KETEBALAN

APRON YANG BERBEDA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya

Medan, Juli 2019

Tomi Franedsa Tarigan 160821051

(5)

ANALISIS PAPARAN RADIASI

TERHADAP KELUARGA PASIEN PADA PEMERIKSAAN CT-SCAN HEAD DENGAN JARAK DAN KETEBALAN

APRON YANG BERBEDA

ABSTRAK

CT Scan adalah singkatan dari Computerized Tomography Scan, suatu alat pencitraan atau prosedur medis untuk menggambarkan bagian-bagian tubuh tertentu menggunakan bantuan sinar-X khusus. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Vina Estetica. Telah dilakukan pengukuran paparan radiasi terhadap keluarga pasien dengan menggunakan alat ukur radiasi perorangan yang dapat dibaca langsung (pendose) . Percobaan dilakukan sebanyak 10 (sepuluh) kali percobaan dengan menggunakan factor ekspose yang sama dan menggunakan alat pelindung radiasi perorangan (Apron) dengan ketebalan 0,35mm dengan jarak : 50cm, 75cm, 100cm, 125cm, 150cm dan alat pelindung radiasi perorangan (Apron) dengan ketebalan 0,50mm dengan jarak : 50cm, 75cm, 100cm, 125cm, 150cm. Pendose ditempelkan pada tubuh keluarga pasien yang telah terlindungi alat pelindung radiasi perorangan.

Kata Kunci : CT Scan, Paparan radiasi, Alat ukur radiasi perorangan (Pendose), Alat Pelindung Radiasi Perorangan (Apron), Jarak.

(6)

RADIATION EXPOSURE ANALYSIS TO PATIENT'S FAMILY IN EXAMINATION

CT-SCAN HEAD WITH DIFFERENT DISTANCE AND DIFFERENT THICKNESS OF APRON

ABSTARCT

CT Scan stands for Computerized Tomography Scan, an imaging device or medical procedure to describe certain body parts using the help of special X-rays.

This research was conducted at Vina Estetica Hospital. Radiation exposure measurements have been carried out on the patient's family by using an individual radiation measuring device that can be read directly (pendose). The experiment was conducted 10 (ten) times using the same exposure factor and using individual radiation protective equipment (Apron) with a thickness of 0.35 mm with a distance: 50cm, 75cm, 100cm, 125cm, 150cm and individual radiation protective equipment (Apron) with thickness 0.50mm with distance: 50cm, 75cm, 100cm, 125cm, 150cm. Pendose was attached to the body of a patient's family who has been protected by an individual radiation protective device.

Keywords: CT Scan, Radiation Exposure, Individual radiation measuring device (Pendose), Individual Radiation Protective Equipment (Apron), Distance.

(7)

Penghargaan

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Essa,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“ANALISIS PAPARAN RADIASI TERHADAP KELUARGA PASIEN PADA PEMERIKSAAN CT-SCAN HEAD DENGAN JARAK DAN KETEBALAN APRON YANG BERBEDA”

Skripsi ini disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program strata satu (S1) jurusan Fisika Medis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.

Penulis juga menyadari bahwa selama proses sehingga terlaksananya penyusunan skripsi ini banyak mendapat kontribusi dari banyak piha. Dengan kerendahan hati penulis, penulis ingin menyampaikan sangat banyak mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan, dukungan dan saran yang telah diberikan.

Oleh karena itudalam kesempatan ini penulis menyampaikan Terima Kasih kepada :

 Bapak DR. Perdinan Sinuhaji, MS sebagai ketua Departemen Fisika FMIPA USU

 Bapak Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.SC selaku pembimbing yang telah sangat banyak membimbing penulis dalam memberikan motivasi, ide, saran, kritik dan bimbingannya kepada penulis selama penulis mengerjakan skripsi ini.

 Kedua orang tua saya yang sangat saya kagumi Ayahanda Edison Tarigan dan Ibunda Sada Arih Pinem Spd yang telah banyak memberikan motivasi kepada saya.

 Kedua adik saya Paul Chandra Tarigan dan Andre Brema Tarigan yang telah memberikan dukungan kepada saya.

(8)

 Buat teman-teman saya di Rumah Sakit Vina Estetica khususnya di bagian Vina Cancer Center yang sudah banyak memberikan saya kesempatan dan pengertian selama menjalani perkuliahan.

 Buat teman-teman saya sewaktu diperkuliahan yang telah banyak memberi dukungan dan pembelajaran.

 Buat teman-teman saya dikepengurusan Permata GBKP Runggun Pancur Batu serta tidak ketinggalan kepada Permata Sektor Victoria yang telah banyak memberi saya dukungan.

 Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuannya untuk menyelesaikan perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Akhir kata penulis berharap agar Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta kepada orang lain yang membacanya.

Medan, Juli 2019

Tomi Franedsa Tarigan

(9)

DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN

PERSETUJUAN………..i

PERNYATAAN………..……ii

ABSTRAK……….iii

ABSTRACT………...…iv

PENGHARGAAN………..v

DAFTAR ISI……….…vii

DAFTAR GAMBAR………..………...ix

DAFTAR TABEL………...x

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang………..………...1

1.2 Perumusan Masalah………..…………...2

1.3 Pembatasan Masalah………...……...2

1.4 Tujuan Penelitian………...3

1.5 Manfaat Penelitian...3

BAB II LANDASAN TEORI...…………..4

2.1 Radiasi……….……….4

2.2 Proteksi Radiasi………..……..5

2.3 CT – Scan……….………7

2.4 CT – Scan Kepala………..….……11

2.5 Alat Pelindung Diri………..……..…12

1 Apron (Menutup bagian tubuh/badan)………….……….……..12

2 Kacamata Radiasi...….…13

3 Penahan Radiasi Throyd...…13

4 Penahan Radiasi Gonad...14

2.6 Dosimeter Personal (Alat Ukur Radiasi Perorangan)………..…..15

1 Dosimeter Saku……….……..16

(10)

2 Film Badge……….………….18

3 Thermoluminisence Dosemeter (TLD)………...………19

2.7 Efek Biologi Terhadap Dosis Radiasi...21

BAB III METODE PENELITIAN...22

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian……….…………...22

3.2 Alat dan Bahan Penelitan…...22

3.3 Luaran dan Indikator Pencapaian yang Terukur Setiap Tahapan………..………...…….25

3.4 Diagram Alir Penelitian…….……….……..……….……26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………..……….…………27

4.1 Analisis Paparan Radiasi Yang Diterima Dengan Ketebalan Apron Dan Jarak Yang Berbeda...27

Tabel hasil paparan radiasi dengan ketebalan apron 0,35mm Pb (Plumbum)...28

Grafik hasil paparan radiasi dengan ketebalan apron 0,35mm Pb (Plumbum)………29

Tabel hasil paparan radiasi dengan ketebalan apron 0,50mm Pb (Plumbum)………30

Grafik hasil paparan radiasi dengan ketebalan apron 0,50mm Pb (Plumbum)………31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….……..……32

KESIMPULAN……….32

SARAN………..32

DAFTAR PUSTAKA………...33

(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1………..….………10

GAMBAR 2……….……..11

GAMBAR 3……….…..…12

GAMBAR 4……….………..13

GAMBAR 5……….………..13

GAMBAR 6……….………..14

GAMBAR 7………..…….16

GAMBAR 8……….……..17

GAMBAR 9……….…..18

GAMBAR 10……….……18

GAMBAR 11……….11

GAMBAR 12……….12

GAMBAR 13………...…..22

GAMBAR 14……….23

GAMBAR 15……….………24

GAMBAR 16……….24

GAMBAR 17……….26

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

CT Scan adalah singkatan dari Computerized Tomography Scan, suatu alat pencitraan atau prosedur medis untuk menggambarkan bagian-bagian tubuh tertentu menggunakan bantuan sinar-X khusus. Dibandingkan dengan foto rongsen, CT scan lebih detil karena mengambil gambar dari potong-potongan organ yang diperiksa.

Pemeriksaan CT Scan ini menggabungkan serangkaian gambar yang diperoleh dari sinar-X, diambil dari berbagai macam sudut, kemudian mengggunakan sistem komputerisasi untuk menggabungkan potongan-potongan gambar tersebut dan menciptakan suatu kesatuan gambar organ tubuh yang akan diperiksa dengan arah tertentu, selapis demi selapis.

CT Scan memberikan hasil pencitraan yang jauh lebih baik dan jelas dibandingkan pemeriksaan dengan sinar-X biasa. CT Scan memiliki berbagai macam kegunaan, namun biasanya dilakukan untuk pemeriksaan yang membutuhkan hasil dengan cepat. Sebagai contoh, pada kasus pasien yang mengalami kecelakaan atau trauma. Selain itu CT Scan juga digunakan untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit, sehingga dapat ditentukan langkah pengobatan selanjutnya.

CT Scan dapat dilakukan untuk mengetahui beberapa hal seperti : Menegakan diagnosis kelainan tulang dan otot, seperti adanya tumor pada tulang, patah tulang atau kelainan tulang belakang. Menentukan secara pasti lokasi adanya sel kanker, infeksi, atau bekuan darah dan memantau perjalanan suatu penyakit atau efektivitas suatu terapi pengobatan Ada tidaknya perdarahan di dalam organ tubuh, misalnya pendarahan otak. Bisa dilihat melalui CT Scan kepala.

Seluruh pemeriksaan yang berhubungan dengan Radiasi harus memiliki alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.

(13)

Alat Pelindung Diri atau Perlengkapan proteksi yang biasa digunakan oleh pekerja radiasi adalah :

Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga 150 kV harus menyediakan sekurang – kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb. Tebal kesetaraan timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.

Saat ini sudah ada alat proteksi baru yaitu apron dengan desain yang lebih ringan tetapi memenuhi persyaratan proteksi, biaya dan dapat mengurangi rasa sakit pada pinggang karena beratnya lebih ringan dibandingkan dengan apron yang sebelumnya ada.

Jika pada pemeriksaan CT SCAN harus memerlukan pengawasan oleh keluarga atau orang lain terhadap pasien maka harus diberi alat perlindungan diri terhadap keluarga pasien yang memenuhi standart proteksi radiasi. Karena itu setiap instansi Radiologi maupun CT SCAN harus dilengkapi alat perlindungan diri terhadap radiasi.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas timbul permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah radiasi yang diterima oleh keluarga pasien masih dapat ditoleransi oleh proteksi radiasi?

2. Apakah jenis perlindungan diri yang tepat digunakan oleh keluarga pasien yang mengawasi didalam ruangan pemeriksaan ?

1.3 Pembatasan Masalah

Pada penelitian kali ini, masalah yang diteliti adalah proteksi radiasi dengan menggunakan apron, pada ketebalan dan jarak berapakah dari sumber radiasi sebaiknya keluarga pasien berada . Pengukuran radiasi yang dilakukan menggunakan Pendose yang diigantungkan pada keluarga pasien. Penelitian ini difokuskan untuk melihat berapa besaran radiasi yang diterima oleh keluarga pasien pada pemeriksaan CT – SCAN Head di RS Vina Estetica Medan.

(14)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian berdasarkan latar belakang diatas adalah:

1. Untuk melihat berapa besaran radiasi yang diterima oleh keluarga pasien pada pemeriksaan CT SCAN Head dengan menggunakan alat perlindungan diri berupa Apron.

2. Mengetahui jenis ketebalan apron yang tepat untuk proteksi radiasi terhadap keluarga pasien pada pemeriksan CT –Scan Head.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah:

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan setiap pekerja radiasi untuk memproteksi diri sendiri dan membantu proteksi pada keluarga pasien terhadap radiasi

2. Diharapkan kepada keluarga pasien agar selalu berhati-hati disekitar daerah yang menghasilkan radiasi.

(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Radiasi

Radiasi merupakan pancaran energi dalam bentuk gelombang atau partikel oleh sumber radiasi atau zat radioaktif. Energi radiasi yang cukup besar dapat menimbulkan ionisasi di sepanjang lintasannya sehingga radiasi tersebut dinamakan radiasi pengion. Radiasi pengion adalah radiasi yang membawa energi yang cukup untuk melepaskan elektron dari atom atau molekul, sehingga mengionisasi atom atau molekul tersebut. Radiasi pengion terdiri dari partikel subatomik, ion atau atom yang energetik yang bergerak dengan kecepatan tinggi (biasanya lebih besar dari 1% dari laju cahaya), dan gelombang elektromagnetik pada ujung energi tinggi dari spektrum elektromagnetik. Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-x dan neutron.

Dalam hal ini tujuan radiasi ialah untuk menegakkan diagnosa .

Sebagai contohnya pada kasus kecelakaan lalu lintas biasanya pemeriksaan CT SCAN Head dilakukan untuk melihat tulang – tulang maupun keadaan otak . Radiasi sendiri memiliki beberapa sifat, antara lain :

1. Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia sehingga untuk mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi. Ada beberapa jenis detektor yang secara spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor neutron, dll.

2. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi dan lain-lain.

3. Radiasi tidak memiliki muatan dan massa,

4. Radiasi tidak dipengaruhi oleh medan listrik dan magnetik dan umumnya akan bergerak dalam garis lurus.

5. Radiasi adalah bentuk gelombang, seperti juga sinar cahaya, gelombang mikro, dan gelombang radio.

(16)

2.2 Proteksi Radiasi

Mengingat radiasi dapat membahayakan kesehatan, maka pemakaian radiasi perlu diawasi, baik melalui peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi dan bahan-bahan radioaktif, maupun adanya badan pengawas yang bertanggungjawab agar peraturan-peraturan tersebut diikuti. Di Indonesia, badan pengawas tersebut adalah Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir).

Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut:

a. Azas Justifikasi

Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko.

b. Azas Optimasi

Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan social.

c. Azas Limitasi

Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu

Konsep untuk mencapai suatu tingkat serendah mungkin merupakan hal mendasar yang perlu dikendalikan, tidak hanya untuk radiasi tetapi juga untuk semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak mungkin menghilangkan paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada tingkat yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan.

Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5 rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem). Menurut laporan penelitian UNSCEAR, secara rata-rata setiap orang menerima dosis 2,8 mSv (280 mrem) per tahun, berarti seseorang hanya akan menerima sekitar setengah dari nilai batas dosis untuk masyarakat umum.

(17)

Ada dua catatan yang berkaitan dengan nilai batas dosis ini :

1. Adanya anggapan bahwa nilai batas ini menyatakan garis yang tegas antara aman dan tidak aman. Hal ini tidak seluruhnya benar. Nilai batas ini hanya menyatakan batas dosis radiasi yang dapat diterima oleh pekerja atau masyarakat, sejauh pengetahuan yang ada hingga saat ini. Yang lebih penting dari pemakaian nilai batas ini adalah diterapkannya prinsip ALARA pada setiap pemanfaatan radiasi.

2. Adanya perbedaan nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat umum. Nilai batas ini berbeda karena pekerja radiasi dianggap dapat menerima risiko yang lebih besar (dengan kata lain, menerima keuntungan yang lebih besar) daripada masyarakat umum, antara lain karena pekerja radiasi mendapat pengawasan dosis radiasi dan kesehatan secara berkala.

(18)

2.3 CT - Scan

Computed tomography (CT) adalah pemeriksaan pencitraan tubuh menggunakan sinar-X untuk membuat gambar rinci dari bagian tubuh dan struktur dalam tubuh. Selama pemeriksaan, Anda akan berbaring di meja yang melekat pada scanner CT. CT scanner adalah mesin berbentuk donat besar.

CT Scan adalah singkatan dari Computerized Tomography Scan, suatu alat pencitraan atau prosedur medis untuk menggambarkan bagian-bagian atau organ pada tubuh tertentu menggunakan bantuan sinar-X.

CT Scan juga disebut tomografi aksial terkomputerisasi.

CT Scan dikembangkan secara independen oleh seorang insinyur Inggris bernama Sir Godfrey Hounsfield dan Dr. Alan Cormack. CT Scan menjadi andalan untuk mendiagnosis penyakit medis. Untuk penemuan mereka, Hounsfield dan Cormack bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel pada tahun 1979.

CT Scanner pertama mulai digunakan pada tahun 1974. CT scanner telah memberikan kenyamanan jauh lebih baik untuk pasien karena scan dapat dilakukan dengan cepat. Perbaikan telah memberikan gambar beresolusi tinggi, yang membantu dokter dalam membuat diagnosis. Sebagai contoh, CT-Scan dapat membantu dokter untuk memvisualisasikan nodul atau tumor kecil, yang tidak dapat melihat dengan rontgen sinar-X biasa.

Scan atau terkadang disebut juga CT Scan merupakan suatu tes medis yang dapat membantu dokter untuk mendiagnosis suatu kondisi medis dan mengobatinya. CT Scan menggabungkan antar sinar-X khusus dengan peralatan komputer canggih untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Gambar akan memperlihatkan penampang dari daerah yang sedang dipelajari dan selanjutnya dapat diperiksa pada monitor komputer atau dicetak.

Hasil gambar dari CT Scan untuk organ dalam, tulang, jaringan lunak dan pembuluh darah terlihat lebih jelas dan lebih detail serta menyediakan informasi yang lebih rinci mengenai cedera kepala, stroke, tumor otak dan penyakit otak lainnya dibandingkan radiografi sinar-X biasa.

Kegunaan CT Scan pada dasarnya adalah untuk mendeteksi pendarahan di otak, cedera otak, patah tulang, tumor dan kanker serta penyakit dalam lainnya.

(19)

Selain itu dapat juga digunakan untuk mendeteksi pembesaran rongga otak pada pasien Hydrocephalus dan perencanaan rekonstruksi bedah.

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam penggunaan CT Scan antara lain:

1. Memakai pakaian yang nyaman dan longgar untuk pemeriksaan, atau menggunakan seragam untuk dikenakan selama prosedur.

2. Benda logam, termasuk perhiasan, kacamata, gigi palsu dan jepit rambut serta alat bantu dengar dapat mempengaruhi hasil gambar CT Scan sehingga harus dilepas sebelum pemeriksaan.

3. Tidak makan atau minum apapun selama beberapa jam sebelum pemeriksaan, biasanya perintah puasa seperti ini untuk melihat organ ataupun saluran pada pemeriksaan abdomen.

4. Memberitahukan Dokter terkait obat apapun yang dikonsumsi dan jika memiliki alergi terhadap suatu materi atau bahan pengawet.

5. Menginformasikan kepada dokter dan ahli radiologi mengenai penyakit apapun yang diderita atau kondisi medis lainnya. Jika memiliki riwayat penyakit jantung, asma, diabetes terutama yang sedang mengkonsumsi glucophage, penyakit ginjal atau masalah tiroid dapat meningkatkan resiko efek buruk yang tidak biasa.

6. Untuk wanita, harus memberitahu dokter jika ada kemungkinan sedang hamil.

Prosedur kerja dari CT Scan dalam banyak hal sangat mirip dengan radioterapi sinar-X yaitu suatu bentuk radiasi seperti cahaya atau gelombang radio yang dapat diarahkan pada tubuh. Bagian tubuh yang berbeda akan menyerap berkas sinar-X dalam derajat tertentu. Dalam pemeriksaan sinar-X konvensional, tumbukan kecil dari radiasi akan ditujukan dan melalui tubuh kemudian gambar akan direkam pada film fotografi atau piringan khusus dimana tulang tampak putih, jaringan lunak muncul dalam nuansa abu-abu dan udara tampak hitam.

CT imaging yang dihasilkan pada CT Scanner berupa gambar tubuh bagian dalam multidimensional yang sangat rinci. Perbaikan dalam teknologi detektor CT scanner baru memungkinkan untuk memperoleh beberapa irisan dalam satu rotasi. Scanner ini disebut "multislice CT" atau "multidetector CT"

(20)

yang memungkinkan akan diperoleh irisan tipis dalam jangka waktu yang lebih pendek, lebih detail dan memiliki kemampuan tambahan. CT scanner modern memiliki kecepatan yang tinggi sehingga dapat menscan seluruh bagian tubuh hanya dalam beberapa detik. Kecepatan seperti itu bermanfaat untuk semua pasien terutama anak-anak, orang tua dan orang yang sakit parah.

Untuk beberapa pemeriksaan, bahan kontras digunakan untuk meningkatkan visibilitas di daerah tubuh yang sedang dipelajari. Jika menggunakan bahan kontras, maka bahan tersebut akan ditelan atau disuntikkan melalui infus intravena (IV) atau dikelola oleh Enema, tergantung pada jenis pemeriksaan. Pemeriksaan dengan CT Scan umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, cepat hanya sekitar 10 menit dan mudah. Akan tetapi akan menimbulkan sedikit ketidaknyamanan karena harus diam selama beberapa menit.

Manfaat dari penggunaan CT Scan antara lain :

1. CT scan tidak menimbulkan rasa sakit, non-invasif dan akurat.

2. Keuntungan utama dari CT Scan adalah kemampuannya untuk pencitraan tulang, jaringan lunak dan pembuluh darah, semua pada waktu yang sama.

3. CT scan memberikan gambar yang sangat rinci dari banyak jenis jaringan seperti paru-paru, tulang, dan pembuluh darah.

4. Pemeriksaan CT Scan cepat dan sederhana dan dalam kasus-kasus darurat dapat menunjukkan luka atau pendarahan dengan cukup cepat untuk membantu menyelamatkan nyawa.

5. Diagnosis dengan CT scan dapat menghilangkan kebutuhan untuk eksplorasi operasi dan biopsi bedah.

6. Tidak ada radiasi yang masih berada dalam tubuh pasien setelah pemeriksaan dan Sinar-X yang digunakan dalam CT scan biasanya tidak memiliki efek samping.

(21)

Selain itu terdapat beberapa resiko dari penggunaan CT Scan, antara lain:

1. Ada sedikit kemungkinan akan terjadi mutasi gen dari paparan radiasi yang berlebihan. Namun, manfaat dari diagnosis yang akurat jauh melampaui risiko.

2. CT scan tidak dianjurkan untuk wanita hamil, kecuali jika secara medis diperlukan karena potensi resiko bagi bayi sedangkan pemeriksaan pada ibu yang sedang dalam masa menyusui harus menunggu selama 24 jam setelah injeksi bahan kontras sebelum melanjutkan menyusui.

Gambar 1

(Cara pengoperasian alat CT Scan)

(22)

2.4 CT Scan Kepala

CT Scan kepala biasanya dilakukan karena timbulnya kecurigaan gangguan di kepala (otak). Kasus kecelakaan lalu lintas sangat banyak tercatat melakukan CT Scan Kepala. Adanya berbagai program pencegahan seperti penggunaan peralatan keselamatan seperti sabuk pengaman, kantung udara (airbag), penggunaan helm, dan batas kadar alkohol dalam darah yang diizinkan, telah memberikan dampak yang positif pada epidemiologi cedera kepala berat. Hasil keluaran dari pasien yang mengalami cedera kepala, kadang dipengaruhi oleh factor-faktor yang berada di luar kontrol para klinisi, seperti tingkat keseriusan dari cedera kepala yang mendasari dan adanya cedera pada sistem organ utama yang lainnya.

Gambar 2

(Gambaran Hasil CT Scan Head)

(23)

2.5 Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.

Alat Pelindung Diri atau perlengkapan proteksi yang biasa digunakan oleh pekerja radiasi adalah :

1. Apron (Menutupi bagian tubuh/badan)

Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga 150 kVp harus menyediakan sekurang – kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb.

Tebal kesetaraan timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.

Saat ini sudah ada alat proteksi baru yaitu apron dengan desain yang lebih ringan tetapi memenuhi persyaratan proteksi, biaya dan dapat mengurangi rasa sakit pada pinggang karena beratnya lebih ringan dibandingkan dengan apron yang sebelumnya ada.

Gambar 3 (Apron)

(Alat Pelindung Radiasi pada bagian tubuh)

(24)

2. Kacamata radiasi

Kacamata radiasi adalah suatu alat pelindung diri yang biasa digunakan oleh radiographer. Biasanya digunakan dalam bidang fluoroskopi atau pun intervensi radiologi

Gambar 4 (Kacamata radiasi)

3. Penahan radiasi Thyroid

Penahan radiasi thryroid juga merupakan alat pelindung diri bagi radiographer. Berfungsi untuk melindungi semua organ pada bagian leher

Gambar 5

(Alat Pelindung radiasi pada Thyroid)

(25)

4. Penahan Radiasi Gonad

Penahan radiasi gonad juga digunakan oleh radiographer .

Yang biasa memakai penahan radiasi gonad ialah radiografer yang berjenis kelamin laki-laki

Gambar 6

(Alat pelindung radiasi pada Gonad)

(26)

2.6 Dosimeter Personal (Alat Ukur Radiasi Perorangan)

Pelayanan pemantauan dosis eksterna perorangan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

1. Sistem dosimetri

Terdiri dari dosimeter yang digunakan oleh pelanggan dan peralatan pemrosesan untuk mengevaluasi dosimeter

2. Sistem administrasi

Meliputi pangkalan data (data base) yang berisi data pelanggan untuk keperluan pengadaan dosimeter yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, termasuk informasi rinci pemakai

3. Sistem pencatatan dosis yang aman dan sesuai agar mempermudah pemeliharaan dan pemutahiran catatan dosis para pemakai dosimeter

4. Jaminan mampu telusur pada kalibrasi dosimeter. (Bapeten, 2003)

Pemilihan dosimeter perorangan tergantung pada jenis radiasi dan nilai dosis ekivalen perorangan Hp(d) yang akan dipantau. Menurut jenis radiasi yang akan dipantau, dosimeter perorangan terbagi dalam :

1. Dosimeter Foton

Menunjukkan nilai dosis ekivalen perorangan Hp(10);

2. Dosimeter Beta - Foton

Menunjukkan nilai dosis ekivalen perorangan Hp(0,07) dan Hp(10);

3. Dosimeter foton jenis diskriminasi, kecuali Hp(10)

Memberikan informasi jenis radiasi dan energi efektif, serta deteksi elektron energi tinggi;

4. Dosimeter ekstrimitas, biasanya berupa dosimeter jari tangan,

Menunjukkan nilai dosis radiasi beta-foton Hp(0,07) dan netron bila terdapat sumber netronnya; dan

5. Dosimeter netron,

Menunjukkan nilai dosis ekivalen perorangan Hp(10). (Bapeten, 2003)

(27)

Tetapi pada pembahasan kali ini kita hanya membahas pada 3 dosimeter perorangan yang biasa digunakan. 3 macam dosimeter personal yang banyak digunakan saat ini yaitu:

1. Dosimeter Saku

Terdapat 2 jenis pada dosimeter saku, yaitu : Pen Dosimeter dan Pendose a. Pen Dosimeter

Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga prinsip kerjanya sama dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan tanggapan secara langsung karena muatan yang terkumpul pada proses ionisasi akan “disimpan” seperti halnya suatu kapasitor. Alat ini berbentuk seperi pulpen yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari- hari, sehingga alat ukur radiasi ini disebut

Pen dosimeter .

Gambar 7 (Pen Dosimeter) (Alat Ukur Perorangan)

(28)

b. Pendose

Sekarang ini dengan berkembangnya ilmu teknologi sudah terdapat dosimeter saku yang berbentuk digital . Dengan cara penggunaan yang lebih mudah kebanyakan instalasi sekarang ini sudah menggunakan dosimeter saku digital, selain berbentuk digital, alat ukur ini dapat mengukur seberapa lama alat ukur tersebut terpapar radiasi. Selain itu daya alat ukur ini menggunakan batrai, sehingga dapat diganti ditempat. Alat ukur ini debut Pendose.

Detector yang digunakan pada pendose adalah Silicon Semiconductor.

Gambar 8 (Pendose)

(Alat ukur Perorangan)

2. Film Badge.

Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder. Detektor film dapat “menyimpan” dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi selama film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya –atau telah mengenai orang yang memakainya– maka tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat.

(29)

Gambar 9 (Detail Film Badge)

Gambar 10 (Film Badge) (Alat Ukur Perorangan) 3. Thermoluminisence Dosemeter (TLD)

Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD adalah CaSO4.

(30)

Gambar 11 (Detail TLD)

Gambar 12

(Thermoluminisence Dosemeter) (Alat ukur Perorangan)

Tetapi pada analsis kali ini, peralatan dosimeter perorangan yang digunakan adalah dosimeter saku, karena pembacaan dapat dilihat langsung secara analog atau digital. Alat ini di gunakan selama berada dalam medan radiasi yang nilai akan langsung bisa terlihat namun tidak bisa diakumulasikan.

Dimana petugas harus membuat daftar perolehan dosis yang diterima setiap kali kegiatan. Keuntungannya kita langsung dapat menilai daerah yang banyak

(31)

mengeluarkan radiasi. Sedangkan kelemahannya setiap pekerja harus rajin dan teliti dalam melakukan pencatat dosis.

Dan hanya dosimeter saku yang dapat digunakan oleh keluarga pasien.

Biasanya survey meter seperti ini untuk penggunaan pesawat intervensional. Agar setiap saat dapat mengukur paparan radiasi di sekitar lokasi pemeriksaan.

Sedangkan film badge dan Thermoluminisence Dosemeter (TLD) hanya digunakan oleh petugas radiasi, karena cara penghitungan radiasinya dilakukan sekali dalam 1 periode (3 bulan)

2.7 Efek Biologi Terhadap Dosis Radiasi

Radiasi sangat membantu dalam dunia kesehatan, terutama dalam

penegakan diagnosa. Kita dapat memanfaatkan radiasi untuk melihat bagian dalam tubuh kita, contohnya untuk melihat organ, jaringan, dan tulang.

Akan tetapi radiasi juga dapat bersifat merugikan karena dapat merusak jaringan yang dilaluinya.

Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministik (non-stokastik) (Chember, 1983).

Efek stokastik

Efek stokastik timbul dalam waktu relatif lama dan tidak selalu timbul atau terjadi pada orang yang mendapat paparan radiasi.

Ciri-ciri efek stokastik antara lain :

Tidak mengenal ambang batas, timbul setelah masa tenang yang lama, dosis radiasi tidak mempengaruhi keparahan dan tidak ada penyembuhan spontan (Chember, 1983).

(32)

Efek Non Stokastik

Efek non stokastik adalah efek yang secara pasti dapat terjadi pada seseorang yang menerima penyinaran dan pasti penyebabnya adalah radiasi pengion. Efek non stokastik akan terjadi jika dosis ambang dilampaui.

Ciri-ciri efek non stokastik antara lain :

Mempunyai dosis ambang, timbul beberapa saat setelah radiasi dan dosis radiasi mempengaruhi keparahan efek ( Chember, 1983 ).

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian Radioterapi RSU. Vina Estetica Medan yang dilakukan dari bulan Maret 2018 sampai dengan bulan Mei 2018.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah : a. CT – SCAN

CT – SCAN Siemens Somatom Sensation Open Berfungsi sebagai alat penghasil Sinar – X

Gambar 13

(CT Scan Siemens Sensation)

(34)

b. Apron

Apron yang memiliki ketebalan Pb 0,5mm dan Pb 0,35mm Berfungsi sebagai penghambat radiasi

Gambar 14

(Alat pelindung radiasi untuk keluarga pasien)

(35)

c. Dosimeter Saku (Pendos) Pendos Hitachi

Berfungsi sebagai alat pengukur radiasi yang diterima dan dapat dibaca secara langsung.

Gambar 15

(Alat ukur radiasi/Pen Dosimetri tampak depan)

Gambar 16

(Alat ukur radiasi/Pen Dosimetri tampak belakang)

Pada gambar 3.4 menunjukkan bahwa pendos masih dapat digunakan.

Dapat dilihat pada pendos tersebut tanggal kalibrasi ulang dilakukan pada tanggal 01 Agustus 2019.

(36)

3.3 Luaran dan Indikator Pencapaian yang Terukur Setiap Tahapan

TABEL 1

No Kegiatan Luaran Indikator

1 Study Literatur Jurnal Penelitian Didapatkan jurnal penelitian yang benar 2 Surat Izin

Penelitian

Surat Izin Penelitian Didapatkan surat Izin penelitian di RSU Vina Estetica

3 Penyiapan Alat dan Bahan

Alat Dan Bahan Didpatkan alat dan bahan yang dibutuhkan 4 Pengambilan

data

Data hasil besaran radiasi yang tercatat oleh Pendos yang sudah dibatasi oleh Apron

Didpatkan data hasil paparan radiasi yang telah dibatasi oleh Apron 0,5mm Pb, dan Apron 0,35mm Pb.

5 Pengolahan Data Analisis Data Didapatkan data

6 Membuat

Laporan akhir Penelitian

Menghasilkan laporan akhir penelitian

Laporan akhir siap dievaluasi

7 Membuat Artikel Ilmiah

Artikel ilmiah tentang hasil penelitian

Artikel ilmiah dimuat

(37)

3.4 Diagram Alir Penelitian

Rangkaian kegiatan penelitian secara Sistematis dapat ditunjukkan dalam diagram alir berikut ini

Gambar 17

(Diagram Alir Penelitian) MULAI

Dilakukan percobaan CT - SCAN Dengan menggunakan prosedur pemeriksaan

CT – SCAN HEAD sebanyak 10 kali dengan jarak yang bertbeda-beda.

Di beri alat pelindung diri berupa Apron dengan

ketebalan Pb 0,5 mm

Di beri alat pelindung diri berupa Apron dengan ketebalan Pb 0,35 mm

Dilakukan pencatatan besaran radiasi yang diterima dan dicatat oleh

Pendos tersebut

KESIMPULAN

SELESAI

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Paparan Radiasi Yang Diterima Dengan Ketebalan Apron Dan Jarak Yang Berbeda

Dalam penelitian kali ini peneliti melakukan sepuluh (10) kali percobaan dengan jarak dan ketebalan apron yang berbeda dan menggunakan 1 dosimeter saku (Pendos) yang sama.

Pada saat penelitian ini peneliti juga memberi panjang Topogram dan FoV (Field of view) serta kV (Kilo Volt) dan mAs (Miliampere-second) yang sama pada sepuluh (10) percobaan yang dilakukan dengan bertujuan agar besaran radiasi yang dikeluarkan oleh alat CT Scan diharapkan tidak ada yang berbeda dan hasil yang dicatatkan juga sebanding dengan jarak dan ketebalan apron yang digunakan oleh keluarga pasien.

Pada pemeriksaan CT Scan kepala kali ini dilakukan penyinaran ( keluaran sinar X) sebanyak dua kali, yaitu saat menjalankan topogram dan pada saat pemeriksaan dengan topogram dan FoV yang sama.

Berikut ialah yang mempengaruhi jumlah besaran radiasi yang diterima : Jarak : 50cm, 75cm, 100cm, 125cm dan 150cm Ketebalan apron : 0,35 mm Pb dan 0,50 mm Pb

Faktor kalibrasi pendos : 1,02(Am-241)

Topogram : 256 mm

FoV : 300 mm

kV : 120 kV

mAs : 320

\

(39)

Tabel hasil paparan radiasi dengan ketebalan apron 0,35mm Pb (Plumbum)

Tabel 2

No Percobaan

Jarak Hasil Paparan Radiasi Rata-rata Nilai Hasil

Paparan Radiasi Uji ke1 Uji ke2 Uji ke3 Uji ke3 Uji ke5

1 50 cm 12 μSv 13 μSv 12 μSv 11 μSv 12 μSv 12 μSv

2 75 cm 11 μSv 11 μSv 11 μSv 10 μSv 12 μSv 11 μSv

3 100 cm 9 μSv 8 μSv 10 μSv 9 μSv 9 μSv 9 μSv

4 125 cm 7 μSv 7 μSv 7 μSv 7 μSv 7 μSv 7 μSv

5 150 cm 6 μSv 6 μSv 6 μSv 6 μSv 6 μSv 6 μSv

(40)

Grafik hasil paparan radiasi dengan ketebalan apron 0,35mm Pb (Plumbum)

Grafik 1

0 2 4 6 8 10 12 14

50cm 75cm 100cm 125cm 150cm

Ketebalan apron 0,35mm Pb

(41)

Tabel hasil paparan radiasi dengan ketebalan apron 0,50mm Pb (Plumbum)

Tabel 3

No Percobaan

Jarak Hasil Paparan Radiasi Rata-rata Nilai Hasil

Paparan Radiasi Uji ke1 Uji ke2 Uji ke3 Uji ke4 Uji ke5

1 50 cm 6 μSv 5 μSv 4 μSv 5 μSv 5 μSv 5 μSv

2 75 cm 4 μSv 4 μSv 4 μSv 5 μSv 3 μSv 4 μSv

3 100 cm 3 μSv 3 μSv 3 μSv 3 μSv 3 μSv 3 μSv

4 125 cm 2 μSv 2 μSv 2 μSv 2 μSv 2 μSv 2 μSv

5 150 cm 1 μSv 1 μSv 1 μSv 1 μSv 1 μSv 1 μSv

(42)

Grafik hasil paparan radiasi dengan ketebalan apron 0,50mm Pb (Plumbum)

Grafik 2

0 1 2 3 4 5 6

50cm 75cm 100cm 125cm 150cm

Ketebalan apron 0,50mm Pb

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

1. Dalam analisis kali ini semua tindakan yang dilakukan masih dalam batas normal (aman).

2. Operator CT Scan dapat menerapkan percobaan diatas jika keadaan pasien harus diawasi oleh keluarga pasien.

2. SARAN

1. Sebaiknya keluarga pasien yang berada diruangan pemeriksaan menggunakan apron dengan ketebalan 0,50 mm Pb, karena terlihat dari percobaan kali ini dengan menggunakan apron yang lebih tebal maka jumlah paparan radiasi yang diterima keluarga pasien lebih kecil.

2. Sebaiknya keluarga pasien yang berada diruangan pemeriksaan membuat jarak lebih jauh dari pesawat CT Scan, karena terlihat semakin jauh jarak dari pesawat, maka semakin kecil pula jumlah paparan radiasi yang diterima oleh keluarga pasien.

3. Operator CT Scan harus melakukan tindakan dengan mempertimbangkan keluarga pasien yang berada di ruangan pemeriksaan. Operator harus mengupayakan agar radiasi yang keluar se kecil mungkin dengan tidak mengurangi kwalitas hasil gambaran CT Scan. Dengan cara melakukan topogram, foV, dan waktu yang kecil dan secepat mungkin.

4. Untuk keluarga pasien yang sedang hamil ataupun sedang menyusui diupayakan agar tidak mengawasi pasien didalam ruang pemeriksaan.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Web internet, https://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi_pengion diakses pada 5 maret 2018

[2] Swamardika, A.I.B.2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia. Universitas Udayana

Kampus Bukit Jimbaran : Bali.Available in

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/alit_17_.pdf

[3] Price, S.A danL, M,Wilson. 2002. Patofisiologi Jilid 6. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta

[4] Sloane, E.2003.Anatomi dan Fisiologi.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

[5] Gipson John., 2002, Fisiologidan Anatomi Modern untuk Perawat, Edisi II, Kedokteran EGC, Jakarta

[6] Putz R. dan Pabst R., 2003. Sobotta Atlas Anatomi dan Manusia jilid 2, Buku Kedokteran, Jakarta

[7] Web internet, https://doktersehat.com/apakah-ct-scan-itu/

diakses pada 5 maret 2018

[8] Web internet,

http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_rad iasi/2-4.htm

diakses pada 5 maret 2018

(45)

[9] Akhadi, M. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi.PT Bineka Cipta.

Jakarta

[10] Chember, 1983 : Efek Biologi Terhadap Dosis Radiasi

[11] Keputusan Bapeten, 2003 : Sistem Pelayanan Pemantauan Dosis Eksterna Perorangan

[12] AAPM Report 204, 2011, Size-Spesific Dose Estimates (SSDE) in podiatric and adult body CT Examination

[13] Rahman, Nova 2009, Radiofotografi, Universitas Baiturrahmah : Padang

Gambar

3.4  Diagram Alir Penelitian
Tabel hasil paparan radiasi dengan ketebalan apron 0,35mm Pb (Plumbum)
Grafik hasil paparan radiasi dengan ketebalan apron 0,35mm Pb (Plumbum)  Grafik 1  02468101214 50cm 75cm 100cm 125cm 150cmKetebalan apron 0,35mm Pb
Tabel hasil paparan radiasi dengan ketebalan apron 0,50mm Pb (Plumbum)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh nutrisi yang meliputi pengaruh mineral, jenis gula, konsentrasi dan jenis sumber nitrogen dan lama

1) Penentuan tingkat kesesuaian agroklimat pengembangan tanaman nilam di Provinsi Lampung berdasarkan analisis curah hujan wilayah. 2) Penentuan peluang hujan bulanan yang

Tujuan penelitian untuk: (1) Mengetahui proses penerapan sebagai gambaran umum pemberian kredit pola Grameen Bank oleh Koperasi LEPP-M3 Tuban; (2)

Ada empat fungsi utama yang dilakukan pengembang masyarakat sebagai pemercepat perubahan (enabler), yaitu: membantu masyarakat menyadari dan melihat kondisi mereka,

Permasalahan yang dialami oleh CV Panghegar Mitra Abadi adalah produktivitas alat serta waktu hambatan yang terjadi pada crushing plant.. Pada saat ini produksi batu

Objek yang diamati pada penelitian ini adalah produktivitas unit crushing plant sehingga dapat diketahui efisiensi, efektifitas, dan nilai kesediaan alat. Dengan demikian maka

Tabel 4.9 Korelasi Tingkat Kebahagiaan Dengan Tingkat Kepuasaan Hidup Correlations Tingkat Kepuasan Tingkat Kebahagiaan Spearman's rho Tingkat Kepuasan Correlation Coefficient

berdekatan dan masinis harus mengemudikan kereta dengan kecepatan maksimal. Disisi lain selain medan yang susah faktor yang menyebabkan tuntutan mental mengalami kenaikan nilai